“Hah, baiklah. Aku sempat tidur dengannya,” jawab Icha dengan memutarkan bola matanya. Sebenarnya, Icha tidak mau mengatakan ini kepada mereka. Karena dia tahu, pasti dia akan mendapatkan ejekan setelahnya. Perlu diketahui, walaupun mereka hidup dalam satu circle selama SMA sampai sekarang, mereka sebenarnya senang mencari kelemahan teman satu sama lain. Walaupun sejak awal yang paling berkuasa dari semuanya adalah Camilla. Tapi Icha, Meira bahkan Bondan mendapatkan pemesatan karir, dibanding Camilla yang hanya menjadi pegawai kantoran. Ya, walaupun begitu, Camilla tidak turun kasta juga, karena dia mendapatkan suami dan mertua yang amat lebih kaya darinya. Jadi, mereka semua hanya mendekati posisi Camilla sekarang. “Apa?! Haruskah aku terkejut?!” kata Camilla sambil mengejek Icha dengan tingkahnya yang sangat centil.Camilla seperti itu karena berhasil menebak dengan hanya melihat personal Icha dan Bondan saja. Mereka adalah orang yang memiliki kemiripan dalam tanda kutip. Yang
Tidak ada yang menyadari, bahwa tempat mereka sering berkumpul sekarang, sudah menjadi hak milik Angga. Angga bahkan lebih hati-hati dan memikirkan detailnya lebih dari April. Setelah April dilecehkan oleh Bondan, Angga mencari identitas Bondan secara mendalam, termasuk tempat yang sering Bondan kunjungi. Walaupun Angga sebenarnya tidak mengira, jika mereka akan datang ke tempat itu. Dan rekaman yang tersembunyi menampakan mereka saat ini, membuat banyak informasi ke dalam komputer bahkan kepala April dan Angga. “Mereka mengira bahwa mereka sedang memenangkan sesuatu. Tapi sebenarnya mereka sedang menempatkan diri di ujung pedang yang kita asah dengan darah,” kata April kepada Angga. “Bukan hanya bisa terluka tapi juga beracun,” sambung Angga. “Binggo!”Angga dan April sudah melakukan kerja yang bagus hari ini. Angga menyimpan data penting itu di beberapa file. April sekarang sedang memegang ponselnya karena mendapatkan pesan dari Camilla. “Jam 12 nanti, aku akan pergi ke rumah C
Kembali kepada tiga wanita gila, yang saling menusuk satu sama lain, tapi masing-masing diri mereka selalu merasa menang, sedang berada di kantor Polisi, tempat Bondan ditahan. “Haruskah kita pergi sekarang? Tanpa perlu meminta bantuan kepada Ayahnya?” kata Meira. “Bodoh! Dengan dia tidak mengangkat teleponku pasti karena tidak mau memberitahu informasi sedikitpun kepada kita!” jawab Icha geram. Camilla berdiri dengan angkuh. Tangannya disilangkan. Sedangkan kedua wanita lainnya bersembunyi di belakang Camilla. “Argh! Kenapa kalian malah sembunyi seperti itu?!” sentak Camilla. “Hee! Sutt!” Meira dan Icha kompak menutup mulut Camilla sampai Camilla membelalakan matanya karena dia hampir kehilangan nafasnya. BUGH!Tapi Camilla adalah Camilla. Tidak memandang wanita maupun pria, dia akan melakukan hal-hal kasar pada orang yang menyebalkan. Camilla menendang lutut mereka berdua, dan mereka tidak membalasnya selain memendam amarah. “Ayo!” kata Camilla. “Pak!” kata Icha dengan mata
DING!Pesan masuk dari April ke Camilla. Itu karena April bertanya dia akan pergi ke rumahnya. “Kalian, keluarlah dari mobilku!” perintah Camilla kepada kedua temannya. Sedangkan Camilla menyuruh mereka keluar dengan tidak sopan. Pandangan Camilla masih terfokus pada ponselnya. Kedua temannya kebingungan dan cukup kesal dengan permintaan Camilla yang tiba-tiba. “Hey! Kenapa kita harus keluar? Kita datang bersama, setidaknya antar kami pulang ke rumah dulu!” balas Meira kepada Camilla geram. “I-iya! Jika kamu menurunkan aku disini, aku takut ada fans yang lihat. Jika itu terjadi, aku sulit kabur. S-setidaknya, antar aku ke rumah Managerku. Rumahnya di dekat sini,” mohon Icha. Icha adalah seorang artis baru, namun banyak diperbincangkan karena aktingnya yang sangat memukau dan membuat penonton takjub. Satu negara sudah tahu Icha siapa hanya dengan tiga film yang diperankan. Dan satu drama yang sedang dia jalani saat ini. “Ah, kau takut itu, ya? Seharusnya kamu ambil peran antagoni
Sambil menunggu teh yang April inginkan datang, April melihat sekeliling ruangan itu saja. Banyak yang menarik perhatian pandangannya. Mulai dari foto pernikahan Camilla dan Leo, juga foto mereka ketika masih berpacaran. “Aku malah seperti sedang melihat bahwa mereka benar-benar pernah atau bahkan telah melewati masa indah hanya dengan foto itu. Jika orang awam yang tidak tahu apa-apa sepertiku datang kemari, mereka mungkin akan berpikir bahwa pasangan ini baik-baik saja,” batin April. TUK! TUK! Suara kaki sang pelayan datang menghampiri April dengan teh yang dia bawa di nampan. Dengan raut wajah yang tampak takut, dia seperti sedang memberikan isyarat yang sulit dimengerti oleh April. “Ini teh nya, Nona,” ucap wanita itu. Sebenarnya April ingin bertanya kepada pelayan itu apa maksud dari raut wajahnya. Tapi Camilla datang lebih awal dari dugaannya. “Ini pertama kalinya kamu datang ke rumahku. Bagaimana menurutmu dengan rumah ini?” tanya Camilla sambil memberikan almond kesukaan
Mendengar suara seseorang yang April kenal, April menoleh ke belakang untuk melihat sumber suara.“A-April? Kenapa kamu bisa ada disini?” tanya Leo, suami teman palsu April itu. Leo tampak terkejut melihat wanita yang dia cintai dengan sepenuh hati itu berada di rumahnya sekarang. Cukup mengejutkan untuk dua alasan. Antara dia terkejut karena melihat wanita yang tidak seharusnya datang lalu duduk bersama istri yang tidak pernah Leo cintai. Kemudian, satu lagi. Leo juga merasa sedikit senang melihat April. Walaupun ada rasa takut yang terbayang seperti laki-laki yang selingkuh pada umumnya. Tapi hati tidak pernah bisa berbohong. Bahwa laki-laki brengsek ini juga merasa seperti disambut oleh istri yang dia inginkan yaitu April. “Ah, sayang. Beruntung kamu sudah pulang. Apa kamu ingin makan sesuatu?” tanya Camilla sambil menghampiri Leo lalu membuka pakaian luar dan mengambil tas nya juga. April yang peka dengan aksi yang dilakukan Camilla itu, dia juga ingin membantu Camilla untuk m
Hujan membanjiri suasana. Entah bagaimana alam semesta membaca hati Leo saat ini. Dia yang merasa terluka sekaligus merasa bersalah kepada April. Dengan tubuh yang terselimuti pakain yang basah, Leo keluar dari kendaraan beroda empat itu sambil datang kepada April yang berada di dalam mobil itu. April hanya bisa menghela nafasnya kasar melihat kelakuan Leo yang seperti itu. “Pak, maaf. Saya mungkin akan turun disini. Terima kasih, ambil saja kembaliannya,” kata April kepada sopir taksi paruh baya itu. “Tidak, Nak. Saya akan menunggu disini. Sampai Anda siap untuk pulang setelah selesai berbicara dengannya,” jawab Sopir taksi itu. April memutar seluruh tubuhnya, bersamaan dengan wajah yang terkejut dan mulut yang menganga. Seolah-olah tidak percaya dengan yang dikatakan Pria paruh baya itu kepadanya. Tapi alih-alih April menyuruhnya pergi, dia malah menerima tawaran sopir taksi itu tanpa jawaban April. Entah, April tiba-tiba percaya dengannya. April menghampiri Leo. “Akhirnya ka
Tidak ada jawaban dari mulut Leo setelah mendengar pernyataan April. Begitupun dengan April, gadis itu memilih pergi meninggalkan Leo sendirian dengan ucapannya yang akan membuat Leo belenggu. “Jalan, Pak. S-saya ingin Anda antar pulang ke rumahku,” pinta April yang melihat kaki lecetnya itu. Walau begitu, pikiran April masih pada Leo sekarang. “Baik.”Padahal dari rumah Camilla ke rumahnya hanya memerlukan waktu setengah jam. Untuk April yang merupakan pekerja kantoran dan tinggal di Ibu kota yang macet, lalu sering berpergian jauh karena dinas, seharusnya dia tidak akan banyak protes untuk waktu yang dia habiskan malam ini saja. “Baru tujuh menit, ya. Rasanya aku sudah duduk dan membisu selama tujuh abad,” batinnya sambil memeriksa jam tangan yang menempel di tangan kirinya. Bukan karena suasana di dalam taksi ini membosankan. Karena April adalah orang yang menikmati kesendiriannya, daripada harus banyak bicara selain di dalam pekerjaannya. Tapi perasaan berat ini terjadi karena