Hari ini kita tiga bab lagi, semoga suka, MyRe. Dukung novel kita yah dengan cara vote gems, hadiah yang banyak, komentar dan doa baik tentunya. IG;@deasta18
Alana buru-buru mengambil tomat bentuk love tersebut lalu buru-buru memasukkannya dalam mulut. "Kau ikhlas memberikannya untukku, Alana?" tanya Ethan, menutup kembali kotak bekal. Dia menyandar ke kursi kerja, bersedekap dingin di dada sembari menatap datar ke arah Alana. Senyum tipis muncul di bibir pria tampan itu, geli melihat Alana sedang mengunyah tomat tadi secara terburu-buru. Insiden tomat love-- lumayan mengejutkan bagi Ethan. Namun, raut muka panik Alana lebih menarik! "Tentu saja." Alana menelan susah payah tomat tersebut. Dia suka tomat tetapi dia memakannya karena panik, hingga rasanya menelannya sangat sulit. "Tomat enak, Kak," lanjut Alana, diakhiri cengiran khas dan tatapan malu pada Ethan. 'Sepertinya Kak Ethan tidak mempermasalahkan tomat lope-lope tadi. Iss, siapa yang naro tomat lope-lope di bekal Kak Ethan sih?' batin Alana, masih menyengir pada Ethan. "Aku pamit, Kak," ujar Alana gugup, bergerak kikuk dan beranjak dari ruangan Ethan. "Cih." Ethan
"Apa terlalu kentara?" tanya Ethan dengan nada datar, berhasil membuat Luke terkejut–batuk-batuk karena tersedak makanan sendiri. Alana mendongak pada Luke dan Ethan, dia meraih tissue kemudian menyerahkannya pada Luke. "Ini, Pak." "Terimakasih, Nona," jawab Luke gugup, efek masih terkejut mendengar ucapan Ethan barusan. Ethan suka Alana! Mereka kembali makan dalam keheningan. Alana kembali kepikiran pada masalah tadi, di mana Samuel memarahi Ethan karena masalah konsep iklan yang telah dipakai oleh rival perusahaan. Semua disalahkan pada Ethan, dan Alana merasa kasihan. Di sisi lain, Ethan juga memikirkan masalah yang terjadi di perusahaan. Dia sedang bertanya pada dirinya sendiri, apakah memang benar ini kesalahannya?Setelah mereka selesai makan, Alana masih di sana. Alana mencuti-curi pandang pada Ethan yang tengah sibuk mencari solusi dari masalah ini. "Bagaimana, Tuan? Apa kita memakai konsep lama saja untuk iklan?" tanya Luke, "aku sudah berbicara dengan Tuan Samuel, dan
Setelah masalah kemarin, akhirnya Ethan bisa meyakinkan para petinggi perusahaan untuk menggunakan konsep yang idenya berasal dari Alana. Sedangkan Samuel, meskipun awalnya dia berat dan ragu, tetapi akhirnya dia memberikan kesempatan pada Ethan. Semua sudah fix dan besok mereka akan berangkat ke lokasi shooting. Karena temanya fantasi, mereka shooting di sebuah bangunan tua yang memiliki kemiripan dengan kastil. Alana sangat tak sabar karena dia merasa tertantang! Meskipun hanya sekedar iklan, tetapi iklan ini setara dengan film. Dia juga akan menampilkan skill aktingnya yang luar biasa, dan dia mengambil peran sebagai ratu vampire. Durasi iklan sekitar 30 detik per part. Sedangkan total keseluruhan iklan adalah dua menit, sehingga ada 4 part dalam iklan ini. Sayangnya, ada masalah. Mereka belum menemukan aktor cilik yang bisa memerankan si anak kecil berambut putih. Tetapi tenang! Di mana ada Alana, maka masalah akan teratasi. "Halo, Kakak ipar kesayanganku." Alana menghubung
"Mama, Abi dan Papa boleh kan makan ice kyim?" seru Abizar pada Alana, tersenyum lebar sehingga memperlihatkan deretan giginya yang mungil. Mata Alana melotot lebar, jantungnya sudah hampir pecah dalam sana dan tubuhnya sudah panas dingin. Dia sangat malu dan rasanya ingin hilang dari peradaban ini. "Abizar!" pekik Alana pelan, buru-buru menghampiri keponakannya tersebut. "Kamu--" Belum sempat Alana menegur keponakannya tersebut, seorang ibu tiba-tiba mendekat padanya. "Lucu sekali putranya. Sudah berapa tahun, Neng?" tanya ibu tersebut ramah, mencubit pelan pipi Abizar. Tubuh Alana menegang kaku, diam-diam melirik tak enak pada Ethan. Coba saja Alana punya nomor telepon para alien, dia pasti sudah menghubunginya–meminta pada alien supaya membawanya dari bumi ini. Alana bukan hanya sekadar malu, tetapi benar-benar malu hingga ke akarnya. "Ma-masih tiga tahun, Ibu," jawab Alana kikuk, tersenyum kaku pada ibu tersebut. Kembali dia mencuri pandang pada Ethan. Sialnya Alana ta
"Ma-maaf," ucap Ethan pelan, langsung keluar dari canpervan. Ethan menghela napas panjang, menunduk sedikit untuk menatap tangannya yang tremor. Sial! Dia sudah biasa melihat perempuan dengan pakaian terbuka, bahkan melihat perempuan yang hampir telanjang pun pernah. Akan tetapi Ethan biasa saja, namun kenapa melihat Alana yang tubuhnya masih tertutup dalaman, jantung Ethan berdebat kencang. Bahkan sekarang dia tremor. Ethan membuka beberapa kancing kemeja supaya angin malam masuk. Hell! Dia kepanasan tanpa sebab. Sialnya, tubuh seksi Alana terus mengiyang dalam kepalanya. Ethan kembali menghela napas, setelah itu beranjak dari sana untuk menenangkan diri. *** Alana gelisah, gugup dan tak nyaman karena memikirkan kejadian tadi–di mana Ethan melihat tubuhnya yang hanya mengenakan dalaman. Sebenarnya, Alana mengenakan celana pendek ketat. Akan tetapi tetap saja pahanya terlihat. Lagipula bagian atas, Alana mengenakan bra tanpa tali dan Ethan pasti melihat itunya. 'Arkggg … Kak
"Sorry," ucap Ethan pelan, mendorong pelan tubuh Alana dari atas tubuhnya setelah itu segera mengambil posisi duduk. Ethan menoleh ke arah lain, mengerjap beberapa kali sembari berusaha menenangkan diri sendiri. Entah ini rezki atau cobaan!Ethan segera berdiri lalu tanpa mengatakan apa-apa, dia masuk dalam toilet. Sedangkan Alana, dia masih terduduk lemas di lantai. Bukit indahnya telah di-disentuh oleh seorang pria. Dan pria itu tak lain adalah kakak kakak iparnya sendiri. Nunu nananya telah ternodai! Alana menoleh pada nunu nananya, langsung menyilangkan tangan di depan dada dengan tampang muka masih cengang dan kaku. Sekarang, dia semakin tak ada muka! Ingin menyalahkan Ethan, tetapi yang terjadi tadi murni kecelakaan. Penyebab kecelakaan itu juga Alana sendiri. Gila! Alana berdiri kemudian berjalan lunglai ke arah kulkas kecil. Wajahnya masih syok dan bola matanya terasa berkedut-kedut. Satu hari ini, full nasib buruk! Ceklek' Mendengar pintu toilet tersebut, Alana pura-pu
Namun, Alana jauh lebih terkejut ketika Ethan berdehem–mengiyakan ucapan Abizar. "Hmm." Ethan berdehem singkat, setelah itu menarik Alana ke dekat perapian. Alana hanya bisa menurut, terlalu cengang karena Ethan mengiyakan ucapan Abizar. Oh my God! Apa kata orang?! "Duduk lah di sini," ucap Ethan, mempersilahkan Alana supaya duduk di sebuah kursi–dekat dengan perapian. Alana menurut, duduk di kursi yang dipersilahkan oleh Ethan tersebut. Pria itu juga duduk di sebelahnya, memangku Abizar yang terlihat nyaman dalam dekapan Ethan. "Papa, Abi ingin tidul di sini." Abi kembali bersuara, menepuk pelan paha Ethan–isyarat kalau dia mengantuk tetapi tak ingin kembali ke canpervan. "Abi--" Alana melototi Abizar, menegur anak kecil itu agar berhenti memanggil papa pada Ethan. "Humm, tidurlah," jawab Ethan santai, sama sekali tak mempermasalahkan Abi yang memanggilnya papa. "Sepertinya kamu sengaja yah, Alana, menyuruh Abizar memanggil Papa pada Tuan Ethan. Supaya kamu dik
"Aku memang berencana melamarmu. Jadi-- itu bukan salah paham," ucap Ethan santai, menatap Alana yang masih berdiri dengan tatapan intens. Deg deg deg'Alana menatap tak percaya pada Ethan, matanya melebar dan mulut menganga. Tidak mungkin! Ethan pasti bercanda. "Ahahaha … Kak Ethan pasti bercanda. Kita kan sepupu, jadi mana mungkin?" "Aku tidak bercanda." Ethan berkata dingin, "secepatnya aku akan melamarmu." "Kak Ethan," pekik Alana horor. Jantungnya berdebar kencang dan dia mulai berkeringat dingin. Dia tidak mau! Alana tak ingin dilamar oleh Ethan, lebih tepatnya tak mau memiliki hubungan dengan pria ini. Ethan kakaknya, sepupunya!"Kenapa?" Ethan menaikkan sebelah alis. "Usiamu sudah layak untuk diperistri. Apa salahnya?" "Aku nggak mau menikah dengan Kak Ethan." Alana memekik syok. "Alasan?" Ethan menatap Alana kembali, memperhatikan prempuan itu secara lekat. Sebenarnya sudah lama Ethan tertarik pada Alana karena Alana memang cantik dan mempesona. Sama seperti manusia p
"Alana!" peringat Haiden, melayangkan tatapan dingin pada putrinya. "Da-daddy … Kak Ethan harus pulang ke rumahnya. Pasti Aunty Serena dan Uncle Rafael sudah menunggunya pulang. Ma-makanya Kak Ethan tidak boleh mampir," ucap Alana, menyeru penuh semangat untuk meyakinkan daddy dan mommynya. Ethan mengeluarkan handphone kemudian memperlihatkan layar yang kosong, tak ada notifikasi ataupun pop up. "Tak ada yang mencariku," jawab Ethan. Sebenarnya cukup miris, akan tetapi memang begitulah faktanya. Memangnya kapan anak kedua dicari?! Alana seketika merasa bersalah, wajahnya muram–menggaruk pipi karena tak enak pada Ethan. "Uncle mencari dan menunggumu pulang. Cepat masuk," ucap Haiden terkesan santai dan sederhana, tetapi hangat bagi Ethan. Ethan menganggukkan kepala, tersenyum tipis pada orangtua Alana lalu masuk dalam rumah. Sejenak dia menoleh pada Alana, menyunggingkan smirk tipis untuk menakut-nakuti perempuan itu. Yah, dia tahu Alasan Alana melarangnya mampir, t
"Aku memang berencana melamarmu. Jadi-- itu bukan salah paham," ucap Ethan santai, menatap Alana yang masih berdiri dengan tatapan intens. Deg deg deg'Alana menatap tak percaya pada Ethan, matanya melebar dan mulut menganga. Tidak mungkin! Ethan pasti bercanda. "Ahahaha … Kak Ethan pasti bercanda. Kita kan sepupu, jadi mana mungkin?" "Aku tidak bercanda." Ethan berkata dingin, "secepatnya aku akan melamarmu." "Kak Ethan," pekik Alana horor. Jantungnya berdebar kencang dan dia mulai berkeringat dingin. Dia tidak mau! Alana tak ingin dilamar oleh Ethan, lebih tepatnya tak mau memiliki hubungan dengan pria ini. Ethan kakaknya, sepupunya!"Kenapa?" Ethan menaikkan sebelah alis. "Usiamu sudah layak untuk diperistri. Apa salahnya?" "Aku nggak mau menikah dengan Kak Ethan." Alana memekik syok. "Alasan?" Ethan menatap Alana kembali, memperhatikan prempuan itu secara lekat. Sebenarnya sudah lama Ethan tertarik pada Alana karena Alana memang cantik dan mempesona. Sama seperti manusia p
Namun, Alana jauh lebih terkejut ketika Ethan berdehem–mengiyakan ucapan Abizar. "Hmm." Ethan berdehem singkat, setelah itu menarik Alana ke dekat perapian. Alana hanya bisa menurut, terlalu cengang karena Ethan mengiyakan ucapan Abizar. Oh my God! Apa kata orang?! "Duduk lah di sini," ucap Ethan, mempersilahkan Alana supaya duduk di sebuah kursi–dekat dengan perapian. Alana menurut, duduk di kursi yang dipersilahkan oleh Ethan tersebut. Pria itu juga duduk di sebelahnya, memangku Abizar yang terlihat nyaman dalam dekapan Ethan. "Papa, Abi ingin tidul di sini." Abi kembali bersuara, menepuk pelan paha Ethan–isyarat kalau dia mengantuk tetapi tak ingin kembali ke canpervan. "Abi--" Alana melototi Abizar, menegur anak kecil itu agar berhenti memanggil papa pada Ethan. "Humm, tidurlah," jawab Ethan santai, sama sekali tak mempermasalahkan Abi yang memanggilnya papa. "Sepertinya kamu sengaja yah, Alana, menyuruh Abizar memanggil Papa pada Tuan Ethan. Supaya kamu dik
"Sorry," ucap Ethan pelan, mendorong pelan tubuh Alana dari atas tubuhnya setelah itu segera mengambil posisi duduk. Ethan menoleh ke arah lain, mengerjap beberapa kali sembari berusaha menenangkan diri sendiri. Entah ini rezki atau cobaan!Ethan segera berdiri lalu tanpa mengatakan apa-apa, dia masuk dalam toilet. Sedangkan Alana, dia masih terduduk lemas di lantai. Bukit indahnya telah di-disentuh oleh seorang pria. Dan pria itu tak lain adalah kakak kakak iparnya sendiri. Nunu nananya telah ternodai! Alana menoleh pada nunu nananya, langsung menyilangkan tangan di depan dada dengan tampang muka masih cengang dan kaku. Sekarang, dia semakin tak ada muka! Ingin menyalahkan Ethan, tetapi yang terjadi tadi murni kecelakaan. Penyebab kecelakaan itu juga Alana sendiri. Gila! Alana berdiri kemudian berjalan lunglai ke arah kulkas kecil. Wajahnya masih syok dan bola matanya terasa berkedut-kedut. Satu hari ini, full nasib buruk! Ceklek' Mendengar pintu toilet tersebut, Alana pura-pu
"Ma-maaf," ucap Ethan pelan, langsung keluar dari canpervan. Ethan menghela napas panjang, menunduk sedikit untuk menatap tangannya yang tremor. Sial! Dia sudah biasa melihat perempuan dengan pakaian terbuka, bahkan melihat perempuan yang hampir telanjang pun pernah. Akan tetapi Ethan biasa saja, namun kenapa melihat Alana yang tubuhnya masih tertutup dalaman, jantung Ethan berdebat kencang. Bahkan sekarang dia tremor. Ethan membuka beberapa kancing kemeja supaya angin malam masuk. Hell! Dia kepanasan tanpa sebab. Sialnya, tubuh seksi Alana terus mengiyang dalam kepalanya. Ethan kembali menghela napas, setelah itu beranjak dari sana untuk menenangkan diri. *** Alana gelisah, gugup dan tak nyaman karena memikirkan kejadian tadi–di mana Ethan melihat tubuhnya yang hanya mengenakan dalaman. Sebenarnya, Alana mengenakan celana pendek ketat. Akan tetapi tetap saja pahanya terlihat. Lagipula bagian atas, Alana mengenakan bra tanpa tali dan Ethan pasti melihat itunya. 'Arkggg … Kak
"Mama, Abi dan Papa boleh kan makan ice kyim?" seru Abizar pada Alana, tersenyum lebar sehingga memperlihatkan deretan giginya yang mungil. Mata Alana melotot lebar, jantungnya sudah hampir pecah dalam sana dan tubuhnya sudah panas dingin. Dia sangat malu dan rasanya ingin hilang dari peradaban ini. "Abizar!" pekik Alana pelan, buru-buru menghampiri keponakannya tersebut. "Kamu--" Belum sempat Alana menegur keponakannya tersebut, seorang ibu tiba-tiba mendekat padanya. "Lucu sekali putranya. Sudah berapa tahun, Neng?" tanya ibu tersebut ramah, mencubit pelan pipi Abizar. Tubuh Alana menegang kaku, diam-diam melirik tak enak pada Ethan. Coba saja Alana punya nomor telepon para alien, dia pasti sudah menghubunginya–meminta pada alien supaya membawanya dari bumi ini. Alana bukan hanya sekadar malu, tetapi benar-benar malu hingga ke akarnya. "Ma-masih tiga tahun, Ibu," jawab Alana kikuk, tersenyum kaku pada ibu tersebut. Kembali dia mencuri pandang pada Ethan. Sialnya Alana ta
Setelah masalah kemarin, akhirnya Ethan bisa meyakinkan para petinggi perusahaan untuk menggunakan konsep yang idenya berasal dari Alana. Sedangkan Samuel, meskipun awalnya dia berat dan ragu, tetapi akhirnya dia memberikan kesempatan pada Ethan. Semua sudah fix dan besok mereka akan berangkat ke lokasi shooting. Karena temanya fantasi, mereka shooting di sebuah bangunan tua yang memiliki kemiripan dengan kastil. Alana sangat tak sabar karena dia merasa tertantang! Meskipun hanya sekedar iklan, tetapi iklan ini setara dengan film. Dia juga akan menampilkan skill aktingnya yang luar biasa, dan dia mengambil peran sebagai ratu vampire. Durasi iklan sekitar 30 detik per part. Sedangkan total keseluruhan iklan adalah dua menit, sehingga ada 4 part dalam iklan ini. Sayangnya, ada masalah. Mereka belum menemukan aktor cilik yang bisa memerankan si anak kecil berambut putih. Tetapi tenang! Di mana ada Alana, maka masalah akan teratasi. "Halo, Kakak ipar kesayanganku." Alana menghubung
"Apa terlalu kentara?" tanya Ethan dengan nada datar, berhasil membuat Luke terkejut–batuk-batuk karena tersedak makanan sendiri. Alana mendongak pada Luke dan Ethan, dia meraih tissue kemudian menyerahkannya pada Luke. "Ini, Pak." "Terimakasih, Nona," jawab Luke gugup, efek masih terkejut mendengar ucapan Ethan barusan. Ethan suka Alana! Mereka kembali makan dalam keheningan. Alana kembali kepikiran pada masalah tadi, di mana Samuel memarahi Ethan karena masalah konsep iklan yang telah dipakai oleh rival perusahaan. Semua disalahkan pada Ethan, dan Alana merasa kasihan. Di sisi lain, Ethan juga memikirkan masalah yang terjadi di perusahaan. Dia sedang bertanya pada dirinya sendiri, apakah memang benar ini kesalahannya?Setelah mereka selesai makan, Alana masih di sana. Alana mencuti-curi pandang pada Ethan yang tengah sibuk mencari solusi dari masalah ini. "Bagaimana, Tuan? Apa kita memakai konsep lama saja untuk iklan?" tanya Luke, "aku sudah berbicara dengan Tuan Samuel, dan
Alana buru-buru mengambil tomat bentuk love tersebut lalu buru-buru memasukkannya dalam mulut. "Kau ikhlas memberikannya untukku, Alana?" tanya Ethan, menutup kembali kotak bekal. Dia menyandar ke kursi kerja, bersedekap dingin di dada sembari menatap datar ke arah Alana. Senyum tipis muncul di bibir pria tampan itu, geli melihat Alana sedang mengunyah tomat tadi secara terburu-buru. Insiden tomat love-- lumayan mengejutkan bagi Ethan. Namun, raut muka panik Alana lebih menarik! "Tentu saja." Alana menelan susah payah tomat tersebut. Dia suka tomat tetapi dia memakannya karena panik, hingga rasanya menelannya sangat sulit. "Tomat enak, Kak," lanjut Alana, diakhiri cengiran khas dan tatapan malu pada Ethan. 'Sepertinya Kak Ethan tidak mempermasalahkan tomat lope-lope tadi. Iss, siapa yang naro tomat lope-lope di bekal Kak Ethan sih?' batin Alana, masih menyengir pada Ethan. "Aku pamit, Kak," ujar Alana gugup, bergerak kikuk dan beranjak dari ruangan Ethan. "Cih." Ethan