***Ekaputra Lee menatap anak buahnya dengan penuh amarah. Tiba-tiba ....BRAKKK !!! PRANGGG !!! PRANGGG !!!!Hanya satu sapuan tangan Ekaputra, langsung membuat meja kerjanya bersih. Vas bunga, keramik mini, cangkir, laptop, yang semula berada di atas meja kerjanya kini menjadi bagian dari lantai. Ekaputra hanya menggunakan 0,00001 persen tenaga yang dimilikinya, tapi mampu membuat laptop dan lainnya kini menjadi hancur berkeping-keping.Walaupun ketakutan jelas terpancar di mata anak buahnya, tapi tak ada satupun yang berani melarikan diri. Mereka tahu betul, bahkan hanya selangkah saja Ekaputra mampu membunuh tanpa bergerak dari tempatnya.Jadi mereka memilih diam dan berharap orang yang ditunggu akan segera tiba, sebelum sang Bos murka dan membunuh salah satu dari mereka. 'Brengsek! Bahkan dengan kemajuan teknologi sekarang ini, tak mampu menemukan satu informasi pun tentang guru Devano Willow! Apa mungkin Devano Willow tidak meninggal?' batin Ekaputra mencoba mengembalikan inga
***Sementara itu di hutan terlarang.Dirty dan Julio terperanjat, ketika mendengar permintaan yang tak masuk akal dari Bintang.'Apa dia sudah gila? Apa dia pikir punya sembilan nyawa?' batin Dirty kesal."Apa kau serius?" tanya Julio tanpa melepaskan tatapan matanya dari Bintang.Bintang diam membisu, tak ada pembelaan diri atau sekedar alasan yang keluar dari mulutnya.Setelah melihat ekspresi wajah Bintang, membuat Dirty menyadari kalau lelaki yang kini berdiri dihadapannya tak main-main. Dia serius."Sampai mati pun, aku tak akan melanjutkan latihan untukmu, Bintang! Cukup sekali saja, aku melihatmu hampir meregang nyawa di depanku!" teriak Dirty kesal."Pahamilah aku, Dirty. Hanya dengan meneruskan latihan itu, maka aku bisa kembali ke kota," tegas Bintang."Apa? Pahami kamu? Apa kamu pikir, aku gila? Tidak, Bintang!""Tapi, Dirty ...,"Dirty langsung memotong kalimat Bintang, "Meskipun banyak cara lain, tapi keputusan ku sudah bulat. Tak akan ada latihan lanjutan untukmu! Kalau
Auw ....Bintang menjerit pelan, ketika tubuhnya membentur tanah dengan keras.Itulah yang terjadi, latihan pertama Bintang gagal total.Namun, itu tak membuatnya menyerah. Setiap hari di jam yang sama, dia melanjutkan latihan tanpa sepengetahuan Dirty dan Julio.Meskipun kegagalan demi kegagapan diperhadapkan dengannya, tapi Bintang tetap bersemangat. Dia menjadikan kegagalan itu sebagai motivasi. Kenapa aku hanya bisa menggunakan tenaga dalam itu sekali saja? Pasti ada kunci tertentu untuk memunculkan sekaligus mengendalikan tenaga dalam itu, tapi apa?Pertanyaan itulah yang selalu muncul dibenak Bintang, ketika menemukan kegagalan. Lebih tepatnya, Bintang penasaran.Sebulan telah berlalu, tapi tak ada perkembangan pada latihan Bintang. Dia masih mencari jawaban, bagaimana agar tenaga dalam itu bisa digunakan.***Sementara itu di kota, Ekaputra membaca dengan seksama isi berkas yang ada di atas meja kerjanya. Berkas mengenai data diri anggota Fierce Spider, mulai dari tim satu sam
Mengingat sang guru meninggal dengan cara mengenaskan, membuat Diego Smith tambah emosi. Dia bahkan tak bisa mengendalikan amarahnya.Dia menatap lelaki bertopeng itu tanpa berkedip, sedangkan Ekaputra tersenyum sinis dibalik topengnya.Ya! Dia yakin kalau sosok yang kini sedang berhadapan dengannya, tidak lain adalah kakak seperguruannya. Sosok yang telah mengakhiri hidup Devano Willow, gurunya sendiri.Diego Smith memutar tangan dan kakinya secara bersamaan, siap menyerang. Dia memilih menyerang lelaki bertopeng itu dengan semua tenaga yang dimilikinya.Namun, bukannya berhasil, tiba-tiba ....BUKKK !!!!BRAKKK !!!!Auw ....Diego Smith menjerit kesakitan, ketika tubuhnya jatuh membentur lantai dengan keras. Akibat satu hentakan keras dari lelaki bertopeng itu.Ekaputra melangkah mendekati Diego Smith, menarik Krah kemejanya dan berbisik, "Simpan tenagamu untuk orang yang tepat! Dan aku bukanlah orang itu, paham?""Brengsek, Kau ...,"Diego Smith tak meneruskan umpatannya, ketika Eka
**Kalau di markas Fierce Spider sedang terjadi kekacauan, berbanding terbalik dengan Bintang yang sedang berada di kota terkejam. Setelah sebulan lebih, akhirnya dia menemukan cara untuk mengendalikan tenaga dalam itu sepenuhnya, tanpa harus takut nyawanya akan berada dalam bahaya.Namun, keberhasilan itu sama sekali tidak diketahui oleh Dirty dan Julio. Bintang sengaja tak memberitahukan kabar baik itu, demi menjaga perasaan kedua orang yang telah mempercayainya.Walaupun Bintang sadar betul, dia tak dapat menyembunyikan hal itu selamanya. Tapi baginya itu adalah pilihan yang terbaik.Entah kenapa, dia lebih merasa nyaman kalau Dirty dan Julio tak mengetahui hal itu."Apa hanya aku yang menyadari perubahan sikap Bintang akhir-akhir ini? Sepertinya ada hal baik yang terjadi padanya. Lihat saja sekarang, dia bahkan tak menyadari kalau sedang diperhatikan," ujar Julio tanpa melepaskan tatapan matanya dari Bintang."Bukan hanya kamu yang melihat perubahan Bintang, tapi aku juga. Apa mun
***Bintang menatap rumah sahabatnya yang berantakan. Sama sekali tak ada tanda-tanda kehidupan di sana.Berlahan tapi pasti, Bintang melangkah memasuki rumah yang memang tidak pernah di kunci.Rumah dua lantai yang harusnya mewah, menjadi tak terurus dan terkesan angker. Ke mana Richard? Apa mungkin dia masih memiliki kebiasaan yang sama? Menghabiskan waktu dengan minum alkohol? Tanpa harus takut kehabisan uang?Itulah pertanyaan pertama yang muncul di benak Bintang, ketika melihat kondisi rumah Richard.Setelah memastikan sosok yang dicari tak ada di tempat itu, Bintang memilih mengunjungi sebuah kios kecil. Kios yang menjual makanan pedas dan minuman beralkohol dengan kadar tinggi.Tempat di mana Richard Will biasa menghabiskan waktu. Benar saja dugaan Bintang, Richard Will tertelungkup di meja. Di sampingnya penuh dengan botol alkohol yang sudah kosong.Kenapa kamu merusak diri seperti ini, Richard? Apa kamu memang tak memiliki tujuan hidup?"Hay, Bintang. Lama tak jumpa, bagaim
Bintang menatap pintu rumah yang kini terkunci rapat.Richard, sebenarnya apa yang terjadi dengan masa lalu mu? Sikapmu justru membuatku yakin, kau ada hubungannya dengan Fierce Spider. Tapi hubungan seperti apa?Sepertinya kepulangan ku kali ini harus di tunda. Tak mungkin aku kembali dengan membawa rasa penasaran ini. Apalagi setelah mendengar semua umpatan Richard.Ya! Dengan berat hati Bintang harus mengurungkan niatnya kembali ke kota. Padahal dia berencana kembali menemui sang adik dan istrinya, ketika dia telah menguasai seratus persen tenaga dalamnya.Kembali Bintang termenung.Richard butuh pertolongan, tapi bagaimana aku bisa menyembuhkannya? Bukankah luka batin hanya bisa disembuhkan, jika yang bersangkutan mau bekerjasama?Tidak! Aku harus menggunakan segala cara agar Richard mau terbuka. Ya, aku tidak boleh menyerah. Bukankah kejadian seperti ini pernah terjadi bertahun-tahun yang lalu. Waktu aku memintanya mengajari ku ilmu IT.Aku yakin, suatu saat Richard pasti akan lu
Bukannya merespon ucapan Rivaldo, tapi Ekaputra justru langsung melesat pergi, ketika membaca pesan aplikasi hijau dari seseorang.Seseorang yang diyakini Rivaldo adalah orang kepercayaan Ekaputra, orang yang tentunya membawa kabar penting. Hingga mampu membuat pria menyeramkan itu, bahkan mengesampingkan ucapan Rivaldo.Namun, pesan itu jugalah yang membuat Rivaldo dapat bernafas lega. Dia sadar betul, pertanyaan refleks darinya tadi, tentu akan membuat Ekaputra murka padanya.______Mobil Ekaputra meluncurkan dengan kecepatan tinggi menuju kantornya.Begitu tiba di tempat parkir kantornya, Ekaputra menuju lantai 29 bukan menggunakan lift. Tapi dia memilih menggunakan tenaga dalamnya, agar tiba di tempat itu lebih cepat."Mana bukunya?" tanya Ekaputra tak sabar.Tidak mau sang bos marah, lelaki itu langsung saja memberikan sebuah buku tua yang telah usang.Ekaputra membuka lembar demi lembar buku yang telah tua dan usang itu. Walaupun sudah tua dan usang, tapi tulisan dan gambar di d
Ya! Edy membawa Kumbara ke hutan. Hutan di mana Devano Willow harus meregang nyawa, karena perbuatan murid kesayangannya sendiri. Di mana juga Devano Willow menolak keras untuk disembuhkan dan memilih mati. Edy menatap Kumbara dan tersenyum sinis, "Bagaimana? Apa kau suka kejutan ku? Bukankah kau tak menyangka kalau aku akan membawa mu ke sini? Kumbara ... Kumbara ... apa kau pikir aku tak bisa membaca pikiran mu? Tidak, Kumbara! Bukankah Kau ingin memperlambat proses kesembuhan bos ku, kan? Lebih baik pikirkan baik-baik setelah melihat ini." Setelah mengakhiri kalimatnya. Edy mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dan melakukan panggilan video call. Melihat Austin yang terbaring di atas ranjang, membuat jantung Kumbara berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia ketakutan. "Edy, aku mohon lepaskan cucuku," pinta Kumbara berlutut di kaki Edy. "Nyawa cucu mu, bergantung padamu. Kalau kau mau memperlambat proses pengobatan bos ku, maka ku pastikan Austin akan kehilangan fungsi organ
"Bagaimana Edy, apakah kau sudah mengirim orang untuk mengawasi Austin Maverick? Cucu kesayangannya?" tanya Ekaputra santai. Dan Kumbara tahu artinya. Itu ancaman tak langsung untuknya."Kau mau membunuh cucu ku? Silahkan! Maka kau tak akan pernah mendapatkan pengobatan apapun dariku. Kau hanya akan menemukan tubuhku mati kaku," ancam Kumbara. Ya! Selain Kumbara maka tak akan ada seorangpun yang dapat mengobati Ekaputra. Jadi Kumbara tahu persis, Ekaputra tak akan berani bertindak bodoh. Karena membunuh Austin Maverick, itu sama saja bunuh diri. "Apa bos memerintahkan untuk membunuh cucu mu? Bukankah tidak? Bos meminta ku mengawasinya. Itu artinya ...," Edy tak meneruskan kalimatnya, dia justru tersenyum menatap Kumbara."Artinya apa, Brengsek!" teriak Kumbara emosi."Itu artinya setiap kesalahan dalam pengobatan yang kau lakukan, maka cucu mu yang akan kena dampaknya. Tapi tenang saja, kami tak akan langsung membunuhnya. Kami akan menerornya terlebih dahulu. Kalau kau bisa memperce
"Sejak kapan kau terluka, Ekaputra? Apa kau menggunakan tenaga angin?" tanya Kumbara memastikan kalau dugaannya tak meleset."Aku terluka sejak tujuh bulan lalu, tepatnya tanggal 3 Desember 2023. Btw dari mana kau tahu kalau aku menggunakan tenaga angin?" tanya Ekaputra curiga."Mengingat kau adalah murid Devano Willow, sangat mustahil ada orang mengalahkan mu. Apalagi membuat kondisi mu seperti ini. Jadi hanya ada satu kemungkinan, kau menggunakan tenaga angin. Apa kau menemukan seseorang yang kuat, hingga kau harus menggunakan tenaga dalam yang selama ini tak pernah kau publikasikan?" Kumbara menatap Ekaputra, seolah-olah tak tahu apa yang sedang terjadi.Ekaputra diam seribu bahasa. Dia tahu berbohong juga percuma. Kumbara tahu betul masa lalunya. Mulai dari Devano Willow yang memilihnya menjadi murid, bagaimana juga dia mengkhianati gurunya sendiri."Kenapa kau diam saja? Apakah tebakanku benar? Apa mungkin dia adik seperguruan mu yang menghilang?" tanya Kumbara pura-pura tak tahu
[Bos Edy, seperti dugaan mu. Kumbara secara sukarela ikut bersama kami. Kami sedang dalam perjalanan. Sekitar lima belas menit lagi kami sampai markas.]Edy mengucek matanya sendiri, tak percaya dengan pesan yang baru saja dibacanya, "Ini bukan mimpi, kan, Bos? Ini nyata, kan? Mereka berhasil menemukan Kumbara, kan, Bos?"Ekaputra Lee tak menjawab, dia langsung saja menarik ponsel yang ada dalam genggaman Edy. Dia penasaran."Apakah benar Kumbara sedang dalam perjalanan ke sini?" tanya Ekaputra tak percaya."Sepertinya rencana ku berhasil, Bos," kata Edy penuh semangat.Benar saja tak sampai lima belas menit. Anak buah Edy telah sampai di markas."Kalau kau ingin membunuhku, silahkan! Tapi jangan pernah menyakiti cucuku, Brengsek!" cetus Kumbara dengan wajah merah padam. Berusaha mengendalikan amarahnya.Ya! Ketika mengetahui orang yang menghadang jalannya adalah anak buah Ekaputra, Kumbara berusaha melarikan diri.Namun, semua berubah ketika anak buah Ekaputra mengatakan kalau sampai
***Sementara itu di negeri seberang, Ekaputra Lee sedang beristirahat di dalam ruangannya. Dia di temani oleh orang kepercayaannya, Edy."Bagaimana? Apakah kau telah menemukan orang yang tepat untuk menyembuhkan ku?" tanya Ekaputra terlihat pasrah.Edy menatap Ekaputra dengan perasaan iba, "Aku sudah menugaskan semua anak buah untuk mencari keberadaan kakek Kumbara. Sepertinya hanya dia yang bisa mengobati mu, Bos.""Berapa lama kemungkinan Kumbara bisa ditemukan? Bukankah membawa Kumbara ke sini itu mustahil? Apalagi kalau dia tahu akulah orang yang ingin bertemu dengannya. Yang aku tahu dia tidak suka dipaksa. Dia bahkan tak tergiur dengan uang," ujar Ekaputra menatap Edy lemas."Menemukannya memang sulit. Karena Yang aku tahu, dia telah lama pensiun dari profesinya. Dia selalu berkelana dari satu kota ke kota lain, bahkan dari satu negara ke negara lainnya. Tapi untuk sementara, aku yakin dia berada di Indonesia. Karena tak ada nama Kumbara Osal dalam penerbangan apapun selama sat
"Sebenarnya apa yang terjadi, Bintang? Apa mungkin Dirty dan Richard terluka?" tanya Anggun Maharani menatap Bintang, menyelidiki.Bintang menganggukkan kepalanya pelan sebagai jawaban."Kenapa kau menyembunyikan ini dari kami? Apa bagi mu, kami hanyalah orang asing?" cetus Anggun kecewa.Tubuh Bintang terasa lemas, dia langsung saja duduk di sofa tak jauh darinya berdiri. "A-a-apa kau juga terluka?" selidik Anggun merasa ada yang tak beres.Bintang menganggukkan kepalanya dan berkata pelan, "Andai saja aku tak bergabung dan menjadi pimpinan Fierce Spider. Mungkin tak akan berakhir seperti ini. Diego Smith tak akan terluka parah, tak akan ada namanya pertumpahan darah yang merenggut banyak nyawa anggota Fierce Spider. Dirty dan Richard juga tak akan pernah bergabung dengan Fierce Spider.""Hanya karena aku terluka, mereka bertiga menyembunyikan kondisi sesungguhnya. Kau tahu apa alasan mereka? Mereka hanya tidak ingin aku kepikiran dan membuat kondisiku memburuk.""Sejak awal harusny
***Kaki Bintang terasa lemas, matanya berkaca-kaca, hatinya terasa sakit. Lelaki yang dulunya merupakan orang terkuat di Fierce Spider dan sangat ditakuti, kini terbaring tak berdaya. "Sejak kapan dia seperti ini?" tanya Bintang dengan suara berat."Bos Diego sudah seperti ini setelah beberapa hari kembali ke sini. Namun, tak ada seorangpun yang tahu akan kondisinya. Dia bahkan memintaku untuk tak pernah menemui siapapun yang merupakan mantan anggota Fierce Spider," ujar lelaki itu menatap Diego yang masih terpejam.Bintang melangkah mendekati Diego dan berkata pelan, "Apa karena ini kau memilih meninggalkan kami? Kenapa kau tak memberitahuku, kalau kau juga terluka sama seperti ku? Apa kau tak pernah menganggap ku sahabat?"Berlahan mata Diego Smith terbuka. Dia menatap Bintang dan berusaha tersenyum."Kenapa kau berada di sini?" tanya Diego hampir tak terdengar."Aku ke sini untuk mengobati mu, Diego," jelas Bintang dan langsung mengeluarkan satu botol minuman pemberian lelaki tu
Saat Richard hendak mencari informasi keberadaan Diego Smith, Bintang menentangnya. Dia meminta Richard dan Dirty untuk beristirahat.Bintang menatap Richard dan Diego secara bergantian, kemudian berkata dengan tegas, "Kalau kalian tetap mau mencari keberadaan Diego Smith, maka tanggung sendiri konsekuensinya! Aku akan membuat kalau berdua menyesal telah menentang ku!" "Sepertinya kali ini kita harus menyerah. Apa kau tak lihat rona wajahnya? Selama mengenalnya, aku tak pernah melihat kemarahan seperti itu di wajahnya," bisik Dirty di telinga Richard."Sama. Sebaiknya kita istirahat, sebelum dia tambah marah. Yang ada kita berdua diikat," Richard balik berbisik."Aku minta kalian untuk beristirahat, bukannya bisik-bisik!" bentak Bintang kesal.Ya! Bintang melakukan itu semua karena ketakutannya. Dia takut kalau-kalau, dua sahabat baiknya meninggalkannya ke dunia lain."Iya! Iya! Aku istirahat!" cetus Dirty dan langsung meninggalkan Bintang menuju kamarnya. Begitupun dengan Dirty.'Tu
"Tanaman itu akan menjadi obat jika di konsumsi oleh seseorang yang sedang keracunan. Mau itu racun biasa maupun mematikan. Hanya saja takarannya harus pas, jika tidak akan sangat berbahaya. Namun, karena daun itu lebih dikenal sebagai daun beracun maka tak ada satu manusia pun yang mau mengkonsumsinya. Jangankan mengkonsumsi, bahkan memetik daun itu saja mereka ketakutan," jawab lelaki itu tersenyum.Bintang terdiam, kini dia paham kenapa lelaki itu memintanya meminum air rebusan daun beracun itu."Kau tak perlu lagi mendapatkan pengobatan lanjutan. Kau hanya perlu istirahat dan makan makanan yang bergizi. Organ tubuhmu akan membaik secara berlahan. Sampai kau benar-benar sembuh, maka jangan coba-coba menggunakan tenaga mu, dalam bentuk apapun. Apa kau paham?"Bintang menganggukkan kepalanya sebagai jawaban."Istirahatlah. Aku juga butuh istirahat," ujar lelaki itu dan langsung meninggalkan Bintang sendirian.Keesokan harinya.Seperti biasa sinar matahari dengan berani masuk lewat ce