Beranda / Romansa / Dendam Anak Tiri / Alena & Andrio: Bab 103

Share

Alena & Andrio: Bab 103

Penulis: Aprillia D
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-17 14:15:59
Sesungguhnya Andrio tidak berbohong pada Alena. Akhir-akhir ini dia memang disibukkan dengan pekerjaannya yang tak biasa. Membuatnya sering bertemu teman di luar jam pekerjaan, selain itu--entah kebetulan atau apa--teman-temannya selalu memiliki acara yang hampir bersamaan. Mereka turut mengundang Andrio di acara mereka, mereka bahkan juga meminta Andrio datang bersama sang istri. Hanya saja Andrio tidak mau membawa Alena yang sedang hamil besar, dia tak mau ambil risiko. Begitu pun hari ini.

Begitu memasuki hotel tempat di mana pesta pernikahan itu diselenggarakan, Andrio disuguhkan dengan keramaian yang diusik dengan suara orang bercakap-cakap dan perpaduan suara musik. Dingin AC terasa menjalari tubuhnya. Para pengunjung terlihat hilir-mudik, ada juga yang menari bersama pasangannya di dance floor yang disediakan.

Sebenarnya dekorasi pesta pernikahan di hotel itu cukup mewah, tapi Andrio tidak sempat melihat-lihat. Fokusnya hanyalah pada keramaian pengunjung yang menari di dance f
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 104

    "Setelah tangan kirinya, lalu gantian tangan kanannya yang diangkat ke atas begini. Nah, bantu istrinya, Pak, angkat tangannya tinggi-tinggi begini. Nah, iya. Lalu kita hitung, ya, sampai sepuluh pelan-pelan ...." Seorang wanita bertubuh langsing yang mengenakan pakaian olahraga sedang membimbing Alena melakukan gerakan olahraga yoga kehamilan. Alena juga didampingi dan dibantu oleh Andrio. Ya, memasuki trimester ketiga, Mami Rista menyarankan Alena untuk rutin melakukan senam yoga khusus ibu hamil agar proses kelahirannya nanti lancar, selain itu juga agar si ibu tidak stres. Rista tentu tahu anaknya itu mudah stres semenjak hamil karena mungkin tak pernah berolahraga. Dan Alena pun menyetujui saran maminya itu. Karenanya hari ini Andrio memanggilkan guru olahraga untuk mengajarkan mereka. Kebetulan hari ini adalah hari minggu dan Andrio sedang tidak sibuk sehingga dia bisa menemani istrinya melakukan yoga di taman samping rumahnya. Di tengah taman yang penuh rumput itu dialasi ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 105

    Kenangan-kenangan dan percakapan itu melintas di kepala Alena, bergantian. "Ternyata bener, Mas. Selama ini aku yang bermasalah. Aku nggak bisa kasih kamu keturunan, bukan karena aku kecapekan sibuk kerja seperti yang dibilang Mami, tapi ...." "Iya, iya ... Tapi kita nggak boleh nyerah, ya, pasti ada jalan keluarnya kok. Ingat tadi kata dokter, kita masih bisa berupaya dengan cara melakukan program bayi tabung." "Tapi apa cara itu pasti berhasil, Mas?" "Kita 'kan belum mencoba." "Kalau nggak berhasil--" "Kamu harus yakin dan optimis kalau kita pasti bisa melewati semua ini. Kita pasti berhasil, jadi saat ini kamu harus tenang, ya?" "Kamu nggak benci sama aku 'kan, Mas? Kamu nggak berniat ninggalin aku 'kan?" "Sama sekali nggak, Sayang. Nggak ada yang bisa gantiin posisi kamu di hidupku." Sejak awal mengetahui dia tak bisa punya anak, suaminya selalu menguatkan dan meyakinkannya. Bahkan ketika Alena meminta Andrio menikah lagi pun Andrio menurutinya dengan terpaksa. "Aku mo

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 106

    "Al, kamu kenapa, sih? Kenapa melamun gitu? Nangis lagi." Andrio akhirnya menegur Alena setelah sejak tadi dia membiarkan istrinya berdiam diri. Alena tersadar dari lamunannya. Refleks dia membuka mata dan baru menyadari ternyata dia menangis. Alena menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Bahunya berguncang. "Hei, kenapa makin jadi nangisnya?" Andrio mengusap bahu Alena. Alena lalu menghapus air matanya habis dengan tangannya dan menatap suaminya. "Mas aku janji akan rela melakukan apa aja buat kebahagiaanmu. Aku janji." "Kenapa tiba-tiba ngomong begitu?" Andrio heran. "Ya, aku hanya ingin menegaskan kalau aku akan melakukan apa aja untukmu, termasuk mengizinkanmu kuliah di LA." Alena sudah bertekad akan berkorban demi kebahagiaan suaminya sebagaimana pria itu berkorban untuknya selama ini. Andrio lalu memeluk Alena dan mengusap-usap bahunya. "Untuk sekarang kita nggak usah pikirin itu dulu, ya. Fokus aja dulu sama kelahiran anak kita nanti. Masalah cita-citaku itu gampang

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 107

    Satu bulan kemudian .... Malam itu pukul dua dini hari, Alena yang tengah tertidur pulas tiba-tiba terbangun saat merasakan perutnya tiba-tiba keram. Sakit sekaligus mulas mengaduk-aduk perutnya. Alena meringis menahan sakit yang tak pernah dia rasakan sebelumnya itu. Dia menggoyang-goyangkan lengan suaminya yang tidur nyenyak di sampingnya. "Mas! Mas! Perutku sakit ini, Mas! Bangun!" ucap Alena dengan susah payah. Perasaan kesal melihat suaminya yang tidur membuat sakit perutnya menjadi. Andrio serta-merta terbangun. Dia terkejut melihat Alena kesakitan sambil memegangi perut dan merintih tidak jelas. Kantuknya seketika hilang. Dia duduk di atas tempat tidur memperhatikan istrinya. "Alena, kamu udah mau lahiran sayang?" Alena hanya mengangguk. "Tunggu Alena aku siapin pakaianmu dulu." Belum sempat Andrio turun dari kasur, Alena memegangi lengan suaminya. "Pakaian dan perlengkapan lain udah Bi Jum siapin kemarin. Itu tasnya ada di lemari," beritahu Alena dengan susah payah. "Oh,

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 108

    "Dengan Ibu Alena." Alena yang terbaring lemah di atas tempat tidur rumah sakit langsung menegak mendengar Bu Bidan memanggilnya. "Iya, Bu, saya," ucapnya sambil memperhatikan Bu Bidan yang masuk dan menarik kereta bayinya. "Ini bayinya, ya, Bu," beritahu Bu Bidan. Bayi dalam tabung kereta itu sudah bersih dimandikan dan dibedung oleh Bu Bidan. Alena menatap bayinya dengan semringah. "Boleh saya gendong?" "Tentu saja, silakan, Bu." Bu Bidan mengangkat bayi itu pelan-pelan dan menyerahkannya ke Alena. "Bayinya perempuan, cantik seperti ibunya," puji Bu Bidan. Alena tertawa ringan mendengarnya. "Alhamdulillah." "Bagaimana, Bu, Asinya sudah keluar?" tanya Bu Bidan seketika menyadarkan Alena dari keterkagumannya menatap anaknya. "Oh." Alena tergugup. "Saya belum periksa, Bu." Bu Bidan mengangguk. "Kalau asinya lancar, sebaiknya bayinya dikasih asi, ya. Tapi kalau asinya masih seret, untuk sementara di beri susu formula aja," terang Bu Bidan. Alena mengangguk-angguk. "Terima k

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 109

    "Coba sini aku gendong," ucap Andrio kemudian. Alena pun menyerahkan bayinya yang baru berusia dua hari itu pada Andrio dengan hati-hati. "Alena, Sayang ...." Alena dan Andrio sontak menatap ke arah pintu ruangan di mana suara itu berasal. Alena semringah. "Mami? Papi?" Rista tersenyum. "Ini bayimu?" tanyanya retoris menatap bayi di gendongan Andrio. "Iya, Mi. Namanya Putri Annabella. Mas Andrio yang kasih." "Oh ... Lucu, ya, mirip kamu waktu bayi," ucap Rista sambil mengingat wajah Alena waktu bayi ketika pertama kali dia melihat mendiang Leyla melahirkan dulu. Alena hanya tersenyum. Mereka asyik menatap bayi dalam gendongan Andrio itu. "Coba sini, Mami yang gendong." Rista meminta Anna dari gendongan Andrio yang langsung menyerahkannya. "Selamat, ya, Nak. Kamu udah jadi seorang ibu ...," ucap Papinya. "Kamu udah berhasil kasih cucu buat Mami dan Papi. Papi bahagia banget. Tapi nggak tahu, deh, Mami gimana?" Bagas melirik Rista. "Mami pasti bahagia juga dong, Pi. Udah lama

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 110

    Beberapa hari kemudian, Alena akhirnya diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Dan melakukan rawat jalan di rumah saja. Kepulangan Alena dan Andrio beserta bayi mereka disambut antusias oleh orang rumahnya. Apalagi Rara mengetahui kalau keponakannya punya adik baru. "Tante, nanti aku boleh main sama dedek Anna nggak?" tanya Rara saat Alena berjalan menuju kamar dengan tertatih dan menggendong bayinya. Alena tersenyum tenang menanggapi. "Dedeknya belum bisa diajak main, masih kecil banget, tahunya bobok aja. Nanti-nanti aja mainnya, ya, tunggu dedeknya udah besaran dikit." "Tapi nanti kalau aku bantuin jaga boleh kan, Tante?" Alena tersenyum. "Boleh. Tante masuk kamar dulu, ya." "Oke, deh, Tante." Alena masuk ke kamarnya. Di kamar, Alena meletakkan bayinya hati-hati di tengah tempat tidur mereka. Lalu wanita yang hanya mengenakan daster sepulang dari rumah sakit itu berbaring di samping bayinya. Alena menatap bayinya dari samping. Dia menghela napas. Ternyata begini rasanya jadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 111

    Antara sadar dengan tidak, Alena mendengar sayup-sayup suara pintu dibuka, lalu terdengar suara suaminya bercakap-cakap dengan Rara. Lantas terdengar lagi pintu ditutup kembali.Alena membuka matanya dan langsung menatap dinding kamarnya. Dia pun tersadar kala menemukan bayi di sampingnya. Dia teringat tadi saat asyik memperhatikan sang bayi, tanpa sadar keasyikannya berkhayal tentang masa depan bayinya hingga jatuh tertidur."Ya ampun aku ketiduran, ya." Alena mengusap matanya yang masih terasa berat.Bersamaan dengan kalimat itu, Andrio masuk ke kamar.Alena menatap ke arah pintu kamar. "Mas Andrio.""Hei," balas Andrio sambil menoleh."Tadi aku ketiduran ....""Tidur aja nggak pa-pa. Kamu kan harus banyak istirahat.""Keadaan Kenzy gimana, Mas? Panasnya udah turun?""Alhamdulillah sudah. Itu lagi tidur." Andrio menjenguk Kenzy dalam box bayi. Lantas menoleh ke Alena. "Kenzy memang demam tapi nggak ada yang perlu dikhawatirin." Andrio mengerti apa yang Alena pikirkan."Iya, Mas." Al

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-21

Bab terbaru

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 132

    "Kamu nggak coba telepon suamimu?" tanya Mama Marissa.Alena hanya menggeleng."Ini Mama telepon dari tadi nggak diangkat-angkat." Wajah Mama Marissa tampak cemas sambil menatap layar ponsel. Hal itu juga menular ke Alena. Alena jadi mendadak khawatir. Kenapa suaminya tidak mengangkat telepon dari mamanya? Apa sengaja karena ingin memberi suprise? Alena masih berusaha berpikir positif."Mungkin masih di jalan kali, Ma." Putra ikut berbicara dan menenangkan."Aneh," gumam Marissa masih menatap layar ponsel. "Bikin khawatir aja ""Jangan mikir aneh-aneh deh, Ma. Berdoa aja semoga Andrio baik-baik aja dan segera sampai. Mungkin terjebak macet di jalan." Lagi sang papa mertua menenangkan istrinya.Mama Marissa hanya diam masih sibuk dengan ponselnya.Ting Tong!Tak lama kemudian terdengar suara bel menggema. Alena langsung menatap mama mertuanya. "Nah itu pasti Mas Andrio, Ma.""Biar saya ya yang bukain pintu," ucap Bi Jum yang kebetulan lewat di depan meja makan."I-iya, Bi," sahut Alena.

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 131

    Dua jam kemudian masakan Alena dan Bi Jum sudah terhidang rapi di meja makan bak sajian restoran yang siap disantap."Waduh enak nih keliatannya ...." Mama Marissa menatap hidangan makanan yang terlihat menggugah selera itu. "Oma jadi nggak sabar buat cicipin." Marissa menyengir lebar melirik cucu kesayangannya sudah duduk di kursi makan di sampingnya."Tunggu Papa!" seru balita itu semangat."Iya, Oma ngerti. Kita tunggu Papa dulu ya baru boleh makan?"Si bocah mengangguk antusias.Alena yang mendengar percakapan itu dari ambang pintu dapur hanya tersenyum simpul. Dia lalu teringat sesuatu dan merogoh ponsel di saku celana kainnya lalu perlahan berjalan ke arah ruang tengah. Hendak menelepon suaminya.***Pria itu duduk bersandar di kursi penumpang. Matanya sejak tadi memindai jalanan yang padat akan kendaraan di depannya. Sesekali macet menghampiri membuatnya semakin gelisah saja. Karena hal itu membuatnya makin lama untuk segera sampai ke rumah.Namun, dia tak lupa ada hal lain yang

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 130

    Dua tahun kemudianDua tahun sejak kepergian Andrio berlalu. Anak-anak mereka telah tumbuh kian besar dan bisa bicara dengan fasih. Hari-hari yang Alena lalui tanpa Andrio memang terasa berbeda. Walau kadang ditemani keluarganya yang membantunya--entah itu ibu mertuanya, mami dan papi. Malam-malam Alena dia lalui dengan tidur sendiri. Masalah-masalah yang menderanya dia hadapi sendiri.Walau hampir setiap hari mereka bertukar kabar melalui chat dan video call-an. Tetap saja Alena merasa berbeda. Dua tahun dia lewati semua penuh kesabaran dan harapan. Sampai tibalah hari ini. Hari di mana Andrio harusnya pulang."Pagi, Mama ...." Terdengar sayup-sayup suara mungil membangunkan, disusul kecupan hangat di pipi. Wanita itu sontak membuka mata. Lantas menoleh ke samping. Wajah balita mungil dan menggemaskan tersenyum menyambutnya.Alena tersenyum. "Pagi juga, Sayang ....""Bangun, Mama.""Iya, ini Mama udah bangun. Sini peluk dulu." Alena meraih badan mungil itu dan mendekapnya penuh cinta

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 129

    "Suami gue selingkuh, Al ....""Selingkuh gimana, Far? Lo tahu dari mana itu selingkuhannya? Siapa tahu emang cuman teman kan?""Bukan teman, Al. Tapi selingkuhannya. Udah setahun Al, gue sering baca chatingan mereka. Dari chatingannya jelas-jelas mereka ada hubungan spesial. Gue yang lebih tahu.”"Maaf, Far, co-coba sekarang lo cerita yang jelas sama gue ...."Alena sontak memejamkan mata dan menggelengkan kepala kencang-kencang setiap teringat cerita perselingkuhan sahabatnya itu.Waktu Farah memberitahu kalau pernikahannya sedang dilanda perselingkuhan oleh suaminya. Alena syok tak menyangka dan meminta sahabatnya itu bercerita dari awal pertemuannya dengan calon suaminya hingga bagaimana perselingkuhan itu terjadi. Farah mengadu padanya sambil menangis tersedu-sedu.Farah sudah menikah lima tahun lalu yang itu artinya Farah menikah beberapa bulan setelah dia menikah dengan Andrio, tepat mereka kehilangan kontak satu sama lain hingga Alena pun tidak tahu kapan Farah menikah. Farah j

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 128

    Mereka akhirnya tiba di rumah Alena. Farah begitu kagum melihat rumah Alena sampai-sampai perempuan itu membuka mulut. Rumah sahabatnya itu begitu mewah, bergaya minimalis modern.Dari depan, rumahnya terlihat tinggi dan megah karena berlantai tiga. Dinding dan tiang-tiang rumahnya terlihat kokoh karena dibangun dengan material batu. Dengan jendela lebar dan pintu yang terbuat dari kaca. Langit-langitnya tinggi. Sementara pagarnya terbuat dari besi yang tingginya melebihi kepala orang dewasa. Bahkan ketika dia sudah turun dari mobil itu pun dia masih saja terpana. "Rumah kalian semewah ini?" Farah menatap Alena tidak percaya.Alena tertawa. "Ah, elo mah berlebihan. Rumah lo emangnya nggak semewah ini?"Farah terdiam, mengingat sesuatu. Lebih tepatnya mengingat masa lalu sahabatnya itu. "Ya maksud gue ... Eng, iya Alhamdulillah kehidupan lo sekarang udah sukses dan nyaman banget." Farah tersenyum kaku. "Gue harus banget berterima kasih sama Andrio atas semua ini."Alena mengernyit hera

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 127

    "Farah?" tebak Andrio lebih dulu membuat Alena menoleh ke suaminya. Ternyata Andrio juga bisa mengenalnya."Iya, gue Farah," sahut perempuan itu kemudian.Alena kembali menatap perempuan yang mengaku Farah itu. Dia melotot tak percaya. "Farah?! Ya ampun!" Alena sontak berdiri. "Gue hampir nggak bisa ngenalin lo tahu, lo berubah banget!" Alena serta-merta memeluk Farah erat-erat. Sementara yang dipeluk juga membalas hal serupa.Mereka saling berpelukan erat. Tubuh kedua wanita itu bahkan bergerak-gerak ke kiri dan kanan karena Alena begitu antusias. Alena kemudian melepas pelukannya. "Apa kabar lo? Kebetulan banget ya kita ketemuan di sini?""Iya, maaf ya gue nggak ada kabar selama ini," jawab Farah. "Iya, nih. Nomor WA lo udah lama nggak aktif, abis itu nggak ada ngasih kabar ke gue juga. Sombong lo.""Bukannya gitu." Farah menyengir terlihat tak nyaman.Alena tertawa. "Iya, iya, gue cuman bercanda kok."Farah lalu menatap Andrio dan anak-anak mereka. "Kalian pada mau ke mana nih?""M

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 126

    "Pakaian udah, dalaman udah, pembersih muka udah, pomade udah, jam tangan udah, berkas-berkasnya udah, tiket udah, foto-foto aku sama anak-anak juga udah, hmmm apa lagi, ya ...." Alena mengecek barang-barang yang sudah dia masukkan dalam koper Andrio. "Iya semuanya udah beres."Setelah dirasa semuanya sudah lengkap, Alena pun menutup koper itu lalu menyeretnya dekat pintu agar mudah di bawa keluar. Ada dua koper yang siap Andrio bawa. Sebagian besar isinya adalah pakaian dan barang-barang penting.Bersamaan dengan itu, Andrio keluar dari kamar mandi yang ada di kamarnya. Pria itu baru saja selesai mandi, bertelanjang dada dengan handuk kecil melilit pinggangnya, sedangkan handuk kecil lain menyampir di bahunya. "Udah beresin semua? Makasih, ya, sayang," ucapnya saat melihat kesibukan istrinya menata koper. Dia lalu menatap cermin sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil.Alena menoleh. "Udah beres. Cepetan pakai bajunya. Udah kusiapin di lemari paling depan," beritahu Alena. "Ak

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 125

    Malam harinya, Alena gelisah seorang diri di kamar. Anna dalam gendongannya sejak tadi tak berhenti menangis kencang. Kekhawatiran Alena terjawab ketika dia menempelkan jemari di kening si bayi yang terasa sangat panas. "Ya ampun, Nak. Badanmu panas banget ...." Alena berdiri menggendong anaknya, mencoba mendiamkan meski rasanya mustahil karena bayi itu sedang demam tinggi.Alena melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul tujuh. Lalu dia meraih ponsel di atas nakas, mengecek pesan dari Andrio, tapi tidak ada.Alena menarik napas, lalu mengembuskannya kembali. Hal itu dia lakukan berkali-kali sampai perasaannya tenang. "Aku nggak boleh panik. Sebaiknya aku cari tahu di g****e pertolongan pertama waktu bayi lagi demam, apa, ya?" Sambil menggendong bayi dengan tangan sebelah, dia mengotak-atik ponselnya.Dia membaca sekilas informasi yang dia dapat dari g****e. Lalu dia menghubungi Bi Jum lewat chat, minta siapkan air hangat dan kain buat kompresan. "Sabar, ya, Nak. Mama siapin air ha

  • Dendam Anak Tiri   Alena & Andrio: Bab 124

    Satu tahun kemudian ...."Kupandang langit penuh bintang bertaburan ... berkelap-kelip seumpama intan berlian ...." Alena bernyanyi kecil sambil mendorong baby stroller, berjalan mengelilingi taman rumah. Di dalam kereta bayi itu ada Anna dan Kenzy.Satu tahun berlalu, tidak banyak yang berubah dari kehidupan Alena dan Andrio selain anak-anak mereka yang sudah tumbuh besar. Alena yang juga sudah terbiasa mengurusi anak-anaknya.Kenzy sudah berusia satu tahun sepuluh bulan, sedangkan Anna berusia satu tahun satu bulan. Kenzy sudah biasa bicara dengan pengucapan yang jelas, sudah mengerti diajak bicara dan sudah bisa berjalan sendiri tanpa dipimpin, sedangkan Anna sudah bisa bicara namun masih tidak jelas pengucapannya, bisa berjalan dengan dipimpin dan bisa mengerti diajak bicara juga."Mau nyanyi apalagi?" tanya Alena pada anak-anaknya. "Lagu kupu-kupu yang lucu mau?""Mau ...," jawab Kenzy sambil mendongak menatapnya, sedangkan Anna hanya menatap ke segala arah."Oke, kita nyanyi lagu

DMCA.com Protection Status