Share

Bab. 05. Kehebatan Suamiku

Author: Kurnia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Suasana menjadi tegang. Wajah suamiku yang awalnya santai berubah mengeras, menjadi lebih gahar. Sementara Jimmy masih sama, tanpa ekspresi. Dasar kanebo kering.

"Sekaku itu kah wajahmu Jimmy?" tanyaku dalam hati.

"Semua orang tahu jika aku lebih kopenten dalam memimpin perusahaan. Tapi, ayah sudah memilihmu. Jadi untuk apa aku merasa keberatan?" ujar Jimmy.

Aku mengingat kalimat yang dilontarkan Jimmy. Menghina Beni secara tidak langsung.

Berhubung aku adalah istri terbaik di muka bumi ini. Aku akan sedikit membela suamiku dengan mengatakan, "Tuan Jimmy, jika kamu lebih mampu memimpin perusahaan? Kenapa Tuan Louzi menyerahkan jabatan Presdir kepada suamiku? Itu artinya, suamiku jauh lebih baik daripada kamu."

Jimmy menatapku kilas kemudian kembali menenang. Dia merapihkan kerah kemejanya yang tidak berantakan.

Aku menatap Jimmy cukup lama. "Bagaimana bisa kamu sedingin ini? Padahal hatimu sangat tulus dan bersih," batinku.

Tepukkan suamiku di punggung tanganku membuatku tersentak. Refleks aku menoleh ke arah Beni.

"Terima kasih," bisik Beni tepat di telingaku.

Tubuhku berdesir geli ketika merasakan napas hangat Beni menerpa kulitku.

"Sudah tidak ada lagi yang perlu dibicarakan kan?" tanya Jimmy memecah keheningan. "Kalau begitu, aku permisi."

Jimmy mendirikan tubuh gagahnya lalu berlalu pergi meninggalkan tempat, sebelum orang lain merespon perkataan Jimmy.

Selain dingin, Jimmy juga tidak punya sopan santun.

***

Satu bulan berlalu, pernikahanku dengan Beni berjalan lancar, tidak ada kendala berarti. Mungkin hanya sedikit gangguan dari Nunu yang masih saja sinis terhadapku. Aku tidak masalah, malahan aku senang bisa berinteraksi dengan Nunu sesering mungkin.

"Coba lihat, apa yang aku bawa untukmu, Cintaku," ujar Beni menghampiriku.

Aku memfokuskan diri pada suamiku. Betapa senangnya aku ketika Beni mengeluarkan sebuah kalung berlian dari kotak perhiasan. Setiap wanita pasti senang mendapat barang mewah. Aku tidak mau munafik.

"Saat aku melewati toko perhiasan di dalam Mall. Aku teringat dirimu, dan langsung memesan kalung paling indah di sana. Ternyata, setelah kalung perhiasan pilihanku terpantri di lehermu. Kalung tersebut langsung muram karena kalah dari kecantikanmu."

Sebelum Beni berhasil mengambil seluruh hartaku, dia memperlakukanku bak seorang ratu. Jadi, aku akan menikmati permainannya.

"Kamu menyukai hadiah kecil dariku?" tanya Beni menarik daguku.

Kepalaku mengangguk pelan. "Iya, aku sangat menyukai hadiahmu. Terima kasih, Sayang," jawabku mengelus pinggang suamiku.

Beni duduk di sebelahku setelah mengelus kepalaku.

"Aku ingin mengajakmu membicarakan sesuatu," ucap Beni. Wajahnya terlihat sedikit tegang.

Aku menyentuh pipi Beni lalu meminta Beni mengatakan apa pun yang ingin dia katakan. Tidak perlu sungkan. Toh, aku sudah tahu apa yang akan Beni minta malam ini.

Beni menghembuskan napas. Setelah menenang, barulah Beni berucap, "Mungkin kamu akan menganggapku serakah setelah mendengar perkataanku. Tapi, aku hanya ingin kamu mendengarnya saja. Jadi begini, kita kan sudah menikah, apa pun yang menjadi milikku, juga menjadi milikmu, begitu pun sebaliknya. Bagaimana kalau kamu memberiku akses atas pertambangan minyak milikmu? Maksudku, aku tidak bermaksud menguasai perusahaan minyak milikmu. Hanya saja, aku pikir, kamu akan kewalahan kalau bekerja di perusahaan keluargamu. Kamu tahu kan? Kalau aku pengin kamu cepat hamil. Nanti kalau kamu bekerja, kamu bisa setres dan akan susah hamil."

Beni menerangkannya dengan berhati-hati. Dia pasti takut aku salah paham.

Aku yang memang sudah tahu kebusukan Beni tidak langsung menyetujui kemauan Beni. Mungkin tidak akan pernah. Tidak ada alasan untuk memercayai Beni.

"Kamu ingin mengambil alih perusahaan keluargaku yang sudah jatuh ke tanganku?" tanyaku memastikan.

"Aku tidak bermaksud begitu. Kamu pasti menganggapku serakah kan?" tuduh Beni.

"Kamu memang serakah, dasar manusia palsu," ejekku dalam hati.

"Sekali pun aku tidak pernah menganggapmu serakah. Aku malah setuju dengan pemikiranmu. Kalau diingat kembali, aku tidak pernah terjun langsung untuk mengurus tambang. Bisa dibilang, belum sempat karena ayahku meninggal sebelum aku belajar tentang pertambangan minyak. Jadi, aku hanya anak perempuan yang kebetulan mendapat warisan pertambangan minyak dari ayahku. Jika kamu ingin mengurus perusahaan minyak milikku, akan aku izinkan. Tapi aku tidak bisa mengalihkan kepemilikikan perusahaan atas namamu."

Beni agak kecewa mendengar jawabanku. Kemudian Beni buru-buru menebar senyuman.

"Tapi, kamu mengizinkan aku untuk leluasa mengelola perusahaan minyak milikmu kan?" tanya Beni.

Aku mengangguk lalu menjawab, "Kamu boleh mengelola perusahaan minyak milikku. Tapi, setiap kali kamu akan mengambil keputusan. Kamu harus berbicara terlebih dahulu denganku."

Beni terlihat menahan rasa kesal. Dia terdiam cukup lama. Aku hanya menunggu jawaban Beni dengan sabar.

Setelah menghempuskan napas panjang, Beni berkata, "Terima kasih, Sayang. Kamu sudah memercayaiku untuk mengolah pertambangan minyak milikmu. Aku tak kan membuatmu kecewa."

Beni adalah orang yang sangat sering membuatku kecewa, ucapannya sungguh manis.

***

Aku membiarkan Beni mendudukki kursiku di perusahaan. Hal tersebut sengaja aku lakukan. Aku ingin Beni terbang setinggi mungkin, lalu aku akan melemparnya jatuh.

"Terima kasih, Sayang. Telah percaya padaku. Sekarang, perusahaan kita memiliki hubungan yang makin erat," ucap Beni penuh keyakinan.

Aku tersenyum lembut. "Aku selalu percaya padamu. Jangan lupa menambah uang bulananku, beserta uang jajanku," candaku sedikit mencairkan suasana.

Senyumanku terhenti saat aku melihat Jimmy menatapku tajam. Aku baru menyadari keberadaan Jimmy. Aku pikir pria dingin itu tidak akan menghadiri acara ini. Ternyata dia muncul, mungkin dia sedikit terlambat.

Setelah acara formal usai. Barulah Jimmy menghampiri kami. Jimmy berdiri tepat di hadapan suamiku. Aku sudah siap mendengar Jimmy mempermalukan suamiku di depan banyak halayak.

"Prestasimu sungguh luar biasa. Aku akan menirumu. Menikahi wanita bodoh yang memiliki banyak harta," tandas Jimmy menyeringai.

"Kamu bilang apa? Siapa wanita bodoh yang kamu maksud?" sahutku tidak terima dikatain bodoh. Walaupun kenyataannya aku memang bodoh. "Kamu ini pintar sekali menyindir seseorang ya?" ejekku pada Jimmy.

Jimmy menoleh ke arahku. Dia memberiku senyuman miring, seolah tengah mengejekku.

"Hey, cepat jawab aku! Jangan hanya tersenyum seperti itu!" paksaku. Aku ingin Jimmy menyebut namaku dengan jelas.

"Pergilah ke kamarmu, berdirilah di depan cermin besar. Maka kamu akan melihat wanita bodoh yang aku maksud."

Jimmy sungguh arogan. Aneh sekali, bukannya marah atas ejekkan Jimmy. Aku justru merasa senang. Mungkinkah aku jatuh hati pada adik iparku sendiri?

Mana mungkin aku tertarik dengan Jimmy. Aku menggelengkan kepalaku guna menghilangkan pikiranku tentang Jimmy.

Aku membiarkan Jimmy berlalu pergi meninggalkanku bersama Beni.

"Tidak perlu diambil hati, Jimmy hanya sedang marah padaku. Karena dia tidak menjadi Presdir, seperti yang pernah ayahku janjikan padanya dulu," jelas Beni.

"Jadi begitu? Pantas saja sikapnya menyebalkan," kataku asal.

"Tidak perlu diambil pusing. Ayo kita kembali mengobrol dengan para pemegang saham," ajak Beni. "Tersenyumlah seperti bunga mekar."

Beni menyentuh pipiku dengan lembut. Aku pun tak kuasa untuk menahan senyum. Dalam sekejab, moodku yang berantakan bisa langsung kembali membaik.

Ketika aku dan suamiku asyik berbincang dengan salah satu kolega, tiba-tiba seorang gadis memeluk tubuhku dari belakang. Otomatis pehatian kami terfokus pada sosok gadis itu.

"Melisa?"

Bersambung...

Related chapters

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 06. Suamiku Dan Adik Tiriku Berselingkuh

    “Ya ampun Melisa, kamu mengagetkan aku,” ucapku pada Melisa. Biar aku ingatkan kembali, Melisa adalah adik tiriku. Ayahku memang menikah untuk kedua kalinya setelah ibuku meninggal. Yap! Sekarang aku tahu mengapa ibuku meninggal. Melisa ini anak yang dibawa oleh ibu tiriku. Jadi, sebenarnya kita tidak memiliki hubungan darah. Namun, aku sangat mencintai Melisa, karena aku lah yang merawat Melisa sejak Melisa masih kecil. Bisa dibilang, Melisa tumbuh bersamaku. Semua narasi di atas kini tidak ada artinya. Mencintai Melisa? Jangan bercanda, Melisa adalah orang yang paling aku benci saat ini. Dia lah orang yang mendorongku dari atas tebing. Dasar manusia tidak tahu terima kasih. “Kaget dikit gak bakal bikin, Kakak terkena serangan jantung,” balas Melisa meringis ke arahku. “Aku kangen banget sama kamu, Kak. Semenjak kamu menikah dengan Kak Beni, sekali pun kamu tidak pernah mengunjungi aku. Sekarang aku kesal banget loh!” Meli

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 07. Mendekati Jimmy

    Jika diingat kembali, di kehidupanku sebelumnya aku bertindak ceroboh. Aku melabrak suamiku dan Melisa yang tengah asyik bercinta. Tindakanku tersebut membuat diriku harus rela dikurung oleh Beni selama berminggu-minggu.Untung saja, kemarin aku tidak terbawa emosi. Aku jadi masih bisa bebas hingga detik ini. Satu takdirku telah berubah.Nunu membantuku menata makanan di atas meja. Sebagai menantu keluarga Louzi, sudah menjadi tugasku untuk memasak.Aku tersenyum semanis mungkin menyambut kehadiran suamiku. Tak berselang lama, Melisa muncul di belakang Beni.“Kalian tidur nyenyak?” tanyaku pada mereka.Aku membalik piring suamiku lalu mengisi piring itu dengan nasi.“Selamat pagi, Kak,” ucap Melisa. “Huaaahhh! Aku masih mengantuk,” tambahnya menguap sembari meregangkan tubuh.“Tadi malam tidur jam berapa sih? Kok masih mengantuk?” tanyaku pada Melisa.Melisa yang masih memejamkan mata itu langsun

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 08. Menghasut Jimmy

    “Katakan dengan jelas. Aku tidak ingin mendengar berdasarkan dugaanmu saja,” kata Jimmy. Selain arogan dan dingin, sepertinya Jimmy adalah tipe orang yang tidak suka basa-basi. Baiklah, aku suka pria seperti itu. “Pada waktu polisi menemukan jasad Tuan Louzi, aku dan Beni langsung meluncur ke rumah sakit untuk melihat Tuan Louzi. Polisi mengatakan jika Tuan Louzi meninggal karena terbunuh, dan Beni meminta para polisi untuk menyelidiki. Entah mengapa, tiba-tiba muncul surat yang menyatakan jika Tuan Louzi meninggal karena serangan jantung. Bukankah, ini terdengar sangat janggal?” Dahi Jimmy mengerut saat mendengarku menjelaskan. “Terlebih, beberapa hari sebelum Tuan Louzi ditemukan meninggal. Ada satu malam yang sangat mencengkam. Beberapa orang bersenjata masuk ke dalam rumah, mereka memukul Tuan Louzi hingga tak sadarkan diri. Lalu mereka membawa pergi Tuan Louzi. Saat kejadian, aku melihatnya sendiri.” Jimmy menatapku tajam,

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 09. Kesempatan Dalam Kebetulan

    Ternyata suamiku mampu menahan hasratnya untuk tidak bercinta dengan adik tiriku. Buktinya aku sudah tidak memergokinya keluar kamar di tengah malam.Mungkin kah Beni takut jika Jimmy mengetahui kelakuannya selama ini? Tentu saja, di keluarga Louzi, pernikahan merupakan hal paling dijunjung tinggi. Perselingkuhan dan perceraian adalah hal tabu di tradisi keluarga Louzi. Aku senang mengingat kenyataan tersebut.“Sayang,” panggil Beni.Aku langsung menoleh ke arah suamiku. Dia sudah siap dengan kemeja cokelat miliknya.“Aku akan pergi makan malam bersama rekan bisnisku yang datang dari Prancis,” terang Beni tanpa aku minta.Aku membalas dengan senyuman. “Boleh aku tahu, di restoran mana kamu akan pergi makan malam bersama dengan kolegamu?” tanyaku.“Tumben kamu bertanya? Biasanya kamu tidak peduli dengan tempat yang akan aku kunjungi. Kamu ingin ikut?” Beni balik bertanya.Dia menatapku intens, seakan heran d

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 10. Rencana Jimmy

    “Ketika sudah tidak ada kesetiaan dalam rumah tangga, tindakan terbaik yang harus diambil adalah mengajukan perceraian,” jelas Jimmy membenarkan.“Apa yang terjadi kepada Beni kalau aku mengajukan perceraian?” tanyaku.“Tergantung bagaimana cara Beni bercerai. Kalau kalian bercerai karena Beni selingkuh, maka Beni akan kehilangan segalanya. Dengan syarat, kamu harus melampirkan bukti perselingkuhan yang dilakukan Beni.”Itu adalah kalimat terpanjang yang pernah aku dengar dari Jimmy.“Melampirkan bukti?” tanyaku.“Ya, kamu harus punya bukti, seperti video atau foto yang jelas,” jawab Jimmy.“Kamu benar, Beni pasti akan mengelak tuduhanku karena aku tidak memiliki bukti. Terlebih, Melisa juga akan membela Beni mati-matian. Setelah kami bercerai, Beni dan Melisa bisa hidup bahagia. Aku tidak terima jika hal itu terjadi!” cecarku menggebu-gebu.Jimmy memandangiku lalu mengelus kepalaku. Perasaanku berdesir nya

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 11. Aku Merawat Diri

    Sungguh busuk! Sejak awal Beni memang mengincar hartaku sebagai pewaris tunggal keluarga Yus.Apa dia bilang barusan? Akan mengambil seluruh hartaku, lalu memberikannya kepada Melisa? Jangan terlalu berharap dan tetaplah itu menjadi mimpimu belaka. Aku, tidak akan membiarkanmu begitu saja. Hartaku, hanya akan menjadi milikku.“Lantas? Mengapa kamu memperbolehkan Jimmy mendekatimu?” tanya Beni.Aku kembali fokus kepada dua manusia tidak bermoral itu.“Aku memperbolehkan Jimmy mendekatiku hanya untuk menutupi hubungan kita. Kamu enggak mau kan dicurigai sama Kak Elina. Kita harus pintar berpikir untuk menyembunyikan hubungan kita,” jelas Melisa.“Baiklah aku setuju kamu dekat dengan Jimmy. Tetapi, jangan pernah sekalipun kamu mengizinkan Jimmy menyentuh tubuh indahmu. Hanya aku satu-satunya pria yang berhak menjamahmu. Kamu mengerti, Cintaku?”Aku hampir muntah mendengar kalimat cringe yang dilontarkan oleh Beni. Sepert

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 12. Terendus Kelicikan Melisa

    “Aku juga enggak mau berpikir begitu. Tapi.” Aku tak melanjutkan kalimatku.“Enggak ada tapi-tapian, Kak! Pokoknya aku yakin kalau Kak Beni enggak berselingkuh! Sekarang mending kamu kembali ke kamarmu lalu pergi tidur. Kak Beni pasti bakal pulang. Sudah, jangan dipikirkan lagi.”Melisa memaksaku untuk beristirahat. Bahkan dia mengantarku masuk ke dalam kamar. Dia ingin memastikan bahwa aku benar-benar tertidur nyaman di atas ranjang.Melisa meraih gelas kosong di atas meja. “Kakak sudah minum susu?” tanya Melisa.“Iya, aku sudah meminumnya. Kenapa?” jawabku.Melisa menggelengkan kepala lalu kembali meletakkan gelas tersebut pada tempatnya.“Kakak tidur ya,” pinta Melisa mendorong pelan pundakku agar berbaring. Tak hanya itu, Melisa juga menarik selimut untuk menutupi tubuhku.“Terima kasih ya, Melisa. Kamu mau mendengarkan keluh kesahku,” ucapku tersenyum lembut.“Iya, Kak. Sebagai seorang adik,

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 13. Beni Tidak Bersalah?

    Jimmy terkekeh mendengar kalimat yang keluar dari bibir tipis Beni.“Seperti biasa, pembual ulung,” cetus Jimmy menatap Beni dengan senyuman aneh.Karena Jimmy tidak pernah tersenyum, jadi, ketika Jimmy mengeluarkan senyuman di wajahnya yang kaku, terlihat begitu aneh dan menyeramkan bagiku.“Siapa yang kamu sebut dengan pembual?” sahut Beni.Beni tersenyum manis menatap Jimmy, namun kedua tangannya mengepal kuat.“Kamu adalah seorang pembual,” tandas Jimmy memperjelas.“Aku bukan seorang pembual. Aku seorang pria manis dan penuh cinta,” sangkal Beni.Suasana di meja makan kembali memanas. Aku tidak mengerti, mungkin Jimmy sengaja, atau memang seperti ini cara Jimmy meluapkan kekesalan di hatinya akibat Beni yang sesuka hati mengubah peraturan.“Kak Jimmy, kita lagi makan loh. Kenapa sih, Kak Jimmy bikin suasana jadi enggak enak?!”Melisa yang merasa kesal sejak awal itu pun akhi

Latest chapter

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab Spesial.

    Beni Louzi menjadi topik utama perbincangan warga dunia. Bagaimana tidak, kasus Beni sangat menggemparkan.Mulai dari penggelapan uang perusahaan, pencucian uang. Dan, yang lebih parah adalah kasus pembunuhan, serta pelecehan seksual yang pernah dilakukan Beni terhadap adik Nunu.Semuanya muncul ke permukaan. Tak terkecuali perbuatan Beni yang menghabisi nyawa ayahnya sendiri demi harta.Setiap pengadilan yang dijalani oleh Beni, Elina tak pernah absen. Tujuannya hanya satu. Elina ingin mengolok-olok mantan suaminya itu.Kejahatan yang dilakukan oleh Beni membuat pria itu dijatuhi hukuman mati pada awalnya. Kemudian diganti dengan hukuman seumur hidup.Nunu lah yang tidak ingin Beni dihukum mati. Setidaknya, Beni harus merasakan bagaimana penderitaan menjalani kehidupan di dalam rutan.Ada momen menggemaskan di pertengahan sidang. Di mana Beni menyangkut-pautkan Elina Yus ke dalam kasus pemalsuan surat wasiat.Sebagai seorang suami, tentu saja Jimmy tidak terima jika istrinya asal dit

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 105. Akhir Yang Menyenangkan

    “Kak Elina?”Melisa tak kuasa menahan tangis. Rasa takut menjalar ke seluruh tubuhnya. Terlebih posisinya yang berada tepat di tepi tebing.Melisa berusaha memundurkan kursi rodanya menggunakan tangan. Namun hasilnya nihil. Kursi roda tersebut sama sekali tidak bisa bergerak.“Percuma, kursi rodamu dikendalikan oleh remot kontrol. Kamu tidak mungkin bisa menggerakkan kursi roda secara manual,” terang Daniel.“Tolong aku!” rengek Melisa. “Daniel, tolong aku, jangan biarkan aku mati,” mohonnya.Daniel berdecap. “Tidak ada untungnya menolongmu. Kamu harus merasakan apa yang dulu dirasakan oleh Elina. Terjatuh dari atas tebing,” tandasnya.Melisa menangis keras.“Jangan terlalu aktif bergerak. Nanti tubuhmu bisa jatuh lalu hancur,” ucap Daniel memperingati Melisa.Melisa pun berhenti bergerak. Dia hanya bisa terdiam sambil terus menangis ketakutan.“Seseorang yang kamu cintai akan datang. Kamu harus bisa meyakinkan dia agar mau menyelamatkanmu,” pungkas Daniel.Kini yang ada di pikiran Me

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 104. Melisa Ada Di Posisi Elina

    Elina merawat Melisa dengan begitu baik. Melisa pun merasa sangat senang atas semua perhatian yang dilimpahkan Elina untuknya. Namun, satu hal yang tidak Melisa tahu. Elina sengaja membiarkan Melisa tetap dalam keadaan lumpuh.“Kapan ibumu pulang? Sekarang ibumu ada di mana sih?” tanya Elina.“Ibuku sedang berada di Iran. Dia pergi berlibur bersama teman-teman arisan,” jawab Melisa.“Ibumu sudah tahu tentang kondisimu?”Melisa menggelengkan kepala sebagai jawaban.“Kenapa kamu tidak memberi tahu ibumu? Dia bisa pulang untuk merawatmu,” ujar Elina.“Aku enggak mau ibuku ikut sedih. Sudah sewajarnya jika ibuku hidup bahagia sekarang,” tutur Melisa.“Jadi begitu ya?”Perhatian dua wanita itu terfokus pada berita di televisi yang menayangkan sebuah kecelakaan pesawat.Melisa meraung ketika identitas ibunya terpampang menjadi salah satu penumpang pesawat yang tidak selamat.Elina memeluk erat adiknya sembari terus menenangkan adiknya yang seperti orang gila.Sementara itu, Elina tak memada

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 103. Rencana Baru Elina

    Sisca dijebloskan ke dalam penjara atas laporan yang dibuat oleh Jimmy. Sebenarnya Beni juga dilaporkan. Tapi, berhubung Beni memiliki banyak uang, lelaki itu terbebas dari hukuman penjara.Beni hanya diharuskan untuk membayar denda.Awalnya Sisca murka. Namun, setelah mendengar penjelasan Beni, dan janji Beni yang akan membebaskannya. Sisca menerima dengan lapang dada.Mungkin tinggal di dalam penjara bisa membuat pikiran Sisca menjadi sedikit jernih.***Karena terjatuh dari mobil yang tengah melaju cukup kencang, Melisa mengalami patah tulang kaki. Untuk saat ini, Melisa harus duduk di kursi roda.“Nasibku benar-benar mirip Kak Elina,” kata Melisa sedih.Beni menghembuskan napas, kemudian mengelus kepala kekasihnya.“Jangan bicara seperti itu lagi. Nasibmu sama sekali tidak mirip dengan kakakmu. Aku masih mencintaimu,” tutur Beni berusaha memberi semangat pada Melisa.“Aku tidak bisa berjalan,” gumam Melisa. “Aku lumpuh,” tambahnya.Beni menggelengkan kepalanya. Tidak setuju dengan

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 102. Perceraian James Dan Sisca

    Ketika Melisa ingin membuka pintu kamar hotel, Elina mencegahnya.“Kenapa?” tanya Melisa melihat sengit ke arah kakaknya.“Aku sudah menghubungi suami dari si wanita yang bersama Beni. Dia sedang dalam perjalanan menuju ke sini,” terang Elina.Melisa tampak terkejut. “Apa? Bahkan wanita yang bersama suamiku sudah memiliki seorang kekasih? Sungguh menggelikan!”“Sabar dulu ya. Kita tunggu sampai dia datang. Kamu harus bisa menahan amarahmu,” tutur Elina menangkan Melisa.Mau tak mau Melisa mengalah. Keduanya berdiri di depan pintu sembari menunggu kedatangan Jimmy.Tak lama kemudian Jimmy menampakkan wujudnya di hadapan Melisa dan Elina.“Kamu ‘kan pacarnya Kak Elina? Kok Ngapain kamu ada di sini?” tanya Melisa heran.“Melisa kamu jangan salah paham dulu. Pria yang ada di hadapanmu bukanlah kekasihku. Melainkan suami dari si wanita yang sekarang ada di dalam kamar bersama Beni.”“Apa?”“Bisa kalian berdua minggir? Aku sudah tidak sabar melihat sesuatu yang ada di dalam sana,” tandas Ji

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 101. Ketahuan Nih?

    “Apa yang kamu lakukan, Sisca?” tanya Beni.Sisca berhenti mengerjakan pekerjaannya. Dia memfokuskan diri pada Beni, Sang Bos sekaligus kekasih gelapnya.“Apa yang aku lakukan?” Bukannya menjawab, Sisca justru balik bertanya.Beni tersenyum tipis. “Jangan pura-pura bodoh gitu. Aku sudah tahu apa yang kamu lakukan terhadap uang perusahaan,” ujar Beni.Meski telah ketahuan, Sisca sama sekali tidak merasa takut.“Kamu ingin memasukkanku ke dalam penjara?” tantang Sisca.“Kamu berani sekali, Sisca.” Beni mencondongkan kepalanya, mendekatkan bibirnya tepat di telinga Sisca. “Aku makin tertarik denganmu,” bisik Beni.Sisca mendorong pundak Beni agar menjauh dari tubuhnya.“Bisa-bisanya kamu menggodaku di kantor. Bagaimana jika ada pegawai lain yang melihat kita? Mereka bisa melaporkan perbuatanmu pada kekasihmu,” ejek Sisca.“Siapa yang berani mengusikku? Aku akan menghabisi mereka yang tidak tunduk,” tandas Beni.“Kamu terlihat menawan setiap kali mengeraskan rahangmu,” puji Sisca.Awaln

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 100. Pernikahan Palsu Untuk Sisca

    Keinginan Sisca langsung diwujudkan oleh Jimmy. Pria itu benar-benar menggelar acara pernikahan untuk dirinya dan Sisca. Tindakan ini Jimmy ambil, karena dia telah mendapat izin dari Elina. Bahkan Elina yang menentukan tanggal pernikahan.Tentu saja, semua hanya kepura-puraan belaka. Jimmy tidak akan pernah sudi menyentuh Sisca, apalagi sampai tidur dengan wanita itu.Beni, selaku kekasih gelap Sisca juga menghadiri pesta pernikahan Jimmy dan Sisca. Sebagai sepasang kekasih gelap, Sisca dan Beni sanggup berakting sehingga tidak ada satu pun dari hadirin yang mencurigai mereka berdua. Sungguh luar biasa.“Jangan memikirkanku ketika Jimmy sedang menggaulimu.” Beni berbisik pada Sisca.Sisca tertawa kecil mendengar ucapan Beni yang menurutnya sangat lucu.“Kamu juga. Kita berdua adalah orang profesional,” kata Sisca membalas bisikan Beni.Beni menepuk pelan pundak Sisca.“Kamu wanita hebat. Aku sudah tidak sabar melihat hasil kerjamu yang lainnya,” tutur Beni.“Kalian berdua terlihat s

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 99. Akhirnya Beni Jatuh Pada Sisca

    Membuat Beni bertekuk lutut bukanlah hal yang mudah. Berkali-kali Sisca mencoba, dia selalu gagal. Sisca hampir putus asa.“Aku kesal sekali. Beni menolakku telak. Benar-benar memalukan,” keluh Sisca.“Jangan patah semangat begitu. Aku yakin, kamu pasti bisa,” ujar Jimmy menyemangati Sisca.“Aku putus asa. Beni bukan tipe pria yang mudah didekati,” kata Sisca.“Mungkin karena masih ada Melisa, kekasih Beni.”“Melisa? Gadis kecil berusia dua puluh tahun itu? Dia kekasih Tuan Beni?” tanya Sisca terkejut.“Kamu tidak tahu? Aku pikir kamu sudah mengetahuinya.”Sisca menggelengkan kepalanya.“Aku pikir, Melisa adalah adik atau keponakan Tuan Beni. Hey, usia mereka berdua terpaut lumayan jauh. Sungguh menggelikan.”Melisa bergidik ngeri mengingat hubungan yang terjalin antara Beni dan Melisa.“Setiap orang memiliki selera mereka masing-masing. Begitu pun denganku,” tutur Jimmy.Wajah Sisca berubah cemberut.“Ugh! Aku frustrasi!” pekik Sisca merasa kepalanya pusing.Jimmy tersenyum lembut ke

  • Dendam Terbalas Sang Istri Terkhianati   Bab. 98. Sisca Menjadi Wakil Presdir

    Beni mengirim proposal mengenai pengajuan diangkatnya Sisca menjadi Wakil Presdir kepada pihak Geo Grup. Berkas tersebut telah sampai ke tangan Mark. Mark yang sudah tahu jika pengajuan Sisca merupakan keinginan Jimmy, tanpa berpikir terlebih dahulu, Mark langsung menyetujui. Atas pernyataan resmi Mark, selaku Presdir perusahaan induk Coco Company. Beni langsung mengangkat Sisca menjadi Wakil Presdir. Kebetulan sekali, posisi Wakil Presdir memang sedang dalam kondisi kosong. Beni belum memiliki kandidat bagus yang bisa menggantikan Tuan Han.Kenaikan pangkat Sisca yang terjadi dalam waktu singkat, membuat wanita itu menjadi sosok yang paling dibenci di kantornya. Bahkan, orang yang dulu menjadi atasan Sisca, kini ikut tidak menyukai Sisca. Karena dia tahu persis bagaimana kinerja Sisca.“Kamu senang?” tanya Jimmy pada Sisca.“Kamu menjadikanku Wakil Presdir. Tentu saja aku senang bukan main. Sekarang, aku punya gaji yang melimpah. Semua orang di kantor juga menghormati aku,” ungkap

DMCA.com Protection Status