Bara kembali ke meja Angel. Sudah tidak ada sang ayah di meja Angel. Bara melangkah perlahan dan melihat Angel sedang memainkan HP. “Jadi, ayah kamu bukan pergi karena aku kan,” tanya Bara dingin.“Oh enggak. Papa lagi mau jemput Mama ke salon. Jadi gimana? Apa yang bisa kita obrolin? Kamu sampai temui saya, apa gak bisa ngobrol di kantor aja?” tanya Angel biasa-biasa saja. Bara masih termenung memainkan ponselnya, diputari di atas meja. Mungkin ada yang dia pikirkan usai bertemu ayahnya Angel. “Mas … saya lagi ngobrol sama kamu lho,” ucap Angel. “Ah iya … sorry. Gimana gimana?” tanya Bara bingung. “Begini, saya ingin tanya sama kamu, apa kamu sanggup memegang sebuah project? Ada klien dari Dubai ingin kerja sama skincare. Tapi saya tidak terlalu paham, karena ini lebih ke natural resources. Kamu yang paham,” kata Bara. “Hemm … oh ya? Terus?”“Ya kompensasi buat kamu, kamu bisa ambil separuh dari nilai proyek. Lumayan kan, bisa buat tambahan menghapus utang kamu,” kata Bara. Ma
Angel bingung, apa yang harus dia lakukan. Saat di apartemen ayah dan ibunya, Angel kembali murung begitu berbalas pesan dengan Nick."Kenapa tuh Pa, si Angel," tanya ibunya berbisik ketika menghidangkam apple pie."Mungkin masalah kantornya, Ma. Papa sudah bilang agar tutup saja. Berarti dia tidak cocok di bisnis itu. Eh tapi mungkin Angel masih ingin mempertahankannya," kata sang ayah seraya mengambil pie buatan sang istri."Ah tapi rasanya, kalau hanya kerjaan gak sesedih itu Pa. Ini pasti soal si Nick deh! Mama tuh gak tahu kenapa ya, punya perasaan gak enak kalau ngomongin Nick. Anak kita itu lho, apa sih yang mau dipertahankan lagi dari rumah tangganya? Sejak awal itu udah gak sebanding," tutur sang ibunda kesal.Angel berada di balkon sambil merenung menatap bintang ke angkasa. Sang ibunda akhirnya menghampiri anaknya."Sendirian, melamun, kenapa?" tanya sang ibunda."Ah gak apa-apa kok Ma. Hanya iseng aja lihat langit Singapura," ujar Angel tersenyum menutupi kesedihannya."Ma
Bara bicara serius dengan dokter. Bahkan mereka juga melakukan pembicaraan video call dengan sang ibunda di Jakarta, serta bersama dokter yang merawat sang ayah, Gunadi Bagaskara. “Gimana Ma? Kalau masa kritis Papa sudah lewat, kita bawa papa dirawat di sini untuk pemulihannya,” kata Bara di layar gadget. “Bisa saja itu dilakukan, tetapi memang belum pulih benar setelah tersadar dari koma. Kami juga belum berani untuk pindahkan ke ruang perawatan. Kondisinya belum stabil. Tidak ada yang bisa memperkirakan kapan, tetapi mungkin butuh waktu 1-2 bulan ke depan. Kita lihat perkembangannya,” kata dokter yang merawat ayah Bara. “Baik kalau begitu. Intinya kami di sini siap menerima dengan tangan terbuka,” kata dokter rekanan keluarga Bara di Singapura. Bara mengikuti semua saran dokter dan mereka menemui kesepakatan. Begitu ke luar dari ruangan dokter, ponselnya berbunyi. “Hei Mas Deni, gimana mas?”“Aku sedang main golf nih, aku share loc nih! Ke sini lah,” bujuk sang kerabat. “Wah b
Angel berbincang dengan sang ayah begitu selesai mengemas pakaiannya ke dalam koper. Ibunya sudah tidur lebih dulu. Sang ayah masih sibuk dengan maket dan desain proyek terbaiknya tahun ini. “Jadi kamu pulang besok sama Widuri?”“Widuri masih mau stay di sini Pa. Tomi, kekasihnya akan nyusul,” kata Angel. “Kekasihnya sama-sama lawyer?”“Iya Pa,” jawab Angel sambil mengunyah apel. “Ya lebih baik begitu. Sejajar. Daripada kamu, gak setara sama suamimu. Masa istri di luar negeri, suami di luar kota, bukannya menyusul kamu ke sini sih,” kata sang ayah sambil membaca beberapa proposal. “Pa, Mas Nick itu memang serba salah. Sejak awal kan dia sudah berusaha ambil hati Papa Mama, tapi selalu kalian acuhkan. Mas Nick gak ke sini, lebih salah lagi. Papa Mama ini maunya gimana sih,” kata Angel ketus. “Ya maunya kamu pisah sama dia, dan cari yang lebih baik, lebih sejajar,” kata sang ayah. “Pa udahlah,” lirih Angel mengeluh. “Memangnya kamu bahagia menikah sama dia? Hah? Mumpung kalian be
BEEP BEEP!Mobil Bara tiba di rumah Angel. Angel tersenyum ke arah sang CEO dengan mengucapkan terima kasih. Bara juga mengangguk dan turun dari mobil lalu menurunkan tas koper Angel. “Terima kasih atas semuanya ya mas,” kata Angel sambil melihat ke arah ART yang sigap meraih kopernya. “Sama-sama. Besok sudah mulai masuk ya! Ada banyak tugas yang menumpuk. Sudah Senin,” tegas Bara dingin. “Iya mas. Pasti,” kata Angel seraya melambaikan tangan ke arah Bara yang masuk ke mobil. Bara memundurkan mobilnya dan melambaikan tangan lalu menutup jendelanya. Bara melihat reaksi Angel dari dalam mobil melalui spion. Angel masuk ke dalam rumah dan melihat rumahnya hening, sepi, tak ada suami yang menyambutnya. Rasa sedih itu kembali menggelayuti hatinya. “Kopernya saya bawa ke kamar ya, Bu,” kata ART. “Iya mbak, terima kasih. Kalau sudah, tolong bikinkan saya jus ya mbak,” kata Angel langsung rebahan di sofa besar. Angel menghubungi sang suami namun ditolak atau direject. Mungkin barangka
Nick berada di sebuah kamar. Dia memasukkan beberapa pakaian ke dalam koper kecil. Nick mengenakan kemeja dan celana selutut. Minyak wangi juga disemprot ke tubuhnya. “Sayaaang, jangan pulang dong. Aku masih mau sama kamu,” ucap seorang perempuan memeluk Nick. Nick berbalik dan meraba payudara sang wanita. Dengan manja, wanita itu gelendotan ke bahu Nick. Kemeja Nick diraba, dan kancingnya dilucuti lagi. “Aduhhh … RIRI sayang. Kalau begini caranya, aku gak pulang-pulang nih,” kata Nick seraya mencium bibir Riri, wanita yang mencumbunya saat ini. “Iyaa, kenapa sih kamu gak ceraikan Bu Angel aja mas? Kan sekarang udah nikah siri sama aku. Aku kapan dong jadi istri kamu sungguhan,” kata Riri memainkan lidahnya berputar di bibir Nick. BRUUK!Nick langsung memundurkan tubuh Riri ke ranjang, dan kini Riri berbalik di atas tubuh Nick. Mereka saling mencumbu, kemeja Nick dibuka lagi. “Aku belum bisa ceraikan Angel. Aku masih butuh uang dia,” kata Nick seraya membuka satu tali lingerie R
Pulang dari kantor, Riri membawa makanan di tangan kanan dan kirinya. Ada sate ayam dan juga soto Padang. Ada ibu dan adiknya tinggal di rumah kontrakan tahunan yang cukup layak. “Suamimu ke mana Ri?” tanya sang ibundanya. Riri mengambil piring dan juga mangkuk serta sendok dan garpu. Adiknya, juga membantu Riri menyiapkan makanan. “Kan ini Senin, bu. Jadi Mas Nick harus ke luar kota. Pulang Rabu sampai Minggu sama aku,” ujar Riri. “Hemm … kamu itu, bahasa bicaramu seperti ‘giliran’ saja, pakai hari-hari segala,” ucap sang ibunda. “Ih kok ibu ngomongnya gitu sih. Kan aku udah bilang, kalau Senin Selasa, Mas Nick sibuk ke luar kota,” kata Riri menatap ibunya dengan meyakinkannya. Riri juga memberi kode lirikan kepada sang adik. Adiknya Riri hanya mengangguk lalu mengambil nasi untuk sang ibunda. “Ya ibu lupa kalau ini hari Senin. Terus … bulan ini adikmu harus bayar uang kuliah. Gimana Ri?”“Ya aku juga kan harus maklum ya bu. Sejak perusahaan atasanku, Bu Angel, agak menurun, m
Angel melihat Bara sedang sibuk menelepon. Baru juga turun dari mobil, Bara kembali lagi masuk mobil dan tancap gas. Angel yang penasaran, menanyakan hal itu kepada sekretarisnya. “Memangnya ada apa, kok Mas Bara buru-buru? Bukannya kita ada meeting dengan klien jam 2 siang ya?” tanya Angel kepada Santi. “Oh itu bu Angel. Ayahnya Mas Bara mau dipindah ke ruang perawatan. Udah tidak di ruang ICU lagi,” kata sang sekretaris. “Wah syukurlah. Artinya, sudah membaik ya kondisinya,” tanya Angel tersenyum. “Kalau menurut Pak Bara sih, kalau memang sudah dipindah ke ruang perawatan, artinya gak terlalu butuh banyak alat-alat lagi ya,” kata Santi. “Hemm gitu, terus, nanti akan balik lagi gak?’ tanya Angel ingin tahu. “Balik lagi kok bu katanya,” kata sang sekretaris. KURIR!Seorang kurir membawa buket bunga ke dalam kantor. Penerima tamu mencatat bunga tersebut dan Angel melihat kurir dan penerima tamu berbincang. Angel hanya sekadar melihat, ada seseorang yang mengirimkan bunga untuk s
Angel melotot menatap Bara saat mendengar Bara menyatakan perasaannya. Sang perempuan berbadan dua itu sedikit memastikan apa yang sebenarnya Bara katakan. "Maksud kamu gimana mas? Aku gak paham," ujar Angel. "Ya maksudku sudah jelas Ngel. Bahwa aku sayang sama kamu. Entah kenapa, ini semua seperti proses. Jujur, awalnya aku sangat benci kamu dan ayahmu, namun setelah aku mengenal kamu lebih jauh, justru hidupku menjadi lebih baik, aku lebih banyak tersenyum. Kamu mengisi kekosongan dan mengusir rasa dendam itu Ngel," kata Bara menyatakan panjang lebar. "Apaan sih kamu mas ..."Angel mencoba menghindar dan menuju ke arah pintu ruang kerjanya. Bara lantas memegang bahu Angel. "Jangan marah Ngel, aku hanya menyatakan yang sebenarnya, yang aku rasakan," kata Bara. "Mas ... aku ini istri orang. Bahkan, aku sedang mengandung anak suamiku," kata Angel dengan mata berkaca-kaca. "Aku hanya mau tanya satu hal sama kamu Ngel," kata Bara. "Apa itu mas," sahut Angel. "Apakah kamu masih ci
Angel sudah jauh lebih baik hari ini. Dia sudah mulai bisa tersenyum saat masuk ke kantor. Sudah sepekan sejak Angel masuk rumah sakit dan dinyatakan hamil. "Ya baik! Deal ya pak! Kita jalankan kerja sama ini," kata Bara saat bersalaman dengan klien kemudian menoleh ke ruang kaca. Angel melintas dengan membawa tas tangan dengan penampilan yang sudah jauh lebih baik. Lantas kemudian Angel masuk ke dalam ruangannya. Bara bergegas menuju ke ruangan Angel. "Sehat Ngel?" tutur Bara tersenyum kecil. "Hei ... mas. Iya udah lebih baik," kata Angel tersenyum dan sudah jauh lebih tegar. "Syukurlah. Aku senang dengarnya. Gimana? Sudah lebih bisa rileks atau ..." "Ya, sudah mas. Aku sudah lama menginginkan anak ini," kata Angel memegang perutnya. "Iyaaa ... aku paham. Kalau kamu memang tidak sanggup, pulang gak apa-apa. Gak usah ke kantor," ujar Bara. UWEEKK! UWEEEK! Angel tiba-tiba mual. Dia lantas beranjak dari bangkunya lalu menuju wastafel. Bara cukup menunjukka
Nick bertanya kepada satpam di depan rumah Angel. Saat menurunkan kaca jendela, satpam tentu sudah mengenal majikannya. Saat mendekat, Nick mengajak satpam tersebut ngobrol. "Pak Nick gak masuk? Sudah lama sekali Pak Nick tidak pulang. Ibu lagi hamil katanya pak. Selamat ya," kata satpam enggan ikut campur. "Ah iya pak. Ya ... memang saya gak mungkin pulang. Mungkin bapak sudah tahu ..." kata Nick terlihat bimbang. "Iya pak. Yang sabar ya pak, saya ikut doakan yang terbaik," kata satpam. "Di dalam sedang ada tamu saya lihat," kata Nick menyelidik. "Ah iyaa... ada Pak Bara. Beberapa kali sering ke sini sejak bu Angel sering sakit dan hamil," kata satpam. "Ohhh ... sering datangnya?" tanya Nick. "Hemm ... ya sejak bu Angel masuk rumah sakit, dan pulang dari rumah sakit aja sih pak," kata satpam. Nick melihat ke arah mobil Bara. Dia mengangguk dan langsung pamit kepada satpam tanpa masuk. Lalu Nick memberikan sekantong plastik mangga dan bubur ayam untuk Angel. "Tolong kasih ya
Nick melihat istrinya pagi hari. Semalaman, Nick tidur di sofa. Wajah Riri cemberut dengan tanpa senyum sedikitpun. Nick bangkit dari sofa memegang bahu Riri dari belakang. "Jangan gitu dong sayang, jangan marah," kata Nick saat Riri tengah menyiapkan sarapan. "Apaan sih! Jangan sentuh sentuh aku," ucap Riri ketus. "Sayang ... aku kan memang masih suaminya Angel. Jadi wajar kalau kami memang tidur bareng. Dia aku kasih nakah batin," kata Nick mencoba merayu Riri. "Gila kamu ya! Berani-beraninya kamu berpikir seperti itu!" kata Riri. "Ya bukan berani-beraninya, saat itu memang Angel merayu aku, dan aku ....""TERGODA! AH KAMU EMANG DOYAN!" tukas Riri sambil mengacungkan pisau. "Sayang, please! Tolong mengerti," kata Nick. "Ya terus, kalau Angel sedang hamil anak kamu, terus, kamu gak jadi cerai? Terus nasib aku gimana? Terus jadi yang kedua seumur hidup? Hah!" "Ya gak begitu juga sayang ... Angel juga gak mau nerima aku lagi. Tapi, tentu memang kami belum bisa bercerai. Tapi ak
Pagi hari, Nick termenung di balkon apartemen. Riri dengan dress dan perut yang mulai terlihat, memberikan jus di pagi hari. Sang istri siri juga membawakan buah untuk suaminya. "Sayang, kok kamu melamun aja sih? Semalam pulang jam berapa? Aku udah tidur," kata Riri sambil memetik satu buah anggur. "Hemm iya, jam 11 malam," kata Nick sambil menatap ke arah sejauh mata memandang dengan dingin. "Oh gitu, kok gak bangunin aku sih? Terus, sekarang kamu ke kantor? Temani aku aja dong sayang," kata Riri langsung duduk di pangkuan Nick. "Aduh ..." kata Nick langsung mengelak lalu menghindar perlahan."Ada apa sih sayang? Kok kamu kayak sembunyikan sesuatu dari aku," kata Riri mulai curiga. "Hah? Gak apa-apa," kata Nick. "Pasti kamu mikirin Bu Angel kan? Jujur!" kata Riri. Nick hanya menggeleng dan menoleh ke arah Riri dengan dingin. Dia berdiri lalu memegang besi balkon sambil menatap jalan.Riri mulai resah, dan bingung dengan sikap suami yang dirampasnya. Lantas, Riri memeluk Nick d
TING TONG! ART membuka pintu. Bara yang datang, membawakan beberapa plastik berisi makanan. Pukul 7 pagi saat ini. "Pak Bara ... ada apa ya?" tanya ART sudah mengenalnya. "Angel ada? Sudah bangun?" tanya Bara ramah. "Non Angel lagi di area belakang, lagi minum jus di area kolam renang," kata ART. "Saya susul ya. Sudah makan belum dia?" tanya Bara lagi. "Tadi sih bu Angel katanya sedang mual. Jadi makanya minta dibikinin jus dan buah aja," kata ART. "Oh gitu, ya sudah, saya ke dalam ya," kata Bara seraya melangkah. Bara mengintip ke arah kolam renang. Terlihat Angel tengah menyantap buah sambil melamun. Tatapan matanya kosong dan memang sedang banyak pikiran. "Ehem! Morning," kata Bara tiba-tiba. "Ehhh ... mas Bara? Kok ada di sini," tanya Angel seraya berdiri menyambut atasannya. 'Ya kebetulan sebelum ke kantor sekalian lewat. Ada bubur sumsum dan kacang ijo nih. Mau yang mana? Belum sarapan kan," tanya Bara seraya memperlihatkan makanan yang dipegangnya. "Ya amp
Bara membantu Angel untuk pindah ke ruang perawatan. Pukul 19 malam ini, Widuri pamit saat Angel sudah lebih tenang. Bara tidak beranjak, seharian bersama Angel. "Bener, gak perlu aku temani?" tanya Widuri. "Gak perlu Wid. Gak apa-apa. Gak usah. Terima kasih. Kamu kan harus kerja lagi besok," kata Angel. "Besok aku akan ke kantor Nick. Akan aku bahas soal penundaan perpisahan kalian," kata Widuri. "Nanti ... kalau Mas Nick tanya, bilang aja, perceraian akan diurus setelah klinik laku terjual. Karena aku belum bisa juga bayar uang yang diminta oleh dia," ucap Angel sudah ikhlas. "Kenapa sih gak bilang kalau kamu hamil aja?" tanya Widuri. "Gak usah ... nanti aja. Aku gak mau berebut suami dengan Riri yang juga sedang hamil. Aku gak sudi dia bantu aku selama kehamilanku," ujar Angel kembali menangis. "Yang sabar ya Ngel," kata Widuri. Bara hanya menyimak obrolan mereka dengan mengupas kulit jeruk untuk Angel. Selanjutnya, Bara kemudian mengantar Widuri hingga ke pintu. "Mas Bara
"Iya halo, tante," tutur Bara menjawab telepon yang masuk. "Lho ini siapa?" tanya ibunya Angel di ujung telepon. "Saya Bara," kata Bara. "Lho Nak Bara. Sedang sama Angel ya? Kok teleponnya sama kamu?" tanya ibunya Angel bingung. "Tante ... ini ... Angel ... tadi pingsang. Sekarang sedang di rumah sakit," kata Bara. "APA? YA AMPUN! RUMAH SAKIT? KONDISINYA GIMANA? ADUHHH," kata ibunya Angel panik. "Tante tenang aja dulu. Angel sudah kami temani kok. Sejauh ini kondisinya sadar, sudah ditangani dokter," kata Bara. "Di rumah sakit mana? Nanti kamu chat tante ya! Biar tante dan om langsung ke sana. Kok bisa?" tanya ibunya Angel. "Tadi, Angel sempat bertengkar dengan Nick, tante. Di kantor. Ya setelah itu, Angel mungkin syok dan pingsan," kata Bara. "ITU ORANG LAGI GARA-GARANYA! SELALU AJA NYUSAHIN ANAK SAYA! YA SUDAH, TOLONG YA BARA. DI SANA ADA SIAPA?" tanya ibunya Angel. "Ada Santi kok tante, sekretaris saya. Widuri juga sebentar lagi datang, tadi sudah dikabari," kata Bara. "
Suara pertengkaran terdengar dari dalam ruangan Angel. Santi dan beberapa dokter hingga karyawan menguping dari luar. Mereka penasaran dengan apa yang terjadi. "Kasihan ya Bu Angel, dengar-dengar sih, rumah tangganya di ujung tanduk," kata salah satu karyawan. "Aduh, itu ribut banget lho, lebih baik segera buka pintunya daripada terjadi apa-apa," kata salah satu dokter. "Eh apa benar, WIL atau selingkuhan suaminya itu adalah si Riri? Soalnya, gue sempat dengar begitu. Apalagi Riri juga kan dipecat ya," kata yang lainnya. "Sssst, jangan pada gosip. Gimana ini," ucap Santi mencoba mengetuk pintu terus. BRUKK!BRUUUK!"Jahat kamu mas! Kamu tega mengkhianati aku, apa salahku? Aku sudah berusaha mencoba pasang badan buat kamu di depan Papa Mama! Kenapa sih?! Tega banget," teriak Angel dari dalam. "YA KARENA KAMU GAK BISA KASIH AKU ANAK!"Tak Tok Tak TokSuara pantofel pria terdengar masuk ke dalam. Pria itu terhenti sejenak langkahnya begitu dia melihat karyawan dan sekretarisnya ber