Share

78. Belum Selamat

Penulis: CacaCici
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-07 16:19:42
Namun, tiba-tiba saja Haiden muncul. Pria itu berjalan dengan langkah panjang, akan tetapi wajahnya menunjukkan mimik yang tenang sehingga sangat sulit bagi mereka untuk menebak apa yang sedang pria itu pikirkan serta rasakan.

Mendengar langkah kaki, Lea menoleh ke arah belakang–menatap Haiden yang berjalan mendekat ke arahnya. Haiden melewatinya, akan tetap menyempatkan diri untuk mengusap pelan pucuk kepala Lea–saat dia melewati perempuan itu.

Bug'

Haiden langsung melayangkan tinju ke wajah tantenya, pukulannya sangat kuat sehingga perempuan itu terhempas kasar ke lantai kemudian berakhir tak sadarkan diri, di mana darah segar keluar dari hidung dan mulut.

"Haiden!" bentak Tommi–suami dari Sania. Dia berlari ke arah istrinya dan langsung menggendongnya.

Sedangkan Haiden, dia menggerakkan lengan–meregangkan otot lengan lalu kembali mengambil ancang-ancang untuk memukul Sania. Persetan, perempuan itu sudah tumbang. Jika dia masih terlihat oleh Haiden dalam bentuk utuh, maka H
CacaCici

Holla, MyRe. Semoga suka dengan bab ini, MyRe. Dukung novel kita dengan cara vote gems, hadiah, komentar manis dan doa baik tentunya. Papaiii ... IG Author:@deasta18

| 33
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Eva Arini Devi
Ibra , , , kuat mental sejak dalam kandungan
goodnovel comment avatar
Salsabila Salsabila
lanjut kak,
goodnovel comment avatar
n0na_Ria
namanya juga gengsi tpi Mak Lea bisa" ny dalam keadaan kyk gini malah nyebut adudu......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dekapan Dingin Suami Panas   79. Air Es untuk Memadamkan Api

    "Ck." Haiden berdecak pelan, berkacak pinggang sembari memperhatikan istrinya yang sedang berbaring lemah di atas ranjang. Hari ini Haiden berniat ke kantor. Dia sudah rapi dengan setelah jas mahal. Dia terlihat mendekati kata 'sempurna melalui pancaran pesona dan karismanya. Haiden bahkan telah ada dalam mobil–akan berangkat ke kantor. Namun, maid berlari panik. Maid tersebut mengejar mobil yang akan keluar dari pekarangan rumah untuk menghentikan mobil yang membawa tuannya. Haiden menyuruh Nanda berhenti lalu menghampiri maid, di mana maid melapor secara tergesa-gesa, mengatakan kalau sang nyonya pingsang. Untungnya nyonya mereka pingsang dalam keadaan duduk di sofa, sehingga kecemasan mereka tak berkali-kali lipat. Sekarang Lea sudah diperiksa oleh dokter, kondisinya sangat memprihatinkan. Fisik Lea sangat lemah, begitu juga dengan kandungannya. Namun, dokter mengatakan supaya Haiden tidak khawatir berlebihan. Beberapa wanita hamil mengalami hal seperti ini--mudah drop dan j

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Dekapan Dingin Suami Panas   80. Sosok yang dirindukan Lea

    "Dan-- ja-jangan-jangan anak yang Lea kandung adalah anak Orion," cicit Selly pelan, cukup takut pada Haiden. Akan tetapi tatapan Kenzie juga mengerikan, membuatnya terpaksa bersuara. Nanda cengang mendengar ucapan tante dari Haiden. Bagaimana bisa dia berpikir demikian? "Kau yakin telah membawa otakmu sebelum datang ke sini?" Kenzie mengernyit, kesal mendengar ucapan iparnya. Bagaimana bisa dia berpikir anak yang Lea kandung milik Orion, sedangkan Lea diculik baru beberapa hari lalu. "Bi-bisa saja. Orion bertemu dengan Lea saat Haiden dan Lea berbulan madu, bukan?" Selly mencari pembenaran dan alasan lain. Intinya dia ingin membuat Lea hina dihadapan Kenzie dan Moza. Kenzie memijat pelipis, sakit kepala karena mendengar ucapan Selly. Tadi, menantunya difitnah hamil karena insiden penculikan, sekarang pindah karena bulan madu Haiden dan Lea. Semakin mereka ingin menjatuhkan Lea, semakin mereka terlihat blunder. "Kau juga ingin mati sepertinya!" geram Haiden. Syur' Tuk' Na

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Dekapan Dingin Suami Panas   81. Dengarkan Nasehat Rekq

    "Lalu apa yang kalian banggakan sedangkan kalian tak memiliki peran di keluarga Mahendra?" terang Denis, menatap para kerabat mertua putrinya dengan mimik muka tak bersahabat. Jelas ada pancaran kemarahan yang terlihat nyata karena dia tak menyangka putrinya difitnah oleh keluarga ini. Lea baru selamat dari kasus penculikan, bisa dikatakan kondisi putrinya belum baik-baik saja. Namun, mereka sangat keji dengan melempar ucapan jahat pada Lea. "Yang kami katakan fakta. Dan … bagiamana mungkin Lea lebih baik dari kami?" Ernio, suami Selly, melayangkan tatapan sinis pada Denis. "Jika bukan karena Ziea, memangnya putri yang kau banggakan tersebut memangnya bisa apa? Dia saja menikah dengan Haiden kami karena permintaan Ziea." "Kalian orang yang selalu merasa paling tahu." Kenzie angkat bicara, "fakta dan kebenarannya-- Ziea punya ide untuk bisnis cafenya karena melihat kemampuan Lea dalam memasak. Salah besar jika kalian mengira Lea mendapatkan pekerjaan karena diberi oleh Ziea, dia be

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Dekapan Dingin Suami Panas   82. Bertemu Mama Papa

    Lea diam-diam ke lantai bawah, dia pusing karena lama terkurung dalam kamar. Sedangkan Haiden, suaminya tertidur sangat pulas, dan oleh sebab itu Lea bisa diam-diam keluar. "Pak Rekq," ucap Lea, terkejut melihat pria yang membantunya selama penculikan ada di rumahnya. "Halo, Nona Lea. Senang bisa bertemu denganmu lagi." Rekq membungkuk hormat pada Lea, tak lupa sebuah senyuman manis menyungging di bibir. "Iya. Terimakasih untuk bantuannya, Pak Rekq," Lea mendekat lalu tersenyum balik pada Rekq. Saat itu dia belum sempat berterimakasih pada Rekq, dan untungnya mereka bertemu di sini. "Terimakasih kembali juga pada Nona. Jika bukan karena Nona, mungkin saya dan beberapa maid itu, sudah tak ada di dunia ini," jawab Rekq dengan begitu manis dan sopan. Tak ada rasa apapun selain hormat yang dia miliki pada perempuan ini. Yang membuat Rekq sangat salut pada Lea adalah karena keteguhannya dalam menjaga kehormatannya selama penculikan. Lea tidak tahu siapa suaminya yang sebenarnya di

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Dekapan Dingin Suami Panas   83. Kisah Ebrahim yang Terdahulu

    Setelah Lea keluar dari ruangan tersebut–di mana Haiden masih di sana, mengobrol dengan orangtua angkat Lea dan orangtuanya. Kini Lea berada di ruangan lain, bersama Ziea. Sedangkan bayi Ziea–si kembar Razie dan Zira, bersama dengan daddynya, Reigha. Saat ini mereka bercerita, lebih tepatnya Ziea yang menceritakan keluarganya. Awal mula, Lea bertanya pada Ziea mengenai Ebrahim, karena dulu Haiden pernah bilang padanya jika suatu saat mereka punya anak, maka Haiden ingin namanya adalah Ebrahim. Sejujurnya, Ziea sudah pernah menceritakan pasal siapa Ebrahim pada Lea, namun kurang rincih. Skalian Lea menanyakan kenapa suaminya–Haiden, bisa mode iblis. Pasti ada alasannya bukan? "Ebrahim itu nama adiknya Daddy dan aunty Keena. Dia si bungsu dan kesayangan keluarga ini. Seperti yang pernah ku beritahu padamu, Uncle Ebrahim telah meninggal dan menyisakan duka dan trauma di keluarga kami." Ziea menjeda sejenak, sedangkan Lea mendengar secara serius, "Sebenarnya, Kakek Jay itu punya tangan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Dekapan Dingin Suami Panas   84. Dia Ingin Bertemu

    "Azalea, waktunya makan," ucap Haiden, akan tetapi melayangkan tatapan penuh peringatan pada adiknya. Lea menoleh cepat pada Haiden, dia cukup terkejut karena Haiden mendadak ada di sana. Lea memperlihatkan cengiran kemudian segera bangkit. "Mama dan Papa masih di sini kan?" tanya Lea saat akan beranjak dari sana. "Humm." Haiden menganggukkan kepala, mengusap pucuk kepala Lea saat perempuan itu akan lewat. Melihat Lea pergi, Ziea buru-buru menyusul. Dia menerobos untuk keluar akan tetapi Haiden menghadangnya. "Kak Deden, aku ingin lewat." Ziea mengerucutkan bibir, menatap mendongak pada kakaknya yang berdiri di depannya–menghadangnya. "Ember sekali mulutmu," marah Haiden, melayangkan tatapan tajam pada Ziea. "Bagiamana jika Azalea menghindariku setelah ini, Bocah?!" Ziea menggaruk pipi yang tak gatal, hanya kikuk bercampur gugup karena dimarahi oleh kakaknya. "Mana mungkin! Lea ke Kakak kan cinta mati." "Naif!" dengkus Haiden, menyentil cukup kuat kening adiknya. "Tutup

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Dekapan Dingin Suami Panas   85. Oleh-oleh yang tak diinginkan

    Tiada angin tiada hujan, Melody ingin bertemu dengannya? [Oke.] Lea membalas pelan tersebut, setelah itu Lea dilanjutkan langkahnya–memasuki sebuah toko es krim karena dia sedang sangat ingin memakan es krim. "Es krim rasa bon cabe level 50 satu yah, Bang," ucap Lea pada penjaga kasir, membuat kasir tersebut melongo–mata melotot dan mulut menganga. "Mohon maaf, Kak. Tetapi …-" Lea langsung memotong, "kalau rasa bon cabe tidak ada, rasa bon utang juga enggak apa-apa. Yang penting pedes." Kasir tersebut semakin dibuat pusing, hanya bisa menggaruk tengkuk karena tak tahu cara menghadapi makhluk cantik tetapi aneh tersebut. Hampir saja pria ini berniat menggombali perempuan cantik dengan mata bulat yang indah. Namun, dia mengurungkan niat karena reflek trauma oleh permintaan aneh si cantik yang terasa seperti makhluk alien. *** [Kapan kamu datang? Ini sudah sore.] Lea tersenyum manis, kemudian membalas pesan dari Melodi. [Sabar, Kak sayang. Ini saya lagi di jalan. Tapi macet.]

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Dekapan Dingin Suami Panas   86. Antara Kebutuhan Pribadi dan Anak

    "Tu-Tuan." Haiden menatap maid dengan tampang muka penuh tanda tanya. Dia telah pulang kerja dan baru sampai di rumah, bahkan masih di ambang pintu. Namun, tiba-tiba tiga maid berlari terburu-buru kepadanya. Firasat Haiden menjadi tak enak, dia takut terjadi sesuatu pada istrinya. "Di mana Nyonya HaiLe?" Haiden langsung menanyakan istrinya, karena pikirannya langsung kepada istrinya. Ketika maid mendatanginya, Haiden seketika mencemaskan istrinya. "Di-di dapur basah, Tuan," jawab salah satu maid. "Nyonya memasak?" Wajah Haiden mulai terlihat marah. Meskipun dia tidak ingin anak, akan tetapi bukan berati dia membiarkan anak itu dalam keadaan buruk. Jika anak itu kenapa-napa, jelas Lea yang akan menanggung sakit dari semuanya. Oleh sebab itu, Haiden begitu overprotektif pada kehamilan Lea. Dia sudah memerintahkan pada maid supaya tidak membiarkan Lea untuk memasak. Yah, walau Haiden kurang rela sebab dia sangat suka masakan istrinya, akan tetapi dia terpaksa demi kebaikan Lea

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10

Bab terbaru

  • Dekapan Dingin Suami Panas   187. Ketahuan yang Memalukan

    "Kamu dari mana sih, Alana sayang?" tanya Lea ketika putrinya telah kembali. Dia langsung menghampiri sang putri, menatap Alana lekat dan penuh perhatian. Lea tentu khawatir pada Alana. Tadi malam putrinya hampir terkena masalah yang luar biasa mengerikan. Pagi ini, ada berita buruk tentang seseorang yang membenci putrinya. Lea khawatir orang tersebut melakukan aksi kejahatan pada Alana; menyerang Alana secara fisik. Lea sangat panik tetapi dia tidak berani memberitahu suaminya karena dia takut jika Haiden mengamuk. Meski sekarang suaminya jauh lebih lembut dan hangat, tetapi Haiden tetaplah Haiden. Sumbu pendek, nuklir ataupun gunung berapi. Jadi Lea tak ingin mengambil resiko. Dia memilih menghubungi Ethan, pria yang sudah ia dan suaminya setujui untuk menjadi menantu. Sebenarnya ada opsi menghubungi putranya, tetapi sifat Ebrahim tak jauh dari dadanya–sangat mudah marah. Takutnya, Ebrahim memarahi adiknya yang pergi tanpa pamit. "Aku habis jalan-jalan, Mommy," jawab Lea,

  • Dekapan Dingin Suami Panas   186. Pura-pura tidak Tahu

    "Aku calon suami Alana." Deg deg deg Alana reflek mendongak pada Ethan, menatap pria itu dengan mimik muka campuran tegang dan malu-malu. Namun, Alana tak seperti biasanya, di mana dia akan kesal serta tak terima ketika Ethan menyebutnya pasangan. Alana hanya … merasa gugup. Satria menatap Ethan dengan senyuman remeh, pria ini pasti orang yang mengaku-ngaku sebagai calon suami Alana. Atau jangan-jangan dia fans fanatik dari Alana? "Kau ini--" Satria menatap Ethan dari atas hingga bawah. 'Pakaiannya sangat berkelas, dia penuh wibawa dan karisma. Orang sepertinya seharusnya jarang menonton televisi. Ah, bisa saja dia berpenampilan seperti ini untuk memikat perempuan. Tapi tak bisa ku pungkiri, dia memiliki aura yang mahal.' batin Satria, dia memperhatikan penampilan Ethan untuk menghina pria ini. Akan tetapi, dia tidak memiliki bahan untuk menghina pria ini. Bahkan semua yang pria ini pakai harganya hampir setara dengan harga mobil miliknya yang biasa ia pakai ke lokasi shooting.

  • Dekapan Dingin Suami Panas   185. Hadiah Manis

    "Angkat kamera kalian dan kalau berani, menghadap padaku!" dingin Haiden, nada menggeram marah dan tatapan sangat tajam–penuh emosi. Alih-alih mengangkat kamera, para wartawan tersebut bergerak mundur. Mereka menunduk dalam, menutupi wajah agar tidak dilihat oleh sang legendaris Mahendra. Rurom menyebut, apabila dalam keadaan marah Haiden menatap seseorang, maka orang tersebut akan menghilang. Tak ada yang bisa membenarkan rumor tersebut, akan tetapi banyak yang menyebutnya nyata. "Kalian berani mengganggu putriku, Hah?!" bentar Haiden dengan suara menggelegar–para wartawan tersentak kaget, tubuh bgemetar hebat dan jantung berdebar kencang. "Ma-maafkan kami, Tuan Haiden," ucap salah satu dari wartawan tersebut. "Kalian semua pantas mati!" dingin Haiden. Lea melepas pelukannya pada putrinya lalu buru-buru menghampiri suaminya. "Mas Deden Terlope-lope, tenangkan diri kamu," peringat Lea, memeluk suaminya sembari satu tangan mengusap dada bidang sang suami. "Sebaiknya kita p

  • Dekapan Dingin Suami Panas   184. Liputan Kematian

    "Putriku. Di-dimana putriku?" Haiden dan yang lainnya datang ke sana. Ebrahim yang memberitahu supaya daddynya datang ke tempat ini. Awalnya Ebrahim dan Ethan sepakat ingin menutup-nutupi masalah ini dari Haiden dan Lea. Akan tetapi, daddynya terus menghubunginya–menyuruh Ebrahim untuk mencari Alana ada di mana. Pada akhirnya Ebrahim mengatakan yang sejujurnya. "Daddy …." Alana langsung berdiri, menangis sembari menatap ke arah daddynya. Haiden merentangkan tangan supaya putrinya datang dan memeluknya. Alana langsung berlari dan …- Bug' Memeluk sosok perempuan di sebelah daddynya–mommynya. Haiden yang masih merentangkan tangan–berharap dipeluk oleh putrinya, terlihat memasang muka kaku dan dengan mata berkedut-kedut. Hell! Dia hanya mendapat angin untuk dipeluk. Semua orang yang melihat itu, berusaha menahan tawa. Lucu akan tetapi salah waktu saja. "Su-sudah, Den. Tak ada yang ingin memelukmu," ucap Reigha, menurunkan tangan Haiden yang masih direntangkan. "Nanti kita

  • Dekapan Dingin Suami Panas   183. Kemarahan Kakakku

    "Sudah?" tanya Ethan, melirik sekilas pada Alana yang masih berendam dalam bath up. Sebenarnya Ethan ingin sekali melirik Alana lebih dari satu detik, tetapi … damn! Dia takut dia mencelakai gadis ini. Alana menekuk kaki lalu memeluk diri sendiri. Dia sudah sadar dan tubuhnya tidak lagi merasa terbakar. "Sudah, Kak," jawabnya pelan, malu karena keadaannya hampir telanjang. "Humm." Ethan berdehem singkat, meraih handuk lalu memberikannya pada Alana. "Aku keluar," ucapnya setelah itu."Kak Ethan, bajuku basah dan aku tidak punya baju lagi," cicit Alana ketika Ethan berniat keluar dari kamar mandi. "Humm." Ethan hanya berdehem, dia keluar dari kamar mandi lalu menghubungi seseorang untuk mengantar pakaian pada Alana. Orang yang dia hubungi adalah Zana, perempuan itu dekat dengan Alana dan tentunya tahu selera berpakaian Alana. Satu lagi. Zana sepupunya dan mereka lumayan dekat. Tak lama Zana datang dengan Ebrahim, di mana raut muka Ebrahim sangat tak bersahabat–khawatir dan marah

  • Dekapan Dingin Suami Panas   182. Tubuh Seksi yang Menggoda

    Alana menjauhkan pandangan, meraih handphonenya dan pura-pura sibuk dengan ponsel. Jantung Alana berdebar kencang, padahal dia hanya bersitatap dengan Ethan tetapi kenapa dia gugup? Ada getaran yang tak ia pahami di dalam hati. Di sisi lain, Ethan menghela napas, Alana tidak suka padanya dan dia tidak ingin memaksa. Acara berlanjut dan begitu meriah. Di depan sana, orangtuanya membanggakan Ethan, granddad dan grandma-nya juga memuji Ethan. Di tempatnya Alana ikut senang melihatnya. Dia masih ingat waktu Ethan termenung di ruangannya karena masalah yang iklan. Masih teringat jelas wajah murung Ethan ketika kakaknya menyalahkannya di depan banyak orang, karena masalah tersebut. Namun, di sini Ethan terlihat bersinar. Dia bisa membuktikan dirinya sendiri dan akhirnya dia diakui. Tanpa sadar Alana tersenyum dan bertepuk tangan kecil. Akan tetapi senyumannya langsung lenyap ketika Ethan menatapnya. Lagi-lagi jantungnya berdebar kencang dan Alana tidak nyaman dengan tatapan Ethan. Semua

  • Dekapan Dingin Suami Panas   181. Berakhir Asing

    "Dia memang Azam, tetapi dia berdiri diatas kakinya sendiri. Dia tidak pernah mengandalkan nama belakangnya. Dan Kakak perhatikan Kak Ethan sangat memperhatikanmu, kau sangat beruntung jika mendapatkannya. Karena Kak Ethan tidak peduli pada sekitarnya, dan kau satu-satunya yang akan dia perhatikan.""Kak! Tolong jangan paksa aku. Aku nggak suka Kak Ethan," pekik Alana. Ebrahim menghela napas, berdiri dari sebelah adiknya lalu mengusap pucuk kepala Alana. "Terserah. Tapi-- gengsinya jangan lama-lama. Yang suka pada Kak Ethan itu bukan hanya kau.""Ih apaan sih?!" ketus Alana, langsung menutup pintu dengan kasar–setelah Ebrahim keluar dari kamarnya. Semua orang gila! Sudah Alana bilang kalau dia tidak suka pada Ethan, tetapi orang-orang terus keukeuh menganggap Alana suka pada Ethan. Hell! Bukan hanya Ethan laki-laki di dunia ini, dan … big no untuk pria Azam. Sekalipun Ebrahim sudah menasehati, itu tak mempan pada Alana. Tidak tetap tidak suka! Tok tok tok'Alana membuka pintu deng

  • Dekapan Dingin Suami Panas   180. Memilih Diam dalam Kamar

    Alana kembali mengurung diri di dalam kamar karena tidak tahan di goda oleh para sepupunya. Dia bahkan bahkan berniat menghubungi daddynya supaya menjemputnya pulang, saking tidak tahannya dia dicie-ciekan dengan Ethan. Namun, dia takut itu akan mendatangkan masalah sehingga Alana memilih mengurungkan diri. Lagi pulang hanya satu hati lagi, setelah itu mereka akan pulang dari pulau ini. Hah, Ethan. Alih-alih suka, Alana malah semakin tak Sudi menikah dengan pria itu. Dia benar-benar tidak suka dicie-ciekan. Dia sangat benci!Ceklek'Alana menoleh ke arah pintu, mendapati kakaknya di sana. Ebrahim masuk ke dalam kamar dan berjalan mendekat ke arah adiknya yang duduk di sofa. "Kenapa kau terus mengurung diri, Alana?" tanya Ebrahim, duduk di sebelah adiknya. Alana menatap sejenak pada Ebrahim kemudian lanjut membaca novel di tangan, "aku tidak nyaman dengan kalian. Dikit dikit cie cie cie. Aku tidak suka Kak Ethan dan aku tidak punya hubungan dengan Kak Ethan. Kalian begitu, aku ma

  • Dekapan Dingin Suami Panas   179. Kelapa Muda yang Meresahkan

    Alana langsung menarik tangannya, meringsut ke lemari kabinet bawah sembari menatap Ethan dengan muka konyol–malu bercampur panik secara bersamaan. Ethan bangkit, melayangkan tatapan dingin ke arah Alana. Setelah itu, dia beranjak dari sana–tanpa mengatakan apa-apa pada Alana. "Eih." Kanza menatap Ethan dengan tampang muka bingung. Pria itu pergi begitu saja dengan muka dingin dan terlihat seperti marah. Mengingat sesuatu, Kanza buru-buru melangkah ke dapur, bersama dengan Anne. "Kamu kenapa, Al?" tanya Kanza dengan nada perhatian, mendekati Alana lalu membantu perempuan itu untuk berdiri. "I-itu … kecoa," jawab Alana, terpaksa berbohong karena dia tak mungkin jujur kalau dia habis …-Haisss! Tangannya! "Trus Kak Ethan …-" Anne bertanya tetapi cukup ragu karena melihat wajah adik iparnya yang terlihat kaku–seperti sedang marah. Sebenarnya Ethan dan Anne seumuran, akan tetapi karena dia berbicara dengan Alana, dia menyebut Ethan dengan embel-embel kakak. Alasannya karena Ethan ja

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status