Setelah menunggu 10 menit, akhirnya burritos kesukaan Gea dan Tiara sudah tersaji di meja. Kedua gadis cantik itupun segera menikmati sajian makan siang mereka.
Sesekali Tiara menceritakan beberapa hal. Mulai dari pekerjaannya, sampai beberapa fashion item terbaru dari brand favorite mereka, namun ... sepertinya Gea kurang antusias mendengar ceritanya.
"Ge ... "
"Hem ... "
"Hari ini Lo gak asik deh!" protes Tiara sambil memajukan bibirnya 5cm. "Lo diam mulu daritadi. Kesel banget gue jadinya!"
Gea yang mengajak makan siang bersama, eh malah Gea sendiri yang tampak tidak berminat. Dasar jiwa-jiwa jomblo labil!
"Sorry, Ti," Geapun merasa bersalah pada sahabat gesreknya itu. "Gue masih kepikiran besok. Bayangin deh, gue harus ketemu Bang Abizar, di meeting resmi pula. Gimana ya jadinya nasib gue besok?"
Bete sekali kalau mengingat jadwal pertemuan besok. Apalagi membayangkan human satu itu akan gentayangan di kehidupanku dalam beberapa bulan kedepan karena proyek yang harus kami selesaikan bersama.
Tiarapun mendengus sebelum menanggapi kegalauan sahabatnya itu. "Aelah! Masih tentang si Abizar Belver Permadi nih? Gea ... Gea! 'Kan sudah gue ajarin, gak usah Lo gubris ocehan menyakitkanya. Anggap angin lalu aja."
"Gak mungkin bisa, Ti! Gue pasti bakal terprovokasi sama ocehan kejamnya. Mana besok ada Om Brian sama Tante Lexie pula, tengsin 'kan gue kalau di ocehin aneh-aneh sama Bang Abizar."
Wajah Gea kembali tertekuk sempurna. Kalau mamanya melihat ini pasti dia akan diberi kultum tentang botox!
"Jangan sering mengerutkan dahi, Ge! Nanti garis halus di dahimu muncul bahkan sebelum umur 30 tahun. Kalau sudah seperti itu Kamu harus rajin botox dahi di klinik kecantikan langganan mama," kultum Mama Livy setiap melihat kedua anaknya, Gea dan Luna, mengerutkan dahi.
"Ge, kayaknya gue dapat ide deh?
"Ide? Ide apaan?"
"Lo besok dandan yang sexy deh."
"Dandan sexy? Buat apaan?"
"Ya kali kalau Bang Abizar teralihkan secara visual karena tampilan sexy Lo, dia jadi lupa ngoceh jahat ke Lo!"
Astaga, ide si Tiara somplak banget sih!
"Ti, walau gue telanjang sekalipun, Bang Abizar gak bakal nafsu sama gue! Dendam salah alamatnya itu malah bakal ngebuat dia muntah kalau melihat body bahenol gue."
Sontak Tiara terkekeh mendengar gerutuan Gea. Sahabat gesreknya itu belum tau saja, pria mana sih yang tidak tergoda kalau melihat tubuh wanita secantik dan seindah Gea, ternasuk Abizar. Tiara yakin bisa langsung tekdung tralala kalau sampai Gea telanjang bulat di depan Abizar.
"Gak percaya banget sih Lo sama gue!" gumam Tiara sambil terus terkekeh geli melihat wajah penuh amarah Gea. "Makan burritos Lo aja nih!" Tiarapun menyodorkan sajian makan siang mereka hari itu, spicy burritos kesukaan mereka berdua dan ... Reksa.
Ah, rindu sekali dengan sahabat Kami itu. Huft!
"Jangan manyun terus dong! Nanti cantiknya berkurang 1% loh," goda Tiara.
"Gue bete, Ti! Bete banget! Mana Om Gibran minta gue terlibat langsung membantu Om Brian di proyek ini pula. Artinya gue bakal sering bertemu manusia pendendam salah alamat itu! Bisa stroke usia muda gue!" ujar Gea berapi-api seperti ibu-ibu sedang demo kenaikan gula dan bawang.
Tak ayal Tiara kembali terkekeh mendengar ocehan sahabat gesreknya itu. "Setdah! Ngapain Lo sampai stroke? 'Kan gue sudah ajari, besok Lo pakai baju yang mengundang kenaikan hormon testosteron Bang Abizar! Dijamin gak akan ada kalimat-kalimat pedas selevel mie iblis paling iblis se ibukota. Terus Lo pandangi wajah tampan dan body sexy Bang Abizar. Gue jamin Lo pasti akan menikmati setiap pertemuan kalian," ujar Tiara seraya menaik turunkan alisnya.
Sialan memang sahabat gesrek satu ini! Bisa-bisanya menyuruhku memakai baju yang menggundang kenaikan hormon testosteron si Abizar! Apalagi sambil memandangi wajahnya! Yang ada malah aku diplototin mata elangnya! Makin aneh-aneh saja 'kan ocehan Tiara! Ide yang tidak bermanfaat sama sekali!
"BTW ya Ge, terakhir gue ketemu Bang Abizar dua bulan lalu, setdah ... tambah ganteng aja dia," ujar Tiara sambil membayangkan wajah tampan Abizar. "Em ... kalau dipikir-pikir, Bang Abizar itu selera Lo banget ya? Gantengnya Manly banget!"
Sontak mata Gea melotot sempurna. "Dih, amit-amit. Walau dia setampan Jamie Dorn*n sekalipun, gue sih ogah sama human pendendam salah alamat macam dia."
Tiara semakin terkekeh mendengar ucapan Gea. "Hati-hati mulut Lo! Nanti malah Lo klepek-klepek sama Bang Abizar pula! Lagian Lo gak inget kisah kasih kalian berdua 7 tahun lalu?" goda Tiara sambil menaik turunkan alisnya.
Sontak godaan Tiara membuat Gea memelototinya.
"Jangan pernah melupakan masa lalu, Ge! Jaman Kita masih SMA dulu, kalian berdua 'kan sebenarnya saling C-I-N-T-A," ledek Tiara seraya melafalkan kata 'cinta' dengan irama lagu salah satu band melayu yang hits pada masanya.
Sialan! Kenapa sih Tiara mengungkit masa lalu! "Dasar sahabat gak ada akhlak!"
Tiarapun terkekeh menimpali ketusnya ocehan Gea. "Gue berbicara fakta. Dulu 'kan Kalian memang pernah saling cinta. Namun sayangnya takdir buruk yang menimpa Reksa membuat cinta kalian akhirnya gugur sebelum berkembang. Tampaknya takdir tidak berpihak pada cinta kalian, hehehe."
Sontak dengusan kasar kembali keluar dari mulut Gea. Rasanya dongkol sekali mendengar ocehan sahabat gesreknya itu. Walau kalau dipikir-pikir sih betul juga istilah si Tiara, cinta Gea dan Abizar itu 'Gugur sebelum berkembang'.
Seketika terbesit di sel-sel otak Gea beberapa memori di masa itu. Masa dimana Abizar menjelma menjadi sosok pria yang Gea kagumi, bahkan sedari Gea masih duduk di kelas 5 sekolah dasar.
Bagi Gea, Abizar adalah sosok yang begitu sempurna di masa itu. Catat baik-baik ya! DI MASA ITU! Bukan di masa sekarang!
Di masa itu Abizar selalu memperlakukan Gea dengan manis. Saking dari manisnya, seandainya kadar gula darahnya diukur saat itu, pasti angkanya melonjak tinggi seperti pasien diabetes.
Namun semenjak kejadian yang menimpa Reksa, Abizar benar-benar berubah. Dendam salah alamatnya membuat Abizar berubah menjadi sosok yang kejam di hadapan Gea. Abizar menjadi dingin bagai lemari es, ucapannya sepanas kompor dan sepedas mie iblis level paling iblis di muka bumi setiap kali bertemu Gea.
"Gue gak nyangka dia bisa berubah segitu bencinya sama gue, Ti. Padahal Gue sudah menjelaskan panjang kali lebar kesalahpahamannya."
Seketika mood Gea langsung terjun bebas. Bahkan burritos di hadapannya serasa hambar di lidah.
"Ge ... "
"Hem ... "
"Lo masih sayang ya sama Bang Abizar?" tanya Tiara hati-hati. 7 tahun setelah kejadian yang menimpa Reksa, baru kali ini Tiara berani menanyakan ini pada Gea.
Gea terdiam mendengar pertanyaan Tiara. Dia mencoba menyelami perasaannya sendiri. Selama 7 tahun ini Gea sudah berusaha membuka hati pada beberapa pria, namun entahlah rasanya berbeda dengan perasaannya ketika bersama Abizar dulu. Rasanya tidak senyaman seperti dulu bersama Abizar.
Sejujurnya Gea rindu tatapan hangat Abizar, sapaan lembut Abizar, belaian tangan Abizar, pelukan Abizar, dan segala hal manis tentang Abizar. Namun melihat kesalahpahaman Abizar selama bertahun-tahun padanya, rasanya hampir tidak mungkin apa yang dirindukannya itu kembali ia rasakan.
Kini Abizar begitu membencinya. Gea tentu tidak akan pernah lupa bagaimana semua tingkah dan ucapan kejam Abizar padanya. Bagaimana Abizar membentaknya, bagaimana Abizar mencelanya habis-habisan, bagaimana Abizar mengulitinya dengan kalimat-kalimat yang menyakitkan.
Mengingat semua itu, rasanya dada Gea terlalu sesak untuk menyimpan rasa sayangnya pada Abizar. Bahkan terkadang ada titik dimana Gea merasa menyesal pernah menyukai kakak kandung Reksa itu.
"Gue gak tau, Ti. Ada kalanya gue rindu dengan sikap manisnya, tapi ada kalanya gue menyesal pernah suka sama dia!"
Tiara hanya menganggukkan kepalanya. Dia paham kondisi sahabatnya itu.
"Ya Lo bayangin aja deh, Ti. Gimana kejam dan kejinya omongan si Abizar ke gue setiap kali kami bertemu. Mulutnya jahat banget 'kan? Kelakuannya juga iblis banget ke gue. Kalau ingat semua itu, rasanya gue menyesal pernah suka sama dia."
"SAMA! Gue juga menyesal, bahkan amat sangat menyesal karena pernah suka sama Lo," terdengar suara bariton dari arah belakang kursi Gea dan Tiara. Dua perempuan cantik itupun serempak menoleh ke arah sumber suara.
Abizar?
DEGH!
Sebuah range rov*r hitam berhenti di lobby utama kantor pusat Adinata Group. Tampak seorang wanita cantik dengan kemeja satin berwarna hitam yang dipadukan dengan celana berwarna senada keluar dari mobil itu. Dia melenggang ke arah lift khusus para petinggi Adinata Group. "Selamat Pagi, Nona Gea," terdengar suara dari arah belakang Gea. Suara yang sangat dia hafal, suara yang sudah didengarnya sejak masih bayi. Suara bariton Sang CEO Adinata Group. "Selamat Pagi, Pak Gibran," balas Gea seraya menyunggingkan senyumnya. "Hari ini cantik banget sih ibu direktur pengembangan bisnis Adinata Group," terdengar suara yang juga tidak kalah familiar dengan suara Gibran. Ya ... siapa lagi kalau bukan, Audrey Liliana White, istri tercinta Gibran. "Cantikku setiap hari kali, Te," ujar Gea seraya menyelipkan beberapa anak rambutnya di belakang telinganya. "Tiap hari memang cantik, tapi hari ini cantik banget, bukan sekedar cantik seperti hari-hari yang lain," gumam Audrey seraya memindai penamp
Setelah memastikan penampilannya sudah paripurna dan file untuk meeting siang ini sudah matang, Gea bergegas berjalan ke meja sang asisten, Fanny. "Let's go, Fan. Kalau sampai Kita terlambat, bisa dipastikan lahar panas akan meluncur dari mulut Bapak Abizar yang terhormat," ujar Gea yang melenggang dengan anggun menenteng The Lady Di*r Bag hitamnya. Fanny, hanya terkekeh mendengar ucapan bossnya itu. Sudah menjadi rahasia umum jika Abizar sangat galak, bahkan cenderung kejam pada Gea. Catat baik-baik ya! HANYA PADA GEA! Abizar memang tegas, namun biasanya dia masih sopan dalam menunjukkan ketidaksukaannya pada sesuatu ataupun seseorang, kecuali pada Gea. Sebenarnya Fanny penasaran dengan penyebab kekejaman Abizar pada boss cantiknya itu. Tapi dia tidak berani bertanya. Em ... terlalu pribadi sepertinya. "Kamu ikut mobilku saja, Fan. Lumayan kita bisa sambil bergosip." "Siap laksanakan Bu Boss, hehehe." Gea memang cukup dekat dengan asisten kesayangannya ini. Ketika sedang bekerj
Kedua tim menikmati makan siang terlebih dulu sebelum berdiskusi tentang mega proyek mereka di Bali. Sesekali Abizar tampak menatap ke arah Gea. Bukannya Gea tidak tau, tapi lebih tepatnya dia memilih tidak peduli.Di lain sisi, Abizar sedang berusaha melenyapkan semua pikiran kotor yang tiba-tiba muncul ketika melihat Gea datang dengan gincu merahnya.Sial! Bibir ranumnya damage sekali untukku. Lagian kenapa dia harus menggunakan lipstick merah merekah seperti itu sih? Belum lagi leher jenjangnya. Astaga! Aku bisa hilang kendali jika terus seperti ini.Abizar terus berusaha mengendalikan lonjakan hormon testosteronnya. Pria tampan itu mencoba tidak menatap bibir dan leher Gea. Namun entahlah, rasanya dua area itu menjadi magnet tersendiri bagi mata Abizar."Warna lipstickmu sexy sekali hari ini," bisik Lexie."Makasih, Tante. Ini ide Tante Audrey," balas Gea yang juga berbisik."Ide Bu Audrey sepertinya berhasil.""Berhasil? Maksud Tante?" tanya Gea kebingungan."Sedari tadi Pak Abiz
"Devisi pengembangan bisnis rasanya juga tidak perlu ikut ke Bali. Cukup devisi operasional dan Tim dari Adinata Properties," ujarku meniru cara Tante Lexie menolak secara halus untuk ikut serta pada survey lapangan ke Bali. Lagipula malas sekali harus ke Bali dua hari bersama Abizar. Cuih! Bisa-bisa aku jadi bulan-bulanan si pendendam salah alamat itu."Mungkin untuk devisi keuangan tidak masalah jika tidak ikut. Kita bisa mendiskusikan masalah keuangan setelah survey dari Bali. Namun untuk devisi pengembangan bisnis, Saya rasa lebih baik ikut, Bu Gea," ujar Wahyu, salah satu Tim Abizar yang lain.Gea sontak mengerutkan dahinya. Hal ini sepertinya bisa dibaca oleh anggota rapat yang lain."Mohon maaf jika kurang berkenan, Bu Gea. Namun Saya rasa devisi anda memang harus ikut untuk melihat lokasi di sekitar mega proyek kita ini. Saya dengar masih banyak lahan kosong di sekitar proyek Kita ini. Saya rasa bisa menjadi peluang bisnis yang lain untuk Adinata Group terutama Adinata Propert
Seminggu berlalu dari meeting antara Adinata Group dengan PT Jaya Nuansa Permadi. Gea baru saja memasukkan pakaiannya ke koper untuk perjalanan bisnisnya ke Bali besok.Tak lama dia segera turun ke lantai satu rumah keluarga Adinata. Sudah ada papa dan mamanya yang sedang menunggunya untuk makan malam. Sedangkan Luna, sang adik, sedang makan malam bersama sahabat-sahabatnya di restoran barunya yang dia rintis bersama tante kesayangan mereka, Audrey."Besok berangkat ke Bali jam berapa, Kak?" tanya Livy pada anak sulungnya itu."Pesawat jam 9 pagi.""How long di Bali?" kini giliran Nathan yang bertanya."Dua hari," jawab Gea tidak antusias.Ya ... ini adalah perjalanan bisnis yang paling tidak dia harapkan selama dia berkarir di Adinata Group. Apalagi kalau bukan karena Abizar si pendendam salah alamat yang juga ikut dalam perjalanan bisnis kali ini.Tak banyak percakapan antara Gea dan kedua orang tuanya malam ini. Selesai makan malam, Gea segera beranjak ke teras rumah mewah itu.Gea
Tidak ada angin, tidak ada hujan, tidak ada badai, dan tidak ada tsunami, tiba-tiba Abizar sudah berada di ruang tamu rumah keluarga Gea pagi-pagi buta. Sejujurnya tidak hanya Gea, bahkan Nathan dan Livy juga terkejud. Apalagi ketika mengetahui kedatangan Abizar kali ini untuk menjemput Gea. Ternyata anak dari salah satu sahabat mereka itu hendak mengajak Gea berangkat bersama ke bandara pagi ini."Tante sudah membuatkan kopi kesukaanmu. Ayo diminum dulu!" ujar Livy seraya menyajikan kopi buatannya."Terima kasih, Tante Livy," balas Abizar yang kemudian menikmati kopi buatan mama mantan cemcemannya itu.7 tahun lalu Abizar cukup sering datang ke rumah ini. Dan kopi racikan Livy merupakan salah satu minuman favoritnya. Biasalah, resep contekan dari Audrey si pengusaha cafe, hehehe.Sambil menunggu Gea selesai bersiap, Abizar berbincang santai dengan Nathan dan Livy. Rasanya seperti baru kemarin setiap akhir pekan dia ke rumah ini untuk melepas rindu dengan Gea sambil menikmati secangki
"Kenapa abang tiba-tiba menjemputku pagi ini?" tanya Gea tanpa basa-basi."Untuk memastikan Kamu benar-benar ikut hari ini ke Bali."Dih, kenapa Abizar obsesi sekali membuatku ikut ke Bali? Sampai-sampai dia harus menjemputku segala. Sepertinya dia memang merencanakan sesuatu selama di Bali nanti. Aku benar-benar harus awas dan waspada dangan pria ini!Tak lama seorang pramugari sudah menyajikan sarapan pagi kedua anak Konglo itu. Keduanya sama-sama khusyu' dengan makanan mereka masing-masing, sampai akhirnya ...."Ck, bulan depan sudah umur 25 tahun, tapi makan aja masih blepotan, gumam Abizar seraya membersihkan salah satu sudut bibir Gea.DEGH!Jantung apa kabar Jantung? Kok detaknya kencang sekali? Aelah ... baru juga diseka sudut bibirnya. Jangan norak deh, Jantung!Tapi bentar deh, apa Kata Abizar barusan? Bulan depan sudah umur 25 tahun? Setdah, dia ingat tanggal ulang tahunku?Geapun tersipu malu. Jantungnya kembali kebit-kebit tidak karuan. Ya ampun, gini ini yang membuat sul
Sesampainya di area proyek, mereka segera meninjau beberapa titik yang menjadi kendala dalam rencana pembangunan. Mereka mencatat dengan seksama permasalahan-permasalahan yang sekiranya akan muncul selama pembangunan. Kemudian hal-hal tersebut akan mereka diskusikan besok pagi selepas sarapan. "Princess kepanasan?" ledek Abizar yang melihat Gea sibuk menyemprotkan sunblock ke wajahnya. Abizar tau betul, putri sulung Nathan dan Livy itu memang sangat tidak suka dengan terik sinar matahari di atas jam 9 pagi. Bisa membuat kulitnya rusak katanya. "Kenapa? Abang juga kepanasan? Sini aku semprotkan sunblock juga. Nanti kulit indah Abang rusak loh!" Tangan kiri Gea menutup mata Abizar, sedangkan tangan kanannya menyemprotkan sunblock spray ke wajah Abizar. Kemudian dengan talaten dia menepuk-nepuk lembut wajah mantan cemcemannya itu. Sontak semua mata yang ada di sekitar mereka melirik ke arah dua anak konglo itu. Bahkan Brian sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah Gea yang dengan be
"Untuk apa saya harus menelpon Melly?" Bima menatap bingung ke arah Gibran. Dia tidak paham dengan maksud dan tujuan CEO Adinata Group itu memintanya menghubungi sang sepupu. Apalagi perihal proyek di Kemang yang sedang diperebutkannya bersama Abizar. Rasanya tidak ada kaitannya dengan Melly.Astaga, jangan - jangan ..."Lakukan sekarang!" Belum juga Bima selesai merangkai beberapa hipotesa perihal alasan Gibran memintanya menelpon Melly, Gibran sudah memberi titah. Tampak sekali CEO Adinata Group itu sedang tidak ingin dibantah."Katakan bahwa kamu sudah selesai membicarakan perihal proyek Kemang itu bersama Abizar. Sampaikan bahwa Abizar bersedia mundur dari proyek itu."Bima awalnya menolak. Menurutnya tidak ada kaitannya antara sepupu cantiknya itu dengan proyek Kemang yang sedang diperebutkannya bersama Abizar.Namun Gibran terus mendesak agar Bima mau melakukannya. Alhasil Bimapun menurut. Dia mengikuti apa yang dititahkan oleh anak laki-laki satu-satunya Keluarga Adinata terseb
"Saat itu kami benar-benar tidak bisa lagi membohongi perasaan kami. Gue dan Gea ... saling mencintai."BZZZTTT!Mendengar prolog yang disampaikan Bima, Abizar sontak menyemburkan kopi yang hendak ia telan.Benar-benar sudah tidak waras human di hadapannya ini. Bisa-bisanya dia mengatakan bahwa dia dan Gea dulu saling mencintai. Ketara sekali mantan kekasih adiknya itu sedang berencana untuk mebohonginya!Ah, kenapa juga dulu Reksa bisa jatuh cinta dengan human macam Bima! Human yang sangat tidak berkualitas! Gerutu Abizar dalam hati.Dia benar-benar tidak habis pikir bagaimana bisa dulu sang adik terbima-bima. Okelah wajah pria itu memang tampan, tapi kelakuannya sangat memalukan!Lagipula kalau cuma hanya tampan, masih banyak pria lain di luar sana, bahkan yang jauh lebih tampan dari Bima. Kenapa bisa Reksa sampai harus mengalami kesakitan yang luar biasa hanya karena human macam Bima! Menyedihkan sekali!Abizar benar-benar miris setiap mengingat nasib malang Reksa. Apalagi alasan d
"Kasus penipuan dengan angka belasan milyar, penyuapan seorang pejabat untuk memuluskan binis kelapa sawit, dan ..."Abizar sengaja menggantungkan kalimatnya. Memberi waktu pada kedua matanya untuk mengamati Bima dengan seksama.Terkejud, itulah hal pertama yang Abizar tangkap dari Bima saat ini. Selanjutnya cemas dan khawatir. Dua hal itu juga tampak di sorot mata sepupu Melly itu.Abizar tentu sangat menikmati pemandangan di hadapannya. Keangkuhan Bima perlahan memudar setelah dia memaparkan dua fakta perihal kartu hitam Bima dan keluarganya.Ini baru kartu hitam pertama dan kedua, belum juga Abizar menyampaikan kartu hitam ketiga. Bisa dibayangkan bagaimana piasnya Bima ketika bom atom berupa kartu hitam ketiga itu dilempar Abizar padanya.Bayangan bagaimana liciknya Bima memperlakukan Gea tujuh tahun silam membuat Abizar bertekad untuk membalas apa yang dirasakan istrinya itu. Dan pembalasan itu akan ia mulai hari ini.Bima sendiri jantungnya memang sudah mulai bertalu-talu. Dua c
Seperti yang Abizar perkirakan, hanya butuh waktu singkat bagi Gibran membuat Bima segera bertekuk lutut. Gibran dan orang-orang kepercayaannya sudah menjalankan misinya dengan sangat apik. Kini mereka tinggal memetik hasil dari pergerakan mereka selama beberapa hari terakhir. Gibran sudah meminta Abizar membuat janji temu dengan Bima di kantor Abizar sianh ini. Gibran ingin segera menyelesaikan semua permainan kotor Bima yang sangat merugikan keponakan kesayangannya. Suami Audrey itu akan memastikan dengan mata, telinga, dan mulutnya sendiri bahwa Gea tidak akan lagi mengalami kesulitan apapun karena kelakuan di luar nuril Bima. "Bagaimana bisa dia terlambat di sebuah pertemuan bisnis?" Gibran menggerutu ketika sudah tiga pulu satu menit dirinya duduk tampan di sofa ruang kerja Abizar namun Bima belum juga datang. Di sebelah Gibran sudah ada Tian, sang asisten kepercayaan yang duduk tampan mendampinginya. Sedangkan si empunya ruangan duduk di hadapan keduanya. "Benar-benar human
"Reksa bilang akan sangat sulit membuat Bang Izar percaya bahwa Kak Melly terlibat. Abang sangat mempercayai mantan cinta pertama Abang itu." "Melly cinta pertamamu?" Abyaz segera menginterupsi. Secepat kecepatan cahaya dia menoleh ke arah Abizar. Abyaz menatap geli pada Abizar. Setau Abyaz, selama ini Melly dan Abizar bersahabat. Ternyata oh ternyata! "Wah ... kalian terlibat friendzone?" Mungkin memang benar apa kata kebanyakan orang, persahabatan antara pria dan wanita itu tidak ada yang tanpa bumbu-bumbu asmara. Kalau tidak salah satunya yang menyimpan rasa, ya dua-duanya! "CK!" Abizar berdecak sebal. "Masa lalu!" "Siapa bilang masa lalu?" Tiara segera menyanggah ucapan Abizar. "Aku rasa sampai saat ini hal itu masih berlaku. Bedanya, kalau dulu bang Izar yang mencintai Kak Melly, sekarang sebaliknya!" "Oya?" Entah mengapa Abyaz tiba-tiba kepo. Biasanya pria itu cenderung acuh, tidak mau tau perihal apapun yang tdiak ada sangkut pautnya dengan kehidupanya. Tapi entah mengapa
"Reksa baru mengetahuinya dua tahun lalu.""Dua tahun lalu?" Beo Abizar. Pikirannya menghitung mundur dua tahun lalu yang dimaksud Tiara.Dua tahun lalu itu artinya tepat di tahun Reksa meninggal. "Apa saat kamu menemuinya di Jepang?"Tiara mengangguk. Mengiyakan dugaan Abizar.Itu artinya lima bulan sebelum Reksa meninggal. "Ceritakan semuanya, Ti! Ceritakan perihal pertemua kalian di Jepang saat itu. Abang harus memastikan banyak hal, dan Abang rasa pertemuanmu dan Reksa bisa membantu Abang untuk menemukan banyak petunjuk." titah Abizar pada Tiara.Tentu saja Tiara menyanggupi. Rasanya sudah waktunya dia membuka semuanya."Itu adalah pertemuan pertama kami setelah lima tahun Reksa menutup aksesnya untuk bertemu denganku maupun Gea." Saat itu memang pertama kalinya Reksa memberi izin pada Tiara untuk menemuinya. Setelah bertahun-tahun Reksa tidak pernah sekalipun menggubris permintaan Tiara, akhirnya kali itu Reksa mengiyakan permintaan salah satu sahabatnya itu. Namun dengan syarat,
Tiara meminta rekaman CCTV itu diputar kembali. Lalu dia menyebutkan satu-satu persatu siapa orang yang bersamanya.Di rekaman CCTV itu tampak Tiara datang bersama seorang ibu berusia 50 tahunan dan seorang perempuan seusianya. "Dia Mbok Siti dan itu Citra, anak perempuannya."Mbok Siti adalah asisten rumah tangga keluarga Tiara. Saat itu mereka berencana akan pergi ke pusat perbelanjaan untuk belanja bulanan.Tiara memang biasa ikut berbelanja bulanan bersama sang mama dan asisten rumah tangganya. Namun kebetulan papa dan mamanya saat itu sedang di London, mengunjungi kakak laki-lakinya yang sedang kuliah di sana. Alhasil hanya Tiara yang menemani asisten rumah tangganya berbelanja."Sebenarnya aku pergi berempat bersama Pak Mamad, sopirku. Dia tidak muncul di rekaman CCTV karena dia menunggu kami di mobil."Tiara menjeda sejenak. Dia berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Dia membutuhkan pasokan banyak oksigen untuk mengembangkan paru-parunya yang tiba-tiba terasa sesak. Dia
Sesuai saran dari Gibran, Abizar segera menghubungi Abyaz, calon suami Tiara. Dia harus menanyakan secara langsung pada Tiara perihal keberadaan sahabat Gea dan Reksa itu di rekaman CCTV yang didapat Gibran.Abizar tidak mau ada kesalahpahaman antara dirinya dan Abyaz. Kalau dia langsung menemui sahabat istrinya itu takutnya Abyaz beprikir yang tidak-tidak. Apalagi mereka berdua akan segera menikah. Nanti dikira Abizar menjadi setan penggoda pernikahan mereka, ye 'kan?Alhasil Abizar membuat temu janji dengan Tiara melalui Abyaz. Suami Gea itu menceritakan secara detail pada Abyaz mengenai apa yang ingin dibicarakannya bersama Tiara.Abyaz yang memang sudah kenal lama dengan Abizar mengiyakan permintaan Abizar. Dia bersedia membantu Abizar membuat janji temu dengan Tiara. Rencananya Abyaz akan mengajak Tiara untuk makan siang bertiga bersama Abizar di sebuah restoran dekat kantor Abyaz."Apa aku boleh meminta satu hal lagi padamu?" tanya Abizar pada Abyaz melalui sambungan telepon.[K
Gibran mulai menjelaskan apa yang dilaporkan anak buahnya perihal video ena-ena Bima dan Gea. Semalam setelah Abizar menghubunginya perihal video Bima dan Gea tersebut, Gibran langsung meminta Abizar mengirim video laknut itu padanya. Setelahnya Gibran bergerak cepat dengan meminta orang-orang kepercayaannya untuk menyelidiki secara detail video tersebut.Pagi tadi hampir semua data yang dia butuhkan sudah bisa diberikan oleh orang-orang kepercayaannya. CEO Adinata Group itu segera menghubungi Abizar. Gibran meminta menantu pertama kakak kandungnya itu untuk menemuinya pagi ini di kantor utama Adinata Group."Video itu hasil rekayasa digital. Sama seperti karyamu untuk menjebak Gea agar mau menikahimu." Gibran memberi penekanan pada kalimat terakhirnya.CEO Adinata Group itu memang sengaja menyindir Abizar. Sujujurnya kemarahannya pada suami keponakannya itu masih belum surut. Tangannya masih gatal untuk mendaratkan bogeman di wajah Abizar.Gibran benar-benar kecewa dengan apa yang di