Share

57. Membawa Kabur

Penulis: CacaCici
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-31 21:39:08
"Kau siapa?" tanya Haiden, menatap datar pada sosok pria yang berdiri di depan kamarnya.

Pria itu cukup kaget melihatnya, matanya sejenak melebar kemudian tiba-tiba menunjukan ekspresi ramah. Mungkin pria ini kira dia bisa menyembunyikan ekspresi kesalnya, tapi dia salah. Haiden ahli dalam membaca ekspresi wajah.

"Selamat malam, Tuan. Saya Rion. Saya ingin mengganti es krim Nona Lea karena kemarin saya menabraknya dan membuat es krimnya jatuh," ucap Orion, kembali tersenyum akan tetapi diam-diam menahan kemarahan karena bukan nona Lea-nya yang membuka pintu.

Hell! Padahal dia sudah sudah payah mencari informasi tentang Lea, mendadak pindah ke penginapan ini padahal dia memiliki villa pribadi di sekitar pantai. Dia juga mengikuti Lea dan Haiden, supaya tahu kapan Lea sendiri dan kapan Haiden pergi.

Seharusnya, dari yang dia cari tahu, Haiden pergi di jam ini. Akan tetapi kenapa Haiden masih di sini?

Orion semakin panas dan kesal karena melihat penampilan Haiden. Pria ini menge
CacaCici

Holla, MyRe. Mohon maaf yah, kemarin CaCi tidak up. Hari ini CaCi up kembali dan semoga kalian suka. Selamat tahun Baru untuk semua MyRe. Semoga impian di tahun lalu, tercapai di tahun baru ini. Dan Semoga rezeki MyRe makin berlimpah di tahun 2025 ini. Semoga novel kita makin bersinar yah, di tahun 2025 ini. Semangat!! IG CaCi:@deasta18

| 20
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Eka kikio
orion bin onion.. cari mati ko orang heh... blm tw dy the power of deden... musik2 menegangkan sudah berkumandang... jenk jenk jenk... para pembaca dimohon bersiap untuk tiap prahara yg akan muncul... tp aku blm siaaap... huhuhu..
goodnovel comment avatar
Khory Henziee
akhirnya up jg kak caci, tambah tambah tambah
goodnovel comment avatar
n0na_Ria
oreo saingan mu itu berat mending mundur deh karena km enggak bakalan bisa ngelawan mas Deden my lope lope hahaha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dekapan Dingin Suami Panas   58. Sebuah Tanda Kepemilikan

    Akhirnya Lea dan Haiden tiba di desa impian Lea. Mereka sudah di penginapan dan sedang beristirahat. "Di sini tidak ada AC, ruangannya sudah sangat dingin," gumam Lea, membuka jendela villa–terdiam sejenak untuk menikmati pemandangan yang astri dan menakjubkan, bagi Lea. Villa yang mereka ambil adalah villa kecil dan satu lantai. Namun, bagi Lea ini sangat cantik karena benar-benar sesuai apa yang dia harapkan. Dengan tinggal di villa ini, Lea merasa tengah menjalani hidup di sini. 'Sudah jarang aku menemukan bunga-bungan ini di kota besar.' batin Lea, tersenyum cerah karena senang memandang tampan bunga di halaman samping villa. Bunga tersebut merupakan bunga yang sering dijumpai di pedesaan. Ada bunga kertas atau bougenville, bunga pukul empat, bunga kembang sepatu, bunga asoka dan gerbera. Dilengkapi dengan rumput hijau yang membuat taman tersebut sangat cantik. Meskipun sudah senja, tetapi bunga-bunga ini masih terlihat segar–layaknya ketika pagi. "Eh." Lea tersentak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Dekapan Dingin Suami Panas   59. Lari dari Mas Den

    "Mas itu gila yah?!" sungut Lea dengan nada meng-gas, marah tetapi karena menahan sakit kemarahannya tak terlalu terlihat. Haiden menatap Lea sejenak kemudian kembali fokus mengobati luka di lengan Lea. "Maaf, Azalea," ucap Haiden rendah dan berat, "tanda ini sangat penting untukmu," lanjutnya. "Tanda apa?" ketus Lea, reflek menoleh ke lengannya. Dia cukup kaget melihat sebuah tulisan dengan gaya italic yang terukir di lengannya. Namun, rasa kaget itu berganti dengan rasa penasaran. SW? Apa SW? "SW?" Lea bergumam pelan, mengusap ingus dengan tangan tetapi setelahnya melapkan tangan yang terkena ingus tersebut ke piyama Haiden. Haiden menatap Lea sekilas lalu menatap bekas lap-an tangan istrinya di piyamanya dengan muka datar. Setelah itu, Haiden tiba-tiba tersenyum tipis, menatap Lea–lagi-lagi sekilas. Cangat lucu! Meskipun menangis dan kesakitan, tetapi ada-ada saja tingkahnya. "SW apa, Mas? Status what-sapp kah?" tanya Lea dengan muka cemberut, mayun dan diteku

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Dekapan Dingin Suami Panas   60. Jangan Bahas Pria Lain Sweetheart

    Informasi apa yang kau dapatkan, Rekq?" tanya Orion pada kepercayaannya. Sudah dua minggu lebih dia mencari Lea yang ia anggap disembunyikan oleh Haiden, akan tetapi Orion sama sekali tak menemukan pujaan hatinya tersebut. Bahkan jejak sekecil apapun dia tak berhasil mendapatkan. Saking nekatnya mencari Lea, Orion sudah di negara perempuan itu. Demi Lea, dia akan mendapatkan apapun. Senyuman perempuan itu membuatnya jatuh hati, wajah Lea begitu cantik dan matanya sangat indah. Cepat atau lambat, ia pastikan Lea akan berakhir menjadi miliknya. "Sampai sekarang aku tidak menemukan jejak Tuan Haiden dan Nona Lea, Tuan." Rekq berkata dengan nada serius, "akan tetapi aku mendapat informasi yang mungkin sangat dibutuhkan oleh Tuan." "Katakan." Orion berkata acuh tak acuh, tak terlalu tertarik karena bukan informasi cintanya–Azalea. "Nona Azalea merupakan putri dari keluarga Pratama." Dari yang tak bersemangat, Orion seketika melebarkan mata. Dia antusias jika itu tentang Lea.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Dekapan Dingin Suami Panas   61. Cinta yang Membara Mengatasnamakan Hukuman

    "Sebagai istri yang baik, tidak seharusnya kau membahas pria selain aku!" lanjut Haiden, langsung melumat bibir Lea setelahnya. Lea melebarkan mata, cukup kaget karena Haiden melumat kasar bibirnya. Lea memberontak dan berusaha melepas pangutan tersebut. Bibirnya terluka dan sialnya Haiden masih terus melumatnya, seakan Haiden lapar dan bibir Lea adalah sumber makanan pokok. "Mas Haiden, ceritaku belum selesai. Kamu salah--" Lea baru berhasil melepaskan bibir Haiden, akan tetapi pria itu kembali mendapatkan bibirnya. Haiden menggendong tubuh Lea kemudian membawanya ke ranjang. Dia membaringkan tubuh Lea lalu tanpa membuang waktu langsung mengambil tempat di atas tubuh istrinya. Haiden akhirnya melepaskan pangutan kasar itu. Lea segera menjelaskan cerita tadi. "Mas Haiden, ceritaku belum selesai dan …-" "Diam!" sentak Haiden, menggeram marah sembari membekap kuat mulut Lea. Dia tak ingin mendengarkan apapun tentang pria lain dari cerita istrinya, apalagi jika itu proses

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Dekapan Dingin Suami Panas   62. Kembali dalam Dekapan Dingin

    "Habis aku dan si dosmud–dosen muda tabrakan, aku langsung deg degkan, jantungku berdebar tak karuan dan …-" "Kau bisa diam?!" dingin Haiden, sangat tidak tahan mendengar cerita istrinya. Ocehan membuatnya marah, topik yang Lea suguhkan lebih horor dari cerita apapun yang pernah Haiden dengar. Namun, selain menghadirkan cerita yang mengerikan, cerita Lea juga dapat memancing darah tinggi, ganguan jiwa berupa psychopath darah rendah, dan juga efek semburan kemarahan godzilla. Lea menggelengkan kepala kemudian melanjutkan ceritanya, tak peduli pada kemarahan Haiden. "Aku deg degkan karena laptop dosen itu jatuh trus kopi ku tumpah ke atas dokumen rekap nilai dari empat kelas yang dia ambil, Mas. Jantungku rasanya mau copot, Mas. Bagaimana caraku mengganti laptopnya dan seperti apa caraku bertanggung jawab untuk mengatasi rekap nilai yang terkena tumpahan kopiku?" Haiden seketika itu juga menatap lekat pada istrinya, dia mendengkus kasar kemudian berdecak kesal. Hell! Dia kira

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Dekapan Dingin Suami Panas   63. Sebuah Mitos

    Lea telah selesai memasak dan sekarang dia berada di dalam kamarnya. Dia sedang bersantai sembari membaca novel. Haiden belum kembali dan handphonenya yang berada dalam laci, terus berbunyi. Akan tetapi Lea pura-pura tak mendengar. 'Haaah … tiba-tiba aku merindukan suasana Medi Zone. Mereka sangat baik padaku dan aku bersenang-senang selama bekerja di sana. Tapi … Mas Haiden tidak membolehkan,' batin Lea, entah kenapa dia teringat dengan tempat kerjanya dulu. Tak ada yang mengenal Lea siapa, tetapi semua orang bersikap baik padanya. Lea sangat happy selama bekerja di sana, sayangnya Haiden tak mengizinkan. Ceklek' Mendengar suara pintu, Lea menoleh dan menemukan suaminya ada di sana. Haiden terlihat memasang wajah dingin, membuat Lea yang sudah memasang senyuman langsung memudarkan senyuman tersebut. Deg deg deg' Jantung Lea berpacu dengan kuat, tubuhnya terasa kaku–Lea mencemaskan sesuatu. Bagaimana jika Haiden kembali seperti dulu?! Haiden kembali dalam wajah berba

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Dekapan Dingin Suami Panas   64. Aroma yang Melekat Pada Azalea

    Besoknya … Haiden pulang lebih awal dari kantor karena mengajak Lea bertemu dengan orangtuanya. Mereka akan mengurus surat perceraian yang orangtua Lea ajukan, sekaligus mempertemukan Lea dengan orangtua angkatnya. Masalah perusahaan, Haiden dengan mudah sudah menyelesaikan. Kini tinggal masalah hubungan pernikahannya dengan sang istri. Orangtua Haiden memang tak percaya jika Lea mengajukan perceraian melalui orangtua kandungnya. Namun Kenzie dan Moza (orangtua Haiden) cukup khawatir pada hubungan pernikahan keduanya karena sebelumnya mereka sempat mendengar Haiden dan Lea bertengkar hebat. Haiden dan Lea memang baru pulang dari bulan madu. Namun, apapun bisa terjadi, mengingat putra mereka, Haiden, yang sangat mudah marah. "Di mana Nyonya HaiLe?" tanya Haiden pada kepala maid, sebelumnya tak menemukan sang istrinya dalam kamar. "Nyonya HaiLe pergi ke cafe, Tuan." jawab maid, mendapat anggukan dari Haiden. Haiden langsung keluar dari rumah, berniat menyusul istrinya ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Dekapan Dingin Suami Panas   65. Berbahaya Sehingga Terkurung

    "Tuan, sebaiknya jangan mendahului." Rekq menahan pundak Orion, di saat tuannya tersebut berniat melepas pakaian Lea. Mereka sudah di markas, di mana Orion telah membawa Lea ke dalam kamarnya–kamar utama dan luas, milik Orion sendiri. "Apa maksudmu?!" geram Orion, tak suka dan kesal karena Rekq melarangnya melepas pakaian Lea. Orion tak berniat apa-apa, hanya melepas pakaian Lea agar dia bisa memandikan perempuan ini. "Biarkan maid perempuan yang melakukan, Tuan. Dan tunggu Nona Lea bangun. Jika Tuan melakukan sendiri, Nona akan menganggap anda kurang ajar. Nona orang asia, sangat menjunjung moral dan kental dengan norma. Jika Tuan tak menghargai budaya Nona, maka Nona bisa sangat membenci Tuan," jelas Rekq, "percuma Tuan mendapatkan Nona, tetapi Nona berakhir membenci Tuan." "Jadi aku harus bagaimana? Aku tidak mengerti cara mendekati perempuan," ungkap Orion, segera berdiri dari ranjang–menatap tangan kanannya dengan muka bingung bercampur antusias. Dia bingung harus bag

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02

Bab terbaru

  • Dekapan Dingin Suami Panas   82. Bertemu Mama Papa

    Lea diam-diam ke lantai bawah, dia pusing karena lama terkurung dalam kamar. Sedangkan Haiden, suaminya tertidur sangat pulas, dan oleh sebab itu Lea bisa diam-diam keluar. "Pak Rekq," ucap Lea, terkejut melihat pria yang membantunya selama penculikan ada di rumahnya. "Halo, Nona Lea. Senang bisa bertemu denganmu lagi." Rekq membungkuk hormat pada Lea, tak lupa sebuah senyuman manis menyungging di bibir. "Iya. Terimakasih untuk bantuannya, Pak Rekq," Lea mendekat lalu tersenyum balik pada Rekq. Saat itu dia belum sempat berterimakasih pada Rekq, dan untungnya mereka bertemu di sini."Terimakasih kembali juga pada Nona. Jika bukan karena Nona, mungkin saya dan beberapa maid itu, sudah tak ada di dunia ini," jawab Rekq dengan begitu manis dan sopan. Tak ada rasa apapun selain hormat yang dia miliki pada perempuan ini. Yang membuat Rekq sangat salut pada Lea adalah karena keteguhannya dalam menjaga kehormatannya selama penculikan. Lea tidak tahu siapa suaminya yang sebenarnya di duni

  • Dekapan Dingin Suami Panas   81. Dengarkan Nasehat Rekq

    "Lalu apa yang kalian banggakan sedangkan kalian tak memiliki peran di keluarga Mahendra?" terang Denis, menatap para kerabat mertua putrinya dengan mimik muka tak bersahabat. Jelas ada pancaran kemarahan yang terlihat nyata karena dia tak menyangka putrinya difitnah oleh keluarga ini. Lea baru selamat dari kasus penculikan, bisa dikatakan kondisi putrinya belum baik-baik saja. Namun, mereka sangat keji dengan melempar ucapan jahat pada Lea. "Yang kami katakan fakta. Dan … bagiamana mungkin Lea lebih baik dari kami?" Ernio, suami Selly, melayangkan tatapan sinis pada Denis. "Jika bukan karena Ziea, memangnya putri yang kau banggakan tersebut memangnya bisa apa? Dia saja menikah dengan Haiden kami karena permintaan Ziea." "Kalian orang yang selalu merasa paling tahu." Kenzie angkat bicara, "fakta dan kebenarannya-- Ziea punya ide untuk bisnis cafenya karena melihat kemampuan Lea dalam memasak. Salah besar jika kalian mengira Lea mendapatkan pekerjaan karena diberi oleh Ziea, dia be

  • Dekapan Dingin Suami Panas   80. Sosok yang dirindukan Lea

    "Dan-- ja-jangan-jangan anak yang Lea kandung adalah anak Orion," cicit Selly pelan, cukup takut pada Haiden. Akan tetapi tatapan Kenzie juga mengerikan, membuatnya terpaksa bersuara. Nanda cengang mendengar ucapan tante dari Haiden. Bagaimana bisa dia berpikir demikian? "Kau yakin telah membawa otakmu sebelum datang ke sini?" Kenzie mengernyit, kesal mendengar ucapan iparnya. Bagaimana bisa dia berpikir anak yang Lea kandung milik Orion, sedangkan Lea diculik baru beberapa hari lalu. "Bi-bisa saja. Orion bertemu dengan Lea saat Haiden dan Lea berbulan madu, bukan?" Selly mencari pembenaran dan alasan lain. Intinya dia ingin membuat Lea hina dihadapan Kenzie dan Moza. Kenzie memijat pelipis, sakit kepala karena mendengar ucapan Selly. Tadi, menantunya difitnah hamil karena insiden penculikan, sekarang pindah karena bulan madu Haiden dan Lea. Semakin mereka ingin menjatuhkan Lea, semakin mereka terlihat blunder. "Kau juga ingin mati sepertinya!" geram Haiden. Syur' Tuk' Na

  • Dekapan Dingin Suami Panas   79. Air Es untuk Memadamkan Api

    "Ck." Haiden berdecak pelan, berkacak pinggang sembari memperhatikan istrinya yang sedang berbaring lemah di atas ranjang. Hari ini Haiden berniat ke kantor. Dia sudah rapi dengan setelah jas mahal. Dia terlihat mendekati kata 'sempurna melalui pancaran pesona dan karismanya. Haiden bahkan telah ada dalam mobil–akan berangkat ke kantor. Namun, maid berlari panik. Maid tersebut mengejar mobil yang akan keluar dari pekarangan rumah untuk menghentikan mobil yang membawa tuannya. Haiden menyuruh Nanda berhenti lalu menghampiri maid, di mana maid melapor secara tergesa-gesa, mengatakan kalau sang nyonya pingsang. Untungnya nyonya mereka pingsang dalam keadaan duduk di sofa, sehingga kecemasan mereka tak berkali-kali lipat. Sekarang Lea sudah diperiksa oleh dokter, kondisinya sangat memprihatinkan. Fisik Lea sangat lemah, begitu juga dengan kandungannya. Namun, dokter mengatakan supaya Haiden tidak khawatir berlebihan. Beberapa wanita hamil mengalami hal seperti ini--mudah drop dan j

  • Dekapan Dingin Suami Panas   78. Belum Selamat

    Namun, tiba-tiba saja Haiden muncul. Pria itu berjalan dengan langkah panjang, akan tetapi wajahnya menunjukkan mimik yang tenang sehingga sangat sulit bagi mereka untuk menebak apa yang sedang pria itu pikirkan serta rasakan. Mendengar langkah kaki, Lea menoleh ke arah belakang–menatap Haiden yang berjalan mendekat ke arahnya. Haiden melewatinya, akan tetap menyempatkan diri untuk mengusap pelan pucuk kepala Lea–saat dia melewati perempuan itu. Bug' Haiden langsung melayangkan tinju ke wajah tantenya, pukulannya sangat kuat sehingga perempuan itu terhempas kasar ke lantai kemudian berakhir tak sadarkan diri, di mana darah segar keluar dari hidung dan mulut. "Haiden!" bentak Tommi–suami dari Sania. Dia berlari ke arah istrinya dan langsung menggendongnya. Sedangkan Haiden, dia menggerakkan lengan–meregangkan otot lengan lalu kembali mengambil ancang-ancang untuk memukul Sania. Persetan, perempuan itu sudah tumbang. Jika dia masih terlihat oleh Haiden dalam bentuk utuh, maka H

  • Dekapan Dingin Suami Panas   77. Persiapan Matang Seorang Daddy

    Lea berusaha menenangkan diri di halaman samping, taman rumah yang sejuk dan indah. Kewarasan Lea berasa direnggut oleh Haiden, dan sekarang Lea ingin menyendiri–ditemani oleh Haiden. Yap! Lagi-lagi Lea ingin bebas dari Haiden akan tetapi suaminya ini seperti telah direkatkan pada tubuhnya. Lengket dan tak bisa disingkirkan! "Mas tidak kerja yah?" tanya Lea, nadanya cukup sinis karena masih dongkol pada Haiden. Sebenarnya Lea mengusir secara halus. Namun, Lea juga sejujurnya bingung kenapa Haiden tidak ke kantor. Ayolah! Suaminya penggila kerja. "Tidak." Haiden menjawab datar, "kondisimu belum stabil dan siapa tahu juga kau ingin sesuatu. Ibu hamil mengidam bukan?" "O-oh. Iya." Lea menganggukkan kepala, cukup kaku dan lagi-lagi bingung. Haiden tak ingin punya anak tetapi tetap perhatian pada Lea yang sedang mengandung. Konsepnya bagaimana?! *** Karena pusing diikuti terus-terusan oleh Haiden, pada akhrinya Lea memilih tidur siang. Lea berniat hanya pura-pura supaya

  • Dekapan Dingin Suami Panas   76. Keuntungan Memiliki Bayi

    "Bagaimana rasanya menjadi ayah?" tanya Haiden, tepat setelah dia duduk di sebelah Reigha. Reigha menoleh padanya, menaikkan sebelah alis karena cukup tertarik dengan pertanyaan Haiden. "Seperti yang kau lihat," jawab Reigha. Haiden seketika menatap kesal pada Reigha. "Aku buta," ketusnya sebab tidak suka dengan jawaban Reigha. Shit! Kenapa harus jawaban itu? Memangnya jawaban seperti itu bisa menjelaskan apa?! Haiden butuh yang lebih rincih, diungkapkan dengan rangkaian kata pendukung untuk meyakinkan. "Jawab yang benar, Rei." Haiden berucap lagi, mendengkus lalu melayangkan tatapan malas pada Reigha. Dia bukan hanya dekat dengan Reigha, tetapi mereka juga sangat kompak sebenarnya. Fakta lucunya, pertemanan keduanya diawali dengan alasan yang konyol. Haiden dan Reigha memiliki hubungan kekerabatan. Namun, dulu mereka tak sedekat ini. Haiden lebih masuk pada pertemanan Rafael, Maxim, Nanda dan yang lainnya karena mereka semua seumuran. Sedangkan Reigha, selain lebih

  • Dekapan Dingin Suami Panas   75. Ketika Es dan Lahar Mengobrol

    "Jaga Azalea dengan baik." "Jangan terlalu manja pada Lea juga, Kak Den. Ingat, menantu Mommy sedang hamil. Jangan macam-macam juga!" Haiden menganggukkan kepala pada orangtuanya. Setelah itu, kedua orangtuanya pamit pulang. Haiden sudah lebih baik, begitu juga dengan Lea. Maka dari itu mereka pamit untuk pulang–memberi ruang untuk Haiden dan Lea. Mungkin pasangan itu butuh waktu. Lea menatap mobil mertuanya dengan muka murung. Sejak tadi dia hanya diam, perasaannya berkecamuk dan kepalanya sedikit pusing karena banyak pikiran. Benar dugaannya! Haiden sudah tahu tetapi Haiden dasarnya memang tak ingin membahas apapun. "Masuk dan kembali ke kamar." Haiden merangkul pundak Lea, mengiring istrinya untuk kembali masuk dalam rumah. "Kau harus istirahat," lanjutnya. Lea hanya menganggukkan kepala, berjalan pelan di sebelah suaminya. Sampai sekarang! Haiden tidak menyinggung pasal kehamilannya. Apa Haiden juga berpikiran yang sama dengan para tantenya? Haiden curiga ini anak Orion?

  • Dekapan Dingin Suami Panas   74. Suamiku Tidak Senang?

    Setelah dokter pergi, Lea langsung menyambar novel. Dia sengaja untuk mengindari Haiden, dia takut menghadapi suaminya. Lea tersenyum perih, merasa dirinya telah gila dan jahat. 'Harusnya berita kehamilanku membawa kebahagiaan, harusnya aku senang karena sebentar lagi aku akan menjadi ibu, harusnya aku bahagia karena mengandung anak dari pria yang kucintai. Tapi-- aku malah sedih, aku takut, aku cemas dan … aku rasa aku akan menjadi gila dalam waktu dekat.' batin Lea, di mana dia ingin menangis akan tetapi ia tahan karena mendengar sebuah langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Haiden kembali ke kamar, setelah sebelumnya mengantar dokter. "Besok, Mama dan Papa akan aku bawa ke sini untuk bertemu denganmu," ucap Haiden, meletakkan botol vitamin dan pil di atas nakas. "Iya, Mas," jawab Lea seadanya, menganggukkan kepala tanpa mau bersitatap dengan suaminya. Dia pura-pura sibuk membaca novel, padahal pikirannya kemana-mana. Jantung Lea berdebar kencang, punggungnya panas akan

DMCA.com Protection Status