Stiven menatap Bintang dan Diego dari kejauhan.Kenapa sikap Bintang justru menjadi aneh, ketika bertemu dengan Arthur Indrawan? Apakah mereka saling kenal?Tidak seperti biasanya Bintang berbicara empat mata dengan orang lain, tapi dengan lelaki ini?Apa semua ini ada hubungan dengan lelaki yang bernama Richard Will? Sosok yang telah aku eliminasi?Tak mau terus penasaran, Stiven melangkah mendekati Bintang dan bertanya menyelidiki, "Kenapa kau terlihat kesal saat bertemu dengan Arthur Indrawan? Mungkinkah kalian saling mengenal? Apakah dia Arthur yang asli? Dan yang ku eliminasi adalah orang yang salah?""Aku mengatakan itu bukan tanpa alasan, Bintang. Karena tadi jelas-jelas kau mengatakan: 'Stiven, apa kau pikir aku hanya main-main, ketika menegaskan agar kalian mengeliminasi lelaki yang bernama Richard Will?' bukankah pertanyaan itu cukup menjadi pertanda kalau dia adalah Richard Will yang asli?" tanya Stiven menatap Bintang tanpa berkedip."Aku pikir telah menyerahkan perekrut k
***Ekaputra berdiri tepat didepan pintu pesawat, dia menatap sekelilingnya, pemandangan yang tak asing baginya.Kalau Ekaputra terbang ke negeri seberang sendirian, tapi dia memilih kembali ke Jakarta dengan membawa seorang gadis. Gadis yang disodorkan Edy padanya.Biasanya, Ekaputra akan meninggalkan gadis pemberian Edy dan mencari yang baru, tapi kali ini berbeda. Cara bermain gadis itu yang sangat liar, membuat Ekaputra belum siap melepaskannya. Tentu saja itu tak akan bertahan lama, karena saat dia merasa bosan, maka dia akan membuang gadis itu jauh-jauh. Walaupun tak membunuhnya."Antar dia ke apartemen biasa," perintah Ekaputra kepada bawahannya, ketika tiba di tangga pesawat paling bawah."Baik, Bos."Tanpa satu katapun, gadis itu mengikuti langkah kaki bawahan Ekaputra..Sedangkan Ekaputra memilih menemui anak buahnya di kantor."Bagaimana? Apakah kalian sudah menemukan siapa yang menyebabkan Damian Marley sampai seperti sekarang?" tanya Ekaputra ketika tiba di tempat tujuan
Jangankan menjawab, menatap pun tak dilakukan lelaki asing itu. Dia terus saja melangkah pergi.Stiven hanya mampu menatap kepergian lelaki itu dengan tatapan sayu.Andai saja lelaki itu bersedia menjadi anggota Fierce Spider, pasti banyak nyawa yang akan selamat. Keahliannya dalam ilmu medis, terbilang langka. Dan itu sangat diperlukan oleh dunia yang penuh darah.Memikirkan dunia hitam yang sekarang membutuhkan tenaga medis, membuat Stiven sadar, dia tak seharusnya menyerah.Bagaimana pun caranya, aku harus bisa mengajak lelaki itu bergabung dengan Fierce Spider, tapi apakah dia bersedia?Bersedia atau tidak itu urusan belakangan, aku tidak peduli. Yang terpenting sekarang adalah berusaha dulu. Aku harus meyakinkan lelaki itu agar bersedia bergabung dengan Fierce Spider. Bukankah tak ada salahnya mencoba? siapa tahu dia bersedia.Memikirkan semua itu, membuat Stiven memilih memblokir langkah kaki lelaki asing itu.Sejenak lelaki asing itu menatap Stiven, kemudian mengeluarkan dompet
Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku bergabung dengan dunia hitam yang di pimpin Bintang? Tidak! Aku tidak mau bergabung dengan dunia yang penuh darah. Apalagi membunuh orang-orang yang tak bersalah, aku tak bisa!Dirty menggelengkan kepalanya.Tapi bagaimana dengan keselamatan Bintang? Bagaimana kalau terjadi sesuatu padanya? Tapi kenapa aku harus khawatir? Bukankah kekuatan yang di miliki Bintang, sama denganku? Delapan puluh persen. Jadi, tak seharusnya aku khawatir. Bukan itu saja, keahlian Bintang dalam mengobati pasien juga lebih baik dariku.Setelah memikirkan kembali, Dirty memilih melanjutkan langkah kakinya menjauh dari pandangan Bintang dan Stiven.Namun, itu hanya sesaat. Kekhawatiran Dirty akan keselamatan Bintang, jauh lebih besar dari egonya. Dirty memilih kembali ke tempat di mana sahabatnya sekaligus muridnya berada."Kalau aku bergabung, apa keuntungannya untukku?"Stiven tercengang mendengar pertanyaan Dirty. Namun, tak ingin Dirty berubah pikiran, tanpa berpi
Ekaputra mengambil ponsel dari saku jasnya, kemudian mengirim video melalui aplikasi hijau dan berkata kepada Edy, "Kau lihatlah video itu dan berikan tanggapan mu.""Ini hanya seseorang yang mengalami kelumpuhan, kenapa bos mengirim video ini padaku? Apakah aku harus mencari siapa sosok yang membuat lelaki ini lumpuh?" tanya Edy, ketika tak menemukan keanehan pada video yang dikirim Ekaputra ke ponselnya."Kau lihatlah ini," ujar Ekaputra sambil menyerahkan beberapa lembar kertas A4 pada Edy."Apa? Ini benar-benar mustahil, Bos! Bagaimana mungkin organ dalam lelaki itu rusak total, tapi tak membuatnya meninggal?" pekik Edy terkejut bukan kepalang, ketika membaca berkas yang kini berada digenggaman tangannya."Bentuklah dunia hitam baru yang terkuat, kemudian cari tahu siapa sosok yang membuat Damian Marley lumpuh seperti itu. Walaupun sulit untuk menemukannya, tapi aku yakin dia menetap di kota ini. Aku curiga, sosok itu merupakan murid lain dari Bayanaka Benedict. Meskipun terdengar
***Sementara itu di tempat lain, Arthur Alonso yang merupakan dokter terbaik, tapi hanya memikirkan lisensi, diam seribu bahasa. Dia sama sekali tak menyangka, ketidak campur tangannya pada pasien tabrak lari akan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri."Kalau kau memang tak mengenal Austin Maverick, aku bisa memahami itu. Walaupun kau merupakan lulusan terbaik, tapi aku tak bisa apa-apa. Karena pemecatan kamu adalah perintah langsung dari presiden direktur. Kau beruntung, karena Austin Maverick berhasil meyakinkan presiden direktur agar tak mencabut lisensi mu sebagai dokter. Jadi kau masih bisa melamar pekerjaan di rumah sakit lain. Walaupun kemungkinan di terima itu sangatlah kecil, karena kasus mu sudah menjadi rahasia umum," ujar lelaki paruh baya yang memiliki jabatan cukup tinggi di rumah sakit itu."Bukankah dalam dunia medis itu ada aturannya? Austin itu bukanlah pasien ku, karena aku sama sekali tak menyentuhnya. Apalagi orang pertama yang memberi pertolongan pertama padany
Arthur Alonso melangkah memasuki rumah sakit Medika Pratama, mencoba melamar pekerjaan. Namun, jangankan mengikuti interview, bahkan saat mendengar namanya saja security langsung saja mengusirnya seperti sampah jalanan.Itu bukanlah rumah sakit pertama yang didatangi Arthur, tapi itu merupakan rumah sakit yang kesekian kalinya.Kegagalan Arthur Alonso dalam melamar pekerjaan, membuatnya memilih kembali ke rumah sakit, di mana dia dipecat.Dia mencoba segala cara untuk bisa mendapatkan kesempatan kedua. "Saya mohon, Tuan. Berikan aku satu kesempatan untuk bekerja di rumah sakit ini.""Dengan tidak mencabut lisensi mu sebagai dokter, bukankah itu merupakan suatu kesempatan?" ujar presiden direktur tanpa menatap Arthur."Terima kasih karena tidak mencabut lisensi ku, Tuan. Tapi dengan memasukkan ku ke dalam daftar hitam rumah sakit ini, sudah cukup membuatku kehilangan segalanya. Tak ada satu rumah sakit pun yang bersedia menerima ku. Karena mereka tidak mau mencari masalah dengan rumah
Walaupun bingung, tapi Arthur Alonso memilih bungkam. Dia terus melangkah mengikuti Edy, memasuki Lorong demi Lorong, sampai akhirnya mereka berhenti disebuah ruangan yang berukuran empat kali empat. Kamar Mandi yang sudah tidak terurus.‘Ini benar-benar mustahil, jadi kamar mandi ini merupakan lift tersembunyi? Terus siapa lelaki ini?’ batin Arthur terkejut, ketika menemukan kenyataan, kalau ruangan yang semula hanya sebuah kamar mandi, kini berubah menjadi lift hanya dengan satu sentuhan jari Edy.Ya! Kamar Mandi yang tak terurus itu merupakan lift menuju ruang bawah tanah, sekaligus markas Black One.Meskipun penasaran, tapi Arthur tak berani bertanya, dia sadar situasi itu cukup untuk menjelaskan kalau sosok yang kini bersamanya bukanlah lelaki baik-baik.Benar saja dugaan Arthur, ketika lift berhenti dan terbuka, pemandangan tak lazim kini terbentang didepan matanya. Di atas brangkar terbaring dua orang gadis dengan pakaian kumuh, jelas sekali mereka adalah pemulung. “Layak tida
Ya! Edy membawa Kumbara ke hutan. Hutan di mana Devano Willow harus meregang nyawa, karena perbuatan murid kesayangannya sendiri. Di mana juga Devano Willow menolak keras untuk disembuhkan dan memilih mati. Edy menatap Kumbara dan tersenyum sinis, "Bagaimana? Apa kau suka kejutan ku? Bukankah kau tak menyangka kalau aku akan membawa mu ke sini? Kumbara ... Kumbara ... apa kau pikir aku tak bisa membaca pikiran mu? Tidak, Kumbara! Bukankah Kau ingin memperlambat proses kesembuhan bos ku, kan? Lebih baik pikirkan baik-baik setelah melihat ini." Setelah mengakhiri kalimatnya. Edy mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dan melakukan panggilan video call. Melihat Austin yang terbaring di atas ranjang, membuat jantung Kumbara berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia ketakutan. "Edy, aku mohon lepaskan cucuku," pinta Kumbara berlutut di kaki Edy. "Nyawa cucu mu, bergantung padamu. Kalau kau mau memperlambat proses pengobatan bos ku, maka ku pastikan Austin akan kehilangan fungsi organ
"Bagaimana Edy, apakah kau sudah mengirim orang untuk mengawasi Austin Maverick? Cucu kesayangannya?" tanya Ekaputra santai. Dan Kumbara tahu artinya. Itu ancaman tak langsung untuknya."Kau mau membunuh cucu ku? Silahkan! Maka kau tak akan pernah mendapatkan pengobatan apapun dariku. Kau hanya akan menemukan tubuhku mati kaku," ancam Kumbara. Ya! Selain Kumbara maka tak akan ada seorangpun yang dapat mengobati Ekaputra. Jadi Kumbara tahu persis, Ekaputra tak akan berani bertindak bodoh. Karena membunuh Austin Maverick, itu sama saja bunuh diri. "Apa bos memerintahkan untuk membunuh cucu mu? Bukankah tidak? Bos meminta ku mengawasinya. Itu artinya ...," Edy tak meneruskan kalimatnya, dia justru tersenyum menatap Kumbara."Artinya apa, Brengsek!" teriak Kumbara emosi."Itu artinya setiap kesalahan dalam pengobatan yang kau lakukan, maka cucu mu yang akan kena dampaknya. Tapi tenang saja, kami tak akan langsung membunuhnya. Kami akan menerornya terlebih dahulu. Kalau kau bisa memperce
"Sejak kapan kau terluka, Ekaputra? Apa kau menggunakan tenaga angin?" tanya Kumbara memastikan kalau dugaannya tak meleset."Aku terluka sejak tujuh bulan lalu, tepatnya tanggal 3 Desember 2023. Btw dari mana kau tahu kalau aku menggunakan tenaga angin?" tanya Ekaputra curiga."Mengingat kau adalah murid Devano Willow, sangat mustahil ada orang mengalahkan mu. Apalagi membuat kondisi mu seperti ini. Jadi hanya ada satu kemungkinan, kau menggunakan tenaga angin. Apa kau menemukan seseorang yang kuat, hingga kau harus menggunakan tenaga dalam yang selama ini tak pernah kau publikasikan?" Kumbara menatap Ekaputra, seolah-olah tak tahu apa yang sedang terjadi.Ekaputra diam seribu bahasa. Dia tahu berbohong juga percuma. Kumbara tahu betul masa lalunya. Mulai dari Devano Willow yang memilihnya menjadi murid, bagaimana juga dia mengkhianati gurunya sendiri."Kenapa kau diam saja? Apakah tebakanku benar? Apa mungkin dia adik seperguruan mu yang menghilang?" tanya Kumbara pura-pura tak tahu
[Bos Edy, seperti dugaan mu. Kumbara secara sukarela ikut bersama kami. Kami sedang dalam perjalanan. Sekitar lima belas menit lagi kami sampai markas.]Edy mengucek matanya sendiri, tak percaya dengan pesan yang baru saja dibacanya, "Ini bukan mimpi, kan, Bos? Ini nyata, kan? Mereka berhasil menemukan Kumbara, kan, Bos?"Ekaputra Lee tak menjawab, dia langsung saja menarik ponsel yang ada dalam genggaman Edy. Dia penasaran."Apakah benar Kumbara sedang dalam perjalanan ke sini?" tanya Ekaputra tak percaya."Sepertinya rencana ku berhasil, Bos," kata Edy penuh semangat.Benar saja tak sampai lima belas menit. Anak buah Edy telah sampai di markas."Kalau kau ingin membunuhku, silahkan! Tapi jangan pernah menyakiti cucuku, Brengsek!" cetus Kumbara dengan wajah merah padam. Berusaha mengendalikan amarahnya.Ya! Ketika mengetahui orang yang menghadang jalannya adalah anak buah Ekaputra, Kumbara berusaha melarikan diri.Namun, semua berubah ketika anak buah Ekaputra mengatakan kalau sampai
***Sementara itu di negeri seberang, Ekaputra Lee sedang beristirahat di dalam ruangannya. Dia di temani oleh orang kepercayaannya, Edy."Bagaimana? Apakah kau telah menemukan orang yang tepat untuk menyembuhkan ku?" tanya Ekaputra terlihat pasrah.Edy menatap Ekaputra dengan perasaan iba, "Aku sudah menugaskan semua anak buah untuk mencari keberadaan kakek Kumbara. Sepertinya hanya dia yang bisa mengobati mu, Bos.""Berapa lama kemungkinan Kumbara bisa ditemukan? Bukankah membawa Kumbara ke sini itu mustahil? Apalagi kalau dia tahu akulah orang yang ingin bertemu dengannya. Yang aku tahu dia tidak suka dipaksa. Dia bahkan tak tergiur dengan uang," ujar Ekaputra menatap Edy lemas."Menemukannya memang sulit. Karena Yang aku tahu, dia telah lama pensiun dari profesinya. Dia selalu berkelana dari satu kota ke kota lain, bahkan dari satu negara ke negara lainnya. Tapi untuk sementara, aku yakin dia berada di Indonesia. Karena tak ada nama Kumbara Osal dalam penerbangan apapun selama sat
"Sebenarnya apa yang terjadi, Bintang? Apa mungkin Dirty dan Richard terluka?" tanya Anggun Maharani menatap Bintang, menyelidiki.Bintang menganggukkan kepalanya pelan sebagai jawaban."Kenapa kau menyembunyikan ini dari kami? Apa bagi mu, kami hanyalah orang asing?" cetus Anggun kecewa.Tubuh Bintang terasa lemas, dia langsung saja duduk di sofa tak jauh darinya berdiri. "A-a-apa kau juga terluka?" selidik Anggun merasa ada yang tak beres.Bintang menganggukkan kepalanya dan berkata pelan, "Andai saja aku tak bergabung dan menjadi pimpinan Fierce Spider. Mungkin tak akan berakhir seperti ini. Diego Smith tak akan terluka parah, tak akan ada namanya pertumpahan darah yang merenggut banyak nyawa anggota Fierce Spider. Dirty dan Richard juga tak akan pernah bergabung dengan Fierce Spider.""Hanya karena aku terluka, mereka bertiga menyembunyikan kondisi sesungguhnya. Kau tahu apa alasan mereka? Mereka hanya tidak ingin aku kepikiran dan membuat kondisiku memburuk.""Sejak awal harusny
***Kaki Bintang terasa lemas, matanya berkaca-kaca, hatinya terasa sakit. Lelaki yang dulunya merupakan orang terkuat di Fierce Spider dan sangat ditakuti, kini terbaring tak berdaya. "Sejak kapan dia seperti ini?" tanya Bintang dengan suara berat."Bos Diego sudah seperti ini setelah beberapa hari kembali ke sini. Namun, tak ada seorangpun yang tahu akan kondisinya. Dia bahkan memintaku untuk tak pernah menemui siapapun yang merupakan mantan anggota Fierce Spider," ujar lelaki itu menatap Diego yang masih terpejam.Bintang melangkah mendekati Diego dan berkata pelan, "Apa karena ini kau memilih meninggalkan kami? Kenapa kau tak memberitahuku, kalau kau juga terluka sama seperti ku? Apa kau tak pernah menganggap ku sahabat?"Berlahan mata Diego Smith terbuka. Dia menatap Bintang dan berusaha tersenyum."Kenapa kau berada di sini?" tanya Diego hampir tak terdengar."Aku ke sini untuk mengobati mu, Diego," jelas Bintang dan langsung mengeluarkan satu botol minuman pemberian lelaki tu
Saat Richard hendak mencari informasi keberadaan Diego Smith, Bintang menentangnya. Dia meminta Richard dan Dirty untuk beristirahat.Bintang menatap Richard dan Diego secara bergantian, kemudian berkata dengan tegas, "Kalau kalian tetap mau mencari keberadaan Diego Smith, maka tanggung sendiri konsekuensinya! Aku akan membuat kalau berdua menyesal telah menentang ku!" "Sepertinya kali ini kita harus menyerah. Apa kau tak lihat rona wajahnya? Selama mengenalnya, aku tak pernah melihat kemarahan seperti itu di wajahnya," bisik Dirty di telinga Richard."Sama. Sebaiknya kita istirahat, sebelum dia tambah marah. Yang ada kita berdua diikat," Richard balik berbisik."Aku minta kalian untuk beristirahat, bukannya bisik-bisik!" bentak Bintang kesal.Ya! Bintang melakukan itu semua karena ketakutannya. Dia takut kalau-kalau, dua sahabat baiknya meninggalkannya ke dunia lain."Iya! Iya! Aku istirahat!" cetus Dirty dan langsung meninggalkan Bintang menuju kamarnya. Begitupun dengan Dirty.'Tu
"Tanaman itu akan menjadi obat jika di konsumsi oleh seseorang yang sedang keracunan. Mau itu racun biasa maupun mematikan. Hanya saja takarannya harus pas, jika tidak akan sangat berbahaya. Namun, karena daun itu lebih dikenal sebagai daun beracun maka tak ada satu manusia pun yang mau mengkonsumsinya. Jangankan mengkonsumsi, bahkan memetik daun itu saja mereka ketakutan," jawab lelaki itu tersenyum.Bintang terdiam, kini dia paham kenapa lelaki itu memintanya meminum air rebusan daun beracun itu."Kau tak perlu lagi mendapatkan pengobatan lanjutan. Kau hanya perlu istirahat dan makan makanan yang bergizi. Organ tubuhmu akan membaik secara berlahan. Sampai kau benar-benar sembuh, maka jangan coba-coba menggunakan tenaga mu, dalam bentuk apapun. Apa kau paham?"Bintang menganggukkan kepalanya sebagai jawaban."Istirahatlah. Aku juga butuh istirahat," ujar lelaki itu dan langsung meninggalkan Bintang sendirian.Keesokan harinya.Seperti biasa sinar matahari dengan berani masuk lewat ce