hay... bagaimana??
“Kita bisa menginap di sini, Dav!” Lagi-lagi, dia berucap riang. Kakiku terasa lemas. Lelah akibat pelarian yang menguras tenaga baru terasa, kala tempat yang ditunjuk Daphne adalah tempat yang kukenal. Penginapa itu adalah penginapan yang aku dan paman datangi. Dan jarak antara penginapan itu dengan tempat yang kami tinggalkan, tidak terlalu jauh. Jangan bilang kalau Daphne buta arah! Kalau iya, aku ingin mencekiknya. “Kau yakin? Bukankah kau tadi mengatakan kita harus memakai nama baru?” Aku menatapnya. Entah karena apa, dia memalingkan muka begitu matanya menatapku. Memangnya ada apa? Mataku tidak mengeluarkan kekuatan untuk membunuh, kan? Ke mana keberanian yang selama ini dia banggakan padaku? “A ... ya! Aku lupa, Sam. Dan ... memang tempat inilah yang akan kita jadikan tempat menginap. Tenang saja. Ini namanya ponsel pintar,” ujarnya sambil menunjukkan kotak yang bercahaya padaku. “Dan ini namanya dompet. Ada
“Ini adalah air mataku,” jawab Daphne. Aku tercengang. Air mata?“Air mata apa yang berwarna merah jambu seperti itu, Daph? Kau jangan mengajakku bergurau!?” tukasku. Daphne itu seirang vampire. Mana ada vampire yang mengeluarkan air mata. Berwarna merah jambu, pula! Menurutku ini sebuah hal yang konyol. “Lagi pula, kau itu tidak menangis, kan?” lanjutku.Untuk seketika, raut wajah Daphne tidak nyaman kulihat. Oh ... apa aku salah bicara? Bukankah apa yang aku katakan itu memang benar adanya? Vampire tidak menangis, dan mereka tidak punya air mata sama sekali. Memangnya aku harus berkata apa lagi?“Kau ini pria yang tak punya perasaan, ya!?” Daphne melempar sebuah bantal padaku. Aku menghindar, dan lagi-lagi menatapku dengan tatapan tajam. Aneh!“Tentu saja aku punya perasaan, Daph! Memang kau pikir untuk apa aku masih menemanimu di
“Daph, apa kita sudah berada jauh dari tempat yang terbakar itu?” tanyaku. Jika menghitung dari waktu dan kecepatan kami, tentu tempatnya sudah bermil-mil jauhnya.“Tentu saja! Kau pikir berapa lama kita pergi dengan kecepatan seperti itu? Tidak mungkin kau tidak merasakannya, kan?” Awalnya Daphne sudah berbaring membelakangiku. Namun, begitu aku bertanya dia kembali terduduk dan menjawab.“Kau mungkin benar, Daph. Tapi aku masih mengingat lokasi ini dengan pasti. Di penginapan ini dan tempat yang kau bakar hanya berjarak lima belas menit. Itu pun kita duduk di dalam alat itu. sedangkan kecepatan lari kita lebih dari kecepatan benda itu.”“Namanya mobil, Dav! Mobil! Kau harus ingat dengan baik.”“Iya, mobil. Dan aku baru menyadari kita tadi hanya berputar-putar sampai pusing, Daph!” Daphne memandangku tanpa berkedip, seolah aku ini baru mela
Kupandangi wajah frustrasi milik Daphne, yang terlihat mengenaskan di mataku. Dia menyedihkan, tetapi aku tidak bisa menghujatnya. Sudah cukup dai terpuruk dan aku tidak boleh menambahinya. Bagaimanapun juga, aku mengerti rasanya. Dia butuh ditemani, dibesarkan hatinya, dan dihibur. Cukup dia yang melakukan hal buruk padaku. Aku, jangan sampai. Daphne mungkin buruk sejak pertemuan pertama kami, tetapi bukan berarti aku harus membalasnya, kan? Yah ... meski aku pernah memiliki keinginan itu. “Kalau saja melihat petunjuk di ponsel pintarku, tentu hal ini tidak akan terjadi, ya? Kita bisa menyewa penginapan yang lebih jauh. Jika begini, rasanya sia-sia aku memberikan darahku untukmu. Sia-sia saja jika akhirnya kita berada di dekat mereka.” Daphne masih saja mengeluh tentang ini. Aku tidak tahu harus menghiburnya dengan apa. Selama ini, aku tidak memiliki kemampuan untuk berdekatan dengan wanita. “Kau jangan diam saja, Dav! Ayo bantu aku!?” Aku mendesah lelah. Aku bertanya, salah. Mela
“Daph, kita bisa melakukan semua hal yang kau katakan. Tapi untuk saat ini, sebaiknya kita tidur terlebih dahulu,” ucapku. Rasa penasaran yang sudah hilang membuat kantukku datang. Apalagi, aku seperti mendapat suntikan semangat, lalu diambil kembali secara paksa begitu saja. Kalau saja dia tahu kelelahanku, dia pasti menghinaku lagi.“Tapi, Dav. Aku masih belum bisa tenang. Kita berada tak jauh dari mereka. Apa sebaiknya kita pergi dan mencari tempat yang baru untuk bersembunyi? Kau tahu, aku banyak mengetahui penginapan di sekitar sini.”Ingin rasanya aku berteriak padanya. Mengumpat dan menghina betapa dia tidak berguna. Namun, tentu itu hanya bisa kutahan dalam hari. Dia tak pantas mendapatkan di situasi seperti sekarang.Daphne mungkin memiliki kekurangan karena sifatnya yang sedikit pelupa. Aku sendiri masih ragu atas apa yang dikatakannya, setelah kami merasa berlari cukup jauh padahal tida
Aku terdiam dan tak ingin menjawab. Sisa ayam yang tidak kuhabiskan, teronggok begitu saja di meja. Juga dengan minuman yang tadi. Aku takut, jika yang datang itu adalah mereka yang lagi-lagi mencari keonaran. Untuk kali ini, aku tak ingin tinggal diam.Daphne mungkin bisa membakar habis tempat tinggal Mom, lalu meninggalkannya dan menghapus jejak kami. Namun, hal itu tidak bisa dilakukan di sini. Ini adalah penginapan milik orang lain, yang pasti juga akan memiliki banyak orang di dalamnya. Akan ada banyak korban jiwa yang jatuh.“Daph, aku tahu kau di dalam! Kalau kau tidur, kupastikan telingamu akan putus!” Wanita di luar sana terus mengatakan ancaman pada Daphne. Sebenarnya siapa dia? Suaranya begitu asing, tetapi nadanya terdengar begitu mengenal Daphne.Aku ingin membangunkan adikku itu, tetapi tidak tahu apakah hal itu akan mengganggunya atau tidak.“Dav, bukakan pintu untuk
“Hey! Kau tak melupakanku, Dav?” Sayup kudengar suara pria. Aku mengenalinya, tetapi lupa siapa pemiliknya.Ah, lagi-lagi aku terdampar di tempat antah berantah yang tak kuketahui letaknya di mana.“Kita memiliki nama yang sama, ingat?”Aku mencoba mencari sumber suara, dan menoleh ke kiri. Sudah kuduga, ternyata paman yang bernama sama ini memanggilku lagi. Ah, rasa-rasanya orang ini suka sekali memanggilku akhir-akhir ini.“Tentu saja aku masih sangat ingat dengamu, Paman! Kau pikir ingatanku sependek itu, bahkan hanya untuk sekadar mengingatmu?” Aku bertanya dengan nada ketus. Baru saja aku tenang tidur di pelukan Mom, kini orang ini sudah mulai menghantuiku lagi. Kukatakan menghantui, karena orang ini datang seperti hantu saja. Lagi pula, bukankah beliau juga sudah meninggal?Dasar! Sudah meninggal masih menyusahkan yang hidup saja.
“Kau mengatakannya dengan gampang seolah sudah dewasa, Dav!” ujarnya. Paman Davian langsung membungkuk dan menatapku dari dekat, lalu melanjutkan, “Kau masih terlalu kecil untuk membahasnya, Nak!” “Aku sudah dewasa, Paman! Jangan panggil aku seperti itu! itu merusak harga diriku!” “Kau memang masih kecil, Dav! Tanya saja pada ibumu.” Dia terbahak, dan aku tak tahu harus berkata apa. Jika sudah menyangkut ibuku, tak banyak yang bisa dilakukan. Seperti ucapan beliau sebelum aku tertidur. Bukankah beliau mengatakan aku selalu menjadi putra kecilnya? Ah ... ucapan ini seperti kutukan untukku. “Kau tak akan bisa melawan takdir, Dav! Lunar sudah mengorbankan banyak hal untuk hidupmu. Karena itu, kau jangan mengecewakannya sedikitpun. Kau tahu kau orang yang bertanggung jawab, tetapi tidak ada salahnya meletakkan semua hal di atas keluarga. Dahulukan keluargamu.” “Tapi, Paman, kau tahu jika aku sudah jauh dari ibuku sejak masi bayi.” “Dia melakukannya untukmu, Dav. Biar kutunjukkan!” S