hay ... manteman. mau nanya, nih. kalian suka bab panjang tapi koin butuh banyak, apa bab pendek dan koin untuk buka bab sedikit??? komen, ya. dan berapa kalian pingin idealnya koin untuk buka bab,,, aku tunggu, see u
“Tidak ada waktu untuk berdebat. Kita harus segera pergi dari sini!” Tanpa sempat aku mendengar jawaban Daphne, dia menarik tanganku. Sesekali dia menoleh ke belakang. Mungkin untuk memastikan tidak ada yang mengikuti kami. Kalau sudah seperti ini, aku tidak tahu harus bagaimana selain mengikutinya. “Satu lagi! Biasakan untuk memanggilku Lexa, dan namamu Sam,” imbuh Daphne. Aku mengangguk. Tentu saja aku masih mengingat panggilan kami untuk sementara. Napasku memburu kala Daphne menarik tanganku dengan cepat. Di saat seperti ini, aku mengetahui jika perbedaan kekuatan kami begitu signifikan. Kece[atan Daphne tak main-main. Aku tahu jika dia sedang menahan diri, mungkin untuk mengimbangiku. Sebagai kelahiran werewolf, aku memang memiliki kecepatan yang lebih ketimbang manusia. Namun, hal itu bukan sebuah patokan jika lariku teramat cepat. Ada banyak perbedaan kecepatan di antara vampire dan werewolf. Salah satunya ini. Daphne bisa berpindah dalam hitungan detik, sedangkan aku butuh m
“Kita bisa menginap di sini, Dav!” Lagi-lagi, dia berucap riang. Kakiku terasa lemas. Lelah akibat pelarian yang menguras tenaga baru terasa, kala tempat yang ditunjuk Daphne adalah tempat yang kukenal. Penginapa itu adalah penginapan yang aku dan paman datangi. Dan jarak antara penginapan itu dengan tempat yang kami tinggalkan, tidak terlalu jauh. Jangan bilang kalau Daphne buta arah! Kalau iya, aku ingin mencekiknya. “Kau yakin? Bukankah kau tadi mengatakan kita harus memakai nama baru?” Aku menatapnya. Entah karena apa, dia memalingkan muka begitu matanya menatapku. Memangnya ada apa? Mataku tidak mengeluarkan kekuatan untuk membunuh, kan? Ke mana keberanian yang selama ini dia banggakan padaku? “A ... ya! Aku lupa, Sam. Dan ... memang tempat inilah yang akan kita jadikan tempat menginap. Tenang saja. Ini namanya ponsel pintar,” ujarnya sambil menunjukkan kotak yang bercahaya padaku. “Dan ini namanya dompet. Ada
“Ini adalah air mataku,” jawab Daphne. Aku tercengang. Air mata?“Air mata apa yang berwarna merah jambu seperti itu, Daph? Kau jangan mengajakku bergurau!?” tukasku. Daphne itu seirang vampire. Mana ada vampire yang mengeluarkan air mata. Berwarna merah jambu, pula! Menurutku ini sebuah hal yang konyol. “Lagi pula, kau itu tidak menangis, kan?” lanjutku.Untuk seketika, raut wajah Daphne tidak nyaman kulihat. Oh ... apa aku salah bicara? Bukankah apa yang aku katakan itu memang benar adanya? Vampire tidak menangis, dan mereka tidak punya air mata sama sekali. Memangnya aku harus berkata apa lagi?“Kau ini pria yang tak punya perasaan, ya!?” Daphne melempar sebuah bantal padaku. Aku menghindar, dan lagi-lagi menatapku dengan tatapan tajam. Aneh!“Tentu saja aku punya perasaan, Daph! Memang kau pikir untuk apa aku masih menemanimu di
“Daph, apa kita sudah berada jauh dari tempat yang terbakar itu?” tanyaku. Jika menghitung dari waktu dan kecepatan kami, tentu tempatnya sudah bermil-mil jauhnya.“Tentu saja! Kau pikir berapa lama kita pergi dengan kecepatan seperti itu? Tidak mungkin kau tidak merasakannya, kan?” Awalnya Daphne sudah berbaring membelakangiku. Namun, begitu aku bertanya dia kembali terduduk dan menjawab.“Kau mungkin benar, Daph. Tapi aku masih mengingat lokasi ini dengan pasti. Di penginapan ini dan tempat yang kau bakar hanya berjarak lima belas menit. Itu pun kita duduk di dalam alat itu. sedangkan kecepatan lari kita lebih dari kecepatan benda itu.”“Namanya mobil, Dav! Mobil! Kau harus ingat dengan baik.”“Iya, mobil. Dan aku baru menyadari kita tadi hanya berputar-putar sampai pusing, Daph!” Daphne memandangku tanpa berkedip, seolah aku ini baru mela
Kupandangi wajah frustrasi milik Daphne, yang terlihat mengenaskan di mataku. Dia menyedihkan, tetapi aku tidak bisa menghujatnya. Sudah cukup dai terpuruk dan aku tidak boleh menambahinya. Bagaimanapun juga, aku mengerti rasanya. Dia butuh ditemani, dibesarkan hatinya, dan dihibur. Cukup dia yang melakukan hal buruk padaku. Aku, jangan sampai. Daphne mungkin buruk sejak pertemuan pertama kami, tetapi bukan berarti aku harus membalasnya, kan? Yah ... meski aku pernah memiliki keinginan itu. “Kalau saja melihat petunjuk di ponsel pintarku, tentu hal ini tidak akan terjadi, ya? Kita bisa menyewa penginapan yang lebih jauh. Jika begini, rasanya sia-sia aku memberikan darahku untukmu. Sia-sia saja jika akhirnya kita berada di dekat mereka.” Daphne masih saja mengeluh tentang ini. Aku tidak tahu harus menghiburnya dengan apa. Selama ini, aku tidak memiliki kemampuan untuk berdekatan dengan wanita. “Kau jangan diam saja, Dav! Ayo bantu aku!?” Aku mendesah lelah. Aku bertanya, salah. Mela
“Daph, kita bisa melakukan semua hal yang kau katakan. Tapi untuk saat ini, sebaiknya kita tidur terlebih dahulu,” ucapku. Rasa penasaran yang sudah hilang membuat kantukku datang. Apalagi, aku seperti mendapat suntikan semangat, lalu diambil kembali secara paksa begitu saja. Kalau saja dia tahu kelelahanku, dia pasti menghinaku lagi.“Tapi, Dav. Aku masih belum bisa tenang. Kita berada tak jauh dari mereka. Apa sebaiknya kita pergi dan mencari tempat yang baru untuk bersembunyi? Kau tahu, aku banyak mengetahui penginapan di sekitar sini.”Ingin rasanya aku berteriak padanya. Mengumpat dan menghina betapa dia tidak berguna. Namun, tentu itu hanya bisa kutahan dalam hari. Dia tak pantas mendapatkan di situasi seperti sekarang.Daphne mungkin memiliki kekurangan karena sifatnya yang sedikit pelupa. Aku sendiri masih ragu atas apa yang dikatakannya, setelah kami merasa berlari cukup jauh padahal tida
Aku terdiam dan tak ingin menjawab. Sisa ayam yang tidak kuhabiskan, teronggok begitu saja di meja. Juga dengan minuman yang tadi. Aku takut, jika yang datang itu adalah mereka yang lagi-lagi mencari keonaran. Untuk kali ini, aku tak ingin tinggal diam.Daphne mungkin bisa membakar habis tempat tinggal Mom, lalu meninggalkannya dan menghapus jejak kami. Namun, hal itu tidak bisa dilakukan di sini. Ini adalah penginapan milik orang lain, yang pasti juga akan memiliki banyak orang di dalamnya. Akan ada banyak korban jiwa yang jatuh.“Daph, aku tahu kau di dalam! Kalau kau tidur, kupastikan telingamu akan putus!” Wanita di luar sana terus mengatakan ancaman pada Daphne. Sebenarnya siapa dia? Suaranya begitu asing, tetapi nadanya terdengar begitu mengenal Daphne.Aku ingin membangunkan adikku itu, tetapi tidak tahu apakah hal itu akan mengganggunya atau tidak.“Dav, bukakan pintu untuk
“Hey! Kau tak melupakanku, Dav?” Sayup kudengar suara pria. Aku mengenalinya, tetapi lupa siapa pemiliknya.Ah, lagi-lagi aku terdampar di tempat antah berantah yang tak kuketahui letaknya di mana.“Kita memiliki nama yang sama, ingat?”Aku mencoba mencari sumber suara, dan menoleh ke kiri. Sudah kuduga, ternyata paman yang bernama sama ini memanggilku lagi. Ah, rasa-rasanya orang ini suka sekali memanggilku akhir-akhir ini.“Tentu saja aku masih sangat ingat dengamu, Paman! Kau pikir ingatanku sependek itu, bahkan hanya untuk sekadar mengingatmu?” Aku bertanya dengan nada ketus. Baru saja aku tenang tidur di pelukan Mom, kini orang ini sudah mulai menghantuiku lagi. Kukatakan menghantui, karena orang ini datang seperti hantu saja. Lagi pula, bukankah beliau juga sudah meninggal?Dasar! Sudah meninggal masih menyusahkan yang hidup saja.
“Kalau kau memilih, kau tidak bisa menarik kembali apa yang telah disepakati. Pertukaran yang telah terjadi, akan mengambil yang diserahkan. Kau tidak akan bisa mundur, Dav. Jadi pikirkan baik-baik apa yang akan kau korbankan,” ucapnya lagi. Paman Davian terdengar seperti menekankan dengan jelas apa yang harus kupilih.Aku memang belum lama menikmati hidup, tetapi kurasa semua itu sudah cukup. “Aku benar-benar akan menyerahkan nyawaku jika bisa memastikan Arthur menghilang selamanya. Kalau perlu, dia tak perlu reingkarnasi kembali,” putusku. Setidaknya itu setimpal.Orang tuaku sudah pernah berusaha untuk menyingkirkannya, tetapi tidak disangka dia seolah bangkit dari kematian dan menghancurkan semuanya. Jika dia benar-benar dimusnahkan, aku serius untuk memberikan nyawaku untuk itu. Bagaimanapun juga, aku sudah tidak memiliki siapa pun.“Pikirkan lagi, Dav. Kau tidak bisa memutuskannya dengan cepat. Ingat, kau hidup masih hanya belasan tahun. Kau bisa hidup lebih lama lagi. Kau bisa
“Aku harusnya berterima kasih kepada kalian sebelum mencabut nyawa kalian, kan?”Aku mendengar suara Arthur yang berat. Terdengar menyeramkan dan ….“Aku meminta maaf atas kesalahanku, Dav. Tidak seharusnya aku menyelamatkannya, dan membuat keadaan seperti ini,” ujar Aline dengan lirih. Dia terbaring di sampingku, dengan keadaan telentang dan tangan kaki yanga terikat. Sedangkan aku, langsung dengan posisi menyamping menghadapnya. Mungkin Arthur kesulitan membuat posisiku telentang dengan tubuh serigalaku.Suasana yang gelas, membuatku sedikit takut. Ada beberapa titik obor yang tidak berpindah. Mungkin tidak dipegang oleh makhluk, tetapi ditancapkan di tanah. Arthur yang masih bertubuh setengah serigalanya berdiri menantang seperti tidak mengalami perang sebelumnya. Berbeda dengan aku dan Aline yang sudah terlihat mengenaskan. Bulu serigala Devan sudah memiliki banyak bercak darah, dan luk
“Kau hanya tikus kecil yang tidak tahu apa-apa, Bocah!” ucap Arthur. Dia menangkap pergerakan Aline dan mencekik lehernya. Setelah itu, pergerakan Aline benar-benar dilumpuhkan. Aku terkejut, tak menyangka jika Aline bisa dikalahkan semudah itu.Aku tidak bisa tinggal diam. Tangan kecil Aline berusaha untuk melepaskan cekikan Arthur padanya. Namun, pergerakan itu sama sekali tidak membuahkan apa pun. Aline justru terdengar merintih kecil. Mungkin, dia merasa sangat kepayahan akibat cekalan Arthur yang begitu kuat.Aku tahu, Aline telah melakukan hal yang tidak kusukai, atau malah lebih ke menghancurkan hidupku. Akan tetapi, jika kupikir lagi itu bukan muri kesalahannya. Dia tidak tahu siapa yang ditolong, dan apa yang telah diperbuat oleh orang yang terlihat menyedihkan. Aline, dia hanya memiliki sifat empati lebih banyak dari sebangsanya.Hanya saja aku tidak tahu, kenapa aku harus disandingkan dengn vampire sepertinya, dan bukan dengan sesame werewolf seperti yang lain.“Kau ingin m
Ada sebuah hal yang membuatku ingin menerkam tubuh wanita itu. Selain menerkamnya, mencabik tentu adalah hal terbaik begitu hal itu dilakukan. Dorongan itu begitu kuat, seiring perubahan yang lebih banyak lagi di tubuhku. Aline, wanita yang baru kutemui tidak sampai sehari, begitu membuat hidupku jungkir balik dalam sekejap.Akan tetapi, andai semua dorongan itu kulaksanakan, bagaimana rasanya, ya?Aku berusaha menahannya. Bagaimanapun juga, Aline bukan seseorang yang pantas untuk diperlakukan seperti itu. Singkatnya hubungan kami bukan sesuatu hal yang patut dijadikan alasan. Dia adalah pasanganku, dan tentu tidak akan mudah untuk mengabaikan hal besar seperti itu.“Percayalah, aku tidak melakukannya secara sengaja, Dav. Aku benar-benar tidak tahu kalau dia adalah semua akar permasalahan yang besar. Aku pun tidak menyangka jika dia akan memperburuk suasana hingga sampai sejauh ini.” Aline berucap lirih. Sia
Untuk sesaat, aku tertegun. Fakta yang terdengar sepele—mungkin untuk sebagian orang tentunya, tetapi tidak denganku. Arthur adalah sumber dari segala hal yang menyiksaku. Dia membuatku terpisah dengan ibu sejak keil, membuat ayah dibenci ibu, dan membuat keluargaku meregang nyawa. Kalau saja dia tidak ada, tentu aku tidak akan mengalami itu semua. Ah, aku lupa. Paman Davian juga tidak ada karena dia, kan? Kalau memang begitu kenyataannya, kenapa harus aku yang menjadi pasangan dari Aline? Bukankah secara tidak langsung dia yang menyebabkan aku berpisah dengan keluargaku? “Al ...,” ucapku lirih. Tubuhku terasa lemas, seolah semua tulang penyangganya kehilangan kekuatan. Tak hanya itu, napas juga semakin memburu dengan jantung berdebar kencang. “Dav ... maksudku bukan begitu. Aku ... aku hanya ... tidak tahu dia siapa ....” Aline membalasnya. Jika dia menjawab seperti itu, bukankah itu
Arthur tertawa sambil menghindari serangan-serangan yang Aline berikan padanya.“Aku tak akan membiarkanmu hidup dengan tenang, Art! Kau bedebah busuk yang hidup tidka lama lagi, sama sekali tidak berhak untuk mengatakan hal itu padanya!” maki Aline. Ada yang janggal dari setiap serangannya. Dia terlihat kacau dengan sekejap hanya dari beberapa kata yang diucapkan Arthur. Bukankah sebelumnya Aline masih baik-baik saja, tidak mengalami lonjakan emosi seperti itu?Untuk sekilas, mungkin tidak akan ada yang memahami pola serangan Aline. Terlihat biasa, dan sama sekali tidak akan kentara jika dia menyembunyikan banyak hal. Namun, aku menyadari bahwa ada sesuatu yang salah. Tidak seharusnya Aline bertempur dengan cara seperti itu. Tidak! Aku harus menghentikannya sebelum terlambat.“Al, mundurlah untuk sejenak! Control dulu emosimu, lalu kita kembali menyerangnya seperti tadi,” ucapku. Ah, sebenarnya a
Sayangnya, semua tidak seperti yang kubayangkan. Aline memang hebat, tetapi bukan berarti dia sanggup mengalahkan Arthur dengan begitu mudahnya. Kami yang bertarung mati-matian berdua arus berusaha lebih keras. Mungkin karena keterikatan kami pulalah, sebuah Kerjasama yang mendadak bisa tercipta. Kami tidak pernah berlatih bersama. Akan tetapi, serangan yang dilakukan benar-benar bisa membentuk harmoni. Tubuh ini juga seperti sudah terlatih untuk bertarung bersama belahan jiwanya.Ah, hubungan dan ikatan yang rumit.Aku pun sampai saat ini tidak mengerti tentang hubungan seperti itu. Dalam hal itu juga, hubungan antara kedua orang tuaku. Di antara mereka yang terikat, ada hubungan masa lalu dengan Paman Davian dan tidak bisa kufahami. Mau bagaimana agi, dari keduanya juga tidak ada yang mau menjelaskan secar ajelas padaku.“Dav, harus kukatakan padamu kalau sampai Arthur tidak bisa dikalahkan, maka aku akan hidup d
Aku takt ahu kenapa Arthur begitu amat terobsesi pada Delta. Tidak ada sesuatu yang membuatku meragukan itu. Justru ,aku sangat yakin jika dia memang menargetkan Delta yang ada di muka bumi ini.“Waw! Dia kuat juga, ya? Padahal tadi aku sangat yakin kalau dia sudah kupukul dengan sekuat tenaga,” ujar Aline. Dia mengatakannya dengan santai, seolah lawan yang kami hadapi bukan siapa-siapa.Aku merasa yakin jika bisa mengalahkan Arthur. Hanya saja, tidak se-optimis Aline. Dia seperti memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Baiklah! Dia mungkin sudah menumbangkan Arthur. Namun, bukan berarti dia adalah seseorang kemarin sore yang baru muncul dan bisa diseret sewaktu-waktu untuk dihabisi.Dari semua hal, berpikir bahwa wanita vampire itu—yang mengaku sebagai pasanganku, adalah orang yang lebih tua dariku adalah sesuatu yang mengerikan. Vampire bisa memiliki umur panjang tanpa menua sekalipun. Dan aku, entah kenapa merasa jika pemikiran itu sedikit … menyesakkan.Sebagai pria, harusnya aku y
“Kau pikir aku akan mati semudah itu!?” Aku terjungkal karena tidak terbiasa mendengar suara lantang yang seperti itu. Setelah kabut debu mereda, mereka mulai terlihat sedikit demi sedikit. Dan, hal yang membuatku terkejut untuk setelahnya adalah wanita itu—yang mengaku sebagai pasanganku, berdiri dengan tegak dan jubah yang sudah tidak lagi dipakai. Sedangkan Arthur, werewolf tua itu sudah terjungkang di tanah. Sungguh di luar dugaan! Aku yang sudah melawannya hingga sampai lelah, tidak bisa membuatnya terjungkang seperti itu. Aku ingin tahu seberapa kuat wanita itu, dan bagaimana cara dia melawan Arthur. Ah ... andai aku memiliki penglihatan yang tajam dan bisa menembus pekatnya kabut debu itu, pasti pertandingan yang seru tak akan terlewatkan. “Jujur saja, Mate, aku tadi sempat berpikir untuk menghabisi diriku sendiri saat berpikir kau tiada,” ujarku mengatakan apa yang telah kupikirkan tentangnya.