Harsa masih larut dengan melihat kiri kanan yang bagi Ayu terlihat sangat asing. Ayu belum mengatakan apa-apa lagi terhadap barza ia masih terisak tangis dalam pelukan Zalfa dan juga Zulfikar yang baru saja masuk itu terlihat sangat heran. Mereka tidak menyangka jika ternyata harusnya terkena amnesia. Ayu, Zalfa, dan Zulfikar sudah tahu keadaan Nyiur yang demikian dan sekarang sudah dibawa ke rumah. Orang tua Ayu maupun orang tua Nyiur tidak ke rumah sakit, melainkan menemani Nyiur di dalam rumah yang tentu rasa trauma yang dialami oleh Nyiur juga begitu berat. Mereka sangat tidak tega jikalau memang Harsa mengalami amnesia bagaimana dengan nasib Nyiur yang sekarang keadaannya demikian? Sesuai apa yang ditakutkan oleh Zalfa dan Zulfikar mengenal bahwasanya ternyata Zaheer itu tumbuh menjadi sosok yang nekat seperti itu, mereka sudah mewanti-wanti dari awal sebenarnya sudah memberi kode dari awal supaya Harsa dan Nyiur tidak menikah, tetapi mereka tetap melakukan hal tersebut dan
“Jangan bilang Mas mau pakai cara yang sama seperti Mama dan Papa, dengan pura-pura kejam gitu! Nggak! Itu justru mempersulit, Mas!” bentak Ayu. “Sa-sayang, tolong diam dulu. Kita duduk dan kita bicarakan.” Mereka berjalan ke tempat istimewa, mana lagi kalau bukan ranjang. Sudah bisa dibayangkan bahwa wajah Ayu saat ini sangat kesal cemburu dan bingung dengan keadaan yang sangat membuat perjalanan dari pernikahan Harsa dengan Nyiur begitu hancur. Sebenarnya untuk pernikahan mereka itu baik-baik saja antara Nyiur dan Harsa tidak terjadi perselisihan. Hanya saja karena Zaheer yang berulah tersebut itu yang menyebabkan Nyiur merasa kotor dan untuk Harsa tentu berpikir berkali-kali lipat apakah pernikahan ini akan dilanjutkan atau cukup berhenti di situ karena rasa-rasa juga memang apa yang dirasakan nyiur saat kejadian tersebut mengenai bahwasanya tidak tahu siapa yang jahat dan seperti dirinya itu memaklumi bahwasanya Zaheer berbuat demikian itu karena ulah juga dari orang tuanya
“Sopankah langsung buka gitu aja Ma? Huaa, Ayu malu!” Ayu menundukkan kepala. Zalfa membuat Ayu dan Harsa malu luar biasa. Sekarang ini yang mendominasi mereka bukannya takut ketahuan bahwasanya Harsa ternyata tidak amnesia, melainkan malu perbuatan hal yang pribadi, perbuatan yang bersifat pasangan itu diketahui oleh orang lain sekalipun itu adalah mamanya sendiri. “Hahaha, sopan aja Sayang. Sud-sudah pulih?” Begitu pula dengan Zalfa. Melihat bahwasanya Harsa dan juga Ayu tampak begitu malu, ia sampai ingin tertawa, tetapi juga bangga dan dalam pikirannya memikirkan Apakah sang putranya itu sudah pulih ingatannya? Mana mungkin Harsa bisa langsung semau itu jikalau memang ingatannya belum pulih. “Hemm, dia mencoba memberi ingatan kepada saya,” jawab Harsa. “Terus? Ingat?” tanya kaget Zalfa. “Belum,” jawab Ayu. Lumayan aneh sebenarnya. Namun, Zalfa juga kembali memutar otaknya dan kembali memungkinkan atau menganggap mungkin hal tersebut memang menjadi siasat atau l
Ayu: "Yang dari rahim aku (foto test pack)" Harsa: "Alhamdulillaah❤, kalau begitu biar Ummi Zuyyina nyusul. Kamu nggak boleh kecapaean." Ayu: "Kayaknya Mas nggak terlalu senang." Harsa: "Sayang. Mas seneng banget." Ayu: "Jujur Ayu nggak terlalu seneng, takut keguguran lagi soalnya keadaannya sekarang juga lagi kayak gini.' Sebenarnya yang dirasakan Harsa juga sama. Mendapatkan keturunannya memang senang karena itu juga sudah diharapkan dari dulu, hanya saja dengan keadaan yang serumit ini mereka tentu juga khawatir akan kejadian yang terulang seperti dulu lagi dengan konflik yang masih sama, yaitu perkaranya dengan Zaheer. Keadaannya juga sekarang Ayu dan Nyiur tidak bersama Harsa karena Harsa ingin menuntaskan ini dengan berhadapan mata bersama Zaheer melalui Harsa yang pura-pura amnesia. *** Nyiur: "Mas Harsa. Nyiut pamit aja ya. Udah nggak kuat." Nyiur: "Capek Mas masih terus diincar seperti itu. Aku tidak mau dikotori untuk yang ketiga kalinya." Nyiur: "Cer
Air mata dari Harsa langsung jatuh. Betapa teganya ia menyiksa istri yang mana ia tidak sabar dalam menunggu proses kesembuhan. Nyiur dilarikan ke rumah sakit karena belum sadar-sadar juga lumayan lama pingsannya di rumah. Berkali-kali Harsa menampar Ayu. Bagi Ayu itu adalah hal gila yang dilakukan oleh Harsa. Bisa jadi Ayu menganggapnya ini adalah sebuah penyiksaan! PLAK! “Berani keras kamu sekarang Mas!” bentak Ayu. PLAK! “Kamu mau jadi jahat juga, hah!” PLAK! “Sekali lagi aku lihat Mas main kasar seperti itu, udah. Ceraiin Ayu aja Mas!” Harsa hanya bisa terdiam. Mau membela diri, tetapi kenyataannya memang salah. Tidak ada niat sedikit pun untuk berbuat kasar, tetapi faktanya yang ia lakukan adalah hal yang menyakiti. *** “Ay.” Nyiur menangis menggenggam tangan Ayu. Ayu mendekat. “Nyiur, maafin Mas Harsa ya. Dia udah aku tonjok-tonjok pipinya sampai luka, tampar maksudnya. Gak ngerti keadaan banget dia!” “Astaghfirullah, kok segitunya sih Ay? Mas H
Harsa: “Ya nggak usah hukuman, orang tua kita itu lagi sakit. Masa mau kamu tinggalin?” Nyiur: “Yah kalah lagi😪.” Harsa: “😄Hahahha, nggak kalah, tapi sekali-kalu kalian yang ngalah.” Namun, karena chat tersebut diketahui oleh Zalfa, Zalfa menyuruh Harsa untuk mengajak kedua istrinya itu ke Ponorogo. Ya Meskipun cuma bukan liburan yang tidak menginap, tetapi hanya sekedar lewat saja setidaknya itu memberikan kebahagiaan untuk mereka berdua. Harsa pun melakukan hal tersebut. Bicara dengan Harsa itu tidak bisa basa-basi, karena yang ada akhirnya bukannya mendapatkan apa yang diinginkan, melainkan benar-benar dapat basinya saja! HAHAHA FLASHBACK OFF***“Mas! Tentang Zaheer gimana? Sedikit pun belum ada perubahan?” tanya Ayu. “Mas tuh udah jalan bareng dan diajak ke tempat photoshoot. Tau gak apa yang terjadi? Ternyata di dalam kamar dan lorong dalam tempat tersebut full dipenuhi fot
“Kalau Mas Harsa belum gila ya tetep dilanjut!” celetuk Ayu. “Ya ampun, Sayang!” Harsa tak henti-hentinya mengusap perut Ayu. “Ihhh, Mas! Aku pengen marah kenapa Mas tetep pegang sih!” seru Ayu. “Karena kamu istimewa buat saya,” jawab Harsa. Ayu keluar kamar dan menghampiri Aliza beserta Alifa. Mereka asyik bermain bola-bola kecil. Keduanya tumbuh menggemaskan dan sangat cantik. “Bun Ay!” pekik Alifa. “Boya,” kata Aliza Ayu mengabaikan Harsa yang mencoba untuk mengajaknya bicara dan mengalihkan untuk berbicara dengan kedua anak kecil tersebut. Melihat istrinya demikian, Harsa membiarkan terlebih dahulu untuk menenangkan dirinya melalui cara berkomunikasi dengan anak kecil. Tidak marah dan juga tidak resah terhadap sikap Ayu yang demikian. Setiap orang punya ruang tersendiri untuk mengekspresikan apa yang ia rasakan. Arsa juga tidak boleh egois dengan mengatasnamakan di
“Maaf, mommy belum bisa Sayang. Sini peluk aja ya Aliza Alifa!” Nyiur menadahkan tangan.“Mommy, Mommy!” racau Aliza dan Alifa.Kembar cantik itu tersenyum menatap Nyiur. Beberapa kali mereka mencoba memegangi dan mencium minuman terlezatnya dari luar baju. Hanya saja, Nyiur benar-benar belum bisa melakukan. Bahkan untuk memeluk seperti ini saja, Nyiur menahan risih dan takut yang masih luar biasa.“Sayang, kita main di luar dulu yuk! Mommy mau istirahat,” kata Harsa.Ia tidak tega melihat Nyiur yang sudah terlihat kesakitan. Nyiur terlihat sekali menahan hal tersebut sekalipun aslinya sangat tidak kuat. Daripada nanti Nyiur pingsan lagi, Harsa harus lebih siaga dalam memperhatikan sang istri.Harsa dan kedua putrinya bermain di luar, sedangkan Ayu tetap menemani Nyiur yang
Harsa: "Aman, Sayang. Kamu di belakang saja sama Nyiur." Ayu: "Huuh, iya-iya!" Harsa: "Hehe, bentar ya Sayang ya." Sejatinya, poligami itu pilihan. Pilihan yang bergantung pada kejadian apa yang menyebabkan diri tersebut harus, wajib, atau tidak dianjurkan poligami. Dalam Al-Qur'an memang poligami itu diperintahkan, Nabi Muhammad juga melakukan, tetapi tidak sekedar perintah mentah yang tak mempunyai syarat dan ketentuan. Dalam surat An-Nisa', poligami diperintahkan sampai maksimal empat, salah satu syaratnya yaitu dengan syarat adil terhadap para istri dan itu pun di ayat selanjutnya dipertegas bahwasannya laki-laki tidak akan bisa adil terhadap istri-istrinya. Itu artinya, poligami sifatnya kondisional. Penjelasan dari maksimal empat itu sendiri memliki maksud dalam sejarahnya sebagai batasan karena dulu di zaman Rosululloh itu laki-laki menikahnya dengan banyak sekali perempuan. Nabi Muhammad pun, melakukan poligami selepas istri pertamanya meninggal, poligami Nabi Mu
Poligami menjadi perbincangan besar mungkin dalam suatu kalangan ada yang berpikir bahwasanya poligami ini dianggap haram. Ada juga yang menganggap bahwasanya poligami itu justru dianjurkan. Saat ini harusnya berada di tengah orang yang menganggap bahwasanya poligami itu haram. Bisa dikatakan yang mengatakannya itu adalah orang baru di lingkungan tersebut. Bukan hanya berhasil menjadi orang baru yang memikat banyak perhatian karena ia adalah seorang yang kaya raya dan menjadi cucu dari kepala desa tersebut tetapi orang tersebut juga menjadi seorang yang terkenal agamanya kuat karena kabarnya juga dia ke situ itu setelah pulang dari pesantren serta kuliah juga di luar negeri. Mengetahui hari saya memang poligami seseorang tersebut mendatangi rumah Harsa dan mencoba mengatakan untuk menceraikan salah satu dari istrinya. Ayo langsung emosi Mendengar hal tersebut ya langsung ke belakang dan membicarakan hal tersebut dengan nyiur dengan keadaan wajah yang sa
Itu semua adalah bayangan harga dan akibatkanlah mereka saat ini sedang di kamar tidur. tiba-tiba teringat dengan putrinya, yaitu Aliza yang dijodohkan dengan Yudhistira. bentar lagi memang acara apa di pesantren tersebut itu terlaksana dan rencananya mereka akan membahas hal tersebut lagi. Mereka bercerita seperti itu seakan-akan sudah nyata. meskipun harus sah dan istri pertama usai honeymoon di Bobocabin Coban Rondo Malang mana tempat tersebut juga menjadi tempat yang Ayu inginkan saat mereka di sana Ayu merasa sangat iri sekali sangat ingin segera ke sana dengan Harsa setelah Harsa pulang ternyata keinginan tersebut sudah hilang juga Ayu tidak terlalu menginginkan untuk pergi ke sana bahkan sekarang yang ia bahas setelah hari Sabtu pulang itu bukannya menceritakan tentang bobo cabin Coban Rondo tersebut tetapi saat ini Ayu justru terbuka untuk saling ngobrol mengenai masa depan dari anak-anak mereka. tidak keberatan untuk Harsa
Saat acara haflah di pesantren Nyiur, Harsa, dan juga Ayu, mereka terlebih dahulu sowan ke ndalem dan di sana mereka juga bertemu Yudhistira Pamungkas yang menjadi pura kecil dari Bhima Purnama dan Tessa Soraya yang merupakan pengasuh cabang pesantren yang dulu ditempati oleh mereka bertiga. "Om Tila ayo main!" ajak Aliza. "Main apa Za?" Kini keakaraban Yudhistira dengan putri Harsa pun sudah sangat erat. Sebenarnya mereka itu dijodohkan dari kecil, Yudhistira menyadari itu karena saat ini dia sudah menginjak usia SMP. Jaraknya memang sangat jauh, tetapi orang tua mereka yakin untuk menjodohkan sejak dini. Yudhistira ini orangnya cool, tidak terlalu mengurusi juga apa yang orang tuanya rencanakan. Berbeda dengan Aurora Willona. Sosok cantik kembaran Yudhistira yang sangat cerewet dan nakal. Meskipun sudah ditegur beberapa kali, dihukum juga, ia tetap saja teguh pada apa yang menjadi keinginan. Cewek tomboi, andaikan dia tidak berada di lingkungan yang kenthal agama, mungkin
"Mas Harsaaaaaa! Ayu kangen banget banget banget!" Ayu langsung memeluk sang suami saat masih di depan pintu. "Kamu nggak kangen aku, Ay?" tanya Nyiur. Ayu beralih memeluk Nyiur. "Kangen dong! Kapan sih aku nggak kangen sama kamu!" "Huum, Ayu! Lihat nih Mas Harsa KDRT!" kata Nyiur. "Mas Harsa!" Ayo melotot keras saat melihat lebam di tangan Nyiur. "Kalian ini udah mau bikin saya naik daerah ya masih di depan pintu!" CUPP CUPP Harsa mengecup keduanya dan memberi senyuman desta merangkul mereka untuk segera masuk ke dalam rumah. Putri dan putra mereka tanpa senyum bahagia dan bersorak meskipun sang buah hati yang masih kecil masih bisa tertawa tawanya bayi. Raut wajah mereka tidak bisa bohong bahwa mereka itu sangat merindukan Nyiur dan juga Harsa. Meskipun saat berada di dalam telepon juga Mereka terlihat seperti negara-negara saja itu sebenarnya nyiur dan
"Hahah, iya-iya. Kita keluarkan bareng-bateng ya Sayang!" Harsa masih sempat mengecup Sudah sejauh ini ia melangkah dalam rumah tangganya. Pernah berpikir, dulu waktu kecil punya kesenangan yang luar biasa itu ketika berkumpul dengan teman dan bermain bersama. Harsa terbengong di depan cermin saat menunggu istrinya masih buang air besar. Waktunya cepat sekali berubah. Seakan-akan kita hidup di dunia ini hanya tentang kenikmatan sementara dan digantikan dengan kenikmatan lain seiring berjalannya waktu. Itu bukan seakan-akan, tetapi kenyataan. Yang sebenarnya, dari situ Tuhan sudah memberi peringatan. Ya, peringatan bahwasannya hidup di dunia hanya mampir. Kebahagiaan di setiap detiknya berubah. Ini juga tentang, bagaikan merawat waktu yang sedikit ini untuk bisa menyelaraskan antara kepuasan dan kebijaksaan. Hidup itu ya begitu-begitu saja. Ada ekspetasi, kepuasaan, kekecewaan, dan kekhilafan. Kecil adalah simulasi dari besar. Waktu
"Sayang, aku kebelet banget! Tapi males ini gimana?" tanya Nyiur. "Ya dilawan dong malasnya. Emangnya kamu mau jadi budaknya hawa nafsu? Mau jadi pembantunya? Baru aja semalam kita bahas di Qosidah Burdah pasal 2. Hati-hati sama nasihatnya hawa nafsu, hawa nafsu sesat Sayang!" Harsa menghentikan mobilnya. "Mas! Apa sih orang kebelet malah diceramahin! Bisa-bisa aku ngompol aja di mobil kamu ini!" sahut ketus Nyiur. "Hmmm, maaf Sayang nggak ada maksud Mas yang mau menghakimi kamu! Sini peluk dulu!" kata Harsa. Nyiur pun mengambil kesempatan yang diulurkan oleh tangan sang suami. "Ceramahin boleh banget, tapi Nyiur lagi sensitif hawanya Mas. Aku pengennya marah-marah, aaa nggak jelas deh. Aku jadi makin kangen Ayu kalau lagi nggak jelas kayak gini. Tahu gak Mas? Aku sama Ayu yuh kadang punya perasaan ngerasa gak jelas kayak gini barengan loh." Mungkin, efek akan datang bulan. Ini yang ada da
mereka sudah beberapa hari menginap di Bobocabin Coban Rondo. saat sore hari sudah waktunya mereka untuk pulang, rasanya ya seperti masih ingin berteduh di tempat tersebut lebih lama. akan tetapi tidak bisa dibohongi mereka juga merindukan yang di rumah entah itu Aliza dan Alifa Ayu Alil dan Aliq maupun orang tua dan mertuanya. Salah satu beredar mereka supaya bisa ikhlas atau menerima bahwa mereka itu tempatnya tidak bisa selalu di situ ya karena menyadari bahwa mereka itu sudah berkeluarga dan memiliki keluarga yang tempatnya tidak di situ. tempat tersebut memang memberi sebuah ketenangan yang luar biasa untuk mereka dibalik seluruh keresahannya selama ini. bukan hanya menyediakan tempat untuk bersenang-senang bagi mereka dalam menjalankan sesuatu yang memang menjadi misi akan tetapi mereka di sana Ini juga banyak belajar tentang sebuah kerukunan yang ternyata Puncak dalam mencapainya itu harus disertai effort yang luar biasa. Di sana mere
Endingnya selalu memuaskan. Mereka sama-sama puas dan merasakan apa yang memang menjadi tujuan. Namun, di sisi lain Harsa merasa dirinya terlalu keras terhadap sang istri dalam urusan dunia erotisnya. "Maaf ya kalau di sini Mas mainnya lumayan lebih keras," bisik Harsa. "Hemm, gapapa suamiku, Nyiur seneng kok. Cuman kalau jadi, Mas jangan marah," jawab Nyiur. "Jadi apanya?" tanya Harsa. "Ya jadi anaklah," jawab Nyiur terkekeh. Sebuah hal terjadi di dunia ini sudah banyak tipu dayanya. Harsa mencoba angkat bicara seperti apa yang dinasihatkan dalam Qosidah Burdah pasal dua. Salah satu baitnya mengatakan tentang tipu daya, di sana pakai kata lapar lebih sering dari kenyang. Ini artinya, godaan hawa nafsu itu lebih pintar menyusun godaan yang mana akibatnya tidak seberapa memberi keberuntungan. "Jadi kembalinya gini Sayang. Ya kalau nggak siap dengan akibat, ngapain berbuat?" "Kan bisa jadi karena ngga