“Harus dengan cara bagaimana supaya Rossa mau memahami maksud dan tujuan abang, Rossa? Abang hanya ingin Rossa kembali menjadi Rossa yang dulu.” Wajah Rusydi begitu tampak memelas. Sepertinya Rossa salah paham padanya.“Maaf, Bang. Harus dengan cara apa pula supaya abang bisa mengerti kondisi Rossa yang terimpit seperti ini? Rossa juga sebenarnya ngga mau bekerja seperti ini. Tapi ini cara tercepat mendapatkan uang dalam sekejap, Bang,” sergah Rossa semakin sengit. Ia tak suka lelaki di hadapannya terlalu mencampuri urusan hidupnya sementara mereka tidak ada status apa-apa.“Istigfar, Rossa! Jangan merendahkan dirimu di hadapan lelaki bajingan dengan bekerja menjadi pelakor bayaran seperti ini!”“Sejauh ini Rossa masih menjaga kesucian, Bang. Jangan berpikiran macam-macam. Rossa masih tahu batasan.” Rossa menatap kedua mata pemuda di hadapannya dengan tajam.Rusydi menghela napasnya berat. Kali ini Rossa sangat keras kepala.“Abang yakin ibumu juga ayahmu sebenarnya tidak begitu paham
“Kamu keterlaluan, Devina! Aku hanya bermain-main dengan wanita itu, tidak lebih!”“Tidak lebih, katamu?! Apartemen mewah dan uang yang rutin kamu kirimkan untuk wanita itu apa maksudnya, Mas? Apa?!” Devina mengamuk. Genggaman tangannya terus memukuli dada dan bahu sang suami yang berusaha memasang tameng dengan menggunakan dua tangan yang bersilangan di dadanya. Sepasang mata milik Bi Sukaesih, asisten rumah tangga mereka, terus mengawasi sambil mengulum senyum. Sudah beberapa hari belakangan isi rumah itu seperti neraka penuh pertengkaran dan umpatan. Bi Sukaesih segera mengirimkan pesan kepada seseorang yang tak lain adalah Jelita. Ia menjelaskan kronologi yang dilihatnya pagi itu.Ya. Bi Sukaesih adalah antek Jelita yang sengaja diutus sebagai asisten di rumah itu sekaligus untuk memata-matai perempuan yang telah menghancurkan keluarga Jelita. Devina hingga kini belum menyadarinya dan tidak menaruh curiga, karena dari awal ia memesan asisten ke lembaga penyalur yang resmi. Tan
Tanpa sepengetahuan Mak Nani dan Ilyas, Rahma telah memasang beberapa CCTV tersembunyi di beberapa titik. Selama ini sang suami selalu berkelak jika hampir tertangkap basah sedang melakukan perbuatan tidak senonoh pada beberapa perempuan. Termasuk saat Rossa difitnah dengan keji oleh lelaki hidung belang itu.Rima yang sengaja disewa Rahma dari sebuah panti pijat itu membantu majikannya menyembunyikan beberapa CCTV. Di antaranya disembunyikan di dalam kamarnya. Setelah semua selesai, keduanya kembali beraktivitas seperti biasanya.Rima berbenah di dapur, sementara Rahma mengecek kebun sayurannya di belakang rumah. Wanita itu sudah bersiap dengan pakaian tempurnya berupa kemeja lusuh, sarung tangan, sepatu bot, topi caping dan sekop. Wanita itu melap peluh yang mengucur di pelipisnya. Terik mentari yang memucuk di atas kepala pertanda waktu sudah semakin siang. Waktunya Ilyas pulang.Sengaja Rahma tidak segera masuk ke rumah. Ia memilih beristirahat di amben beratap asbes yang dibua
Rossa langsung menghubungi Rahma begitu dirinya selesai menelepon ibunya. Telepon terhubung tapi belum diangkat oleh si empunya nomor. Hampir saja Rossa ingin memutuskan panggilannya saat ia melihat panggilannya diangkat.“Teteh apa kabarnya?” tanya Rossa setelah uluk salam sebelumnya. Gadis itu merasa begitu rindu pada perempuan yang telah menyelamatkannya di malam saat dirinya melarikan diri itu.“Alhamdulillah baik, Rossa. Kamu sendiri bagaimana? Maaf, tadi aku ketiduran,” ujar Rahma sambil mengucek matanya yang masih berat untuk terbuka. Sepertinya tubuhnya benar-benar kelelahan sehingga sulit mengondisikan kantuk yang masih bergelayut.“Alhamdulillah aku pun baik, Teh. Teteh sepertinya kelelahan. Suaranya terdengar sangat lemas,” Rossa terdengar begitu khawatir.“Iya nih. Teteh baru selesai mengurus kebun sayuran. Coba kamu masih di sini, ya. Pasti teteh ada yang bantu,” ujar Rahma sedikit tertawa.“Loh, bukannya sekarang teteh punya asisten rumah tangga?” Rossa sempat mende
Sudah beberapa hari ini Andra berusaha menyimpan kekesalannya pada sang istri Devina. Beraninya dia datang menyusul ke villa dan menggagalkan seluruh rencana yang sudah disusunnya malam itu. Gagal sudah upayanya mendapatkan tubuh Rossa di malam itu. Padahal tinggal beberapa langkah lagi. Andra sedikit mengingat bila Devina tidak sendirian malam itu. Ia bersama seorang lelaki. Semoga ini bisa ia jadikan alibi untuk membuat wanita itu terpojokkan.“Bersama siapa kamu malam itu, hah?!” bentak Andra dengan sorot mata tajam untuk menakuti Devina yang mulai berani melawannya.“Justru seharusnya aku yang tanya padamu, Mas. Beraninya kamu membawa wanita jalang itu ke villa kita, Mas. Lancang kamu.” Tangan Devina hampir melayang dan mendarat di pipi pria berwajah tampan nan tegas itu bila ia tidak segera menahannya.“Mulai berani kamu melawanku, Devina!” ucap Andra sengit. “Aku begini gara-gara kamu, Mas. Kamu ngga pernah menghargai aku sebagai istrimu. Bahkan sampai sekarang pun kamu seo
Sepulang dari kantornya Andra tidak langsung pulang ke rumah. Ia berputar arah menuju alamat yang sudah dalam genggamannya. Alamat seorang dukun sakti yang ia dapatkan dari temannya yang sudah menjadi langganan dukun itu. Andra bermaksud memelet dua wanita, istrinya Devina dan Rossa. Devina sudah mulai nekat dan bertindak macam-macam. Pria itu tidak akan membiarkannya sebelum dirinya mendapatkan apa yang selama ini diincarnya. Yaitu harta. Wanita itu harus tunduk dan menuruti kemauannya tanpa penolakan.Setelah menguras habis harta Devina dan menceraikannya, Andra ingin menikahi Rossa. Tidak peduli apa latar belakang gadis itu. Pesona gadis itu dan keanggunannya membuatnya tersihir dan ingin memilikinya. Aneh sekali, gadis itu begitu sulit diluruhkan. Gadis yang begitu mahal. Sangat menggelitik dan memicu adrenalin kemaskulinannya untuk memiliki gadis itu.Mobil Andra sampai di perkampungan yang mulai sepi rumah warga. Jarak antara rumah satu dengan lainnya terhalang kebun dan pep
Jelita mendapat kabar dari Sukaesih bila hubungan Andra sang istri kembali harmonis. Tapi keharmonisan itu begitu janggal. Tatapan mata Devina terlihat kosong. Sukaesih curiga bila Andra telah memikat perempuan itu menggunakan guna-guna pelet.Jelita lalu menceritakan pada Anwar tentang laporan Sukaesih, anteknya itu.“Beritahu Rossa supaya dia berhati-hati, Yang. Aku khawatir Rossa benaran terpikat dan bisa menggagalkan semua rencana kita nantinya.” Tak bisa dipungkiri, Anwar juga tidak ingin lelaki itu berhasil menggaet hati Rossa karena bisa menghancurkan rencana mereka bila itu terjadi.“Siap, Pah. Aku akan hubungi Rossa dan memberi tahunya. Oh, iya. Kita juga perku cari dukun sepertinya, Pah. Untuk minta penangkal pelet buat Rossa. Gimana usulanku, Pah?” Jelita mengedikkan alisnya. Anwar menyeringai.“Good idea. Istriku ini cerdas sekali,” puji Anwar lalu ia mencium kening istrinya. Mereka tertawa bersama penuh kemenangan.Lalu terlihat Jelita menekan nomor Rossa. Sambungan
Jelita segera meminta Rossa datang ke rumahnya. Ia dan Anwar sudah mendapatkan jimat penangkal pelet dari seorang dukun langganan kerabatnya. Jimat itu berbentuk ikat pinggang dengan tali kecil dan gandulan dari buntalan kain. Saat gadis itu tiba di rumah Jelita, wanita itu segera menarik lengannya dan membawanya ke sebuah ruangan. Ruangan yang biasa ia pakai untuk membriefing Rossa.“Angkat sedikit bajumu, Rossa. Aku akan memakaikan ikat pinggang ini. Ini adalah jimat penangkal pelet.”Rossa menurut. Ia mengangkat sedikit baju bagian atasnya lalu Jelita memakaikan ikat pinggang itu di pinggang Rossa yang ramping.“Pas sekali,” ujar Jelita. “Kali ini kita tidak perlu khawatir dirimu akan terkena guna-guna lelaki hidung belang itu, Rossa. Tapi berhati-hatilah. Jimat ini harus kau lepas saat mandi,” pesan Jelita.Rossa tidak banyak bicara. Gadis itu hanya menagangguk dan menuruti apa yang diinginkan oleh orang yang menyewa jasanya.“Lalu apa lagi rencana kita, Bu?” tanya Rossa. I