3
Saat menemui teman-teman Adit, tangan kiri Za memegang baju Adit tanpa sedikitpun berniat untuk melepasnya, sedang tangan kanannya bersalaman dengan teman-teman Adit. Mengetahui hal itu, setelah berjabat tangan dengan semua temannya, Adit menggenggam tangan kiri Za untuk lebih menenangkan gadis itu.
“Nggak lama-lama ya di sini...” bisik Za sambil mendaratkan pantatnya di sofa.
Adit mengangguk mengiyakan ucapan Za sambil lebih mempererat genggaman tangannya. Ia memahami bahwa gadis yang diajaknya itu tidak nyaman berada di tempat seperti itu.
“Lu minum apa, Dit?” tanya Andre.
“Pokoknya gue dan cewek gue yang non alkohol...” jawab Adit.
“Yaa, nggak seru lah itu masa minuman apa kek gitu. Dikit aja nggak papa ya...” bujuk Natalie teman dekat cewek satu-satunya selain Za.
Adit tetap menggelengkan kepalanya sambil mengangkat tangannya tanda menolak bujukan Natalie. Meski semua kawan-kawannya menertawakannya, namun Adit tetap mencoba menolak ajakan kawannya itu demi Za.
“Oke, oke... Gue bilangin dulu ya... “ ucap Andre kemudian meninggalkan teman-temannya itu.
Tak perlu waktu lama Andre membawakan dua minuman dan memberikannya pada Adit dan Za. Adit sedikit curiga dengan apa yang di bawa oleh temannya itu. Sambil menerima minuman Adit mengerutkan dahinya tanda mempertanyakan minuman yang ia terima.
“Tenang bro... aman sesuai request lu tadi.” Ucap Andre sambil menyunggingkan bibirnya.
Tanpa rasa curiga Za segera meminumnya setengah. Sedang adit hanya mencoba minuman itu sedikit lalu meletakkannya di atas meja.
Mereka mengobrol bersama teman-teman yang lain. Saling menceritakan kesibukan masing-masing dan nostalgia masa di mana mereka menimba ilmu bersama.
Tidak ada hal aneh yang terjadi diantara mereka semua. Justru Natalie yang terlihat mulai mabuk karena terlalu banyak minum minuman beralkohol. Iya meskipun Natalie wanita tapi ia sudah akrab dengan dunia malam. Teman-temannya itu sering mengajaknya ke club. Namun meski natalie mabuk hingga tak sadarkan diri, teman-temannya yang semuanya laki-laki itu tidak pernah melakukan hal yang tidak senonoh kepadanya. Mereka selalu menjaga Natalie.Adit pun juga sebelumnya kerap berkumpul bersama teman-temannya itu di klub malam. Namun jarang sekali adit minum minuman beralkohol hingga mabuk berat. Pernah dirinya mabuk berat karena baru saja diputus oleh kekasihnya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengganti kontak lensa minusnya dengan kacamata lebar yang sering dipakai nya. Dia berharap dapat menemukan orang yang benar-benar mencintainya apa adanya. Namun belum sampai menemukan orang seperti harapannya justru ia sudah terlanjur tertarik dan menaruh hati pada junior nya yang saat ini menemaninya.
“Za, minummu habis. Mau nambah?” tanya Adit pada Za yang tengah memegangi kepalanya.
“Boleh, tapi dikit aja. Sepertinya aku ngantuk, kepalaku terasa berat.” Jawab Za sambil memegang kepalanya.
“Bro, minumnya satu lagi ya...”
pinta Adit pada Andre.“Oke.” Jawab Andre.
“Gue juga mau lagi dong. Gue mau ngilangin pusing, satu botol lagi ya Ndre...” ucap Natalie setengah sadar.
“Lu udah mabuk Lie... nggak ada yang bisa nganterin lu pulang. “ suara Danar mengingatkan.
“Kalau kalian nggak ada yang bisa anterin, gue nanti mau naik ojek, mobil gua... gua tinggal di sini. Kemarin pas gue sama dia, pas gue di putusin gue juga pulang sendiri. Dia mah nggak peduli sama gue. Kalian juga pada nggak peduli sama gua? Kalau kalian nggak ada yang peduli, gue mau bareng sama Adit dan pacarnya. Tenang Dit, gue Cuma numpang nggak ganggu kok...” jawab Natalie panjang lebar dengan senyum aneh.
“Udah mabuk dia...” ucap Danar.
“Siapa bilang gue mabuk? Gue itu enggak mabuk, masih sadar.” Bantah Natalie dengan mencoba mengembalikan kesadarannya.
“ Eh, itu si Doni brengsek ninggalin gue setelah dia dapat banyak dari gue. Anjing emang itu cowok, dia sekarang mau nikahin janda anak satu dan ninggalin gue. Karena tuh janda lebih tajir dari gue. Duit gue udah habis sama cowok brengsek itu. Tapi... tapi lebih sakitnya lagi, karena gue udah terlanjur sayang sama dia. Bego emang gue...” cerocos Natalie dengan diakhiri tangisan sambil memeluk Adit yang duduknya paling dekat dengannya.
Adit yang kaget tiba-tiba dipeluk oleh Natalie seketika langsung melihat ke arah Za. Sedang Za yang melihat hal itu tiba-tiba melepaskan pelukan natalie dari Adit dengan kasar. Natalie tak terima dan menjambak rambut Za. Keduanya kini saling serang karena Za juga tak tinggal diam saat dijambak. Segera Adit dan yang lain melerai mereka.
“Eh, dasar ya... Lu pikir, elu siapa berani sama gue?” tantang Natalie.
“Kamu ngapain peluk-peluk mas Adit? Kegatelan amat sih...” Jawab Za penuh emosi.
“Suka-suka gue lah mau peluk siapa, Adit diam juga. Lah, lu cewek aneh... Sama anehnya sama mantan gue. Dasar lu ya, coba elu di posisi gue pasti lu lebih gila dari gue. “ Natalie mulai berbicara di luar kendalinya lagi sambil menangis.
Natalie lalu ditenangkan oleh Hendri. Sedang Adit mendekati Za dan mencoba menenangkannya.
“Za...” ucap Adit sambil menepuk pundak Za perlahan.
“Mas Adit dipeluk-peluk gitu menikmati banget.” Ucap Za kesal dengan mencoba menahan rasa pusing di kepalanya.
“Maksud kamu apa?”
“Iya, mas Adit suka banget ya di peluk begitu? Mas Adit itu sebenarnya apa sih, baik sama aku. Baik bangettt... Tapi kenapa mas Adit malah diem aja pas dipeluk-peluk.... Dasar cowok!!! Semua begitu...” racau Za yang saat itu ternyata mulai mabuk.
“Za, kamu mabuk... “ kata Adit gelisah.
“Aku gak pernah mabuk, aku wanita baik-baik. Mana mungkin aku mabuk, aaahhh mas Adit gak jelas...” Za berdiri dengan sempoyongan karena rasa pusing.
“Eh, lu kasih dia minum apa?” tanya Adit pada Andre dengan nada kesal.
“Sorry bro, gua campurin dikit tadi. “ jawab Andre dengan wajah bersalah sedang Adit terlihat kesal dengan pengakuan Andre.
“Gak usah ribut Dit... Lu pernah cerita ke gue tentang cewek. Dia kan yang lu maksud?” Tanya Danar yang hanya dijawab dengan tatapan kesal yang tertinggal di matanya.
“Dengan begini lu bisa tahu gimana perasaan dia ...” lanjut Danar untuk menghalau kemarahan Adit pada Andre.
“Za, kita pulang... Tempat ini gak baik buat kamu...” ajak Adit sambil mengambil tas milik Za yang tergeletak di sofa.
“Ayo Za...” ucap Adit kemudian memapah Za untuk pergi.
“Mas Adit... Kamu itu ganteng begini deh... Tapi pakai jengkol itu, kamu juga lucu. Pakai itu kamu aman mas... Hehehe... Mas Adit .... “ racau Za sambil beranjak pergi mengikuti langkah Adit yang mengajaknya meninggalkan tempat itu.
“Mas Adit.... Aku sayang sama kam....” Ucapan Za itu berhasil membut Adit berhenti dan menatap wajah Za lekat.
“ Ah, nunggu kamu bilang suka nggak mungkin... Jadi udahlah... Aku juga nggak akan berharap banyak... Kamu pasti nggak suka sama aku... Hihihi... Aku aja yang sok pede.” Ucap Za ngelantur sambil tertawa linglung.
“Za... Kamu suka sama aku?” tanya Adit tak percaya sambil menatap wajah Za yang sudah tak sadarkan diri.
“Za... Za....” ucap Adit sambil menepuk-nepuk pipi Za berharap ia sadar.
“Dia udah nggak sadar lagi Dit... Sorry, Dit.. Gue rekam tadi. Ntar gue kirim ke nomor lu.” Ucap Andre.
Mendengar ucapan Andre membuat Adit tak menyangka hingga dengan kejadian itu. Tanpa disadari matanya terbuka lebih lebar dari biasanya, Adit benar-benar terkejut dengan pengakuan Za meski dalam keadaan mabuk.
“Udah, antar dia pulang sekarang!! Besok baru lu tanya lagi. Sorry, gue penasaran ma cewek ini makanya gue kasih campuran dikit minumnya. Biar lu gak jomblo lagi bro...” lanjutan Andre sambil menepuk pundak Adit perlahan dan tatapan hangatnya.
Tanpa menjawab Adit segera menggendong Za ala bridal style menuju ke dalam mobilnya. Dengan rasa bahagia karena ternyata Za juga mencintainya, Adit lebih semangat untuk mengantarkan Za pulang ke kostnya.
Pagi harinya Adit sengaja datang lebih cepat dan membawa dua bungkus bubur ayam. Satu bungkus ia letakkan di atas meja Za, sedang yang satu ia buka sendiri untuk dinikmati.Beberapa menit kemudian terlihat Za datang menyapa beberapa rekan kerjanya yang sudah datang, termasuk Adit. Saat ia sampai kubikelnya, di sana sudah ada sebuah bungkusan plastik di atas meja. Penasaran dengan apa yang ada di dalam plastik itu, segera ia membukanya dan mendapati bubur ayam yang masih hangat.“Mas Adit, bubur ayam?” tanya Za lirih pada Adit yang sedang menikmati sarapannya.“Udah, makan aja. Kamu pasti belum sarapan kan?&rdqu
“Mas Adit, bentar lagi waktunya kerja. Ayo kita balik...” ajak Za untuk menghindari pertanyaan Adit saat itu.“Za, sekali lagi aku tanya padamu. Apa benar kamu suka padaku? Jawab jujur Za...” Jawab Adit masih tetap memegang pergelangan tangan Za dengan erat.Za sungguh bingung dan kini wajahnya sudah berubah merah seperti tomat. Selain itu kegugupannya tidak dapat ia sembunyikan lagi.“Za...” Ucap Adit dengan tatapan memelas.“Ma-
Saat Za melihat wajah pria yang ada di hadapannya, Za sungguh kaget hingga matanya dapat melotot sempurna dengan mulut terbuka karena sangat terkejut menatap pria di depannya itu.Begitu pula dengan pria yang di hadapannya pun sama terkejutnya melihat Za.“Elu??” ucap pria tersebut hampir bersamaan dengan Za.“Kamu??” Ucap Za tak kalah kaget bareng dengan pria itu.“Yah, ketemu mas galak ini lagi.
Dengan sikap sok akrabnya Herland menemani Za makan di kost dengan pintu terbuka lebar. Senyum manis dan sikap santai tanpa merasa bersalah ditunjukkan Herland. Sedang Za terlihat tidak nyaman dan justru kesal ada pria ganteng itu di hadapannya.“Ayo, dimakan Oktiawati pizzanya.” Ucap Herland menyodorkan box pizza ke dekat Za sambil ia makan pizza di tangan kanannya.“Oh iya, kepanjangan juga ya kalau aku panggil Oktiawati gitu. Gue panggil, eh maksudnya aku panggil Okti aja ya. “ Ujar Herland tanpa mempedulikan raut wajah tidak suka dari Za.
Sore hari saat pulang kerja, Adit mengantarkan Za sampai di depan gerbang kostnya. Adit jarang masuk ke dalam kost berbeda dengan Herland. Hanya sesekali saja ia masuk dan itupun juga hanya duduk di ruang tamu. Adit lebih santun dan lebih halus serta mengerti batasan-batasan yang ada. Hal itulah yang membuat Za jatuh cinta kepadanya, karena kepribadiannya yang baik.Setelah Za turun dari mobilnya, Adit pun langsung pamit pulang. Adit mencoba memberikan waktu istirahat untuk Za yang sudah seharian memeras otaknya untuk mengerjakan tugasnya di kantor. Dirinya juga sudah merasa cukup bisa banyak mengobrol dan dekat dengannya, karena jam istirahat pun mereka lalui bersama. Itulah enaknya jika memiliki kekasih teman satu kanto
“Kok diem? Deg-degan, grogi dan nggak menyangka ya ditembak sama cowok setampan aku?” Ledek Herland yang melihat pipi merah Za“Eng-enggak lah... Ngapain juga? Aku dah punya pacar, lebih ganteng dan jauh lebih baik dari kamu. Kamu bukan bandingan dia. Jadi, nggak usah kamu sok-sok gombalin aku. Nggak mempan!” Jawab Za penuh membanggakan kekasihnya.“Sama aku gantengan siapa?”“Buatku tetap dia s
Pagi hari semua karyawan sudah berada di tempat kerja masing-masing. Beberapa dari mereka yang ikut rapat persiapan penyambutan, kini harus ikut berkumpul di ruang rapat guna penyambutan manajer baru. Za dan karyawan lain yang tidak terlibat melanjutkan pekerjaan masing-masing. Jika nanti manajer baru hendak melihat-lihat kondisi tempat kerja dan karyawan, mereka diminta memberi sambutan hangat berupa senyum dan sapa yang sopan. Hanya tugas seperti itulah yang harus dilakukan bagi yang bukan panitia.Di dalam ruangan rapat kini semua tengah duduk rapi menunggu datangnya manajer baru mereka yang sedang di lift. Mereka terlihat antusias ingin mengetahui sosok manajer baru yang kabarnya masih muda dan tampan itu. Terlebih pa
Saat istirahat makan siang hampir semua karyawan berada di kantin. Mereka menikmati makan siang dengan berbagai menu yang disediakan oleh beberapa penjual di kantin kantor itu. Seperti biasa Adit dan Za selalu bersama menikmati makan siang mereka. Tawa dan canda mewarnai kebersamaan itu, kebahagiaan jelas terpancar dari keduanya.“Manajer barunya tampan, Za... Udah lihat kan tadi pas dia lewat itu?” Tanya Adit disela makannya.“Aku belum lihat. Tapi biarin ajalah mau dia ganteng, muda atau apalah. Aku nggak tertarik. Apalagi orang punya jabatan begitu biasanya sombong.” jawab Za santai.“Beneran nih nggak tertarik? Yang lain lomba-lomba cari perhatiannya lho, Za.” ujar Adit mengetesnya.
Pagi ini udara terasa dingin, gemericik air hujan terdengar jelas menari di atap rumah. Sambil melihat jam di ponselnya Za mencoba membuka matanya. Masih pukul lima pagi, Za hanya mematikan AC di kamarnya saja lalu meletakkan kembali kepalanya di bantal sambil memeluk guling. Tak butuh waktu lama akhirnya matanya kembali terlelap dengan cepat.Tok tok tok!!Suara pintu kamar kost diketuk. Mata Za akhirnya terbangun karena suara ketukan pintu yang masih belum berhenti juga. Diraihnya ponsel yang ada di sampingnya untuk melihat jam. Ternyata masih pukul enam.Pertanyaan muncul di benaknya siapa orang yang sepagi ini datang? Mana mungkin Aditya datang sepagi ini tanpa memberi tahu nya terlebih dahulu melalu chat atau telepon. Atau jangan-jangan si manajer baru yang akhir-akhir ini senang mengganggunya.Perasaan kesal tiba-tiba merambat di dalam hatinya pada manajernya itu. Meski Za belum tahu siapa yan
Selesai meeting Herland dan Za segera meninggalkan restoran. Di dalam mobil Za memilih diam dengan sibuk dengan ponselnya untuk memberi kabar pada Adit. Tanpa menoleh dan menghiraukan Herland yang ada di depan kemudi, Za terlihat serius dan sesekali tersenyum dengan benda pipih itu. Tentunya bukan dengan ponselnya ia tersenyum, tetapi dengan orang yang sedang diajak chat olehnya.Z : {Mas Adit, maaf aku belum sampai kantor. Oh ya, nama manajer baru kita siapa?}A : {gakpapa, sayang. Tadi dikasih tahu Intan, katanya disuruh gantiin dia}Z : {emang nama manajer baru siapa?}A : {Caesar Herland Prayoga. Emang kenapa, kamu suka ya?}Z : {sama sekali nggak. Cemburu ya...?}A : {sedikit}Z : {aku tetap pilih kamu kok. I love you...}A : {I love you too}Melihat Za senyum-senyum sendiri, muncul ide jahil Herland terhadap gadis itu.“Sayang banget, cantik-cantik sedikit ngg
Sampai di kantor masih sepi, baru beberapa karyawan yang datang. Dengan santai Herland menuju ruangannya. Ia sengaja datang lebih pagi karena ingin melihat langsung apakah benar karyawan atas nama Zahira Oktiawati itu adalah orang yang sama, gadis bertubuh kecil yang tidak pernah berkata lembut kepadanya. Gadis yang justru karena kebenciannya pada Herland membuat pria dewasa berusia 32 tahun itu penasaran dan berkeinginan bisa menggapai hatinya.Sepertinya Caesar Herland Prayoga kini sedang bingung dengan hatinya sendiri. Pria yang terbiasa mudah mendapatkan gadis mana pun itu kini harus selalu ditolak oleh seorang gadis muda berumur 23 tahun itu. Gadis polos dengan mulut tajam itu sungguh menarik perhatiannya. Memang tidak terlalu cantik seperti yang biasa ia dapatkan dengan mudah, tapi baginya Oktiawati itu juga tidak jelek bahkan jika dipermak dan dipoles sedikit aura kecantikannya akan muncul melebihi gadis-gadis yang kerap ia kencani.Herland m
Saat istirahat makan siang hampir semua karyawan berada di kantin. Mereka menikmati makan siang dengan berbagai menu yang disediakan oleh beberapa penjual di kantin kantor itu. Seperti biasa Adit dan Za selalu bersama menikmati makan siang mereka. Tawa dan canda mewarnai kebersamaan itu, kebahagiaan jelas terpancar dari keduanya.“Manajer barunya tampan, Za... Udah lihat kan tadi pas dia lewat itu?” Tanya Adit disela makannya.“Aku belum lihat. Tapi biarin ajalah mau dia ganteng, muda atau apalah. Aku nggak tertarik. Apalagi orang punya jabatan begitu biasanya sombong.” jawab Za santai.“Beneran nih nggak tertarik? Yang lain lomba-lomba cari perhatiannya lho, Za.” ujar Adit mengetesnya.
Pagi hari semua karyawan sudah berada di tempat kerja masing-masing. Beberapa dari mereka yang ikut rapat persiapan penyambutan, kini harus ikut berkumpul di ruang rapat guna penyambutan manajer baru. Za dan karyawan lain yang tidak terlibat melanjutkan pekerjaan masing-masing. Jika nanti manajer baru hendak melihat-lihat kondisi tempat kerja dan karyawan, mereka diminta memberi sambutan hangat berupa senyum dan sapa yang sopan. Hanya tugas seperti itulah yang harus dilakukan bagi yang bukan panitia.Di dalam ruangan rapat kini semua tengah duduk rapi menunggu datangnya manajer baru mereka yang sedang di lift. Mereka terlihat antusias ingin mengetahui sosok manajer baru yang kabarnya masih muda dan tampan itu. Terlebih pa
“Kok diem? Deg-degan, grogi dan nggak menyangka ya ditembak sama cowok setampan aku?” Ledek Herland yang melihat pipi merah Za“Eng-enggak lah... Ngapain juga? Aku dah punya pacar, lebih ganteng dan jauh lebih baik dari kamu. Kamu bukan bandingan dia. Jadi, nggak usah kamu sok-sok gombalin aku. Nggak mempan!” Jawab Za penuh membanggakan kekasihnya.“Sama aku gantengan siapa?”“Buatku tetap dia s
Sore hari saat pulang kerja, Adit mengantarkan Za sampai di depan gerbang kostnya. Adit jarang masuk ke dalam kost berbeda dengan Herland. Hanya sesekali saja ia masuk dan itupun juga hanya duduk di ruang tamu. Adit lebih santun dan lebih halus serta mengerti batasan-batasan yang ada. Hal itulah yang membuat Za jatuh cinta kepadanya, karena kepribadiannya yang baik.Setelah Za turun dari mobilnya, Adit pun langsung pamit pulang. Adit mencoba memberikan waktu istirahat untuk Za yang sudah seharian memeras otaknya untuk mengerjakan tugasnya di kantor. Dirinya juga sudah merasa cukup bisa banyak mengobrol dan dekat dengannya, karena jam istirahat pun mereka lalui bersama. Itulah enaknya jika memiliki kekasih teman satu kanto
Dengan sikap sok akrabnya Herland menemani Za makan di kost dengan pintu terbuka lebar. Senyum manis dan sikap santai tanpa merasa bersalah ditunjukkan Herland. Sedang Za terlihat tidak nyaman dan justru kesal ada pria ganteng itu di hadapannya.“Ayo, dimakan Oktiawati pizzanya.” Ucap Herland menyodorkan box pizza ke dekat Za sambil ia makan pizza di tangan kanannya.“Oh iya, kepanjangan juga ya kalau aku panggil Oktiawati gitu. Gue panggil, eh maksudnya aku panggil Okti aja ya. “ Ujar Herland tanpa mempedulikan raut wajah tidak suka dari Za.
Saat Za melihat wajah pria yang ada di hadapannya, Za sungguh kaget hingga matanya dapat melotot sempurna dengan mulut terbuka karena sangat terkejut menatap pria di depannya itu.Begitu pula dengan pria yang di hadapannya pun sama terkejutnya melihat Za.“Elu??” ucap pria tersebut hampir bersamaan dengan Za.“Kamu??” Ucap Za tak kalah kaget bareng dengan pria itu.“Yah, ketemu mas galak ini lagi.