Home / Romansa / Delia (Gadis Pengagum Senja) / 26 Awal Pertama Bertemu

Share

26 Awal Pertama Bertemu

Author: Lina Hakim
last update Last Updated: 2021-08-07 15:05:40

“Kita ujian kelulusan tinggal berapa bulan lagi ya?” Ayuna menoleh pada ketiga temannya yang sedang fokus membaca buku masing-masing.

“Empat bulan lagi kayanya deh emang kenapa Yun?” Balas Damar menatap Ayuna yang mengaguk senang.

“Ngga papa sih cuma seneng aja ngga nyangka ya? cepet banget rasanya. Inget gak sih dulu pas Kita baru pertama kali masuk sd?

Ada satu kejadian yang terlintas dalam kepala, Ayuna ingin sekali bernostalgia dengan mengulang kembali kenangan indah di masa lalu. Ia amat teringat awal pertama masuk ke sekolah dasar di mana ketika itu tak ada satu pun orang yang ia kenal dulu. Ayuna hanya terpaku menatap teman-temannya yang begitu asing. Namun tiba-tiba ia di hampiri Delia dengan ramah memperkenalkan diri dan akhirnya menjadi teman bangkunya sampai saat ini.

“Wah jadi kangen, dulu Aku pertama kali ketemu Damar waktu Tk. Terus Damar pindah, eh w

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   27. Mendung

    Beberapa bulan kemudianGadis kecil itu tengah asyik bermain percikan air yang jatuh dari genteng. Buliran-buliran air membasahi seluruh tubuh tak ada rasa takut sedikit pun walau hujan turun lumayan lebat. Wajah cemas dari dalam rumah memperingati anak itu agar segera masuk ke dalam. Sosok wanita tua memakai jaket tebal wajahnya keriput ia sudah tak sanggup untuk jalan karena kakinya sudah tak lagi kuat untuk menopang.“Bentar lagi ya Nek pliss?.”Gadis kecil itu memohon dengan melipat kedua tangannya ia nampakan wajah sendu untuk menjelaskan jika hujan ini sangat menyenangkan. Sontak membuat wanita tua itu terhanyut dengan wajah cucunya yang memelas. Ia hanya tersenyum sembari menggeleng-gelengkan kepala dengan tingkah lucu cucunya.“Iya tapi jangan lama-lama ya? Takut sakit nanti.” Tutur Neneknya memperingati karena tak ingin jika cucunya terkena sakit.

    Last Updated : 2021-08-08
  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   28. Pasar Pagi

    Suara ketukan pintu mengejutkan Mama Damar yang sedang menyuapi makan Gistara di ruang keluarga. Ia bergegas melangkah tuk membukakan pintu, sebelumnya tak pernah satu orang pun yang berkunjung kerumahnya hal ini membuat ia bertanya-nya. “Siapa orang yang berkunjung pada saat ini? Apalagi di luar hujan begitu lebat.” Batinnya dalam hati.Ada rasa cemas untuk melangkah ke depan wanita itu mengendap-endap membuka korden dan terlihat celah kecil. Ia penasaran karena tak ada siapa pun di luar sana hanya kesepian yang terlihat bersamaan suara rintikn hujan yang bersahutan. Mama Damar mencoba membuka pintu ia menatap ke sekeliling rumah. Memberanikan diri untuk melangkah tetapi tiba-tiba ia terkejut kakinya seperti menginjak sesuatu.Ada sesuatu yang terbungkus dalam kresek hitam dengan segera Mama Damar meraih benda itu. Ia mulai membuka dengan hati-hati, matanya terbelalak melihat sebuah boneka Barbie cantik yang tertulis uc

    Last Updated : 2021-08-09
  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   29. Kejadian Tadi Pagi

    Suara seseorang memanggil dari kejauhan mengengejutkannya. Membuat laki-laki itu lantas menoleh dan berlari pergi. Ternyata ada teman kelasnya yang memergoki, ia menyuruh untuk segera berangkat sekolah. Karena ia sudah tak pernah masuk sekitar satu mingguan. Laki-laki itu biasa di panggil Hendri seorang remaja yang beranjak dewasa, setelah ayahnya meninggal ia menjadi tulang punggung keluarga. Sejak saat itulah Hendri mencari segala cara agar bisa mendapatkan uang walau hal itu dapat merugikan orang lain.Ia nekat menjabret Ibu-ibu di Pasar Pagi yang notabene tak hati-hati ketika berbelanja. Karena terlalu asyik melihat barang dan diskon yang di berikan para pedagang sebagai penarik agar dagangannya laris. Seperti yang di lakukan Bibi Susi ia terlalu fokus membaca brosur diskon sampai lupa jika dompetnya hilang di jambret. Hendri terhenti pada rumah berdinding kayu, suasana tempat tinggalnya begitu kumuh banyak lalat berterbangan di mana-mana. Karena sebag

    Last Updated : 2021-08-10
  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   30. Petang Hari

    Angin sejuk menyelinap masuk ke pori-pori kulit yang membawa hawa dingin. Membuat kedua gadis kecil mendekap tangannya di dada. Angin itu menghempaskan ombak di laut hingga mengenai tungkak telapak kaki, bibirnya tersenyum merekah seraya mencipratkan buih-buih air pada teman yang duduk di sampingnya.“Ih Delia awas nanti ya?” Bentak Ayuna mencoba menepis serangan Delia karena membuat baju seragam yang di pakai basah. Damar hanya tertegun seraya mengernyitkan alis dengan tingkah kocak dua gadis kecil di hadapnnya. Ia mencoba melerai dengan duduk di antara ke duanya.“Udah-udah! Baju ini kan besok masih di pakai? Ucap Damar lalu merentangkan kedua tangannya agar ada celah untuknya duduk.“Apa sih Damar kan lagi asyik.” Balas Delia dengan raut wajah mengejek hal ini membuat Ayuna semakin kesal.Di tepi Laut mereka duduk untuk beristirahat

    Last Updated : 2021-08-11
  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   31. Catatan Kecil

    Sehabis mandi Delia lantas merapihkan rambutnya yang menjuntai hingga ke pinggang. Dengan perlahan-lahan Delia menyisir rambut dari arah atas hingga ke bawah. Lalu ia mengepang rambut panjangnya itu dan di ikat dengan erat menggunakan ikat rambut pita berwarna merah. Delia tersenyum bibirnya merekah menatap wajahnya sendiri di depan cermin.“Delia makan dulu Nak?”Panggilan dari Ibunya membuat Delia sontak berlari menuju ke arah dapur, bau harum makanan tercium menyerbak hingga ke seluruh ruangan. Delia melihat berbagai macam hidangan lezat yang begitu menggugah selera di atas meja. Ia segera duduk di samping Ibunya yang lantas memberi sebuah piring.Namun Delia tak melihat keberadaan Ayahnya membuat ia bertanya pada sang Ibu. “Ayah mana Ibu?” Ucap Delia bertanya-tanya.“Ayah lagi nglembur buat ngerjain tugas di kampus jadi pulangnya telat, kenapa? Delia tumben tan

    Last Updated : 2021-08-13
  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   32. Resah

    “Bruk!”Suara keras benda jatuh mengagetkan anak-anak yang berada di dalam kelas. Satu persatu dari mereka mengintip lewat celah kaca yang tertutup korden hijau."Eh ayo semua duduk kembali."Bu Guru yang mengajar pun ikut mengecek dengan segera membuka pintu, ternyata ada anak kelas sebelah yang terpleset karena membawa tumpukan buku yang berat."Loh kok bisa jatuh?" Ucap Bu Guru dengan lembut."Eh iya Bu, tadi gak hati-hati malah kepleset.Bu Guru ikut membantu menata buku dan anak itu mengatakan jikalau ia di perintah untuk memanggil Damar agar masuk ke ruangan guru."Eh maaf Bu. Tadi Saya di suruh panggil Damar buat ke ruang guru katanya. Sama makasih juga udah bantu." Ucap anak itu membungkuk seraya berterima kasih karena sudah mau membantunya."Iya..iya hati-hati ya!"Bu Guru ber

    Last Updated : 2021-08-14
  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   33. Tragedi

    “Mak, Hendri pergi dulu ya?” Ucap Hendri terburu-buru pergi dengan membawa topi hitam dan jaket kulit di pundaknya.“Sarapannya udah di makan belum Hen?” Sahut Emaknya dari belakang rumah yang sedang sibuk mencuci baju-baju milik pelanggannya.“Udah Mak!”Emaknya lantas kembali fokus mencuci semua pakaian yang tampak menumpuk, segala jenis pakaian sudah pernah di cucinya. Emak Hendri menjadi buruh cuci sejak suaminya meninggal dunia, ia harus putar otak untuk mencari uang sebagai pengganti tulang punggung keluarganya. Apalagi kebutuhan hidup yang banyak di tambah hutang-hutangnya menggunung di warung membuat Emak Hendri harus lebih giat bekerja.Emak Hendri memeriksa satu persatu baju yang akan ia cuci, ia terheran-heran pada celana hendri seperti ada sesuatu yang mengganjal. Dengan cepat wanita itu merogoh celana dan terdapat sebuah ktp seorang wanita paruh

    Last Updated : 2021-08-15
  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   34. Cinta

    .“Mba Delia…!Mba!” Suara panggilan Bibi Susi menyadarkan Delia dari lamunannya dengan cepat ia usap air mata di pipi.“Iya Bi!”“Mba Delia di mana ya?”“Di sini Bi! Di gudang.”“Ealah kok bisa di sini Mba! Banyak debunya Mba takut batuk nanti.”Delia tersenyum lucu pada Bibi lalu bertanya ke mana saja tadi, “Bibi dari tadi ke mana aja sih? Delia bosen di Rumah sendirian.” Ketus Delia sebal karena di tinggal sendirian.“Maaf ya Mba tadi Bibi ke Kantor Polisi.”“Loh emang Bibi salah apa?” Ucap Delia terkejut mendengar pernyataan Bibi Susi yang baru saja dari Kantor Polisi.“Nggak Mba! Bibi gak salah apa-apa, jadi waktu itu Bibi sempet kecopet ktp Bibi ilang. Eh, alhamdulillahnya copetnya udah di tangkep B

    Last Updated : 2021-08-17

Latest chapter

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   54. Cemburu

    Sinar rembulan begitu terang menyorot permukaan air laut yang tampak bergelombang, suara tawa terus terdengar bersamaan serangga malam yang ikut bergeming. Wajah dua sosok manusia yang saling menatap seraya tersenyum menikmati hamparan laut yang begitu tenang. Sesekali mereka bersenda gurau untuk memecah keheningan malam yang tak terasa mulai larut. Delia mengecek jam yang pada ponsel genggamnya tampak waktu menunjuk sepuluh malam. Namun suasana laut masih begitu ramai, banyak orang berlalu lalang untuk sekedar bersantai sembari menikmati indahnya bintang-bintang di langit.“Gimana Kamu jadi cari model untuk promosiin baju kamu?” Ucap Romi dengan menatap lama mata Delia yang tampak bersinar terkena cahaya rembulan.Delia terdiam sebentar dia masih asyik sendiri tatkala bola matanya menyorot ke ujung hamparan air laut yang tampak tenang. Bibirnya sedikit tersenyum dengan menggaguk dia berkata “Iya Rom, Tapi…!” D

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   53. Kembali

    “Kring….Kring…”Suara lonceng sepeda terdengar begitu nyaring Ibu Delia menoleh,menatap ke luar kaca dan tampak putri cantiknya yang baru sampai mengantar bunga pesanan dari pelanggan. Wanita itu hanya tersenyum kecil, dengan kelakuan putrinya yang membuatnya cemas.“Ibu… Delia pulang!” Ucap gadis itu dengan begitu riang, lalu segera berlari menuju sang ibu yang terdiam seraya menatap tajam.“Ya ampun Delia! Ke mana aja tadi?”“He he.. Maaf Ibu, tadi Delia istirahat sebentar di Taman, suasananya asyik sih! Jadi kelupaan deh!”“Hmm… Kebiasaan deh Kamu!” Seru Ibunya lalu mencubit lembut pipi sang putri yang memerah.“Iya maaf.. Terus pesanan bunganya gimana Bu?”“Udah dianterin sama karyawan Ibu tadi! Kalau nungguin Kamu dulu, nanti pelanggan p

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   52. Pesanan Bunga

    Keesokan harinya“Ini pesanan bunganya jangan lupa ya? Rumahnya dekat lapangan bola samping taman itu!” Ucap ibunya lalu segera mengemas dengan begitu cantik, sebuah rangkaian bunga mawar merah pesanan seorang pelanggan.“Iya Ibu! Alamatnya sudah di tulis kan ya?”“Sudah sayang! Kamu memangnya gak repot? kalau harus mengantar pesanan sebanyak ini?” Ibunya bertanya pada Delia karena dia tak ingin merepotkan sang putri.“Ngga kok! Delia masih sanggup, nanti kalau susah bawanya Delia kan bisa nganterin satu persatu Bu!” Ucap Delia meyakinkan ibunya, jikalau dia memang tak direpotkan sedikit pun.“Kamu lagi gak sibuk nih? Nanti gimana butik Kamu?”“Ngga Ibu, Delia sengaja mau bantu Ibu! Sudah lama Delia gak ke Toko. Delia senang kok!” Ujar Delia mengagut seraya tersenyum manis pada sang ibu yang t

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   51. Sepi

    Delia termenung menatap suasana yang tak asing baginya, suara desiran laut begitu syahdu. Dengan gelombang air yang nampak tenang, Delia menatap lama matanya tertuju pada jernihnya air yang berwarna hijau kebiruan. Perasannya tampak heran dia seperti tak asing dengan tempat ini sebelumnya. Ada rasa rindu yang terpendam begitu dalam, entah mengapa tiba-tiba air matanya jatuh hingga membasahi pipinya yang merah. Dia teringat akan sahabatnya dulu yang telah lama pergi, entah ke mana tak ada kabar sedikit pun darinya. Kepalanya langsung tertunduk Delia mencoba menahan untuk tidak menangis namun air matanya tak bisa dibendung lagi. Tangisnya begitu pilu hingga membuat dadanya sakit karena menahan napas yang tersengal-sengal. Delia ingin berteriak sekencang mungkin namun suaranya tak bisa keluar seperti tertahan.“Delia” Suara panggilan yang begitu jelas membuat gadis itu terkejut, dia langsung menoleh ke arah belakang dan terlihat sosok laki-laki kecil ya

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   50. 12 tahun kemudian

    12 tahun kemudian“Tok…tok…tok”Suara ketukan pintu di depan terdengar keras Bibi Susi dengan terburu-buru berlari kecil untuk membukakannya. “Iya tunggu sebentar!”Dari kejauhan sosok laki-laki muda sedang berdiri mematung menghadap ke pintu, senyuman kecil nampak terlihat di bibir Bibi Susi yang merah. “Eh Mas Romi! Cari Mba Delia ya?” Romi tersenyum lebar seraya mengangguk tubuhnya semakin tinggi hingga melampaui Bibi Susi. Anak laki-laki itu sudah beranjak dewasa. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, Bibi Susi tak menyangka pertumbuhan anak-anak itu yang amat cepat. Sejak lulus sd Romi selalu bersama Delia, mereka begitu dekat hingga kedua orang tuanya saling mengenal satu sama lain. Romi selalu bersama Delia sejak smp sampai sma mereka berada di sekolahnya yang sama, hanya saja mereka tak berada di satu kelas.“Delia…Ini a

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   49. Ulang Tahun

    Satu bulan kemudian….“Selamat ulang tahun kami ucapkan…Selamat panjang umur Kita kan doakan!” Suara nyanyian ulang tahun menggema hingga ke setiap sudut ruang tamu. Anak-anak itu tampak bahagia penuh senyum sembari mendendangkan sebuah lagu untuk Delia. Namun gadis kecil itu tampak terdiam lesu hanya sesekali tersenyum kecil.“Delia selamat ya?” Ucap Romi lalu memberikan sebuah hadiah yang sudah terbungkus rapih dalam kertas kado berwarna cokelat.Delia tersenyum lalu memanggut menerima hadiah dari Romi, entah hadiah apa yang anak laki-laki itu berikan, Begitu pun dengan Ayuna dan teman-teman lain mereka semua cukup gembira bisa berkumpul bersama kembali. Ada perasaan rindu yang terselip di relung hati terdalamnya, gadis kecil itu mengingkan Damar juga, agar dapat mengucapkan selamat di hari ulang tahunnya saat ini. Namun semua itu tak bisa dia rasakan lagi, karena sejak Damar pergi dia

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   48. Terlepas

    Di atas ranjang tidur sesosok gadis kecil terbaring lemas, wajahnya pucat pasi bibirnya terus bergetar. Dia berkomat-kamit seperti mengatakan sesuatu, tetapi suaranya yang lirih tak begitu terdengar. Sang Ibu hanya menatap dengan penuh sendu kedua tangannya menggengam erat tangan kecil putinya yang tak berdaya. Sudah beberapa jam sang putri tak sadarkan diri karena demam tinggi akibat kelelahan dan tak mau makan seharian. Sang Dokter menyarankan agar ibunya bisa beristirahat, namun wanita itu tetap bersih kukuh untuk menemani putri kecilnya duduk di samping ranjang.“Ibu…ibu...!” Suara lirih gadis kecil itu membuat Ibunya tersadar, lantas segera mengusap lembut rambut putrinya yang berantakan.“Kenapa sayang?” Ucap Ibunya dengan begitu lembut, hatinya sakit melihat kondisi putrinya yang menyedihkan.“Damar mana? Delia pengin ketemu Damar!” Ucap Delia dengan suara parau, air mata

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   47. Pergi

    “Delia ayo ke luar Nak! Makan dulu ya? Nanti Kamu sakit.” Ucap ibunya dengan raut wajah begitu cemas, sejak kemarin sore Delia bertingkah sangat aneh. Dia terus saja terdiam membisu dan tak mau ke luar dari kamar. Ibunya paham pasti Delia baru saja bertemu dengan Damar untuk yang terakhir kalinya. Karena gadis kecil itu masih tak percaya dengan apa yang terjadi kemarin, dia belum siap menghadapi perpisahan yang begitu cepat hingga membuatnya sedih."Iya Mba Delia! Ayok makan dulu Bibi masakin makanan yang enak." Bibi Ikut cemas dengan apa yang di lakukan Delia, gadis kecil itu sangat marah hingga tak menghiraukan siapa pun yang memanggilnya."Sayang! Keluar yuk, nanti Ibu kasih hadiah apa pun yang Delia inginkan!"Ibu Delia terus saja membujuk putrinya untuk keluar, entah berapa kali dia terus memanggil namanya. Hingga membuat tenggorokannya kering dan serak, begitu pun dengan Bibi Susi dan Ayah Delia, mereka m

  • Delia (Gadis Pengagum Senja)   46. Melanggar Janji

    Beberapa hari kemudian“Damar tumben Kamu ajak akau kesini?” Ucap Delia begitu senang karena sudah beberapa hari ini dia tak pernah bertemu dengan Damar.Kedua kakinya tak memakai alas kaki berlari-lari kecil di antara pasir putih Pantai yang tenang. Delia menggenggam erat tangan Damar seraya mengajaknya untuk bermain. Anak laki-laki itu hanya tertegun menatap wajah manis sahabatnya yang begitu ceriya. Bibirnya tak bisa berkata-kata membungkam rasanya ingin mengatakan semuanya pada Delia namun hatinya sungguh sulit tuk mengatakannya.“Delia memang Kamu belum tahu?” Ucap Damar tertunduk, dia berusaha menarik napas yang berat. Damar lantas melepas genggaman tangannya yang membuat Delia kebingungan. Apa yang sedang terjadi sebenarnya? Kenapa sahabatnya begitu serius saat ini. Pertanyaan tersebut terus berkecamuk di dalam hati.“Memang apa yang sedang terjadi Damar?

DMCA.com Protection Status