Share

21. Cita-cita

Penulis: Lina Hakim
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Di dalam kelas suasana tetap sama Anak-anak sd mulai masuk dan duduk di bangkunya masing-masing. Delia melangkah menuju ke kelas, Ayuna yang melihat lantas berlari dan menemui teman sebangkunya itu.

“Delia gimana udah sembuh?” Delia hanya menggaguk ia lantas duduk di samping Ayuna yang tersenyum lega mendengarnya.

Ayuna tak henti mengusap dahi Delia memastikan jika ia memang benar-benar sembuh, Delia hanya tersenyum menatap wajah temannya yang lucu.

Gadis kecil itu menatap sekeliling dan tampak Damar belum terlihat batang hidungnya, ia lantas menunggu Damar di depan kelas. Ayuna begitu sebal karena Delia tak menghiraukannya dan lebih peduli pada Damar.

“Ayuna sini.” Panggil Delia agar Ayuna mau duduk di sampingnya.

Mereka berdua saling bercanda bersama, Ayuna sangat suka bercerita yang membuat Delia kebingungan untuk mendengarkan semua keluh kesahnya. Tamp

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   22. Genting

    “Ibu kenapa?” Ibunya yang cemas lalu menyuruh Delia agar cepat-cepat mengganti pakaian.Delia segera pergi ke kamar ia melihat sekeliling rumah tampak ramai dengan saudara Ibunya yang berkunjung. Wajah mereka begitu sendu gadis kecil itu sangat penasaran dengan situasi saat ini. Namun ia berusaha mengikuti perintah Ibunya lantas bergegas pergi ke kamar untuk mengganti pakaian.Ibunya terlihat begitu cemas ia terus saja mondar-mandir seperti menunggu seseorang. Ponsel di tangan ia genggam begitu erat dan sesekali mengecek pesan masuk entah apa yang di pikirkannya saat ini.Suasana di dalam rumah cukup genting Delia segera di bawa Ibunya untuk masuk ke dalam mobil. Delia berusaha bertanya namun Ibunya tetap saja diam seribu kata gadis kecil itu tak enak hati. “Delia nanti sama Tante ya?” Ujar ibunya yang sedang fokus menyetir.Delia menuruti apa yang di perintahkan oleh Ib

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   23. Kebohongan

    Mentari mulai terbit menampakan sinar cerah berwarna kuning di langit. Namun samar-samar terdengar suara parau keributan di ruang tamu. Terlihat Bibi Susi yang tertunduk lesu duduk di atas lantai yang dingin. Wajahnya menampakan ketakutan bibirnya kelu tak ada kata yang mampu di ucap sedikit pun. Seluruh badannya bergetar Bibi Susi memohon maaf atas kelalaian yang sudah ia lakukan. Dan mengakibatkan guci mahal milik Ibu Delia raib tak tersisa.Bibi Susi duduk bersimpuh dengan kedua tangan memegang erat kaki Ibu Delia yang tampak tak menyangka. “Maaf Mba Saya teledor” Ucap Bibi Susi dengan rasa amat bersalah. Air matanya terus mengalir membasahi pipi hingga membuat wajahnya tampak pucat.“Udah Bi, ayo berdiri! Bibi kok bisa kenal sama orang itu gimana ceritanya?” Ibu Delia lantas menyuruh Bibi Susi untuk berdiri. Ia meminta penjelasan pada asisten rumah tangganya itu karena ibu Delia sudah mengenal Bibi Sus

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   24. Belajar Bersama

    “Gimana jadi kan?” Delia melirik ke samping matanya tertuju pada Ayuna yang sedang menikmati bekal telor puyuh yang terlihat lezat, bersama mi goreng kecap masakan spesial dari ibunya.Gadis kecil itu dengan lahap menguyah satu persatu telur dan tak memedulikan perkataan Delia yang sedari tadi bertanya padanya. Dengan wajah cemberut Delia hanya geleng-geleng kepala melihat Ayuna teman bangkunya itu.Ayuna tersenyum bibirnya merekah ia senang bisa membuat Delia kesal. “Ih gimana sih Ayuna masa Aku dari tadi di cuekin?” Gerutu Delia memanyunkan bibir kecilnya dan wajah bulatnya tampak lucu.“Iya…iya maaf deh! Aku denger kok Del. Oke berarti habis pulang sekolah ya? Kita belajar bersamanya?” Tanya Ayuna seraya mencubit ke dua pipi Delia yang tembeb seperti bakpao berwarna merah muda.“Gitu dong nanti ajak siapa ya? masa cuma berdua aja sih!” Delia b

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   25. Bukit Tepi Laut

    Delia terus mengayuh sepeda, raut wajahnya masih begitu syok dengan apa yang baru ia lihat tadi. Bagaimana bisa di siang bolong bertemu hantu sungguh apes nasibnya hari ini batinnya dalam hati. Keringat di dahi terus saja menetes membasahi wajah bulatnya yang tampak lelah. Semilir angin laut terdengar syahdu dan terlihat pohon kelapa yang berjajar rapih di sepanjang jalan. Delia tersenyum ramah pada ibu-ibu yang sedang memunguti kelapa jatuh untuk di jual.“Baru pulang sekolah?” Ucap seorang ibu yang menyapa Delia dari kejauhan.“Iya Bu.”Delia lantas menyapa balik lalu bergegas pergi untuk pulang ke Rumah. Bunyi suara perut mulai terdengar ia begitu lapar bibirnya sampai kering karena menahan haus sedari tadi. Dengan sisa tenaganya Delia berusaha mengayuh sepeda walau kakinya terasa keram karena kelelahan. Sesampainya di Rumah langsung di sambut Bibi Susi yang terheran-heran, penampilan gadis kec

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   26 Awal Pertama Bertemu

    “Kita ujian kelulusan tinggal berapa bulan lagi ya?” Ayuna menoleh pada ketiga temannya yang sedang fokus membaca buku masing-masing.“Empat bulan lagi kayanya deh emang kenapa Yun?” Balas Damar menatap Ayuna yang mengaguk senang.“Ngga papa sih cuma seneng aja ngga nyangka ya? cepet banget rasanya. Inget gak sih dulu pas Kita baru pertama kali masuk sd?Ada satu kejadian yang terlintas dalam kepala, Ayuna ingin sekali bernostalgia dengan mengulang kembali kenangan indah di masa lalu. Ia amat teringat awal pertama masuk ke sekolah dasar di mana ketika itu tak ada satu pun orang yang ia kenal dulu. Ayuna hanya terpaku menatap teman-temannya yang begitu asing. Namun tiba-tiba ia di hampiri Delia dengan ramah memperkenalkan diri dan akhirnya menjadi teman bangkunya sampai saat ini.“Wah jadi kangen, dulu Aku pertama kali ketemu Damar waktu Tk. Terus Damar pindah, eh w

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   27. Mendung

    Beberapa bulan kemudianGadis kecil itu tengah asyik bermain percikan air yang jatuh dari genteng. Buliran-buliran air membasahi seluruh tubuh tak ada rasa takut sedikit pun walau hujan turun lumayan lebat. Wajah cemas dari dalam rumah memperingati anak itu agar segera masuk ke dalam. Sosok wanita tua memakai jaket tebal wajahnya keriput ia sudah tak sanggup untuk jalan karena kakinya sudah tak lagi kuat untuk menopang.“Bentar lagi ya Nek pliss?.”Gadis kecil itu memohon dengan melipat kedua tangannya ia nampakan wajah sendu untuk menjelaskan jika hujan ini sangat menyenangkan. Sontak membuat wanita tua itu terhanyut dengan wajah cucunya yang memelas. Ia hanya tersenyum sembari menggeleng-gelengkan kepala dengan tingkah lucu cucunya.“Iya tapi jangan lama-lama ya? Takut sakit nanti.” Tutur Neneknya memperingati karena tak ingin jika cucunya terkena sakit.

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   28. Pasar Pagi

    Suara ketukan pintu mengejutkan Mama Damar yang sedang menyuapi makan Gistara di ruang keluarga. Ia bergegas melangkah tuk membukakan pintu, sebelumnya tak pernah satu orang pun yang berkunjung kerumahnya hal ini membuat ia bertanya-nya. “Siapa orang yang berkunjung pada saat ini? Apalagi di luar hujan begitu lebat.” Batinnya dalam hati.Ada rasa cemas untuk melangkah ke depan wanita itu mengendap-endap membuka korden dan terlihat celah kecil. Ia penasaran karena tak ada siapa pun di luar sana hanya kesepian yang terlihat bersamaan suara rintikn hujan yang bersahutan. Mama Damar mencoba membuka pintu ia menatap ke sekeliling rumah. Memberanikan diri untuk melangkah tetapi tiba-tiba ia terkejut kakinya seperti menginjak sesuatu.Ada sesuatu yang terbungkus dalam kresek hitam dengan segera Mama Damar meraih benda itu. Ia mulai membuka dengan hati-hati, matanya terbelalak melihat sebuah boneka Barbie cantik yang tertulis uc

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   29. Kejadian Tadi Pagi

    Suara seseorang memanggil dari kejauhan mengengejutkannya. Membuat laki-laki itu lantas menoleh dan berlari pergi. Ternyata ada teman kelasnya yang memergoki, ia menyuruh untuk segera berangkat sekolah. Karena ia sudah tak pernah masuk sekitar satu mingguan. Laki-laki itu biasa di panggil Hendri seorang remaja yang beranjak dewasa, setelah ayahnya meninggal ia menjadi tulang punggung keluarga. Sejak saat itulah Hendri mencari segala cara agar bisa mendapatkan uang walau hal itu dapat merugikan orang lain.Ia nekat menjabret Ibu-ibu di Pasar Pagi yang notabene tak hati-hati ketika berbelanja. Karena terlalu asyik melihat barang dan diskon yang di berikan para pedagang sebagai penarik agar dagangannya laris. Seperti yang di lakukan Bibi Susi ia terlalu fokus membaca brosur diskon sampai lupa jika dompetnya hilang di jambret. Hendri terhenti pada rumah berdinding kayu, suasana tempat tinggalnya begitu kumuh banyak lalat berterbangan di mana-mana. Karena sebag

Bab terbaru

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   54. Cemburu

    Sinar rembulan begitu terang menyorot permukaan air laut yang tampak bergelombang, suara tawa terus terdengar bersamaan serangga malam yang ikut bergeming. Wajah dua sosok manusia yang saling menatap seraya tersenyum menikmati hamparan laut yang begitu tenang. Sesekali mereka bersenda gurau untuk memecah keheningan malam yang tak terasa mulai larut. Delia mengecek jam yang pada ponsel genggamnya tampak waktu menunjuk sepuluh malam. Namun suasana laut masih begitu ramai, banyak orang berlalu lalang untuk sekedar bersantai sembari menikmati indahnya bintang-bintang di langit.“Gimana Kamu jadi cari model untuk promosiin baju kamu?” Ucap Romi dengan menatap lama mata Delia yang tampak bersinar terkena cahaya rembulan.Delia terdiam sebentar dia masih asyik sendiri tatkala bola matanya menyorot ke ujung hamparan air laut yang tampak tenang. Bibirnya sedikit tersenyum dengan menggaguk dia berkata “Iya Rom, Tapi…!” D

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   53. Kembali

    “Kring….Kring…”Suara lonceng sepeda terdengar begitu nyaring Ibu Delia menoleh,menatap ke luar kaca dan tampak putri cantiknya yang baru sampai mengantar bunga pesanan dari pelanggan. Wanita itu hanya tersenyum kecil, dengan kelakuan putrinya yang membuatnya cemas.“Ibu… Delia pulang!” Ucap gadis itu dengan begitu riang, lalu segera berlari menuju sang ibu yang terdiam seraya menatap tajam.“Ya ampun Delia! Ke mana aja tadi?”“He he.. Maaf Ibu, tadi Delia istirahat sebentar di Taman, suasananya asyik sih! Jadi kelupaan deh!”“Hmm… Kebiasaan deh Kamu!” Seru Ibunya lalu mencubit lembut pipi sang putri yang memerah.“Iya maaf.. Terus pesanan bunganya gimana Bu?”“Udah dianterin sama karyawan Ibu tadi! Kalau nungguin Kamu dulu, nanti pelanggan p

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   52. Pesanan Bunga

    Keesokan harinya“Ini pesanan bunganya jangan lupa ya? Rumahnya dekat lapangan bola samping taman itu!” Ucap ibunya lalu segera mengemas dengan begitu cantik, sebuah rangkaian bunga mawar merah pesanan seorang pelanggan.“Iya Ibu! Alamatnya sudah di tulis kan ya?”“Sudah sayang! Kamu memangnya gak repot? kalau harus mengantar pesanan sebanyak ini?” Ibunya bertanya pada Delia karena dia tak ingin merepotkan sang putri.“Ngga kok! Delia masih sanggup, nanti kalau susah bawanya Delia kan bisa nganterin satu persatu Bu!” Ucap Delia meyakinkan ibunya, jikalau dia memang tak direpotkan sedikit pun.“Kamu lagi gak sibuk nih? Nanti gimana butik Kamu?”“Ngga Ibu, Delia sengaja mau bantu Ibu! Sudah lama Delia gak ke Toko. Delia senang kok!” Ujar Delia mengagut seraya tersenyum manis pada sang ibu yang t

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   51. Sepi

    Delia termenung menatap suasana yang tak asing baginya, suara desiran laut begitu syahdu. Dengan gelombang air yang nampak tenang, Delia menatap lama matanya tertuju pada jernihnya air yang berwarna hijau kebiruan. Perasannya tampak heran dia seperti tak asing dengan tempat ini sebelumnya. Ada rasa rindu yang terpendam begitu dalam, entah mengapa tiba-tiba air matanya jatuh hingga membasahi pipinya yang merah. Dia teringat akan sahabatnya dulu yang telah lama pergi, entah ke mana tak ada kabar sedikit pun darinya. Kepalanya langsung tertunduk Delia mencoba menahan untuk tidak menangis namun air matanya tak bisa dibendung lagi. Tangisnya begitu pilu hingga membuat dadanya sakit karena menahan napas yang tersengal-sengal. Delia ingin berteriak sekencang mungkin namun suaranya tak bisa keluar seperti tertahan.“Delia” Suara panggilan yang begitu jelas membuat gadis itu terkejut, dia langsung menoleh ke arah belakang dan terlihat sosok laki-laki kecil ya

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   50. 12 tahun kemudian

    12 tahun kemudian“Tok…tok…tok”Suara ketukan pintu di depan terdengar keras Bibi Susi dengan terburu-buru berlari kecil untuk membukakannya. “Iya tunggu sebentar!”Dari kejauhan sosok laki-laki muda sedang berdiri mematung menghadap ke pintu, senyuman kecil nampak terlihat di bibir Bibi Susi yang merah. “Eh Mas Romi! Cari Mba Delia ya?” Romi tersenyum lebar seraya mengangguk tubuhnya semakin tinggi hingga melampaui Bibi Susi. Anak laki-laki itu sudah beranjak dewasa. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, Bibi Susi tak menyangka pertumbuhan anak-anak itu yang amat cepat. Sejak lulus sd Romi selalu bersama Delia, mereka begitu dekat hingga kedua orang tuanya saling mengenal satu sama lain. Romi selalu bersama Delia sejak smp sampai sma mereka berada di sekolahnya yang sama, hanya saja mereka tak berada di satu kelas.“Delia…Ini a

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   49. Ulang Tahun

    Satu bulan kemudian….“Selamat ulang tahun kami ucapkan…Selamat panjang umur Kita kan doakan!” Suara nyanyian ulang tahun menggema hingga ke setiap sudut ruang tamu. Anak-anak itu tampak bahagia penuh senyum sembari mendendangkan sebuah lagu untuk Delia. Namun gadis kecil itu tampak terdiam lesu hanya sesekali tersenyum kecil.“Delia selamat ya?” Ucap Romi lalu memberikan sebuah hadiah yang sudah terbungkus rapih dalam kertas kado berwarna cokelat.Delia tersenyum lalu memanggut menerima hadiah dari Romi, entah hadiah apa yang anak laki-laki itu berikan, Begitu pun dengan Ayuna dan teman-teman lain mereka semua cukup gembira bisa berkumpul bersama kembali. Ada perasaan rindu yang terselip di relung hati terdalamnya, gadis kecil itu mengingkan Damar juga, agar dapat mengucapkan selamat di hari ulang tahunnya saat ini. Namun semua itu tak bisa dia rasakan lagi, karena sejak Damar pergi dia

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   48. Terlepas

    Di atas ranjang tidur sesosok gadis kecil terbaring lemas, wajahnya pucat pasi bibirnya terus bergetar. Dia berkomat-kamit seperti mengatakan sesuatu, tetapi suaranya yang lirih tak begitu terdengar. Sang Ibu hanya menatap dengan penuh sendu kedua tangannya menggengam erat tangan kecil putinya yang tak berdaya. Sudah beberapa jam sang putri tak sadarkan diri karena demam tinggi akibat kelelahan dan tak mau makan seharian. Sang Dokter menyarankan agar ibunya bisa beristirahat, namun wanita itu tetap bersih kukuh untuk menemani putri kecilnya duduk di samping ranjang.“Ibu…ibu...!” Suara lirih gadis kecil itu membuat Ibunya tersadar, lantas segera mengusap lembut rambut putrinya yang berantakan.“Kenapa sayang?” Ucap Ibunya dengan begitu lembut, hatinya sakit melihat kondisi putrinya yang menyedihkan.“Damar mana? Delia pengin ketemu Damar!” Ucap Delia dengan suara parau, air mata

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   47. Pergi

    “Delia ayo ke luar Nak! Makan dulu ya? Nanti Kamu sakit.” Ucap ibunya dengan raut wajah begitu cemas, sejak kemarin sore Delia bertingkah sangat aneh. Dia terus saja terdiam membisu dan tak mau ke luar dari kamar. Ibunya paham pasti Delia baru saja bertemu dengan Damar untuk yang terakhir kalinya. Karena gadis kecil itu masih tak percaya dengan apa yang terjadi kemarin, dia belum siap menghadapi perpisahan yang begitu cepat hingga membuatnya sedih."Iya Mba Delia! Ayok makan dulu Bibi masakin makanan yang enak." Bibi Ikut cemas dengan apa yang di lakukan Delia, gadis kecil itu sangat marah hingga tak menghiraukan siapa pun yang memanggilnya."Sayang! Keluar yuk, nanti Ibu kasih hadiah apa pun yang Delia inginkan!"Ibu Delia terus saja membujuk putrinya untuk keluar, entah berapa kali dia terus memanggil namanya. Hingga membuat tenggorokannya kering dan serak, begitu pun dengan Bibi Susi dan Ayah Delia, mereka m

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   46. Melanggar Janji

    Beberapa hari kemudian“Damar tumben Kamu ajak akau kesini?” Ucap Delia begitu senang karena sudah beberapa hari ini dia tak pernah bertemu dengan Damar.Kedua kakinya tak memakai alas kaki berlari-lari kecil di antara pasir putih Pantai yang tenang. Delia menggenggam erat tangan Damar seraya mengajaknya untuk bermain. Anak laki-laki itu hanya tertegun menatap wajah manis sahabatnya yang begitu ceriya. Bibirnya tak bisa berkata-kata membungkam rasanya ingin mengatakan semuanya pada Delia namun hatinya sungguh sulit tuk mengatakannya.“Delia memang Kamu belum tahu?” Ucap Damar tertunduk, dia berusaha menarik napas yang berat. Damar lantas melepas genggaman tangannya yang membuat Delia kebingungan. Apa yang sedang terjadi sebenarnya? Kenapa sahabatnya begitu serius saat ini. Pertanyaan tersebut terus berkecamuk di dalam hati.“Memang apa yang sedang terjadi Damar?

DMCA.com Protection Status