Namun, Alana jauh lebih terkejut ketika Ethan berdehem–mengiyakan ucapan Abizar. "Hmm." Ethan berdehem singkat, setelah itu menarik Alana ke dekat perapian. Alana hanya bisa menurut, terlalu cengang karena Ethan mengiyakan ucapan Abizar. Oh my God! Apa kata orang?! "Duduk lah di sini," ucap Ethan, mempersilahkan Alana supaya duduk di sebuah kursi–dekat dengan perapian. Alana menurut, duduk di kursi yang dipersilahkan oleh Ethan tersebut. Pria itu juga duduk di sebelahnya, memangku Abizar yang terlihat nyaman dalam dekapan Ethan. "Papa, Abi ingin tidul di sini." Abi kembali bersuara, menepuk pelan paha Ethan–isyarat kalau dia mengantuk tetapi tak ingin kembali ke canpervan. "Abi--" Alana melototi Abizar, menegur anak kecil itu agar berhenti memanggil papa pada Ethan. "Humm, tidurlah," jawab Ethan santai, sama sekali tak mempermasalahkan Abi yang memanggilnya papa. "Sepertinya kamu sengaja yah, Alana, menyuruh Abizar memanggil Papa pada Tuan Ethan. Supaya kamu dik
"Aku memang berencana melamarmu. Jadi-- itu bukan salah paham," ucap Ethan santai, menatap Alana yang masih berdiri dengan tatapan intens. Deg deg deg'Alana menatap tak percaya pada Ethan, matanya melebar dan mulut menganga. Tidak mungkin! Ethan pasti bercanda. "Ahahaha … Kak Ethan pasti bercanda. Kita kan sepupu, jadi mana mungkin?" "Aku tidak bercanda." Ethan berkata dingin, "secepatnya aku akan melamarmu." "Kak Ethan," pekik Alana horor. Jantungnya berdebar kencang dan dia mulai berkeringat dingin. Dia tidak mau! Alana tak ingin dilamar oleh Ethan, lebih tepatnya tak mau memiliki hubungan dengan pria ini. Ethan kakaknya, sepupunya!"Kenapa?" Ethan menaikkan sebelah alis. "Usiamu sudah layak untuk diperistri. Apa salahnya?" "Aku nggak mau menikah dengan Kak Ethan." Alana memekik syok. "Alasan?" Ethan menatap Alana kembali, memperhatikan prempuan itu secara lekat. Sebenarnya sudah lama Ethan tertarik pada Alana karena Alana memang cantik dan mempesona. Sama seperti manusia p
"Alana!" peringat Haiden, melayangkan tatapan dingin pada putrinya. "Da-daddy … Kak Ethan harus pulang ke rumahnya. Pasti Aunty Serena dan Uncle Rafael sudah menunggunya pulang. Ma-makanya Kak Ethan tidak boleh mampir," ucap Alana, menyeru penuh semangat untuk meyakinkan daddy dan mommynya. Ethan mengeluarkan handphone kemudian memperlihatkan layar yang kosong, tak ada notifikasi ataupun pop up. "Tak ada yang mencariku," jawab Ethan. Sebenarnya cukup miris, akan tetapi memang begitulah faktanya. Memangnya kapan anak kedua dicari?! Alana seketika merasa bersalah, wajahnya muram–menggaruk pipi karena tak enak pada Ethan. "Uncle mencari dan menunggumu pulang. Cepat masuk," ucap Haiden terkesan santai dan sederhana, tetapi hangat bagi Ethan. Ethan menganggukkan kepala, tersenyum tipis pada orangtua Alana lalu masuk dalam rumah. Sejenak dia menoleh pada Alana, menyunggingkan smirk tipis untuk menakut-nakuti perempuan itu. Yah, dia tahu Alasan Alana melarangnya mampir, t
"Uncle, aku mencintai putrimu dan aku berniat memperistrinya," ucap Ethan dengan nada serius, menatap penuh harap pada Haiden. Saat ini dia di rumah orangtua Alana untuk menyampaikan niatannya memperistri perempuan itu pada orangtua Alana. Seharusnya dia ke kantor, akan tetapi Ethan lebih dulu ke sini karena … bukankah niatan baik harus disampaikan lebih awal? Haiden mengangguk-angguk kepala, tersenyum tipis pada Ethan. "Uncle suka yang terus terang seperti ini. Bawa orangtuamu dan lamar putri Uncle dengan baik. Tapi … keputusan tetap ada pada Alana." "Ah, baik, Uncle." Ethan tersenyum senang, begitu lega dan bahagia karena Haiden menyambut niatannya dengan baik, "aku akan melamar Alana setelah proyek yang kupegang selesai. Hanya tinggal sedikit lagi, Uncle. Untuk itu, kuharap Uncle tidak menerima lamaran dari pria lain pada Alana," lanjut Ethan, berkata ragu pada akhirnya kalimat. Bisa dikatakan Ethan tergesa-gesa ingin menikahi Alana. Namun, proyek yang dipegang olehnya sedik
"Aku tidak apa-apa, Kak Ethan," jawab Alana cukup kikuk, menoleh ke arah Ebrahim dan berniat menghampiri kakaknya. Akan tetapi, tangannya dicekal oleh Ethan–pria itu tak membiarkan Alana beranjak dan dekat dengan Ebrahim. Ebrahim mengamati hal tersebut secara lekat dan teliti, dia menatap ke arah genggaman tangan Ethan di tangan adiknya kemudian memperhatikan Alana dan Ethan secara bergantian. "Kalian …-" Ebrahim bersedekap dingin, menatap curiga pada adiknya dan Ethan. Namun, ucapannya berhenti saat melihat Luisa berniat kabur. Ebrahim dengan sigap mengulurkan kaki, sehingga Luisa tersandung oleh kakinya dan berakhir jatuh secara kasar di lantai. "Siapa perempuan ini? Terlihat kampungan dan rendahan," ucap Ebrahim, bertanya pada Ethan dan Alana. Alana langsung melepas genggaman tangan Ethan dan menghampiri kakaknya. "Kak, dia ini model yang dekat dengan Kak Ethan. Dia selalu menggangguku dan bahkan suka merendahkan keluarga kita," ucap Alana, mengadukan kelakuan Luisa pada k
Akhirnya produk terbaru dari Healthy'Food telah diluncurkan, bersama dengan iklan yang mengguncang dunia cinematic da perfilm-an. Iklan yang setara dengan film berkelas tesebut berhasil mencuri perhatian banyak orang. Pemasaran berhasil, produk dikenal lebih jauh dan menjadi incaran masyarakat–viral karena iklan yang spektakuler. Mereka juga berbohong-bondong membeli, demi mendapatkan foto card para model iklan. Incaran mereka adalah foto Alana dan si kecil berambut putih, tak lain adalah Abizar. Naman Ethan juga semakin dikenal, lewat proyek ini. Samuel mengakui kehebatan adiknya dan sangat bangga atas keberhasilan sang adik. Dia meminta maaf karena terlalu menekan Ethan, sedangkan Ethan menerima dengan ikhlas. Dia mengganggap tekanan yang diberikan oleh Samuel adalah salah satu dorongan untuk keberhasilan Ethan sekarang. Untuk merayakan keberhasilannya, kakak dan sepupunya yang lain mengajak Ethan berlibur ke Pulau pribadi milik keluarga Azam. Alana sebenarnya tak ingin ikut; sep
Alana langsung menarik tangannya, meringsut ke lemari kabinet bawah sembari menatap Ethan dengan muka konyol–malu bercampur panik secara bersamaan. Ethan bangkit, melayangkan tatapan dingin ke arah Alana. Setelah itu, dia beranjak dari sana–tanpa mengatakan apa-apa pada Alana. "Eih." Kanza menatap Ethan dengan tampang muka bingung. Pria itu pergi begitu saja dengan muka dingin dan terlihat seperti marah. Mengingat sesuatu, Kanza buru-buru melangkah ke dapur, bersama dengan Anne. "Kamu kenapa, Al?" tanya Kanza dengan nada perhatian, mendekati Alana lalu membantu perempuan itu untuk berdiri. "I-itu … kecoa," jawab Alana, terpaksa berbohong karena dia tak mungkin jujur kalau dia habis …-Haisss! Tangannya! "Trus Kak Ethan …-" Anne bertanya tetapi cukup ragu karena melihat wajah adik iparnya yang terlihat kaku–seperti sedang marah. Sebenarnya Ethan dan Anne seumuran, akan tetapi karena dia berbicara dengan Alana, dia menyebut Ethan dengan embel-embel kakak. Alasannya karena Ethan ja
Alana kembali mengurung diri di dalam kamar karena tidak tahan di goda oleh para sepupunya. Dia bahkan bahkan berniat menghubungi daddynya supaya menjemputnya pulang, saking tidak tahannya dia dicie-ciekan dengan Ethan. Namun, dia takut itu akan mendatangkan masalah sehingga Alana memilih mengurungkan diri. Lagi pulang hanya satu hati lagi, setelah itu mereka akan pulang dari pulau ini. Hah, Ethan. Alih-alih suka, Alana malah semakin tak Sudi menikah dengan pria itu. Dia benar-benar tidak suka dicie-ciekan. Dia sangat benci!Ceklek'Alana menoleh ke arah pintu, mendapati kakaknya di sana. Ebrahim masuk ke dalam kamar dan berjalan mendekat ke arah adiknya yang duduk di sofa. "Kenapa kau terus mengurung diri, Alana?" tanya Ebrahim, duduk di sebelah adiknya. Alana menatap sejenak pada Ebrahim kemudian lanjut membaca novel di tangan, "aku tidak nyaman dengan kalian. Dikit dikit cie cie cie. Aku tidak suka Kak Ethan dan aku tidak punya hubungan dengan Kak Ethan. Kalian begitu, aku ma
"Dia memang Azam, tetapi dia berdiri diatas kakinya sendiri. Dia tidak pernah mengandalkan nama belakangnya. Dan Kakak perhatikan Kak Ethan sangat memperhatikanmu, kau sangat beruntung jika mendapatkannya. Karena Kak Ethan tidak peduli pada sekitarnya, dan kau satu-satunya yang akan dia perhatikan.""Kak! Tolong jangan paksa aku. Aku nggak suka Kak Ethan," pekik Alana. Ebrahim menghela napas, berdiri dari sebelah adiknya lalu mengusap pucuk kepala Alana. "Terserah. Tapi-- gengsinya jangan lama-lama. Yang suka pada Kak Ethan itu bukan hanya kau.""Ih apaan sih?!" ketus Alana, langsung menutup pintu dengan kasar–setelah Ebrahim keluar dari kamarnya. Semua orang gila! Sudah Alana bilang kalau dia tidak suka pada Ethan, tetapi orang-orang terus keukeuh menganggap Alana suka pada Ethan. Hell! Bukan hanya Ethan laki-laki di dunia ini, dan … big no untuk pria Azam. Sekalipun Ebrahim sudah menasehati, itu tak mempan pada Alana. Tidak tetap tidak suka! Tok tok tok'Alana membuka pintu deng
Alana kembali mengurung diri di dalam kamar karena tidak tahan di goda oleh para sepupunya. Dia bahkan bahkan berniat menghubungi daddynya supaya menjemputnya pulang, saking tidak tahannya dia dicie-ciekan dengan Ethan. Namun, dia takut itu akan mendatangkan masalah sehingga Alana memilih mengurungkan diri. Lagi pulang hanya satu hati lagi, setelah itu mereka akan pulang dari pulau ini. Hah, Ethan. Alih-alih suka, Alana malah semakin tak Sudi menikah dengan pria itu. Dia benar-benar tidak suka dicie-ciekan. Dia sangat benci!Ceklek'Alana menoleh ke arah pintu, mendapati kakaknya di sana. Ebrahim masuk ke dalam kamar dan berjalan mendekat ke arah adiknya yang duduk di sofa. "Kenapa kau terus mengurung diri, Alana?" tanya Ebrahim, duduk di sebelah adiknya. Alana menatap sejenak pada Ebrahim kemudian lanjut membaca novel di tangan, "aku tidak nyaman dengan kalian. Dikit dikit cie cie cie. Aku tidak suka Kak Ethan dan aku tidak punya hubungan dengan Kak Ethan. Kalian begitu, aku ma
Alana langsung menarik tangannya, meringsut ke lemari kabinet bawah sembari menatap Ethan dengan muka konyol–malu bercampur panik secara bersamaan. Ethan bangkit, melayangkan tatapan dingin ke arah Alana. Setelah itu, dia beranjak dari sana–tanpa mengatakan apa-apa pada Alana. "Eih." Kanza menatap Ethan dengan tampang muka bingung. Pria itu pergi begitu saja dengan muka dingin dan terlihat seperti marah. Mengingat sesuatu, Kanza buru-buru melangkah ke dapur, bersama dengan Anne. "Kamu kenapa, Al?" tanya Kanza dengan nada perhatian, mendekati Alana lalu membantu perempuan itu untuk berdiri. "I-itu … kecoa," jawab Alana, terpaksa berbohong karena dia tak mungkin jujur kalau dia habis …-Haisss! Tangannya! "Trus Kak Ethan …-" Anne bertanya tetapi cukup ragu karena melihat wajah adik iparnya yang terlihat kaku–seperti sedang marah. Sebenarnya Ethan dan Anne seumuran, akan tetapi karena dia berbicara dengan Alana, dia menyebut Ethan dengan embel-embel kakak. Alasannya karena Ethan ja
Akhirnya produk terbaru dari Healthy'Food telah diluncurkan, bersama dengan iklan yang mengguncang dunia cinematic da perfilm-an. Iklan yang setara dengan film berkelas tesebut berhasil mencuri perhatian banyak orang. Pemasaran berhasil, produk dikenal lebih jauh dan menjadi incaran masyarakat–viral karena iklan yang spektakuler. Mereka juga berbohong-bondong membeli, demi mendapatkan foto card para model iklan. Incaran mereka adalah foto Alana dan si kecil berambut putih, tak lain adalah Abizar. Naman Ethan juga semakin dikenal, lewat proyek ini. Samuel mengakui kehebatan adiknya dan sangat bangga atas keberhasilan sang adik. Dia meminta maaf karena terlalu menekan Ethan, sedangkan Ethan menerima dengan ikhlas. Dia mengganggap tekanan yang diberikan oleh Samuel adalah salah satu dorongan untuk keberhasilan Ethan sekarang. Untuk merayakan keberhasilannya, kakak dan sepupunya yang lain mengajak Ethan berlibur ke Pulau pribadi milik keluarga Azam. Alana sebenarnya tak ingin ikut; sep
"Aku tidak apa-apa, Kak Ethan," jawab Alana cukup kikuk, menoleh ke arah Ebrahim dan berniat menghampiri kakaknya. Akan tetapi, tangannya dicekal oleh Ethan–pria itu tak membiarkan Alana beranjak dan dekat dengan Ebrahim. Ebrahim mengamati hal tersebut secara lekat dan teliti, dia menatap ke arah genggaman tangan Ethan di tangan adiknya kemudian memperhatikan Alana dan Ethan secara bergantian. "Kalian …-" Ebrahim bersedekap dingin, menatap curiga pada adiknya dan Ethan. Namun, ucapannya berhenti saat melihat Luisa berniat kabur. Ebrahim dengan sigap mengulurkan kaki, sehingga Luisa tersandung oleh kakinya dan berakhir jatuh secara kasar di lantai. "Siapa perempuan ini? Terlihat kampungan dan rendahan," ucap Ebrahim, bertanya pada Ethan dan Alana. Alana langsung melepas genggaman tangan Ethan dan menghampiri kakaknya. "Kak, dia ini model yang dekat dengan Kak Ethan. Dia selalu menggangguku dan bahkan suka merendahkan keluarga kita," ucap Alana, mengadukan kelakuan Luisa pada k
"Uncle, aku mencintai putrimu dan aku berniat memperistrinya," ucap Ethan dengan nada serius, menatap penuh harap pada Haiden. Saat ini dia di rumah orangtua Alana untuk menyampaikan niatannya memperistri perempuan itu pada orangtua Alana. Seharusnya dia ke kantor, akan tetapi Ethan lebih dulu ke sini karena … bukankah niatan baik harus disampaikan lebih awal? Haiden mengangguk-angguk kepala, tersenyum tipis pada Ethan. "Uncle suka yang terus terang seperti ini. Bawa orangtuamu dan lamar putri Uncle dengan baik. Tapi … keputusan tetap ada pada Alana." "Ah, baik, Uncle." Ethan tersenyum senang, begitu lega dan bahagia karena Haiden menyambut niatannya dengan baik, "aku akan melamar Alana setelah proyek yang kupegang selesai. Hanya tinggal sedikit lagi, Uncle. Untuk itu, kuharap Uncle tidak menerima lamaran dari pria lain pada Alana," lanjut Ethan, berkata ragu pada akhirnya kalimat. Bisa dikatakan Ethan tergesa-gesa ingin menikahi Alana. Namun, proyek yang dipegang olehnya sedik
"Alana!" peringat Haiden, melayangkan tatapan dingin pada putrinya. "Da-daddy … Kak Ethan harus pulang ke rumahnya. Pasti Aunty Serena dan Uncle Rafael sudah menunggunya pulang. Ma-makanya Kak Ethan tidak boleh mampir," ucap Alana, menyeru penuh semangat untuk meyakinkan daddy dan mommynya. Ethan mengeluarkan handphone kemudian memperlihatkan layar yang kosong, tak ada notifikasi ataupun pop up. "Tak ada yang mencariku," jawab Ethan. Sebenarnya cukup miris, akan tetapi memang begitulah faktanya. Memangnya kapan anak kedua dicari?! Alana seketika merasa bersalah, wajahnya muram–menggaruk pipi karena tak enak pada Ethan. "Uncle mencari dan menunggumu pulang. Cepat masuk," ucap Haiden terkesan santai dan sederhana, tetapi hangat bagi Ethan. Ethan menganggukkan kepala, tersenyum tipis pada orangtua Alana lalu masuk dalam rumah. Sejenak dia menoleh pada Alana, menyunggingkan smirk tipis untuk menakut-nakuti perempuan itu. Yah, dia tahu Alasan Alana melarangnya mampir, t
"Aku memang berencana melamarmu. Jadi-- itu bukan salah paham," ucap Ethan santai, menatap Alana yang masih berdiri dengan tatapan intens. Deg deg deg'Alana menatap tak percaya pada Ethan, matanya melebar dan mulut menganga. Tidak mungkin! Ethan pasti bercanda. "Ahahaha … Kak Ethan pasti bercanda. Kita kan sepupu, jadi mana mungkin?" "Aku tidak bercanda." Ethan berkata dingin, "secepatnya aku akan melamarmu." "Kak Ethan," pekik Alana horor. Jantungnya berdebar kencang dan dia mulai berkeringat dingin. Dia tidak mau! Alana tak ingin dilamar oleh Ethan, lebih tepatnya tak mau memiliki hubungan dengan pria ini. Ethan kakaknya, sepupunya!"Kenapa?" Ethan menaikkan sebelah alis. "Usiamu sudah layak untuk diperistri. Apa salahnya?" "Aku nggak mau menikah dengan Kak Ethan." Alana memekik syok. "Alasan?" Ethan menatap Alana kembali, memperhatikan prempuan itu secara lekat. Sebenarnya sudah lama Ethan tertarik pada Alana karena Alana memang cantik dan mempesona. Sama seperti manusia p
Namun, Alana jauh lebih terkejut ketika Ethan berdehem–mengiyakan ucapan Abizar. "Hmm." Ethan berdehem singkat, setelah itu menarik Alana ke dekat perapian. Alana hanya bisa menurut, terlalu cengang karena Ethan mengiyakan ucapan Abizar. Oh my God! Apa kata orang?! "Duduk lah di sini," ucap Ethan, mempersilahkan Alana supaya duduk di sebuah kursi–dekat dengan perapian. Alana menurut, duduk di kursi yang dipersilahkan oleh Ethan tersebut. Pria itu juga duduk di sebelahnya, memangku Abizar yang terlihat nyaman dalam dekapan Ethan. "Papa, Abi ingin tidul di sini." Abi kembali bersuara, menepuk pelan paha Ethan–isyarat kalau dia mengantuk tetapi tak ingin kembali ke canpervan. "Abi--" Alana melototi Abizar, menegur anak kecil itu agar berhenti memanggil papa pada Ethan. "Humm, tidurlah," jawab Ethan santai, sama sekali tak mempermasalahkan Abi yang memanggilnya papa. "Sepertinya kamu sengaja yah, Alana, menyuruh Abizar memanggil Papa pada Tuan Ethan. Supaya kamu dik