Tia segera menelfon Malik, tidak berapa lama Malik datang dan membawa Bu Siti ke klinik. Tia dan Malik tampak panik karena kepala Bu Siti berdarah.
"Siapa yang melakukan ini Non?" tanya Pak Warto dengan berjalan memakai tongkat.
"Fatma Pak, dia datang ke rumah saya. Hendak mengamuk pada saya tapi Bu Siti didorong hingga terkena meja yang ada di kamar saya." jawab Tia.
"Tia sebaiknya kamu ikut pulang denganku, kamu juga perlu istirahat." kata Malik.
Mereka lalu pulang berdua, Malik akan menyuruh adiknya untuk menemani Tia lagi malam ini. Malik khawatir Sania atau Fatma akan datang lagi, dan menceakai Tia.
"Kamu tenang saja nanti malam adikku akan menemani kamu lagi." Kata Malik.
"Iya, aku jadi semakin takut." kata Tia.
Bu Salma mendengar kabar bahwa Bu Siti di klinik, dia langsung menjenguknya.
"Siti anak kamu memang sebaiknya di penjarakan saja, sama Ibunya aja dia berani apa lagi sama orang lain." kata Bu Salma tidak t
Disaat Amalia panik, Sania berdiri dan tersenyum. Amalia tidak percaya jika Sania malah senang Tia tidak sadarkan diri. "Cepat cari bantuan!" teriak Amalia. "Kamu kan orang sini," kata Amalia panik. "Hah biarin aja kali dia mati, biar Malik jadi milikku." kata Sania. Amalia mencari kotak p3k dan mengambil minta kayu putih dan mengoleskannya didet hidung Tia. Tidak berapa lama Tia sadar. Amalia memapah Tia duduk di sofa. "Tia kamu jangan sakit, kamu harus tolong aku bujuk Malik agar mau bertanggung jawab." kata Sania mendekati Tia. "Nggak tahu diri bnget sih kamu, tahu Tia sakit malah ngomong kayak gitu. Pulang sana!" bentak Amalia kesal. "Udah biarin saja dia disini, tolong ambilkan ponselku!" perintah Tia pada Amalia. Amalia berdiri mengambil ponsel Tia yang tadi terjatuh dilantai. Tia menelfon Malik namun tidak diangkat. Lu Tia menelfon Vivi. "Halo Vi, Mas Malik udah pulang?" tanya Tia. "Udah kak, baru s
Tia ketakutan saat melihat Fatma menodongkan pisau pada Tia. Tia ingin berteriak minta tolong, tapi takut Fatma akan menusuknya.Fatma tersenyum saat melihat Tia dan Amalia ketakutan, "Kamu pikir aku akan biarkan kamu hidup?" tanya Fatma."Jangan lakukan itu Fatma, kita bisa bicara baik-baik." kata Tia agar emosi Fatma reda.Namun Fatma tidak menggubrisnya, dia masih menodongkan pisau ke Tia. Fatma tidak akan menurunkan pisaunya kasi Tia masih ada dihadapannya."Akhirnya aku melihat seorang Tia ketakutan," kata Fatma. "Rasanya ini Tia," kata Fatma menusukkan kearah Tia namun gaak. Tia berlari kesehatan pintu, Fatma mulai akan menusuknya lagi. Saat Fatma akan menusuk Tia, Tia mengelak dan Pisau itu mengenai seseorang."Bu Siti," teriak Tia saat pisau itu menusuk perut Bu Siti.Seketika Fatma langsung melarikan diri melihat Ibunya tertusuk. amalia dan Tia panik melihat Bu Siti bersimpuh darah."Tolong...," teriak Tia dan Amalia.
Tia melihat seksama foto tersebut, benar itu memang Frans. Tia berniat mengorek informasi tentang Sania dari Frans. Tentunya Tia juga minta bantuan Amalia untuk menangani masalah ini."Apa? Frans mantan Sania?" tanta Amalia kaget saat Tia menelfonya."Iya, itu info yang Malik dapat. Kamu bantu aku ya cari info dari Frans." jawab Tia."Baiklah,aku siap," kata Amalia.Tia pulang dari rumah sakit dia segera mandi, tubuhnya sangat berkeringat. Dia terbiasa mandi, saat pikirannya sedang kalut.Malik kerumah Tia membahas soal Frans. Dia penasaran seperti apa wajah Frans yang sebenarnya. Malik tetap dipercaya Tia bahwa dia tidak bersalah. Tia berjanji akan membantu Malik menyelesaikan masalah Sania."Frans adalah rekan bisnis sa, kami sedang menanggapi proyek bersama dia. Nanti coba aku cari informasi tentang Sania dari dia." kata Tia."Kalau bisa ajak dia kerjasama, biar dia bisa bersa dengan Sania dan kita bisa bahagia berduaan" kata
Frans sudah menyiapkan baju yang akan dia pakai ke rumah Sania. Dia hanya melamar seorang diri karena lamaran ini tidak boleh sampai keluarganya tahu. Frans memakai jas hitam dengan kemeja putih, dan memakai sepatu. Fran sudah membawa cincin di saku jasnya. Frans berharap Sania menerimanya. Frans melakukan mobilnya ke alamat yang dikirim Tia sore ini. Dia hanya modal nekat saja, semoga orang tua Sania menerima lamarannya. Frans sampai didepan rumah bercat buru, dia keluar dari mobil. Rumah itu tampaknsepi dengan nyala lampu teras yang sedikit redup. "Assalamualaikum," ucap Frans sambil memencet bel. Tidak berapa lama seorang Ibu membukakan pintu. "Maaf Mas mau bertemu dengan siapa ya?'' tanya Wanita iti yang tak lain adalah Dewi Mama Sania. "Saya mau bertemu Sania Tante, perkenalkan saya Frans." kata Frans memperkenalkan diri. Dewi mengajak masuk Frans, lalu memanggilkan Sania yang ada didalam kamar. Sania kaget saat melihat Fr
Sandra membukakan pintu, sedangkan Fatma berdiri dibelakang Sandra dengan perasaan takut. Sandra mendekati para polisi. "Maaf Bapak cari siapa ya?" tanya Sandra. "Apa benar, ini kediaman Mbak Sandra?" tanya Pak Polisi. "Iya saya sendiri, ada yang bisa saya bantu?" tanya Sandra. "Saya mencari saudari Fatma, apa dia disini?" tanya Pak Polisi. Mendengar nanya disebut dia langsung berlari kedalam kamar. "Tadi yang baru masuk Fatma Pak." jawab Sandra. "Ini Mbak surat perintah penangkapannya," kata Pak Polisi menyerahkan surat dari kepolisian. "Silahkan Pak ditangkap," ucap Sandra. Data yang ingin melarikan diri lewat pintu belakang keburu ditangkap oleh polisi. "Sandra tolong aku!" pinta Fatma. "Maaf Fatma kmu harus bertanggungjawab atas perbuatanmu." jawab Sandra. "Terimakasih Mbak atas kerjasamanya," ucap Polisi. Sandra hanya mengangkukkan kepada. Fatma tidak menyayangi kau Sandra akan
Fatma baru tahu jika Sandra adalah polisi wanita. Menurut penuturan temannya Sandra sering ditugaskan melakukan penyamaran untuk memanfaatkan tersangka. Fatma baru sadar kebaikan Sandra saat itu hanya cara untuk memancingnya. Dan Fatma tidak menyadari itu, Fatma malah berteman dengannya. Fatma sudah tertipu oleh Sandra. Fatma sangat kecewa pada Sandra, tapi semua sudah terjadi. Semua tinggal penyesalan saja yang ada.Fatma duduk tertunduk di dalam sel, dia masih belum bisa memang Sandra yang telah menipunya. Tapi dia juga terlalu ceroboh percaya dengan orang yang baru saja dia kenal. Itu semua kesalahan dia sendiri, karena mudah percaya dengan orang lain.Sandra melihat kearah Fatma saat ke kantor polisi, Fatma menatap sinis Sandra. Perasaan lecewanya amat dalam sehingga susah untuk disembuhkan. Padahal Fatma berharap pada Sandra tapi malah dia polisi."Jahat sekali kamu Sandra," ucap Fatma kesal sambil melihat sinis Sandra yang sedang berbicara dengan temannya.
Mira ternyata bisa meredam amarahnya, dia kini duduk bersama Bu Salma lagi. Sedangkan Bu Siti masuk ke dapur untuk membantu dibelakang. Tia tahu kakaknya tidak akan membuatmu dia kecewa di hari bahagianya itu."Ngapain kamu undang dia sih Tia?" tanya Mira pada Tia yang duduk disebelahnya."Dendam sudah berakhir Mbak, Fatma sudah masuk penjara. Bu Siti kini sudah sadar dan baik pada Tia. Jika tidak ada Bu Siti mungkin Tia yang sudah ada di rumah sakit waktu itu." jawab Tia."Maksud kamu apa?" tanya Mira kurang faham."Fatma ingin membunuhku, dia hendak menusukku tapi dihalangi Bu Siti. Akhirnya Bu Siti yang kena tusukan dari Fatma, Mbak." jawab Tia."Ya ampun nekat sekali Fatma pada kamu Tia, pantas kalau dia sekarang sudah di penjara." kata Mira.Dibelakang Bu Siti masih sedikit sedih, karena memikirkan Fatma yang minta dibebaskan. Namun, pada siapa Bu Siti harus meminta tolong. Tia ataupun Bu Salma tidak akan memaafkan Fatma karena sudah keterlaluan. Bu Siti
Frans menarik lengan Sania, tanpa berkata sepatah kata pun Frans membawa Sania pulang. Dari wajahnya Frans terlihat sangat marah sekali pada Sania."Kamu ngapain sih ajak aku pulang," kata Sania kesal."Kamu yang ngapain bikin keributan dirumah Tia? Kamu kan tahu Tia itu relasi bisnis aku, kalau sampai dia marah dan tidak mau kerja sama denganku lagi gimana? Bikin malu saja." kata Frans marah."Aku nggak suka, keponakannya bilang aku gila," kata Sania."Anak kecil bisa bilang seperti itu mesti kamu bikin ulah, nggak mungkin anak kecil ngomong begitu tanpa alasan." bantah Frans. "Lagian kamu ngapin dirumah Tia?" tanya Frans."Aku nggak suka Amalia mengganggu hubungan kita," jawab Sania. "Aku memberitahu agar dia memperingatkan Amalia agar tidak mendekati kamu." kata Sania jujur."Ya ampun aku sudah bilang aku sama Amalia hanya relasi bisnis. Sama seperti aku sama Tia nggak lebih. Kalau kamu cemburu sampai ngelabrak orang kayak gitu, sama aja
Bu Umi hampir saja memarahi Viona karena dikira Sabrina jatuh karena Viona. Nyatanya Sabrina jatuh karena dia mengantuk dan ingin turun dati ranjang tapi malah terjatuh. "Ya sudah, ayo kita pulang Na! Kamu kan sudah mengantuk!" Mira membantu Sabrina berdiri. Sabrina menurut dengan Ibunya, dia segera pulang bersama Ibunya yang membawa jajan dari Bu Umi tadi. "Terimakasih ya Bu Umi," ucap Mira sembari keluar dari rumah Bu Umi. Mira dan Sabrina berjalan cepat kearah rumah Tia, karena Sabrina sudah mengantuk. Sesampainya di rumah Sabrina langsung masuk kamar. Tia membantu Mira mengeluarkan jajan dari Bu Umi. "Pnya buat besok aja Tia, dipanasin," kata Mira sembari menaruh opor ayam kedalam kulkas . "Iya Mbak, jawabnya banyak sekali Mbak?" tanya Tia. "Iya Bu Umi buat banyak tadi," jawab Mira. Setelah membantu Mira, Tia segera tidur besok dia ada acara fitting baju pengantin jadi harus bangun pagi. Tia juga akan melihat gedung
Tia masih berteriak, Tapi Sabrina tidak kunjung bangun. Tia tetap berusaha membangunkan Sabrina meskipun tidak bangun. "Jangan pergi kamu!" teriak Tia sambil menepis tangan kuntilanak. Tapi malah justru semakin dekat dan kuntilanak itu berhasil mencekik lehernya. Tia sampai sulit bernafas karena dicekik. "Tante bangun." Sabrina menggoyang-goyangkan tubuh Tia. Hingga akhirnya Tia terbangun. "Hantu..." teriak Tia. "Tante mimpi apa kok teriak-teriak sampai aku terbangun?" tanya Sabrina. "Aku mimpi ada hantu mencekik tante," jawab Tia sambil duduk. Tia lalu minum airputih yang ada dimeja dekat dia tidur. "Tante nggak berdoa sih pantas mimpi buruk," kata Sabrina. Tia hnya tersenyum melihat tingkah Tantenya. Mira dan Budipun akhirnya mengetuk pintu kamar Tia karena dengar teriakan Tia tadi. Sabrina membukakan pintu, Mira langsung mendekati Tia. "Kamu kenapa?" tanya Mira. "Tante mimpiin hantu Bu," kata Sabrina. Setelah
Bu Siti mencoba berdiri, begitu juga dengan Mira. Mira kesal sekali dengan tingkah Bu Siti yang ceroboh sekali. "Maaf Non, saya kira tadi sudah kering," kata Bu Siti. Namun, Mira hanya diam saja, dan pergi ke kamar bersama Sabrina. "Lain kali hati-hati Bu," kata Budi lalu lanjut menonton televisi. Bu Siti kembali ke dapur setelah lantai kering. Bu Siti merasa bersalah pada Sabrina dan Mira. Dia takut jika nanti dipecat oleh Tia, sedangkan dirinya butuh pekerjaan ini. "Semoga saja Non Tia tidak memecat aku, aku takut banget kehilangan pekerjaan ini. Karena dengan kerja disini aku bisa makan buat sehari-hari." kata Bu Siti. Dia lalu melanjutkan pekerjaannya dan sebisa mungkin tidak membuat kesalahan. Nyatanya Bu Siti sekarang lupa menanak nasi padahal sudah jam 12. Mira marah lagi kali ini dia tidak memberi ampun pada Bu Siti. "Kalau sudah bosan kerja disini itu bilang, jangan main lupa dan buat kesalahan gitu," omel Mira."Gara-gara kamu
Bu Siti segera mengambil lap dan pel dia membersihkan tumpahan minuman yang terjatuh. Bu Salma nampak masih kesal pada Bu Siti."Lain kali kalau kerja hati-hati jangan ceroboh. Bikin malu saja kamu Siti," omel Bu Salma."Iya bikin malu kita." Mira menimpali omelan Bu Salma."Maafkan saya Mir, Bu," ucap Bu Siti tertunduk karena mengaku dirinya salah.Desainer tadi kembali, dia sudah membersihkan bajunya. Tidak berapa la dia pamit karena akan pergi ke tempat lain. Dengan rasa malu Bu Salma meminta maaf atas kesalahan Bu Siti."Tidak a Bu, mungkin dia capek," kata Desainer itu lalu pergi membawa mobil putihnya."Untung saja dia nggak marah," kata Mira llu masuk kedalam rumah bersama Bu Salma. Tia hnya diam saja, dia daritadi tidak berbicara sepatah katapun saat Bu Siti melakukan kesalahan.Tia melihat jam ditangannya, tidak bera lama dia masuk kedalam kamar. Bu Salma nampak kasihan pada Tia."Mir, Tia kenapa?" tanya Bu Salma
Sahara dibawa ke rumah sakit terdekat oleh Mamanya. Tidak berapa lama Papanya datang, Sahara sudah sadar. "Maaf suaminya mana, Bu?" tanya Dokter. "Suami?" tanya Mama Sahara penasaran. "Dia lagi keluar kota Dokter," kata Mama Sahara bohong. "Pasien sedang hamil muda Bu, tolong lebih diperhatikan. Jangan biarkan dia stres," kata Dokter. Seketika mama dan Papa sahara kaget mendengar putrinya hamil. Mereka kecewa karena Sahara telah merusak kepercayaan mereka. "Apa dia hamil ak Frans?" tanya Papa Sahara setelah Dokter pergi. "Lebih baik Papa tanya Sahara," jawab Mama Sahara. "Sahara kamu hamil, siapa ayah dari bayi kamu itu?" tanya Papa Sahara. "Frans Pa," jawab Sahara sedih. "Dimana Frans dia harus bertanggung jawab," kata Papa Sahara. "Frans ditangkap polisi Pa," jawab Sahara. "Apa?" ucap Papa Sahara kaget. "Baru tahu kan, dulu aku bilang sama kamu nggak percaya," kata Mama Sahara ketus.
Akhirnya orang tua Frans pulang, Dewi tidak memaafkannya. Munif berharap Frans segera tertanggap dan bertanggung jawab atas perbuatannya. "Pa, kemana ya Frans melarikan diri?" tanya Mama Frans. "Sudah Ma, jangan pikirkan Frans lagi. Di sudah mencoreng muka kita. Papa berharap dia segera tertangkap. Papa tidak mau dia berkeliaran." jawab Munif. "Mengapa dia jadi anak yang begini sih," kata Mama frans memijat kepala dia yang terasa pusing. Mereka kembali ke rumahnya, mereka tidak mau berurusan lagi dengan Frans, sudah cukup Frans membuat aib kekuarga. Semuanya sudah kecewa terhadap tindakan Frans itu. Tindakan kriminal yang telah menjadikan orang lain korbannya. Biarkan sa dia hidup tanpa keluarga, biar dia merasakan betapa pentingnya keluarga. ** Ditempat lain Frans merasakan betapa susahnya dikota orang tanpa uang yng cukup. Dia sudah beberapa kali menjambret tapi belum cukup. Dia terpaksa terus menjambret agar dapat uang. Itu salah sa
Jenazah Sania dibawa ke rumah Dewi, Bu Siti dan Tia mendampingi Dewi. Tidak berapa lama tetangga dan saudara Dewi berdatangan. Semua menguatkan Dewi, saat ini Dewi menjadi sebatang kara karena Sania telah menyusul sang Papa."Aku dengar dia meninggal karena dibunuh ya?" tanya Novi pada sonia."Iya aku dengar yang membunuh adalah Frans orang yang dulu melamar dia. Kasihan sekali Sania," kata Sonia."Pantas kau dia seperti itu, selama ini dia kan jahat. Kalau aku jadi Tia nggak mau lah ikut takxiah kesini," kata Novi."Iya dia kan sudah jahat pada Tia dan keluarga Malik. Tapi nyatanya mereka malah takziah, berarti mereka telah memaafkan Samua." kata Sonia.Mereka merasa kasihan pada Dewi yang kini tinggal sendirian setelah kepergian Sania. Sania segera dimakamkan karena sudah sore sekali. Beberapa tetangga ikut kepemakaman Sania. Mereka merasa kasihan terhadap Sania yang meninggal karena dibunuh.Semua saudara Dewi tidak ada yang menginap diru
"Kamu berniat mengacaukan acara ini dengan memberi racun ini pada makanan ini semua?" tanya Tia. Frans tidak menjawab malah kabur begitu saja. Dia berlari lewat pintu belakang, Tia tidak akan tinggal diam jika Frans masih nekat. Tia kembali kedepan, Malik tampak mencurigai Tia. "Ke kamar mandi kok lama sekali?" tanya Malik. "Aku bertemu pengacau tadi, untung aku memergokinya. Kalau tidak kita sudah keracunan." jawab Tia. "Maksud kamu apa?" tanya Malik. Tia lalu menceritakan kejadian tadi pas dia ke kamar mandi. Dia melihat Frans hampir menuangkan racun ke makanan acara Amalia ini. Tia akan memberitahu Pak Samsul agar Frans diberi sanksi karena hendak melakukan tindakan kriminal. Frans tampak kebingungan karena dia gagal mengacaukan acara Amalia dan Jaka. Dia menyuruh orang untuk menculik Amalia nanti malam. *** Di rumah sakit, Sania sudah sadar. Dia bertanya pada perawat apa yang terjadi pada d
Setelah kejadian di rumah sakit itu, Amalia dan Jaka melaksanakan mengumumkan pertunangan mereka pada semua orang.Sania yang tahu hal itu tertawa puas, karena melihat Frans yang patah hati. Frans sakit hati dan tidak terima atas keputusan Amalia.Siang itu setelah Amalia mengundang teman kerjanya ke acara pertunangan mereka. Frans langsung marah, dia mendekati Amalia yang selama beberapa hari ini cuek padanya."Apa kamu yakin dengan pilihan kamu?" tana Frans yang beras didepan meja kerja Amalia."Mengapa tidak? Tidak ada alasan buat menolak Jaka," kata Amalia tanpa menatap Frans."Apa kamu tidak mencintai ku?" tanya Frans."Ah apa? Cinta kamu?" tanya Amalia." Jangan gila kamu," tamu Amalia.Mendengar jawaban Amalia Frans marah, dia menggebrak meja kerja Amalia."Beruntung aku nggak milih kamu," kata Amal. "Kamu seperti monster kalau marah," kata Amalia lagi. Semua karyawan melihat mereka berdua. Karena ulahnya itu Frans