Ayo tertawa sendiri membaca ulang chat mengenai dirinya yang tidak terima akan mengadakan misi yang dilakukan oleh Harsa. Jiwa yang tenang tidak akan kemana. Semua terasa aman dan baik-baik saja tatkala semuanya itu terkendali dengan baik. Ayu menagih sama suami untuk menceritakan tentang siklus raga jiwa dan juga hati yang sempat mereka obrolkan, tetapi justru Harsa meminta Ayu untuk bercerita terlebih dahulu. “Tuan … tentang Qosidah Burdah di medsos waktu itu sebagian udah tak dengerin, sih sekalian juga udah nyari detailnya tentang hawa nafsu di artikel. Ternyata unik ya cara kerja raga, jiwa, dan juga hati ... tiga kata senjata yang bekerja layaknya sebuah kepemerintahan yang masing-masing mempunyai tanggung jawab yang seharusnya saling mengantisipasi. Begitu lekatnya barisan raga sebagai penampung akses yang diterima, begitu cerdasnya mesin jiwa dalam menyaring informasi yang bertahta, dan begitu bijaksananya sang hati merasuki cinta dalam menghargainya. Mengenal mereka it
Bagaimana pun rumah yang lama itu sudah menjadi saksi Harsa dan Ayu mulai mereka kecil remaja dewasa bahkan sampai permasalahan-permasalahan dalam pernikahannya itu melonjak. Tidak heran sebenarnya jikalau Zalfa dan Zulfikar itu dari dulu selalu menolak Harsa yang mengusulkan untuk pindah lingkungan. Sebenarnya Harsa juga merasa sangat bersalah ketika ia melangkahkan untuk pergi mereka itu teringat dengan kisah dari Nabi Yunus a.s. Beliau yang dulu sempat meninggalkan kaumnya itu justru mendapatkan musibah. Namun, ia juga teringat dengan kisah dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam ketika mendapatkan perintah dari Allah untuk hijrah. Sekarang ini keadaannya tidak baik-baik saja. Ya, itu alasannya mengapa Harsa selalu menunda juga tatkala istri-istrinya itu merengek ingin pindah saja dari lingkungan tersebut itu dikarenakan ia tidak mau menjadi orang yang mudah menyerah atau putus asa terhadap apa yang dihadapkan dengan terjadinya suatu hal yang ia hadapi saat ini, yaitu p
Jika menanyakan tentang kerinduan rumah lamanya, tentu Harsa sendiri juga sangat merindukan rumah tersebut. Apalagi sekarang ini adalah waktunya menuju bulan Ramadhan yang tentunya banyak sekali aktivitas-aktivitas harian yang dikerjakan oleh Harsa di rumah. Usia pernikahan mereka sudah hampir 1 tahun. Setelah dimulai dengan konflik yang diawali dari Nyiur yang memfitnah Ayu hamil di luar nikah dan sekarang sampai perkara belati yang menjalar ke mana-mana ini merupakan sesuatu yang sifatnya bisa menenangkan dalam jangka lama. Sebenarnya masalah omelan romantis, angin sastra, dan slogannya Ayu itu sudah di mereka buat sejak lama, bahkan masih sekitar mereka menikah satu bulan. Harsa sengaja menunda tidak menjawab-menjawab apa yang ditanyakan oleh istrinya. Karena untuk saat ini bukan kegalauan yang ingin Harsa rasakan, Harsa ungkap, dan Harsa bahas bersama. Ia lebih ingin mengungkapkan perkara-perkara yang romantis, perkara-perkara yang menggugah selera istrinya, atau perkara-perk
Mereka itu kalau bercakap-cakap seperti tidak ada selesainya. Mencoba menghindari pertanyaan yang galau dari Ayu mengenai rasa rindu justru sekarang dihadirkan dengan pertanyaan yang lebih menyiksa, yaitu perkara anak. Apalagi ini membandingkan dengan Nyiur, membandingkan dengan Alifa dan Aliza, itu otomatis yang dituju adalah Nyiur. “Nyiur juga baru punya anak setelah tiga tahun pernikahan, Sayang,” jawab Harsa. “Ya kan emang kalian sengaja! Aku udah pengen!” rengek Ayu. Harsa mengecup lama kening sang istri. “Bismillah sebentar lagi.” Wajah Ayu terlihat sangat begitu sedih. Dia yang dari tadi terlihat sudah semangat itu sekarang kembali manyun dan banyak diam. Mungkin di era yang seperti ini istrinya itu juga butuh camilan. Makanan juga menjadi salah satu pembangkit dari wanita yang bernama Ayu Renjana istri kecilnya Harsa Jayabaya. Memakai teknologi yang sudah ada Harsa memesan online keripik -keripik utamanya keripik tempe yang menjadi favorit dari Ayu. Dia juga tida
“Sayang, kamu sudah bangun?” Zaheer membalikkan badan. “Astaghfirullahal'adzuim! M-Mas Zar'an, benar-benar manusia licik! Kamu bilang setelah Mas Harsa memberikannya seluruh aset ni, Mas ngak akan ganggu kita lagi! Ja-jangan sentuh aku! Tolong! Tolong!” teriak Nyiur. Dadanya kembali tersayat, ia sangat hancur tentunya. Perlakuan Zaheer itu sungguh membuat Nyiur merasa sangat hina. *** Ayu: “Mas, perasaan aku gak enak kenapa ya.” Harsa: “Saya juga. Di rumah aman? Kamu lagi bareng Nyiur nggak?” Ayu: “Enggak, aku tuh lagi bertengkar gara-gara ngeyel mau bikin mendol, tapi Nyiur pengennya bikin tahu bunting! Dia ngeyel juga! Akhirnya bikin tahu lantai karena tumpah berserakan di lantai. Habis itu kita langsung ngambek ke kamar masing-masing, tapi sekarang aku khawatir banget sama Nyiur. Aku chat cuma centang satu.” Harsa: “Cek ke kamar.” Ayu: “Baik, Mas.” Ayu gegas beranjak untuk segera ke kamar Nyiur. Yang benar saja ternyata Nyiur tidak ada, yang ada Aliza dan Al
FLASHBACK MOMEN SEBELUM RESEPSI SAAT AYU TIDAK SENGAJA MENJATUHKAN FOTO RESEPSI NYIUR, IA TERINGAT DENGAN KEJADIAN MANIS. "Sayang, ke langit yok!" Harsa merangkul kedua wanita cantik yang ada di sampingnya. "Ke langit? Ngapain?" tanya Ayu dan Nyiur dengan serentak. "Capek di bumi," jawab Harsa. "Mas Harsa nggak usah ngada-ngada gitu. Bicara yang mungkin aja!" kilah Nyiur. Saat itu keadaannya masih sangat penting. Mereka itu habis membicarakan tentang Zaheer yang masih saja mengikuti mereka. Bisa-bisanya Harsa mengatakan hal demikian yang seakan-akan membawa dirinya itu untuk menyerah saja dan memilih untuk meninggal. Padahal istrinya itu dua-duanya sedang bentrok pikirannya. Apalagi ditambah dengan Harsa yang berkata demikian, jadilah lemah apa yang dari tadi sudah berusaha Nyiur dan Ayu kuatkan. "Tau tuh! Emang dua istri yang super cantik dan asyik ini udah nggak berguna ya di bumi? Sampai mau pindah tempat segala kalau capek? Terus-terus yang biasanya nyeramahin ngga
Jelas Ayu juga tidak senang dengan apa yang dilakukan sang suami itu untuk mengajak photoshoot karena Ayu bukan orang yang suka untuk difoto, kecuali untuk hal-hal tertentu yang memang sifatnya resmi dan mungkin sangat dibutuhkan sekali. Sebenarnya photoshoot keluarga itu sudah Harsa rencanakan dan mereka memang setiap bulannya itu selalu melakukan hal tersebut, tetapi tempatnya tidak di tempat yang ramai terlebih di tempat Langit yang lagi viral tersebut. Ayu sudah jelas tidak menyukai. Berbeda dengan Nyiur yang tidak terlalu risih atau tidak terlalu benci juga kalau difoto oleh orang lain, ia gegas untuk kembali sedangkan Ayu masih saja berdiri di sana. Karena merasa Ayu tertinggal, Nyiur pun kembali untuk mengajak Ayu hanya saja Ayu tetap tidak mau dengan alasan tersebut. Jurus-jurus merajuknya kini terasa sangat menggoda sekali karena saat ini mereka Itu posisinya juga mau mencari baju untuk resepsi, tetapi malah justru dialihkan ke perkara yang tidak Ayu sukai. Mereka berdua
Zaheer mengirim foto badan Nyiur yang telanjang, anggota dadanya terlihat jelas bahkan sampai bawah. Hal ini membuat konsentrasi menyetir Harsa tentu buyar ditambah ada pengelabuan dari anak buah Zaheer supaya membuat mobil Harsa tidak baik-baik saja. Zaheer masih terus menikmati tubuh harum Nyiur tanpa peduli isakan, tangisan, dan tangkisan dari Nyiur. Mulai dari memainkan bibir yang sama sekali tidak mendapati balasan, meremas dengan ganas buah segar Nyiur tanpa peduli rasa sakit yang Nyiur rasakan, dan tanpa peduli seberapa perih ia menahan hentakan yang Zaheer lakukan di bawah sana. “Ahhhh, besar! Nikmat! Dua hiasan indah kamu bikin saya kenyang!” Zaheer juga tidak ketinggalan menikmati wajah cantik Nyiur. “Lep-lepas!” Nyiur tidak banyak bicara, ia terus berusaha melawan dan mendorong Zaheer, tetapi tetap saja kalah dari tenaga Zaheer. “Ehummm! Sayang!” Zaheer menelan salivanya beserta ASI Nyiur yang memang sedang mengalir deras. PEMERKOSAAN YANG ZAHEER LAKUKAN TERHA
Harsa: "Aman, Sayang. Kamu di belakang saja sama Nyiur." Ayu: "Huuh, iya-iya!" Harsa: "Hehe, bentar ya Sayang ya." Sejatinya, poligami itu pilihan. Pilihan yang bergantung pada kejadian apa yang menyebabkan diri tersebut harus, wajib, atau tidak dianjurkan poligami. Dalam Al-Qur'an memang poligami itu diperintahkan, Nabi Muhammad juga melakukan, tetapi tidak sekedar perintah mentah yang tak mempunyai syarat dan ketentuan. Dalam surat An-Nisa', poligami diperintahkan sampai maksimal empat, salah satu syaratnya yaitu dengan syarat adil terhadap para istri dan itu pun di ayat selanjutnya dipertegas bahwasannya laki-laki tidak akan bisa adil terhadap istri-istrinya. Itu artinya, poligami sifatnya kondisional. Penjelasan dari maksimal empat itu sendiri memliki maksud dalam sejarahnya sebagai batasan karena dulu di zaman Rosululloh itu laki-laki menikahnya dengan banyak sekali perempuan. Nabi Muhammad pun, melakukan poligami selepas istri pertamanya meninggal, poligami Nabi Mu
Poligami menjadi perbincangan besar mungkin dalam suatu kalangan ada yang berpikir bahwasanya poligami ini dianggap haram. Ada juga yang menganggap bahwasanya poligami itu justru dianjurkan. Saat ini harusnya berada di tengah orang yang menganggap bahwasanya poligami itu haram. Bisa dikatakan yang mengatakannya itu adalah orang baru di lingkungan tersebut. Bukan hanya berhasil menjadi orang baru yang memikat banyak perhatian karena ia adalah seorang yang kaya raya dan menjadi cucu dari kepala desa tersebut tetapi orang tersebut juga menjadi seorang yang terkenal agamanya kuat karena kabarnya juga dia ke situ itu setelah pulang dari pesantren serta kuliah juga di luar negeri. Mengetahui hari saya memang poligami seseorang tersebut mendatangi rumah Harsa dan mencoba mengatakan untuk menceraikan salah satu dari istrinya. Ayo langsung emosi Mendengar hal tersebut ya langsung ke belakang dan membicarakan hal tersebut dengan nyiur dengan keadaan wajah yang sa
Itu semua adalah bayangan harga dan akibatkanlah mereka saat ini sedang di kamar tidur. tiba-tiba teringat dengan putrinya, yaitu Aliza yang dijodohkan dengan Yudhistira. bentar lagi memang acara apa di pesantren tersebut itu terlaksana dan rencananya mereka akan membahas hal tersebut lagi. Mereka bercerita seperti itu seakan-akan sudah nyata. meskipun harus sah dan istri pertama usai honeymoon di Bobocabin Coban Rondo Malang mana tempat tersebut juga menjadi tempat yang Ayu inginkan saat mereka di sana Ayu merasa sangat iri sekali sangat ingin segera ke sana dengan Harsa setelah Harsa pulang ternyata keinginan tersebut sudah hilang juga Ayu tidak terlalu menginginkan untuk pergi ke sana bahkan sekarang yang ia bahas setelah hari Sabtu pulang itu bukannya menceritakan tentang bobo cabin Coban Rondo tersebut tetapi saat ini Ayu justru terbuka untuk saling ngobrol mengenai masa depan dari anak-anak mereka. tidak keberatan untuk Harsa
Saat acara haflah di pesantren Nyiur, Harsa, dan juga Ayu, mereka terlebih dahulu sowan ke ndalem dan di sana mereka juga bertemu Yudhistira Pamungkas yang menjadi pura kecil dari Bhima Purnama dan Tessa Soraya yang merupakan pengasuh cabang pesantren yang dulu ditempati oleh mereka bertiga. "Om Tila ayo main!" ajak Aliza. "Main apa Za?" Kini keakaraban Yudhistira dengan putri Harsa pun sudah sangat erat. Sebenarnya mereka itu dijodohkan dari kecil, Yudhistira menyadari itu karena saat ini dia sudah menginjak usia SMP. Jaraknya memang sangat jauh, tetapi orang tua mereka yakin untuk menjodohkan sejak dini. Yudhistira ini orangnya cool, tidak terlalu mengurusi juga apa yang orang tuanya rencanakan. Berbeda dengan Aurora Willona. Sosok cantik kembaran Yudhistira yang sangat cerewet dan nakal. Meskipun sudah ditegur beberapa kali, dihukum juga, ia tetap saja teguh pada apa yang menjadi keinginan. Cewek tomboi, andaikan dia tidak berada di lingkungan yang kenthal agama, mungkin
"Mas Harsaaaaaa! Ayu kangen banget banget banget!" Ayu langsung memeluk sang suami saat masih di depan pintu. "Kamu nggak kangen aku, Ay?" tanya Nyiur. Ayu beralih memeluk Nyiur. "Kangen dong! Kapan sih aku nggak kangen sama kamu!" "Huum, Ayu! Lihat nih Mas Harsa KDRT!" kata Nyiur. "Mas Harsa!" Ayo melotot keras saat melihat lebam di tangan Nyiur. "Kalian ini udah mau bikin saya naik daerah ya masih di depan pintu!" CUPP CUPP Harsa mengecup keduanya dan memberi senyuman desta merangkul mereka untuk segera masuk ke dalam rumah. Putri dan putra mereka tanpa senyum bahagia dan bersorak meskipun sang buah hati yang masih kecil masih bisa tertawa tawanya bayi. Raut wajah mereka tidak bisa bohong bahwa mereka itu sangat merindukan Nyiur dan juga Harsa. Meskipun saat berada di dalam telepon juga Mereka terlihat seperti negara-negara saja itu sebenarnya nyiur dan
"Hahah, iya-iya. Kita keluarkan bareng-bateng ya Sayang!" Harsa masih sempat mengecup Sudah sejauh ini ia melangkah dalam rumah tangganya. Pernah berpikir, dulu waktu kecil punya kesenangan yang luar biasa itu ketika berkumpul dengan teman dan bermain bersama. Harsa terbengong di depan cermin saat menunggu istrinya masih buang air besar. Waktunya cepat sekali berubah. Seakan-akan kita hidup di dunia ini hanya tentang kenikmatan sementara dan digantikan dengan kenikmatan lain seiring berjalannya waktu. Itu bukan seakan-akan, tetapi kenyataan. Yang sebenarnya, dari situ Tuhan sudah memberi peringatan. Ya, peringatan bahwasannya hidup di dunia hanya mampir. Kebahagiaan di setiap detiknya berubah. Ini juga tentang, bagaikan merawat waktu yang sedikit ini untuk bisa menyelaraskan antara kepuasan dan kebijaksaan. Hidup itu ya begitu-begitu saja. Ada ekspetasi, kepuasaan, kekecewaan, dan kekhilafan. Kecil adalah simulasi dari besar. Waktu
"Sayang, aku kebelet banget! Tapi males ini gimana?" tanya Nyiur. "Ya dilawan dong malasnya. Emangnya kamu mau jadi budaknya hawa nafsu? Mau jadi pembantunya? Baru aja semalam kita bahas di Qosidah Burdah pasal 2. Hati-hati sama nasihatnya hawa nafsu, hawa nafsu sesat Sayang!" Harsa menghentikan mobilnya. "Mas! Apa sih orang kebelet malah diceramahin! Bisa-bisa aku ngompol aja di mobil kamu ini!" sahut ketus Nyiur. "Hmmm, maaf Sayang nggak ada maksud Mas yang mau menghakimi kamu! Sini peluk dulu!" kata Harsa. Nyiur pun mengambil kesempatan yang diulurkan oleh tangan sang suami. "Ceramahin boleh banget, tapi Nyiur lagi sensitif hawanya Mas. Aku pengennya marah-marah, aaa nggak jelas deh. Aku jadi makin kangen Ayu kalau lagi nggak jelas kayak gini. Tahu gak Mas? Aku sama Ayu yuh kadang punya perasaan ngerasa gak jelas kayak gini barengan loh." Mungkin, efek akan datang bulan. Ini yang ada da
mereka sudah beberapa hari menginap di Bobocabin Coban Rondo. saat sore hari sudah waktunya mereka untuk pulang, rasanya ya seperti masih ingin berteduh di tempat tersebut lebih lama. akan tetapi tidak bisa dibohongi mereka juga merindukan yang di rumah entah itu Aliza dan Alifa Ayu Alil dan Aliq maupun orang tua dan mertuanya. Salah satu beredar mereka supaya bisa ikhlas atau menerima bahwa mereka itu tempatnya tidak bisa selalu di situ ya karena menyadari bahwa mereka itu sudah berkeluarga dan memiliki keluarga yang tempatnya tidak di situ. tempat tersebut memang memberi sebuah ketenangan yang luar biasa untuk mereka dibalik seluruh keresahannya selama ini. bukan hanya menyediakan tempat untuk bersenang-senang bagi mereka dalam menjalankan sesuatu yang memang menjadi misi akan tetapi mereka di sana Ini juga banyak belajar tentang sebuah kerukunan yang ternyata Puncak dalam mencapainya itu harus disertai effort yang luar biasa. Di sana mere
Endingnya selalu memuaskan. Mereka sama-sama puas dan merasakan apa yang memang menjadi tujuan. Namun, di sisi lain Harsa merasa dirinya terlalu keras terhadap sang istri dalam urusan dunia erotisnya. "Maaf ya kalau di sini Mas mainnya lumayan lebih keras," bisik Harsa. "Hemm, gapapa suamiku, Nyiur seneng kok. Cuman kalau jadi, Mas jangan marah," jawab Nyiur. "Jadi apanya?" tanya Harsa. "Ya jadi anaklah," jawab Nyiur terkekeh. Sebuah hal terjadi di dunia ini sudah banyak tipu dayanya. Harsa mencoba angkat bicara seperti apa yang dinasihatkan dalam Qosidah Burdah pasal dua. Salah satu baitnya mengatakan tentang tipu daya, di sana pakai kata lapar lebih sering dari kenyang. Ini artinya, godaan hawa nafsu itu lebih pintar menyusun godaan yang mana akibatnya tidak seberapa memberi keberuntungan. "Jadi kembalinya gini Sayang. Ya kalau nggak siap dengan akibat, ngapain berbuat?" "Kan bisa jadi karena ngga