Share

Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati
Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati
Penulis: Kurnia

Bab. 01. Kematianku

Penulis: Kurnia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Apa yang mau kamu lakukan?!”

Seorang perempuan di kursi roda menjerit histeris ke arah wanita yang mendorongnya.

“Tentu saja menyingkirkanmu, Kak Elina!”

Melisa kembali tertawa. Kali ini suara tawanya jauh lebih kencang ketimbang sebelumnya.

"Asal kamu tau ya, aku sama Kak Beni sudah berkencan sebelum kalian menikah. Ups! Aku keceplosan. Seharusnya aku gak boleh kasih tahu kamu soal ini. Tapi, berhubung kamu mau mati, jadi gak masalah lah."

Aku tak bisa menahan rasa sakit di hatiku. Sudah cukup dengan kenyataan perselingkuhan adik tiriku dengan suamiku. Ternyata, ada kenyataan lain yang baru aku ketahui.

"Kalian berdua adalah iblis! Bisa-bisanya kalian menipuku!" bentakku kehilangan kendali.

Aku menangis dengan dipenuhi amarah. Kedua tanganku terkepal kuat. Ingin rasanya memukul Melisa, namun apa daya, kelumpuhanku membuatku tidak berdaya.

Aku makin panik saat Melisa sengaja makin mendekatkan kursi rodaku di bibir tebing. Kepalaku menunduk, dan aku bisa melihat jurang yang begitu dalam. Tubuhku seketika bergetar hebat.

"Hentikan! Atau aku bakal teriak!" ancamku.

Aku sedikit merasa lega karena Melisa berhenti mendorong kursi rodaku. Pasti dia takut orang lain melihat tindakannya. Mengingat kita sedang berada di area pertambangan minyak milik keluargaku. Salah, tempat ini bukan lagi milik keluargaku, melainkan sudah menjadi milik Beni, suamiku. Sungguh menjengkelkan.

"Ka Elina mau berteriak? Silakan saja. Toh, ini hari minggu. Semua pekerja tambang sedang libur. Tidak akan ada yang mendengarmu," kata Melisa. "Kasihan sekali, mungkin mayatmu nanti gak bakal ditemukan, soalnya sudah dimakan binatang buas, atau malah membusuk. Iuh! Menjijikkan," ledek Melisa mengeluarkan ekspresi sedih yang dibuat-buat.

Aku hanya bisa diam, dan berdoa di dalam hati. Berharap dewa yang aku sembah menyelamatkan aku dari posisi ini. Jujur saja, aku sangat takut mati.

"Berhubung kita ada di tempat ini, aku bakal ngasih tahu kamu mengenai rahasia ibuku." Melisa mulai berucap kembali.

"Aku tidak peduli! Sekarang cepat pindahkan aku dari sini!" pintaku berteriak putus asa.

Melisa menoyor kepalaku cukup kasar lalu berkata, "Dengarkan aku berbicara terlebih dahulu. Kamu ini dari dulu hobinya memotong pembicaraan orang. Pantas saja Kak Beni lebih memilih aku."

"Beni memilihmu karena kamu sama dengannya. Sama-sama penuh kepalsuan," tandasku sedikit berdesis.

"Bla, bla, bla, ngomong apa sih? Dasar cewek jelek. Yang palsu itu kamu, hidungmu saja hasil operasi."

Melisa menghinaku lagi. Padahal dia tahu kalau aku operasi hidung bukan untuk mempercantik diri, melainkan gara-gara masalah pernapasan.

"Huft aku jadi kesal denganmu. Kalau diingat lagi, semua kemauanmu selalu dituruti ayah. Kalau aku engga, padahal kan ayahmu mencintai ibuku, seharusnya cinta aku juga dong," cerocos Melisa.

Aku hanya mendengarkan Melisa mengomel.

Meskipun ayahku tidak pernah memanjakan Melisa. Tapi, akulah orang yang selama ini menuruti semua kemauan Melisa. Aku bahkan sering membelikan Melisa barang mewah.

"Makanya, waktu tahu Kak Beni naksir aku, aku gak nolak," tambah Melisa.

"Karena kamu orang tidak tahu diri," sahutku menimpali perkataan Melisa.

"Aku tahu diri! Demi bisa menikah dengan Kak Beni, kamu harus mati! Hanya itu satu-satunya cara! Lagian, kamu juga sudah tidak berguna. Untuk apa hidup?" pekik Melisa menggebu-gebu.

Sepertinya aku membuat Melisa geram. Tapi, aku tidak peduli. Semua yang aku katakan murni dari sakit hatiku.

Kedua tangan Melisa kembali menyentuh kursi rodaku. Kali ini aku sudah pasrah bila Melisa mendorongku jatuh. Aku menyerahkan jiwaku pada dewaku.

"Lihat baik-baik tempat ini. Di sini adalah tempat yang sama di mana ibumu mati."

Aku terbelalak mendengar perkataan Melisa.

"Kamu akan mati dengan cara yang sama persis dengan ibu kandungmu. Terjun dari atas tebing, dan hancur di atas tanah tandus," pungkas Melisa. "Kamu pasti bertanya-tanya, dari mana aku bisa tahu? Tentu saja, karena ibuku yang telah membunuh ibumu."

Belum sempat aku menanggapi pernyataan Melisa. Tubuhku telah terdorong ke depan. Aku terjun bebas dari atas tebing yang curam. Jantungku berdegup dengan sangat kencang. Kedua mataku tertutup rapat.

Semua terjadi dengan begitu cepat. Aku berusaha membuka kedua mataku. Tubuhku terasa kaku, aku tidak bisa merasakan apa pun. Air mataku meluncur ketika aku melihat darahku menetes deras membasahi tanah kering.

Sedetik kemudian aku berteriak keras merasakan sakit luar biasa di perutku. Ternyata baru aku sadari, tubuhku menancap pada dahan kering, pantas saja kepalaku berjarak beberapa senti dari tanah.

Lama dalam posisi itu, seorang pria mendekat ke arahku. Pria itu menarik rambutku, dia ingin melihat wajahku yang pucat.

Sayup-sayup, dengan mataku yang masih bisa terbuka sedikit, aku melihat wajah tampan suamiku.

"Be... Ni...." panggilku lirih. Tenggorokanku rasanya sangat kering sehingga suaraku tercekat.

"Hebat juga, kamu masih hidup. Tapi, tenang saja. Aku akan mengakhiri penderitaanmu. Pasti perutmu sangat sakit kan?"

Setelah mengatakan kalimat itu, dengan kasar Beni menghempas kepalaku. Pria itu meraih tongat besi yang sebelumnya telah dia letakkan di atas tanah.

Tanpa basa-basi, Beni melayangkan besi itu ke arah kepalaku. Aku bisa merasakan sakit yang begitu luar biasa pada kepalaku. Kemudian, aku tidak merasakan apa pun lagi.

"Mati kamu! Mati!"

***

"Kakak bangun!"

Suara teriakkan seseorang membangunkanku. Kepalaku menoleh ke pemilik suara cempreng itu.

Seluruh tubuhku tiba-tiba terasa kaku saat aku melihat wajah cantik adik tiriku, Melisa.

"Kakak gimana sih? Sudah pakek make up malah tidur! Sebentar lagi acara pernikahan, Kakak bakal dimulai."

Aku hanya terdiam, mencoba untuk mencerna situasi. Maksudku, aku baru saja meninggal kan? Apa aku hanya mimpi? Memimpikan masa depan dengan begitu gamblang? Aku rasa tidak mungkin.

Ketika Melisa ingin menyentuh pundakku, aku otomatis menghindar. Aku langsung berpindah tempat. Aku sangat terkejut mengetahui diriku bisa berjalan.

"Aku gak lumpuh?" ucapku refleks melihat kakiku sendiri.

"Kakak kenapa? Apanya yang lumpuh?" tanya Melisa menatapku aneh.

Aku balik menatap tajam ke arah Melisa. Ketika aku ingin menekan Melisa, aku membungkam bibirku rapat.

"Kakak?" panggil Melisa lirih.

Aku berusaha keras menampilkan senyuman di wajahku.

"Hari ini, hari pernikahanku kan?"

Bersambung...

Bab terkait

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 02. Pernikahan Dengan Cinta Palsu

    Melisa meringis lalu berkata, "Iya hari ini adalah hari pernikahan, Kak Elina dengan Kak Beni. Masa ditinggal tidur bentar sudah lupa?"Aku masih dalam keadaan bingung. Mungkin kah aku hanya sekadar memimpikan masa depan? Atau kah aku kembali ke masa lalu? Jantungku berdebar kencang memikirkan hal tersebut. Aku meraih ponselku yang berada di atas meja rias. Setelah melihat tanggal di layar ponsel, aku meletakkan kembali ponselku. Baiklah untuk saat ini, aku anggap jika barusan yang terjadi hanya mimpi belaka. Tapi, semua kejadian itu terlalu nyata hanya untuk menjadi sebuah mimpi. "Kakak jangan bengong. Ayo kita menuju tempat pemberkatan," ajak Melisa memeluk lenganku. ***Semua wanita pasti merasa sangat bahagia di hari pernikahan mereka. Tak terkeculi aku. Bagaimana tidak? Aku menjadi satu-satunya wanita paling cantik di antara para hadirin.Aku merasa bersyukur, pernikahanku berlangsung sesuai dengan yang aku inginkan. Semua kemeriahan bertabur kemewahan. Hey, pesta pernikahan

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 03. Malam Mencengkam

    ***Aku mulai tinggal dan menjalani kegiatanku di kediaman keluarga Louzi. "Aku masuk kerja hari ini," ujar Beni sudah mengenakan kemeja rapi. Aku yang masih setia duduk di atas ranjang hanya menganggukkan kepalaku. Beni mengulurkan sebelah lengannya untuk mengelus pipiku. Aku membiarkan Beni mencium bibirku. "Aku akan pulang jam delapan malam," ucap Beni. "Nikmati harimu di rumah ini," tambahnya. Aku memadamkan senyumanku ketika melihat Beni keluar dari kamar. Aku segera turun dari atas ranjang, lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Setelah selesai mandi, aku memutuskan untuk bersantai di paviliun rumah. Mansion sebesar ini memang selalu terkesan sepi tanpa berpenghuni. Padahal Tuan Louzi, kepala keluarga Louzi mempekerjakan begitu banyak pelayan. Tenang saja, aku sudah terbiasa. "Bagus ya, bangun siang terus langsung bersantai. Sudah terbiasa menjadi nyonya kah? Kamu pikir, setelah menikah dengan Tuan Beni, kamu bisa seenaknya di rumah ini?"Aku tersentak mendeng

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 04. Kematian Tuan Louzi

    Aku ingin berteriak namun suaraku tertahan di tenggorokan. Aku memejamkan mata. Cengkeraman di lenganku makin erat. Akhirnya aku memberanikan diri menoleh ke belakang. "Nunu?" Aku sedikit lega mengetahui jika Nunu yang bersamaku. Nunu menarikku paksa. Memintaku untuk mengikutinya. Tak hanya itu, Nunu juga dengan lancang membungkam bibirku menggunakan tangannya. Aku sama sekali tidak melawan. Aku percaya dengan Nunu. Ternyata Nunu membawaku ke rumah pelayan. Setelah sampai di dalam kamar Nunu, Nunu mengunci pintu kamarnya. Dia juga memindah kursi tepat di depan pintu. "Syukurlah kamu baik-baik saja," ucap Nunu bernapas lega. "Apa yang terjadi? Aku tadi lihat Tuan Louzi dalam keadaan tidak sadarkan diri. Mereka membawa Tuan Louzi. Ada pistol di tangan mereka. Mereka siapa? Apa yang mereka lakukan di sini? Di mana para penjaga?" cercaku panik. Aku mendesak Nunu untuk mengatakan hal yang dia ketahui. "Tenanglah, kamu jangan ribut sendiri," pinta Nunu memintaku duduk di atas ranjang

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 05. Kehebatan Suamiku

    Suasana menjadi tegang. Wajah suamiku yang awalnya santai berubah mengeras, menjadi lebih gahar. Sementara Jimmy masih sama, tanpa ekspresi. Dasar kanebo kering. "Sekaku itu kah wajahmu Jimmy?" tanyaku dalam hati. "Semua orang tahu jika aku lebih kopenten dalam memimpin perusahaan. Tapi, ayah sudah memilihmu. Jadi untuk apa aku merasa keberatan?" ujar Jimmy. Aku mengingat kalimat yang dilontarkan Jimmy. Menghina Beni secara tidak langsung. Berhubung aku adalah istri terbaik di muka bumi ini. Aku akan sedikit membela suamiku dengan mengatakan, "Tuan Jimmy, jika kamu lebih mampu memimpin perusahaan? Kenapa Tuan Louzi menyerahkan jabatan Presdir kepada suamiku? Itu artinya, suamiku jauh lebih baik daripada kamu."Jimmy menatapku kilas kemudian kembali menenang. Dia merapihkan kerah kemejanya yang tidak berantakan. Aku menatap Jimmy cukup lama. "Bagaimana bisa kamu sedingin ini? Padahal hatimu sangat tulus dan bersih," batinku. Tepukkan suamiku di punggung tanganku membuatku tersent

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 06. Suamiku Dan Adik Tiriku Berselingkuh

    “Ya ampun Melisa, kamu mengagetkan aku,” ucapku pada Melisa. Biar aku ingatkan kembali, Melisa adalah adik tiriku. Ayahku memang menikah untuk kedua kalinya setelah ibuku meninggal. Yap! Sekarang aku tahu mengapa ibuku meninggal. Melisa ini anak yang dibawa oleh ibu tiriku. Jadi, sebenarnya kita tidak memiliki hubungan darah. Namun, aku sangat mencintai Melisa, karena aku lah yang merawat Melisa sejak Melisa masih kecil. Bisa dibilang, Melisa tumbuh bersamaku. Semua narasi di atas kini tidak ada artinya. Mencintai Melisa? Jangan bercanda, Melisa adalah orang yang paling aku benci saat ini. Dia lah orang yang mendorongku dari atas tebing. Dasar manusia tidak tahu terima kasih. “Kaget dikit gak bakal bikin, Kakak terkena serangan jantung,” balas Melisa meringis ke arahku. “Aku kangen banget sama kamu, Kak. Semenjak kamu menikah dengan Kak Beni, sekali pun kamu tidak pernah mengunjungi aku. Sekarang aku kesal banget loh!” Meli

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 07. Mendekati Jimmy

    Jika diingat kembali, di kehidupanku sebelumnya aku bertindak ceroboh. Aku melabrak suamiku dan Melisa yang tengah asyik bercinta. Tindakanku tersebut membuat diriku harus rela dikurung oleh Beni selama berminggu-minggu.Untung saja, kemarin aku tidak terbawa emosi. Aku jadi masih bisa bebas hingga detik ini. Satu takdirku telah berubah.Nunu membantuku menata makanan di atas meja. Sebagai menantu keluarga Louzi, sudah menjadi tugasku untuk memasak.Aku tersenyum semanis mungkin menyambut kehadiran suamiku. Tak berselang lama, Melisa muncul di belakang Beni.“Kalian tidur nyenyak?” tanyaku pada mereka.Aku membalik piring suamiku lalu mengisi piring itu dengan nasi.“Selamat pagi, Kak,” ucap Melisa. “Huaaahhh! Aku masih mengantuk,” tambahnya menguap sembari meregangkan tubuh.“Tadi malam tidur jam berapa sih? Kok masih mengantuk?” tanyaku pada Melisa.Melisa yang masih memejamkan mata itu langsun

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 08. Menghasut Jimmy

    “Katakan dengan jelas. Aku tidak ingin mendengar berdasarkan dugaanmu saja,” kata Jimmy. Selain arogan dan dingin, sepertinya Jimmy adalah tipe orang yang tidak suka basa-basi. Baiklah, aku suka pria seperti itu. “Pada waktu polisi menemukan jasad Tuan Louzi, aku dan Beni langsung meluncur ke rumah sakit untuk melihat Tuan Louzi. Polisi mengatakan jika Tuan Louzi meninggal karena terbunuh, dan Beni meminta para polisi untuk menyelidiki. Entah mengapa, tiba-tiba muncul surat yang menyatakan jika Tuan Louzi meninggal karena serangan jantung. Bukankah, ini terdengar sangat janggal?” Dahi Jimmy mengerut saat mendengarku menjelaskan. “Terlebih, beberapa hari sebelum Tuan Louzi ditemukan meninggal. Ada satu malam yang sangat mencengkam. Beberapa orang bersenjata masuk ke dalam rumah, mereka memukul Tuan Louzi hingga tak sadarkan diri. Lalu mereka membawa pergi Tuan Louzi. Saat kejadian, aku melihatnya sendiri.” Jimmy menatapku tajam,

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 09. Kesempatan Dalam Kebetulan

    Ternyata suamiku mampu menahan hasratnya untuk tidak bercinta dengan adik tiriku. Buktinya aku sudah tidak memergokinya keluar kamar di tengah malam.Mungkin kah Beni takut jika Jimmy mengetahui kelakuannya selama ini? Tentu saja, di keluarga Louzi, pernikahan merupakan hal paling dijunjung tinggi. Perselingkuhan dan perceraian adalah hal tabu di tradisi keluarga Louzi. Aku senang mengingat kenyataan tersebut.“Sayang,” panggil Beni.Aku langsung menoleh ke arah suamiku. Dia sudah siap dengan kemeja cokelat miliknya.“Aku akan pergi makan malam bersama rekan bisnisku yang datang dari Prancis,” terang Beni tanpa aku minta.Aku membalas dengan senyuman. “Boleh aku tahu, di restoran mana kamu akan pergi makan malam bersama dengan kolegamu?” tanyaku.“Tumben kamu bertanya? Biasanya kamu tidak peduli dengan tempat yang akan aku kunjungi. Kamu ingin ikut?” Beni balik bertanya.Dia menatapku intens, seakan heran d

Bab terbaru

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab Spesial.

    Beni Louzi menjadi topik utama perbincangan warga dunia. Bagaimana tidak, kasus Beni sangat menggemparkan.Mulai dari penggelapan uang perusahaan, pencucian uang. Dan, yang lebih parah adalah kasus pembunuhan, serta pelecehan seksual yang pernah dilakukan Beni terhadap adik Nunu.Semuanya muncul ke permukaan. Tak terkecuali perbuatan Beni yang menghabisi nyawa ayahnya sendiri demi harta.Setiap pengadilan yang dijalani oleh Beni, Elina tak pernah absen. Tujuannya hanya satu. Elina ingin mengolok-olok mantan suaminya itu.Kejahatan yang dilakukan oleh Beni membuat pria itu dijatuhi hukuman mati pada awalnya. Kemudian diganti dengan hukuman seumur hidup.Nunu lah yang tidak ingin Beni dihukum mati. Setidaknya, Beni harus merasakan bagaimana penderitaan menjalani kehidupan di dalam rutan.Ada momen menggemaskan di pertengahan sidang. Di mana Beni menyangkut-pautkan Elina Yus ke dalam kasus pemalsuan surat wasiat.Sebagai seorang suami, tentu saja Jimmy tidak terima jika istrinya asal dit

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 105. Akhir Yang Menyenangkan

    “Kak Elina?”Melisa tak kuasa menahan tangis. Rasa takut menjalar ke seluruh tubuhnya. Terlebih posisinya yang berada tepat di tepi tebing.Melisa berusaha memundurkan kursi rodanya menggunakan tangan. Namun hasilnya nihil. Kursi roda tersebut sama sekali tidak bisa bergerak.“Percuma, kursi rodamu dikendalikan oleh remot kontrol. Kamu tidak mungkin bisa menggerakkan kursi roda secara manual,” terang Daniel.“Tolong aku!” rengek Melisa. “Daniel, tolong aku, jangan biarkan aku mati,” mohonnya.Daniel berdecap. “Tidak ada untungnya menolongmu. Kamu harus merasakan apa yang dulu dirasakan oleh Elina. Terjatuh dari atas tebing,” tandasnya.Melisa menangis keras.“Jangan terlalu aktif bergerak. Nanti tubuhmu bisa jatuh lalu hancur,” ucap Daniel memperingati Melisa.Melisa pun berhenti bergerak. Dia hanya bisa terdiam sambil terus menangis ketakutan.“Seseorang yang kamu cintai akan datang. Kamu harus bisa meyakinkan dia agar mau menyelamatkanmu,” pungkas Daniel.Kini yang ada di pikiran Me

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 104. Melisa Ada Di Posisi Elina

    Elina merawat Melisa dengan begitu baik. Melisa pun merasa sangat senang atas semua perhatian yang dilimpahkan Elina untuknya. Namun, satu hal yang tidak Melisa tahu. Elina sengaja membiarkan Melisa tetap dalam keadaan lumpuh.“Kapan ibumu pulang? Sekarang ibumu ada di mana sih?” tanya Elina.“Ibuku sedang berada di Iran. Dia pergi berlibur bersama teman-teman arisan,” jawab Melisa.“Ibumu sudah tahu tentang kondisimu?”Melisa menggelengkan kepala sebagai jawaban.“Kenapa kamu tidak memberi tahu ibumu? Dia bisa pulang untuk merawatmu,” ujar Elina.“Aku enggak mau ibuku ikut sedih. Sudah sewajarnya jika ibuku hidup bahagia sekarang,” tutur Melisa.“Jadi begitu ya?”Perhatian dua wanita itu terfokus pada berita di televisi yang menayangkan sebuah kecelakaan pesawat.Melisa meraung ketika identitas ibunya terpampang menjadi salah satu penumpang pesawat yang tidak selamat.Elina memeluk erat adiknya sembari terus menenangkan adiknya yang seperti orang gila.Sementara itu, Elina tak memada

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 103. Rencana Baru Elina

    Sisca dijebloskan ke dalam penjara atas laporan yang dibuat oleh Jimmy. Sebenarnya Beni juga dilaporkan. Tapi, berhubung Beni memiliki banyak uang, lelaki itu terbebas dari hukuman penjara.Beni hanya diharuskan untuk membayar denda.Awalnya Sisca murka. Namun, setelah mendengar penjelasan Beni, dan janji Beni yang akan membebaskannya. Sisca menerima dengan lapang dada.Mungkin tinggal di dalam penjara bisa membuat pikiran Sisca menjadi sedikit jernih.***Karena terjatuh dari mobil yang tengah melaju cukup kencang, Melisa mengalami patah tulang kaki. Untuk saat ini, Melisa harus duduk di kursi roda.“Nasibku benar-benar mirip Kak Elina,” kata Melisa sedih.Beni menghembuskan napas, kemudian mengelus kepala kekasihnya.“Jangan bicara seperti itu lagi. Nasibmu sama sekali tidak mirip dengan kakakmu. Aku masih mencintaimu,” tutur Beni berusaha memberi semangat pada Melisa.“Aku tidak bisa berjalan,” gumam Melisa. “Aku lumpuh,” tambahnya.Beni menggelengkan kepalanya. Tidak setuju dengan

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 102. Perceraian James Dan Sisca

    Ketika Melisa ingin membuka pintu kamar hotel, Elina mencegahnya.“Kenapa?” tanya Melisa melihat sengit ke arah kakaknya.“Aku sudah menghubungi suami dari si wanita yang bersama Beni. Dia sedang dalam perjalanan menuju ke sini,” terang Elina.Melisa tampak terkejut. “Apa? Bahkan wanita yang bersama suamiku sudah memiliki seorang kekasih? Sungguh menggelikan!”“Sabar dulu ya. Kita tunggu sampai dia datang. Kamu harus bisa menahan amarahmu,” tutur Elina menangkan Melisa.Mau tak mau Melisa mengalah. Keduanya berdiri di depan pintu sembari menunggu kedatangan Jimmy.Tak lama kemudian Jimmy menampakkan wujudnya di hadapan Melisa dan Elina.“Kamu ‘kan pacarnya Kak Elina? Kok Ngapain kamu ada di sini?” tanya Melisa heran.“Melisa kamu jangan salah paham dulu. Pria yang ada di hadapanmu bukanlah kekasihku. Melainkan suami dari si wanita yang sekarang ada di dalam kamar bersama Beni.”“Apa?”“Bisa kalian berdua minggir? Aku sudah tidak sabar melihat sesuatu yang ada di dalam sana,” tandas Ji

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 101. Ketahuan Nih?

    “Apa yang kamu lakukan, Sisca?” tanya Beni.Sisca berhenti mengerjakan pekerjaannya. Dia memfokuskan diri pada Beni, Sang Bos sekaligus kekasih gelapnya.“Apa yang aku lakukan?” Bukannya menjawab, Sisca justru balik bertanya.Beni tersenyum tipis. “Jangan pura-pura bodoh gitu. Aku sudah tahu apa yang kamu lakukan terhadap uang perusahaan,” ujar Beni.Meski telah ketahuan, Sisca sama sekali tidak merasa takut.“Kamu ingin memasukkanku ke dalam penjara?” tantang Sisca.“Kamu berani sekali, Sisca.” Beni mencondongkan kepalanya, mendekatkan bibirnya tepat di telinga Sisca. “Aku makin tertarik denganmu,” bisik Beni.Sisca mendorong pundak Beni agar menjauh dari tubuhnya.“Bisa-bisanya kamu menggodaku di kantor. Bagaimana jika ada pegawai lain yang melihat kita? Mereka bisa melaporkan perbuatanmu pada kekasihmu,” ejek Sisca.“Siapa yang berani mengusikku? Aku akan menghabisi mereka yang tidak tunduk,” tandas Beni.“Kamu terlihat menawan setiap kali mengeraskan rahangmu,” puji Sisca.Awaln

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 100. Pernikahan Palsu Untuk Sisca

    Keinginan Sisca langsung diwujudkan oleh Jimmy. Pria itu benar-benar menggelar acara pernikahan untuk dirinya dan Sisca. Tindakan ini Jimmy ambil, karena dia telah mendapat izin dari Elina. Bahkan Elina yang menentukan tanggal pernikahan.Tentu saja, semua hanya kepura-puraan belaka. Jimmy tidak akan pernah sudi menyentuh Sisca, apalagi sampai tidur dengan wanita itu.Beni, selaku kekasih gelap Sisca juga menghadiri pesta pernikahan Jimmy dan Sisca. Sebagai sepasang kekasih gelap, Sisca dan Beni sanggup berakting sehingga tidak ada satu pun dari hadirin yang mencurigai mereka berdua. Sungguh luar biasa.“Jangan memikirkanku ketika Jimmy sedang menggaulimu.” Beni berbisik pada Sisca.Sisca tertawa kecil mendengar ucapan Beni yang menurutnya sangat lucu.“Kamu juga. Kita berdua adalah orang profesional,” kata Sisca membalas bisikan Beni.Beni menepuk pelan pundak Sisca.“Kamu wanita hebat. Aku sudah tidak sabar melihat hasil kerjamu yang lainnya,” tutur Beni.“Kalian berdua terlihat s

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 99. Akhirnya Beni Jatuh Pada Sisca

    Membuat Beni bertekuk lutut bukanlah hal yang mudah. Berkali-kali Sisca mencoba, dia selalu gagal. Sisca hampir putus asa.“Aku kesal sekali. Beni menolakku telak. Benar-benar memalukan,” keluh Sisca.“Jangan patah semangat begitu. Aku yakin, kamu pasti bisa,” ujar Jimmy menyemangati Sisca.“Aku putus asa. Beni bukan tipe pria yang mudah didekati,” kata Sisca.“Mungkin karena masih ada Melisa, kekasih Beni.”“Melisa? Gadis kecil berusia dua puluh tahun itu? Dia kekasih Tuan Beni?” tanya Sisca terkejut.“Kamu tidak tahu? Aku pikir kamu sudah mengetahuinya.”Sisca menggelengkan kepalanya.“Aku pikir, Melisa adalah adik atau keponakan Tuan Beni. Hey, usia mereka berdua terpaut lumayan jauh. Sungguh menggelikan.”Melisa bergidik ngeri mengingat hubungan yang terjalin antara Beni dan Melisa.“Setiap orang memiliki selera mereka masing-masing. Begitu pun denganku,” tutur Jimmy.Wajah Sisca berubah cemberut.“Ugh! Aku frustrasi!” pekik Sisca merasa kepalanya pusing.Jimmy tersenyum lembut ke

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 98. Sisca Menjadi Wakil Presdir

    Beni mengirim proposal mengenai pengajuan diangkatnya Sisca menjadi Wakil Presdir kepada pihak Geo Grup. Berkas tersebut telah sampai ke tangan Mark. Mark yang sudah tahu jika pengajuan Sisca merupakan keinginan Jimmy, tanpa berpikir terlebih dahulu, Mark langsung menyetujui. Atas pernyataan resmi Mark, selaku Presdir perusahaan induk Coco Company. Beni langsung mengangkat Sisca menjadi Wakil Presdir. Kebetulan sekali, posisi Wakil Presdir memang sedang dalam kondisi kosong. Beni belum memiliki kandidat bagus yang bisa menggantikan Tuan Han.Kenaikan pangkat Sisca yang terjadi dalam waktu singkat, membuat wanita itu menjadi sosok yang paling dibenci di kantornya. Bahkan, orang yang dulu menjadi atasan Sisca, kini ikut tidak menyukai Sisca. Karena dia tahu persis bagaimana kinerja Sisca.“Kamu senang?” tanya Jimmy pada Sisca.“Kamu menjadikanku Wakil Presdir. Tentu saja aku senang bukan main. Sekarang, aku punya gaji yang melimpah. Semua orang di kantor juga menghormati aku,” ungkap

DMCA.com Protection Status