Mutia berjalan menuju pintu, Mutia mengetuk pintu rumah Ibunya.
Tok tok tok Terdengar langkah kaki seseorang dari dalam rumah. Pintu terbuka lebar, Kakak Mutia berdiri mematung.“Siapa kamu?” tanya Mira kakak Mutia bengong.“Aku Mutia kak, adik kakak,” kata Mutia. Mira mengucek matanya,”Kamu bukan Mutia, Mutia tidak seperti ini wajahnya.” kata Mira ragu bahwa yang dihadapan dia adalah adiknya yang lugu. Wajahnya berubah, penampilan juga berubah.“Biarkan aku masuk kak, nanti aku ceritakan.” kata Mutia. Mira mempersilahkan Mutia masuk, “Siapa yang meninggal, Kak?” tanya Mutia penasaran. Bukannya menjawab pertanyaan Mutia, Mira malah menangis tersedu-sedu. Seketika seisi rumah terbangun mendengar Suara tangis Mira.“Siapa kamu?” tanya Budi suami Mira.“Aku Mutia mas, adik kak Mira.” jawab Mutia. Budi pun sama tidak percaya dengan apa yang dia lihat begitu juga keponakan Mutia tidak ada yang percaya bahwa wanita yang ada didepan matanya adalah Mutia.“Siapa yang meninggal? Ibu mana kak?” tanya Mutia menggoyang-goyang tubuh Mira.“Ibu, Ibu sudah tiada Mutia.” jawab Mira terisak. Seketika tubuh Mutia lemas, dia terjatuh kelantai.“Ibu maafkan Mutia, Mutia tidak dapat melihat Ibu untuk yang terakhir kalinya.” kata Mutia terisak.“Kenapa kamu tidak bisa dihubungi ,Dek?” tanya Mira.“Ceritanya panjang sekali kak, aku diusir dari rumah almarhum suami ku atas tuduhan menggoda suami orang. Warga dan keluarga suamiku semua mengusir aku, aku lalu pergi tanpa tujuan naasnya aku tertabrak mobil dan akibat kecelakaan itu wajahku hancur. Orang yang menabrakku menanggung semua biaya rumah sakit termasuk biaya operasi wajah ke Singapura yang aku lakukan sebulan yang lalu.” Kata Mutia.“keluarga suamimu memang kejam Mutia, sebelum Ibu meninggal mertua dan Ipar kamu datang kemari. Istilahnya dia mengembalikan kami ke Ibu lagi. Tapi tidak hanya itu dia mencaci maki kamu dan keluarga kita yang miskin ini. Terjadilah pertengkaran antara kakak dan Ibu mertua kamu. Setelah kepergian Mereka Ibu tiba-tiba Pingsan dan ternyata ibu terkenal serangan jantung. Hingga akhirnya kemarin Ibu menghembuskan nafas terakhirnya.” jelas Mira sambil mengusap air matanya.“Mutia janji kak, akan membalaskan sakit hati Ibu. Dengan wajahku yang sekarang ini pasti mereka tidak akan tahu jika aku adalah Mutia. Kakak sekeluarga tolong sembunyikan rahasia ini, kalau ditanya aku siapa? Bilang saja aku temannya Mutia. Namaku Tia, aku sekarang tinggal ditempat Bu Salma dan Pak Samsul orang yang menabrak ku waktu itu.” Kata Mutia.“Baik dek, kakak sekeluarga akan merahasiakan semuanya.” jawab Mira. Budi pun mengangguk tanda setuju begitu juga keponakan Mutia, yaitu Sabrina. Mutia menyuruh pak Supir tidur didipan yang ada diruang tamu. Mutia masuk kedalam kamar Ibunya dan istirahat disana.Paginya Mutia menyuruh Pak supir kembali kerumah Bu Salma. Dan minta di jemput setelah 7 hari kepergian Ibunya. Bu Salma menelfon Mutia, “Tia gimana disana? Ada kabar apa?” tanya Bu Salma.
“Ibu sudah tiada Ma, dia ninggalin Mutia. Ibu kena serangan jantung setelah kedatangan mantan mertua dan Ipar ku.” kata Mutia.“Sabar ya sayang, Mama tahu kamu pasti berat kehilangan Ibu mu. Tapi kamu harus kuat demi Ibumu.” Kata Bu Salma.“Ma, aku menyuruh Pak supir pulang kesana biar nanti aku dijemput setelah 7 harinya Ibu.” kata Mutia.“Iya nggak apa-apa, disana saja dulu sampai kamu benar-benar siap untuk memulai hidupmu yang baru.” jawab Bu Salma.“Sudah dulu ya Ma, titip salam buat Papa.” Kata Mutia mematikan saluran telfonnya.Mutia menyusul Mira yang sedang duduk didepan ruang bersama para tetangga.“Mira, dia siapa kok cantik sekali?” tanya tetangga Mutia.“Dia Tia Bu, temannya Mutia,” jawab Mira.“Kabar Mutia sekarang gimana Mir, kasihan dia kalau harus hidup sendiri di desa orang. Suruh pulang kesini saja Mir.” Kata tetangga Mutia.“Kabarnya Mutia baik-baik saja Bu, tapi tadi sempat terpukul waktu tahu Ibunya sudah tiada.” Kata Mutia berpura-pura.“Harusnya kamu ajak dia pulang saja mbak, biar dia tinggal disini saja.” Kata Tetangga Mutia.“Mutia sekarang sibuk Bu, tidak bisa kesini. Dia sekarang orang yang sukses jadi sibuk.” Jawab Mutia.“Sudahlah Bu, biarkan saja Mutia pada keputusan dia sendiri. Biar dia kerja keras dan sukses buat kami tidak dihina lagi Bu.” kata Mira.Tetangga Mutia hanya menganggukkan kepala,” Mbak Tia kok cantik sekali, bedaknya apa mbak?” tanya tetangga Mutia.“Nggak pakai bedak apa-apa Bu,” kata Mutia. Semua yang melihat Tia tidak ada yang tahu bahwa Tia adalah Mutia. Banyak orang penasaran dengan penampilan Tia yang sangat cantik dan putih. Beberapa Ibu-ibu Iri melihat kecantikan Mutia, ada yang bicara terang-terangan bahwa dia kagum terhadap Tia.“Kak, tidak rasa yang tahu kan kalau aku adalah Mutia.” Kata Mutia ketika Meraka hanya berdua.“Dek, Kakak tidak punya uang untuk biaya meninggalnya Ibu.” kata Mira tertunduk.“Uang kami habis buat biaya pemakaman Ibu.” tambah Mira.
“Tenang kak, Mutia punya uangnya kok.” Kata Mutia. Mutia memberikan uang pada Mira untuk biaya kematian Ibunya.“Kita tidak akan hidup miskin lagi, kak.” Kata Mutia tersenyum.“Buktikan dek, Kakak akan selalu mendukungmu.” Jawab Mira.“ Mutia janji kak, mereka akan merasakan apa yang kita rasakan kak.” Kata Mutia.“Kakak bangga sama kamu Tia, kakak sayang sama kamu.” Jawab Mira. Mira dan Mutia saling berpelukan, mereka kini hanya berdua. “Jadilah wanita yang kuat dan berani dek.” Kata Mira melepaskan pelukannya.“Pasti itu kak, cukup sekali ini kita dihina oleh orang lain.” Jawab Mutia.Mutia senang sekali mempunyai kakak yang baik dan penyayang seperti Mira.“Akan aku balas perbuatan mereka.” Kata Mutia dalam hati. Mutia terlanjur menyimpan dendam pada keluarga mantan suaminya itu, dia tidak ingin harga diri keluarga dia diinjak-injak lagi. Sudah cukup penderitaan yang dia alami selama ini, setelah kepergian Suaminya. Rumah yang diberikan sang suami kini ditempati oleh Iparnya yang licik dan kejam itu.“Tia ada yang ingin bertemu dengan kamu.” kata Budi mendekati Tia dan Mira.“Siapa mas? Saya kan tidak ada kenalan disini?” tanya Tia.“Mas, tidak tahu tapi orangnya ramah sekali.” kata Budi. Mutia sangat penasaran dengan siapa yang datang menemui dia, selama dia dirumah Ibunya tidak ada yang mengenal dia. Terlihat seorang Pria sedang berdiri menunggu dirinya, Mutia sama sekali tak mengenali pria tersebut. Dan ketika pria itu berbalik arah menghadap Mutia, betapa terkejutnya dia melihat pria itu. Pria itu menatap Mutia dengan tatapan aneh, dia mendekati Mutia.“Siapa kamu?” tanya Mutia. Pria tersebut tidak menjawab malah dia tersenyum pada Mutia. Mutia ingin tahu apa maksud keinginan pria tersebut.“Siapa kamu?” tanya Mutia lagi.“Salam kenal Tia, aku Hadi orang terkaya di Desa sebelah.” jawab Hadi dengan keangkuhannya.“Maaf, ada perlu apa anda kemari?” tanya Tia sudah mulai tidak suka dengan Pria itu.“Aku hanya memastikan saja, banyak yang bilang dirumah ini ada seorang wanita cantik. Ternyata benar ada bidadari secantik kamu Tia.” jawab Hadi sambil duduk tanpa dipersilahkan.“Maaf Pak Hadi, saya tidak ada waktu untuk ngobrol dengan orang asing seperti anda.” kata Mutia.“Oke tidak apa-apa, nanti saya akan kesini lagi.” kata Hadi. “Jangan panggil aku Pak, panggil saja Mas Hadi.” kata Hadi.“Baik mas, mas bisa pulang sekarang. Kami masih dalam suasana berkabung atas meninggalny Ibu dari Mbak Mira, jadi tolong hargai kami.” Kata Mutia sopan.Pria itu tidak segera pergi malah berjalan mendekat
“Ada apa?” tanya Mutia lagi.Setelah puas tertawa akhirnya menjawab, “Bagaimana kabar mu? Aku berharap kamu pergi untuk selamanya.” kata Fatma mantan kakak Ipar Mutia.“Iya, aku akan pergi untuk selamanya. Nikmatilah rumah milik adikmu itu, aku tidak berniat mengambilnya.” jawab Mutia. Lalu memutuskan sambungan telfonnya, Mutia akan membuang nomor lamanya dan menggantinya dengan yang baru.Flashback Sejak awal pernikahan Mutia dan Arman, Fatma selalu memanfaatkan Arman. Bagaimana tidak hampir setiap bulan, Mantan mertua dan Ipar Mutia itu minta jatah bulanan dari Arman. Gaji Arman yang hanya 3 juta itu habis untuk kebutuhan saja. 1 juta untuk jatah Bulanan Bu Siti mertua Mutia, 500ribu untuk Fatma kakak Arman. Tinggal 1,5 juta untuk kebutuhan rumah bayar listrik, air, telfon dan kebutuhan dapur juga. Setiap bulan minus terus tidak pernah tidak minus.Suatu hari Mutia berbicar
Sesampainya dirumah Bu Salma, Mutia langsung istirahat. Dia merasa kecapekan setelah beberapa jam duduk didalam mobil.“Mutia, besok kamu ikut Papa ke kantor ya, belajar kerja dikantor Papa.” kata Bu Salma.“Iya ma, Mutia mau ganti nomor ponsel juga nih,” kata Mutia.“Kapan kamu akan kembali ke desa itu?” tanya Bu Salma antusias.“Setelah saya kerja dikantor Papa, Ma. Mungkin 1 Minggu lagi aku akan cari rumah kontrakan disana.” jawab Mutia.“Baiklah, Mama dukung kamu,” kata Bu Salma. Malam itu Mutia pergi ke konter untuk membeli kartu baru, setelah itu dia menelfon kakaknya memberi tahu jika nomor ponselnya ganti. Saat sedang asyik berjalan di ruko, tanpa sengaja Mutia menabrak seseorang.“Maaf Bu, saya tidak sengaja,” kata Mutia sambil melihat orang yang ditabraknya, ternyata dia mantan mertua Mutia.“Punya mata nggak sih,” kata
“Gimana bisa bayar sekarang?” tanya Bu Salma. Mutia sudah kembali ke kantor, karena dokumen sudah ditunggu Pak Samsul.“Maaf Bu, kami tidak punya uang sebanyak itu.” jawab Fatma tertunduk.“Lalu gimana kalau tidak punya uang?” tanya Bu Salma.“Biarkan Ibu kami bekerja disini Bu, untuk membayar ganti rugi.” kata Fatma.“Fatma...kamu nyuruh Ibu jadi asisten rumah tangga disini,” kata Bu Siti protes.“Mau bagaimana lagi,Bu. Kita tidak punya uang untuk ganti rugi sebanyak itu.” kata Fatma.“Begini saja, sekarang kalian pulang dulu, aku pertimbangkan dulu usul Fatma tadi.” jawab Bu Salma. Mereka pulang dengan kekecewaan, Fatma menyalahkan Ibunya yang telah ceroboh.“Ibu gimana sih, malah bikin masalah baru sama Bu Salma.” kata Fatma.“Kamu juga ngapain usul buat Ibu kerja disana. Masa iya Ibu jadi ART dirumah Bu Salma, malu dong
"Ayo pulang!" ajak Fatma menarik tangan suaminya."Loh Mas Ulum belum bayar Mbak." kata Sonia."Ngutang dulu," jawab Fatma."Nggak Mbak, cuma beli kopi kok ngutang. Katanya situ orang kaya masak beli kopi ngutang." bantah Sonia."Eh janda ganjen kamu tuh ya baru punya warung kayak gubuk gitu aja udah sombong minta ampun." kata Fatma tidak mau kalah."Pokoknya bayar sekarang," bentak Sonia.Ulum hendak mengambil uang disaku celananya namun dicegah oleh Fatma. "Nggak usah bayar mas," kata Fatma."Biar aku bayar dek, malu kalau kopi saja ngutang." jawab Ulum yang malu dilihat banyak orang."Mas kamu itu gimana sih, oh jangan-jangan mas suka sama janda gatel itu." kata Fatma berasumsi sendiri."Nggak dek, Mas hanya cinta sama kamu seorang." kata Ulum."Alah kamu mas bilang cinta nyatanya baru aku tinggal sebentar udah main kesini." kata Fatma."Tapi aku tidak suka sama Sonia dek." kata Ulum."Ngaku saja
PlakSebuah tamparan mendarat dipipi Pak Warto."Tega sekali kamu Pak," kata Bu Siti sambil terisak tubuhnya lemas hingga merosot jatuh kelantai."Mendingan Bapak pergi dari sini, bawa baju Bapak." usir Fatma."Tolong maafkan Bapak Bu, Bapak nggak tahu kalau akan menyebar vidio itu. Bapak juga tidak tahu siapa yang merekamnya." kata Pak Warto."Sudah cukup Bapak pergi sekarang." teriak Bu Siti.Bu Siti masuk kedalam rumah mengambil semua baju Pak Warto dan melemparnya ke teras."Bawa pakaian kamu," teriak Bu Siti.Pak Warto memunguti bajunya lalu membawanya."Maafkan Bapak,Bu." kata Pak Warto berjalan menjauhi rumah yang selama ini dia tinggali bersama keluarganya.Fatma seketika panik ketika digrup RT dan beberapa Grup arisanembahas vidio viral Pak Warto."Bapak pergi meninggalkan aib," kata Fatma kesal. "Semua grup whatsapp menggunjingkan keluarga kita Bu." kata Fatma.Bu Zuli datang,"Udah lihat bu
"Baik Mbak saya akan kesana." kata Bu Siti.Fatma dan Ulum mengantar Bu Siti kerumah sakit yang disebutkan. Benar disana terlihat Pak Warto terbaring sakit diatas ranjang."Dengan keluarga Pak Warto?" tanya seorang perawat."Iya sa istrinya," jawab Bu Siti."Mari ikut saya menemui Dokter." kata Perawat."Ayo Fat temanin Ibu!" ajak Bu Siti. Fatma pun menemani Bi Siti keruagan Dokter. Sedangkan Ulum menunggu didepan ruangan Pak Warto.Sesampainya diruangan dokter, mereka duduk."Keluarga Pak Warto ya?" tanya Dokter."Iya pak saya istrinya," jawab Bi Siti."Begini Bu Pak Warto akan lumpuh karena kakinya mengalami benturan yang sangat keras." tutur Dokter."Apa lumpuh dok?" tanya Fatma."Iya Mbak, kami berharap keluargamu memberikan Pak Warto dukungan dan semangat agar bisa menerima kenyataan." kata Dokter."Baik dok," kata Bu Siti.Mereka lalu keluar dari ruangan Dokter tersebut."Mas Bapa
"Ya ampun Bu Salma repot-repot kemari." kata Bu Siti tersenyum."Ini Bu ada sedikit bingkisan." kata Tia memberikan parcel buah pada Bu Siti."Terimakasih Tia, Terimakasih juga sudah memberi Ulum pekerjaan." kata Bu Siti."Oh ya Fatma kok tidak ada disini Bu?" tanya Bu Salma."Fatma pulang sore tadi Bu, kita gantian jaga Bapak." kata Bu Siti."Silahkan duduk Bu Tia!" kata Ulum pada Tia."Terimakasih Pak," jawab Tia lalu duduk disofa bersama Bu Salma."Sepertinya saya pernah lihat suami Bu Siti ya? Tapi dimana? Oh iya aku lupa vidio viral itu ya." sindir Bu Salma."Itu bukan suami saya Bu," sanggah Bu Siti."Alhamdulillah kalau bukan suami Ibu, soalnya kasihan kalau suami Ibu." kata Bu Salma."Ya nggak lah Bu," kata Bu Siti dengan senyum yang dipaksakan."Soalnya mirip sekali," kata Bu Salma. "Oh ya ini ya suami Fatma?" tanya Bu Salma melihat kearah Ulum yang berdiri."Iya Bu, dia suaminya Fatma." jaw
Bu Umi hampir saja memarahi Viona karena dikira Sabrina jatuh karena Viona. Nyatanya Sabrina jatuh karena dia mengantuk dan ingin turun dati ranjang tapi malah terjatuh. "Ya sudah, ayo kita pulang Na! Kamu kan sudah mengantuk!" Mira membantu Sabrina berdiri. Sabrina menurut dengan Ibunya, dia segera pulang bersama Ibunya yang membawa jajan dari Bu Umi tadi. "Terimakasih ya Bu Umi," ucap Mira sembari keluar dari rumah Bu Umi. Mira dan Sabrina berjalan cepat kearah rumah Tia, karena Sabrina sudah mengantuk. Sesampainya di rumah Sabrina langsung masuk kamar. Tia membantu Mira mengeluarkan jajan dari Bu Umi. "Pnya buat besok aja Tia, dipanasin," kata Mira sembari menaruh opor ayam kedalam kulkas . "Iya Mbak, jawabnya banyak sekali Mbak?" tanya Tia. "Iya Bu Umi buat banyak tadi," jawab Mira. Setelah membantu Mira, Tia segera tidur besok dia ada acara fitting baju pengantin jadi harus bangun pagi. Tia juga akan melihat gedung
Tia masih berteriak, Tapi Sabrina tidak kunjung bangun. Tia tetap berusaha membangunkan Sabrina meskipun tidak bangun. "Jangan pergi kamu!" teriak Tia sambil menepis tangan kuntilanak. Tapi malah justru semakin dekat dan kuntilanak itu berhasil mencekik lehernya. Tia sampai sulit bernafas karena dicekik. "Tante bangun." Sabrina menggoyang-goyangkan tubuh Tia. Hingga akhirnya Tia terbangun. "Hantu..." teriak Tia. "Tante mimpi apa kok teriak-teriak sampai aku terbangun?" tanya Sabrina. "Aku mimpi ada hantu mencekik tante," jawab Tia sambil duduk. Tia lalu minum airputih yang ada dimeja dekat dia tidur. "Tante nggak berdoa sih pantas mimpi buruk," kata Sabrina. Tia hnya tersenyum melihat tingkah Tantenya. Mira dan Budipun akhirnya mengetuk pintu kamar Tia karena dengar teriakan Tia tadi. Sabrina membukakan pintu, Mira langsung mendekati Tia. "Kamu kenapa?" tanya Mira. "Tante mimpiin hantu Bu," kata Sabrina. Setelah
Bu Siti mencoba berdiri, begitu juga dengan Mira. Mira kesal sekali dengan tingkah Bu Siti yang ceroboh sekali. "Maaf Non, saya kira tadi sudah kering," kata Bu Siti. Namun, Mira hanya diam saja, dan pergi ke kamar bersama Sabrina. "Lain kali hati-hati Bu," kata Budi lalu lanjut menonton televisi. Bu Siti kembali ke dapur setelah lantai kering. Bu Siti merasa bersalah pada Sabrina dan Mira. Dia takut jika nanti dipecat oleh Tia, sedangkan dirinya butuh pekerjaan ini. "Semoga saja Non Tia tidak memecat aku, aku takut banget kehilangan pekerjaan ini. Karena dengan kerja disini aku bisa makan buat sehari-hari." kata Bu Siti. Dia lalu melanjutkan pekerjaannya dan sebisa mungkin tidak membuat kesalahan. Nyatanya Bu Siti sekarang lupa menanak nasi padahal sudah jam 12. Mira marah lagi kali ini dia tidak memberi ampun pada Bu Siti. "Kalau sudah bosan kerja disini itu bilang, jangan main lupa dan buat kesalahan gitu," omel Mira."Gara-gara kamu
Bu Siti segera mengambil lap dan pel dia membersihkan tumpahan minuman yang terjatuh. Bu Salma nampak masih kesal pada Bu Siti."Lain kali kalau kerja hati-hati jangan ceroboh. Bikin malu saja kamu Siti," omel Bu Salma."Iya bikin malu kita." Mira menimpali omelan Bu Salma."Maafkan saya Mir, Bu," ucap Bu Siti tertunduk karena mengaku dirinya salah.Desainer tadi kembali, dia sudah membersihkan bajunya. Tidak berapa la dia pamit karena akan pergi ke tempat lain. Dengan rasa malu Bu Salma meminta maaf atas kesalahan Bu Siti."Tidak a Bu, mungkin dia capek," kata Desainer itu lalu pergi membawa mobil putihnya."Untung saja dia nggak marah," kata Mira llu masuk kedalam rumah bersama Bu Salma. Tia hnya diam saja, dia daritadi tidak berbicara sepatah katapun saat Bu Siti melakukan kesalahan.Tia melihat jam ditangannya, tidak bera lama dia masuk kedalam kamar. Bu Salma nampak kasihan pada Tia."Mir, Tia kenapa?" tanya Bu Salma
Sahara dibawa ke rumah sakit terdekat oleh Mamanya. Tidak berapa lama Papanya datang, Sahara sudah sadar. "Maaf suaminya mana, Bu?" tanya Dokter. "Suami?" tanya Mama Sahara penasaran. "Dia lagi keluar kota Dokter," kata Mama Sahara bohong. "Pasien sedang hamil muda Bu, tolong lebih diperhatikan. Jangan biarkan dia stres," kata Dokter. Seketika mama dan Papa sahara kaget mendengar putrinya hamil. Mereka kecewa karena Sahara telah merusak kepercayaan mereka. "Apa dia hamil ak Frans?" tanya Papa Sahara setelah Dokter pergi. "Lebih baik Papa tanya Sahara," jawab Mama Sahara. "Sahara kamu hamil, siapa ayah dari bayi kamu itu?" tanya Papa Sahara. "Frans Pa," jawab Sahara sedih. "Dimana Frans dia harus bertanggung jawab," kata Papa Sahara. "Frans ditangkap polisi Pa," jawab Sahara. "Apa?" ucap Papa Sahara kaget. "Baru tahu kan, dulu aku bilang sama kamu nggak percaya," kata Mama Sahara ketus.
Akhirnya orang tua Frans pulang, Dewi tidak memaafkannya. Munif berharap Frans segera tertanggap dan bertanggung jawab atas perbuatannya. "Pa, kemana ya Frans melarikan diri?" tanya Mama Frans. "Sudah Ma, jangan pikirkan Frans lagi. Di sudah mencoreng muka kita. Papa berharap dia segera tertangkap. Papa tidak mau dia berkeliaran." jawab Munif. "Mengapa dia jadi anak yang begini sih," kata Mama frans memijat kepala dia yang terasa pusing. Mereka kembali ke rumahnya, mereka tidak mau berurusan lagi dengan Frans, sudah cukup Frans membuat aib kekuarga. Semuanya sudah kecewa terhadap tindakan Frans itu. Tindakan kriminal yang telah menjadikan orang lain korbannya. Biarkan sa dia hidup tanpa keluarga, biar dia merasakan betapa pentingnya keluarga. ** Ditempat lain Frans merasakan betapa susahnya dikota orang tanpa uang yng cukup. Dia sudah beberapa kali menjambret tapi belum cukup. Dia terpaksa terus menjambret agar dapat uang. Itu salah sa
Jenazah Sania dibawa ke rumah Dewi, Bu Siti dan Tia mendampingi Dewi. Tidak berapa lama tetangga dan saudara Dewi berdatangan. Semua menguatkan Dewi, saat ini Dewi menjadi sebatang kara karena Sania telah menyusul sang Papa."Aku dengar dia meninggal karena dibunuh ya?" tanya Novi pada sonia."Iya aku dengar yang membunuh adalah Frans orang yang dulu melamar dia. Kasihan sekali Sania," kata Sonia."Pantas kau dia seperti itu, selama ini dia kan jahat. Kalau aku jadi Tia nggak mau lah ikut takxiah kesini," kata Novi."Iya dia kan sudah jahat pada Tia dan keluarga Malik. Tapi nyatanya mereka malah takziah, berarti mereka telah memaafkan Samua." kata Sonia.Mereka merasa kasihan pada Dewi yang kini tinggal sendirian setelah kepergian Sania. Sania segera dimakamkan karena sudah sore sekali. Beberapa tetangga ikut kepemakaman Sania. Mereka merasa kasihan terhadap Sania yang meninggal karena dibunuh.Semua saudara Dewi tidak ada yang menginap diru
"Kamu berniat mengacaukan acara ini dengan memberi racun ini pada makanan ini semua?" tanya Tia. Frans tidak menjawab malah kabur begitu saja. Dia berlari lewat pintu belakang, Tia tidak akan tinggal diam jika Frans masih nekat. Tia kembali kedepan, Malik tampak mencurigai Tia. "Ke kamar mandi kok lama sekali?" tanya Malik. "Aku bertemu pengacau tadi, untung aku memergokinya. Kalau tidak kita sudah keracunan." jawab Tia. "Maksud kamu apa?" tanya Malik. Tia lalu menceritakan kejadian tadi pas dia ke kamar mandi. Dia melihat Frans hampir menuangkan racun ke makanan acara Amalia ini. Tia akan memberitahu Pak Samsul agar Frans diberi sanksi karena hendak melakukan tindakan kriminal. Frans tampak kebingungan karena dia gagal mengacaukan acara Amalia dan Jaka. Dia menyuruh orang untuk menculik Amalia nanti malam. *** Di rumah sakit, Sania sudah sadar. Dia bertanya pada perawat apa yang terjadi pada d
Setelah kejadian di rumah sakit itu, Amalia dan Jaka melaksanakan mengumumkan pertunangan mereka pada semua orang.Sania yang tahu hal itu tertawa puas, karena melihat Frans yang patah hati. Frans sakit hati dan tidak terima atas keputusan Amalia.Siang itu setelah Amalia mengundang teman kerjanya ke acara pertunangan mereka. Frans langsung marah, dia mendekati Amalia yang selama beberapa hari ini cuek padanya."Apa kamu yakin dengan pilihan kamu?" tana Frans yang beras didepan meja kerja Amalia."Mengapa tidak? Tidak ada alasan buat menolak Jaka," kata Amalia tanpa menatap Frans."Apa kamu tidak mencintai ku?" tanya Frans."Ah apa? Cinta kamu?" tanya Amalia." Jangan gila kamu," tamu Amalia.Mendengar jawaban Amalia Frans marah, dia menggebrak meja kerja Amalia."Beruntung aku nggak milih kamu," kata Amal. "Kamu seperti monster kalau marah," kata Amalia lagi. Semua karyawan melihat mereka berdua. Karena ulahnya itu Frans