Bu Salma tidak ingin ada satu orangpun menyakiti Tia. Walaupun Tia bukan putrinya tapi dia sangat menyayangi Tia.
"Siapa berani menyentuh Tia, maka akan berurusan denganku." kata Bu Salma.
"Mama ngapain kesini?" tanya Tia.
"Mama tidak mau kamu diusir Tia, kamu keluarga Samsul tidak pantas diperlakukan seperti itu." kata Bu Salma.
"Kalian penipu!" teriak Fatma.
"Kenapa kalau kami menipu? Setidaknya kalian jera." kata Pak Samsul. "Kalian tidak berlaku adil pada semua warga. Itu lebih parah sampai tega ingin mengusir anakku." tambah Pak Samsul.
"Penipu kok bangga," teriak Bu Hana.
"Terserah apa ata kalian tapi jika kalian menyakiti Tia aku tidak akan tinggal diam." kata Bu Salma.
"Maaf Bu Salma, kami tidak akan mengusir Tia." kata Bu Siti. "Lagipula disini ada Mas Malik putra lurah disini, mana kami berani." tambahnya.
"Bagus kalau kalian tidak berani," kata Bu Salma.
"Maafkan kesalahan warga sini Bu, merek
Tia masih belum bisa tidur, terdengar suara berisik dihalaman belakang rumahnya. "Aku takut," kata Tia. Terdengar suara seseorang mengetuk pintu, Tia sangat takut. Jam sudah menunjukkan pukul 22.45 Tia belum tertidur. "Ini kerjaan orang, apa emang rumah ini berhantu?" tanya Tia. "Kalau berhantu kenapa baru sekarang? pasti ini ulah manusia." kata Tia. Dia menghilangkan rasa takutnya agar bisa tidur nyenyak. Setelah 30 menit menenangkan diri akhirnya Tia tertidur. *** Esok pun tiba Bu Siti pagi sekali ke rumah Tia. "Bu apa rumah ini berhantu?" tanya Tia. "Tidak Non,memang kenapa Non?" tanya Bu Siti penasaran. "Semalam ada yang ganggu saya diluar. Sepertinya ada yang ingin menakuti aku agar aku pergi dari rumah ini." kata Tia. "Tapi sia Non? Apa mungkin Fatma?" tanya Bu Siti. "Tia tidak tahu Bu." jawab Tia. "Kalau Non Tia takut ajak teman tidur disini." kata Bu Siti. "Nantilah Bu,aku
Malik kaget saat mendengar ucapan Tia, dia tidak merasa mengirim mie goreng dengan banyak belatung. "Pasti ada yang tidak beres," kata Malik. "Kamu yang tidak beres." jawab Tia ketus. "Aku mau makan, jangan diganggu." tambahnya tampak kesal. Tia tidak tahu mengapa Malik mengirim makanan itu. Tia juga bingung, apa benar dia pengirimnya? Atau ada orang lain dibalik ini semua. "Ini pasti ulah orang lain." kata Tia. "Kamu harus hati-hati sama orang yang udah neror kamu." kata Amalia. "Iya aku tau bawel," kata Tia mencubit pipi Amalia. "Aw...sakit tau," kata Amalia. "Gitu aja masak sakit sih, kamu yakin sakit?" tanya Tia menggoda. "Tau ah," kata Amalia merajuk. Dia lalu keluar dari kantin kantor. "Yah ngambek tu anak," omel Tia. **** Sepulang kerja, Malik sudah menunggu Tia didepan rumah. "Kok nggak masuk?" tanya Tia. "Nggak enak, soalnya cuma berdua sama Bu Siti." jawab Malik.
Tia membukakan pintu, wajah Bu Amel terlihat sangat cantik. "Kamu yang bernama Tia?" tanya Bu Amel. "Iya Bu, ada yang bisa saya bantu?" tanya Tia. "Ini buat kamu, pakai nanti malam," kata Bu Amel memberikan paperbag warna coklat pada Tia. "Terimakasih, Bu," jawab Tia menerima paperbag tersebut. Bu Amel lalu pergi begitu saja , Tia heran dibuatnya ternyata hanya memberikan barang. "Lho udah pulang?" tanya Bu Siti. "Iya, cuma ngasih ini," jawab Tia memeperlihatkan paperbag dan masuk kedalam rumah. Tia membuka paperbag tadi ternyata isinya sebuah gaun. "Perhatian sekali Bu Lurah," kata Bu Siti. "Iya sih, tapi kok langsung pulang ya begitu ini aku terima." kata Tia heran. "Mungkin dia ada urusan makanya buru-buru pulang." kata Bu Siti. "Sama calon mertua harus akur, Non." tambah Bu Siti. Tia hanya tersenyum menanggapi ucapan Bu Siti. Tia mengirim pesan pada Malik. Mama m
Bu Siti sangat panik saat Tia tidak kunjung sadar. Berbagai cara dia lakukan namun tidak sadar juga. Tiba-tiba Malik datang, dia membantu Bu Siti membawa Tia ke klinik.Sesampainya di klinik, Tia segera ditangani oleh Dokter. Tidak berapa lama Tia sadar."Bu, aku dimana?" tanya Tia."Non Tia di klinik, tadi Non pingsan." jawab Bu Siti.Tia sudah boleh dibawa pulang karena keadaannya tidak terlalu parah. Obat sudah ditebus Malik di apotik, kini mereka pulang ke rumah.Sesampainya dirumah Tia langsung sarapan dan minum obat."Ini karena diare semalam kan?" tanya Malik."Iya tadi pagi aku diare lagi, sepertinya obat yang kamu beli kurang manjur." jawab Tia."Siapa sih yang rega melakukan itu?" tanya Malik penasaran."Aku nggak tahu," jawab Tia."Apa mungkin Fatma?" tanya bu Siti."Bisa jadi Bu, semalam sebelum saya pergi dia kesini. Dia mengancam akan menggagalkan kencanku." jawab Tia."Kurangajar dia,a
Akhirnya Bu Salma mengalah, dia rela melepaskan Fatma. Namun, dia tetap waspada jika suatu waktu Fatma mencelakai Arumi kembali."Baiklah aku akan cabut tuntutan itu." jawab Bu Salma."Terimakasih Bu," ucap Bu Siti senang."Tapi tidak hari ini, mungkin 2 atau 3 hari lagi." kata Bu Salma. "Biar dia merasakan dulu tidur dibalik jeruji besi."Tidak apa Bu, yang penting Fatma bisa dikeluarkan." kata Bu Suti."Ingat jika anak kamu menyakiti Tia lagi maka aku tidak akan tinggal diam." ancam Bu Salma."Baik Bu," jawab Bu Siti.Tia merasa senang akhirnya Bu Salma mau mencabut tuntutannya. Walaupun nunggu 2 atau 3 hari lagi."Terimakasih, Ma." ucap Tia."Ingat Tia kamu jangan sampai kecolongan lagi." kata Bu Salma."Iya Ma, jangan khawatirkan Tia." jawab Tia.Bu Siti pamit pulang, Bu Siti pulang bersama Tia. Bu Salma tampak tidak suka ketika melihat Bu Siti dekat dengan Tia."Sepertinya Bu Salma tidak suka sa
Tia merasa aneh untuk apa Sania datang ke rumahnya. Padahal mereka tidak saling kenal. Pasti ada hubungannya dengan Adam.Malik tampak kaget saat melihat Sania di rumah Tia. Dari raut wajah Malik dia tampak tidak suka dengan adanya Sania."Sania ngapain kesini?" tanya Malik."Ada perlu sama Tia, kamu sendiri ngapain?" tanya Sania."Tia tadi nelfon aku, jadi aku buru-buru kesini." jawab Malik."Aku dengar kalian sekarang dekat ya?" tanya Sania."Iya, kami sudah jadian. Sebentar lagi aku akan melar Tia." jawab Malik."Apa kamu sudah tidak mencintai aku?" tanya Sania terang-terangan dijalan Tia."Tidak, kamu hanya bagian dari masa lalu." jawab Malik."Oh begitu, padahal aku masih mencintai knu," kata Sania sedih." Kalau gitu aku pulang," kata Sania aku pergi begitu saja."Kamu yakin sudah tidak cinta sama Sania?" tanya Tia penasaran."Iya aku sudah kecewa dengan dia." kata Malik jujur.Tia bercerita tad
Bu Amel bingung dengan sikap Sania yang sok baik itu. Bu Amel merasa Sania tidak cocok dengan Malik. Sania orangnya suka memutar balik kan fakta dan pandai bersandiwara. Berbeda dengan Tia yang berbicara santun dan apa adanya tanpa dibuat-buat. "Bu Amel apakan Sania?" tanya Dewi saat melihat putrinya menangis di depan Bu Amel. "Sania menangis karena Malik sudah tidak mencintai dia lagi. Saya permisi Bu Dewi." jawab Bu Amel yang tak ingin berlalu-lama dengan Sania. Bu Amel menaiki sepeda motornya dam meninggalkan rumah Sania. "Kenapa kamu mengejar Malik lagi?" tanya Dewi kesal pada Sania. "Jangan ikut campur Ma," kata Sania masuk kedalam rumah. Dewi mengejar Sania, "Mama kan sudah bilang, jangan mengganggu Malik. Kenapa kamu masih ngeyel sih?" tanya Dewi marah. "Mama tahu apa sih tentang urusan Sania. Sania bilang jangan ikut campur urusan Sania. Kalau Mama masih ikut campur, dukung Sania." kata Sania. "Kamu salah ngapain
Tia segera menelfon Malik, tidak berapa lama Malik datang dan membawa Bu Siti ke klinik. Tia dan Malik tampak panik karena kepala Bu Siti berdarah. "Siapa yang melakukan ini Non?" tanya Pak Warto dengan berjalan memakai tongkat. "Fatma Pak, dia datang ke rumah saya. Hendak mengamuk pada saya tapi Bu Siti didorong hingga terkena meja yang ada di kamar saya." jawab Tia. "Tia sebaiknya kamu ikut pulang denganku, kamu juga perlu istirahat." kata Malik. Mereka lalu pulang berdua, Malik akan menyuruh adiknya untuk menemani Tia lagi malam ini. Malik khawatir Sania atau Fatma akan datang lagi, dan menceakai Tia. "Kamu tenang saja nanti malam adikku akan menemani kamu lagi." Kata Malik. "Iya, aku jadi semakin takut." kata Tia. Bu Salma mendengar kabar bahwa Bu Siti di klinik, dia langsung menjenguknya. "Siti anak kamu memang sebaiknya di penjarakan saja, sama Ibunya aja dia berani apa lagi sama orang lain." kata Bu Salma tidak t
Bu Umi hampir saja memarahi Viona karena dikira Sabrina jatuh karena Viona. Nyatanya Sabrina jatuh karena dia mengantuk dan ingin turun dati ranjang tapi malah terjatuh. "Ya sudah, ayo kita pulang Na! Kamu kan sudah mengantuk!" Mira membantu Sabrina berdiri. Sabrina menurut dengan Ibunya, dia segera pulang bersama Ibunya yang membawa jajan dari Bu Umi tadi. "Terimakasih ya Bu Umi," ucap Mira sembari keluar dari rumah Bu Umi. Mira dan Sabrina berjalan cepat kearah rumah Tia, karena Sabrina sudah mengantuk. Sesampainya di rumah Sabrina langsung masuk kamar. Tia membantu Mira mengeluarkan jajan dari Bu Umi. "Pnya buat besok aja Tia, dipanasin," kata Mira sembari menaruh opor ayam kedalam kulkas . "Iya Mbak, jawabnya banyak sekali Mbak?" tanya Tia. "Iya Bu Umi buat banyak tadi," jawab Mira. Setelah membantu Mira, Tia segera tidur besok dia ada acara fitting baju pengantin jadi harus bangun pagi. Tia juga akan melihat gedung
Tia masih berteriak, Tapi Sabrina tidak kunjung bangun. Tia tetap berusaha membangunkan Sabrina meskipun tidak bangun. "Jangan pergi kamu!" teriak Tia sambil menepis tangan kuntilanak. Tapi malah justru semakin dekat dan kuntilanak itu berhasil mencekik lehernya. Tia sampai sulit bernafas karena dicekik. "Tante bangun." Sabrina menggoyang-goyangkan tubuh Tia. Hingga akhirnya Tia terbangun. "Hantu..." teriak Tia. "Tante mimpi apa kok teriak-teriak sampai aku terbangun?" tanya Sabrina. "Aku mimpi ada hantu mencekik tante," jawab Tia sambil duduk. Tia lalu minum airputih yang ada dimeja dekat dia tidur. "Tante nggak berdoa sih pantas mimpi buruk," kata Sabrina. Tia hnya tersenyum melihat tingkah Tantenya. Mira dan Budipun akhirnya mengetuk pintu kamar Tia karena dengar teriakan Tia tadi. Sabrina membukakan pintu, Mira langsung mendekati Tia. "Kamu kenapa?" tanya Mira. "Tante mimpiin hantu Bu," kata Sabrina. Setelah
Bu Siti mencoba berdiri, begitu juga dengan Mira. Mira kesal sekali dengan tingkah Bu Siti yang ceroboh sekali. "Maaf Non, saya kira tadi sudah kering," kata Bu Siti. Namun, Mira hanya diam saja, dan pergi ke kamar bersama Sabrina. "Lain kali hati-hati Bu," kata Budi lalu lanjut menonton televisi. Bu Siti kembali ke dapur setelah lantai kering. Bu Siti merasa bersalah pada Sabrina dan Mira. Dia takut jika nanti dipecat oleh Tia, sedangkan dirinya butuh pekerjaan ini. "Semoga saja Non Tia tidak memecat aku, aku takut banget kehilangan pekerjaan ini. Karena dengan kerja disini aku bisa makan buat sehari-hari." kata Bu Siti. Dia lalu melanjutkan pekerjaannya dan sebisa mungkin tidak membuat kesalahan. Nyatanya Bu Siti sekarang lupa menanak nasi padahal sudah jam 12. Mira marah lagi kali ini dia tidak memberi ampun pada Bu Siti. "Kalau sudah bosan kerja disini itu bilang, jangan main lupa dan buat kesalahan gitu," omel Mira."Gara-gara kamu
Bu Siti segera mengambil lap dan pel dia membersihkan tumpahan minuman yang terjatuh. Bu Salma nampak masih kesal pada Bu Siti."Lain kali kalau kerja hati-hati jangan ceroboh. Bikin malu saja kamu Siti," omel Bu Salma."Iya bikin malu kita." Mira menimpali omelan Bu Salma."Maafkan saya Mir, Bu," ucap Bu Siti tertunduk karena mengaku dirinya salah.Desainer tadi kembali, dia sudah membersihkan bajunya. Tidak berapa la dia pamit karena akan pergi ke tempat lain. Dengan rasa malu Bu Salma meminta maaf atas kesalahan Bu Siti."Tidak a Bu, mungkin dia capek," kata Desainer itu lalu pergi membawa mobil putihnya."Untung saja dia nggak marah," kata Mira llu masuk kedalam rumah bersama Bu Salma. Tia hnya diam saja, dia daritadi tidak berbicara sepatah katapun saat Bu Siti melakukan kesalahan.Tia melihat jam ditangannya, tidak bera lama dia masuk kedalam kamar. Bu Salma nampak kasihan pada Tia."Mir, Tia kenapa?" tanya Bu Salma
Sahara dibawa ke rumah sakit terdekat oleh Mamanya. Tidak berapa lama Papanya datang, Sahara sudah sadar. "Maaf suaminya mana, Bu?" tanya Dokter. "Suami?" tanya Mama Sahara penasaran. "Dia lagi keluar kota Dokter," kata Mama Sahara bohong. "Pasien sedang hamil muda Bu, tolong lebih diperhatikan. Jangan biarkan dia stres," kata Dokter. Seketika mama dan Papa sahara kaget mendengar putrinya hamil. Mereka kecewa karena Sahara telah merusak kepercayaan mereka. "Apa dia hamil ak Frans?" tanya Papa Sahara setelah Dokter pergi. "Lebih baik Papa tanya Sahara," jawab Mama Sahara. "Sahara kamu hamil, siapa ayah dari bayi kamu itu?" tanya Papa Sahara. "Frans Pa," jawab Sahara sedih. "Dimana Frans dia harus bertanggung jawab," kata Papa Sahara. "Frans ditangkap polisi Pa," jawab Sahara. "Apa?" ucap Papa Sahara kaget. "Baru tahu kan, dulu aku bilang sama kamu nggak percaya," kata Mama Sahara ketus.
Akhirnya orang tua Frans pulang, Dewi tidak memaafkannya. Munif berharap Frans segera tertanggap dan bertanggung jawab atas perbuatannya. "Pa, kemana ya Frans melarikan diri?" tanya Mama Frans. "Sudah Ma, jangan pikirkan Frans lagi. Di sudah mencoreng muka kita. Papa berharap dia segera tertangkap. Papa tidak mau dia berkeliaran." jawab Munif. "Mengapa dia jadi anak yang begini sih," kata Mama frans memijat kepala dia yang terasa pusing. Mereka kembali ke rumahnya, mereka tidak mau berurusan lagi dengan Frans, sudah cukup Frans membuat aib kekuarga. Semuanya sudah kecewa terhadap tindakan Frans itu. Tindakan kriminal yang telah menjadikan orang lain korbannya. Biarkan sa dia hidup tanpa keluarga, biar dia merasakan betapa pentingnya keluarga. ** Ditempat lain Frans merasakan betapa susahnya dikota orang tanpa uang yng cukup. Dia sudah beberapa kali menjambret tapi belum cukup. Dia terpaksa terus menjambret agar dapat uang. Itu salah sa
Jenazah Sania dibawa ke rumah Dewi, Bu Siti dan Tia mendampingi Dewi. Tidak berapa lama tetangga dan saudara Dewi berdatangan. Semua menguatkan Dewi, saat ini Dewi menjadi sebatang kara karena Sania telah menyusul sang Papa."Aku dengar dia meninggal karena dibunuh ya?" tanya Novi pada sonia."Iya aku dengar yang membunuh adalah Frans orang yang dulu melamar dia. Kasihan sekali Sania," kata Sonia."Pantas kau dia seperti itu, selama ini dia kan jahat. Kalau aku jadi Tia nggak mau lah ikut takxiah kesini," kata Novi."Iya dia kan sudah jahat pada Tia dan keluarga Malik. Tapi nyatanya mereka malah takziah, berarti mereka telah memaafkan Samua." kata Sonia.Mereka merasa kasihan pada Dewi yang kini tinggal sendirian setelah kepergian Sania. Sania segera dimakamkan karena sudah sore sekali. Beberapa tetangga ikut kepemakaman Sania. Mereka merasa kasihan terhadap Sania yang meninggal karena dibunuh.Semua saudara Dewi tidak ada yang menginap diru
"Kamu berniat mengacaukan acara ini dengan memberi racun ini pada makanan ini semua?" tanya Tia. Frans tidak menjawab malah kabur begitu saja. Dia berlari lewat pintu belakang, Tia tidak akan tinggal diam jika Frans masih nekat. Tia kembali kedepan, Malik tampak mencurigai Tia. "Ke kamar mandi kok lama sekali?" tanya Malik. "Aku bertemu pengacau tadi, untung aku memergokinya. Kalau tidak kita sudah keracunan." jawab Tia. "Maksud kamu apa?" tanya Malik. Tia lalu menceritakan kejadian tadi pas dia ke kamar mandi. Dia melihat Frans hampir menuangkan racun ke makanan acara Amalia ini. Tia akan memberitahu Pak Samsul agar Frans diberi sanksi karena hendak melakukan tindakan kriminal. Frans tampak kebingungan karena dia gagal mengacaukan acara Amalia dan Jaka. Dia menyuruh orang untuk menculik Amalia nanti malam. *** Di rumah sakit, Sania sudah sadar. Dia bertanya pada perawat apa yang terjadi pada d
Setelah kejadian di rumah sakit itu, Amalia dan Jaka melaksanakan mengumumkan pertunangan mereka pada semua orang.Sania yang tahu hal itu tertawa puas, karena melihat Frans yang patah hati. Frans sakit hati dan tidak terima atas keputusan Amalia.Siang itu setelah Amalia mengundang teman kerjanya ke acara pertunangan mereka. Frans langsung marah, dia mendekati Amalia yang selama beberapa hari ini cuek padanya."Apa kamu yakin dengan pilihan kamu?" tana Frans yang beras didepan meja kerja Amalia."Mengapa tidak? Tidak ada alasan buat menolak Jaka," kata Amalia tanpa menatap Frans."Apa kamu tidak mencintai ku?" tanya Frans."Ah apa? Cinta kamu?" tanya Amalia." Jangan gila kamu," tamu Amalia.Mendengar jawaban Amalia Frans marah, dia menggebrak meja kerja Amalia."Beruntung aku nggak milih kamu," kata Amal. "Kamu seperti monster kalau marah," kata Amalia lagi. Semua karyawan melihat mereka berdua. Karena ulahnya itu Frans