"Vira!" jerit Cavia memanggil Davira ketika ia sudah sampai di lantai apartemen tempat Haikal tinggal.Terlihat Davira yang masih betah bersandar di belakang pintu apartemen Haikal dengan posisi berjongkok menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan miliknya. Setelah mendengar panggilan Cavia, Davira membuka telapak tangan dan mendongak menatap Cavia yang kini sudah berdiri di depannya."Cavia...." panggil Davira dengan suara merengek manja, Davira membuka lebar kedua tangannya sebagai isyarat untuk Cavia agar memeluknya.Cavia yang mengerti kode itu pun mengangguk seraya tersenyum, merundukkan tubuhnya berjongkok di depan Davira.Cavia memeluk erat tubuh Davira yang montok namun kini seakan rapuh, bahkan di dalam pelukannya pun Davira kembali menangis."Dia jahat Cavia," kata Davira mengadu pada sepupunya ini. "Dia berselingkuh bahkan bercinta denga
Benar saja apa yang Davira katakan, tak butuh waktu lama hanya dengan hitungan jam saja kabar mengenai dirinya yang tengah berada di kediaman keluarga Wicaksana sudah diketahui oleh sang papa. Dava Atmadja.Pria tampan yang dulunya mantan playboy itu kini sudah berada di kediaman rumah milik Arnando Wicaksana. Pagi-pagi sekali saat ia berpamitan pada Airaa untuk berangkat kerja ke kantor, Dava menyempatkan diri berkunjung ke rumah sahabatnya tersebut setelah mendapatkan kabar dari salah satu anggota keluarga itu.Meskipun sedikit dilanda kebingungan tentang keberadaan Davira yang ada di sana. Seingat Dava, bukankah tadi malam ia sengaja membantu putrinya itu untuk kabur dari rumah agar bisa menemui Haikal? Lalu kenapa sekarang anaknya bisa berada di rumah Nando? Seharusnya kan Davira masihberada di apartemennya Haikal. Aneh! pikir Dava merasa sepertinya sedang terjadi sesuatu hal yang tak beres.Kedatangan Dava di sambu
"Dasar bodoh!" umpat Dava memaki Haikal.Setelah pergi dari rumah Nando, Dava bukannya ke kantor malah singgah mendatangi apartemen Haikal. Syukurlah Haikal masih berada di apartemennya dan langsung membuka pintu begitu mendengar suara bunyi bel apartemen.Sedikit tercengang ketika melihat siapa tamu yang datang dan sungguh tak menyangka jika Dava akan berkunjung ke apartemennya pagi ini.Tak ada sapaan yang Dava berikan, justru pria itu langsung nyelonong masuk ke dalam tanpa sang tuan rumah menyuruh terlebih dahulu. Dan Dava tanpa tendeng alih-alih langsung mengeluarkan semua makian dan umpatan pada Haikal yang sama sekali tak mengerti."Berengsek, Haikal bodoh!" entah umpatan dan makian yang ke berapa kalinya Dava berikan untuk Haikal.Haikal yang tadinya berusaha tenang dan sabar menghadapi sikap Dava pada akhirnya pun meledak. "Sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa kau tiba-tiba datang ke ap
"Ini!" Haikal meletakkan segelas air mineral di atas meja, "minumlah agar tenggorakanmu tidak kering lagi dan batukmu berhenti." titahnya yang di angguki Dava.Dava meraih segelas air mineral itu dan langsung menegguknya cepat. "Pelan-pelan Dav, nanti kau bisa tersedak." kata Haikal memperingati, namun terlambat sebab segelas air mineral itu sudah tandas di teguk Dava.Dava nyengir seraya meletakkan gelas yang sudah kosong kembali ke meja. "Udah habis," katanya cengengesan.Haikal memutar bola matanya kesal, tingkah bapak satu ini masih sama saja seperti dulu. Tidak berubah sama sekali walaupun umurnya sudah semakin bertambah dan memiliki anak dua. Tapi, tingkah Dava masihlah sama seperti waktu muda, hanya satu yang sudah berubah darinya. Yaitu, sikap playboynya, Dava memang seperti sudah bersumpah jika ia akan berubah untuk yang satu itu. Dan harus Haikal akui, jika Dava memang bersungguh-sungguh pada janjinya itu.
Siang itu Davira memutuskan pamit pergi dari kediaman rumah milik keluarga Wicaksana. Davira beralasan jika ia ingin pulang ke rumahnya sendirian tanpa mau di temani Cavia sekalipun ataupun di antarkan pak supir pribadi keluarga Wicaksana.Kia awalnya menolak keinginan Davira tersebut karena ia sedikit merasa curiga dengan gerak-gerik serta gelegat gadis itu. Tapi, Davira yang bersikeras pun tentu tak kehabisan ide untuk terus meyakinkan Kia.Pada akhirnya Kia mengalah dan merelakan Davira pulang sendiri. Dalam hatinya, wanita itu berdoa semoga Davira tak berbohong dan sungguh pulang ke rumahnya dengan aman."Bunda yakin dengan keputusan ini? Merelakan Davira pergi sendirian." ucap Cavia setelah kepergian Davira, "bagaimana jika Davira berbohong Bunda?"Kia menghela napasnya sejenak sembari menatap lembut sang anak. "Insyaallah sayang, semoga Davira berkata jujur d
Suara musik DJ mengalun begitu keras terasa memekakkan telinga, para manusia tampak tengah menikmati alunan musik yang menghentak-hentak itu.Begitu juga dengan seorang gadis yang barusan saja menginjakkan kakinya masuk ke dalam club ini bersama dua orang wanita lainnya. Dua orang wanita yang merupakan temannya, bernama Selena dan Annisa.Davira tersenyum senang tampak begitu menyukai tempat yang di tawarkan kedua temannya itu."Bagaimana Vira?" tanya Selena pada Davira yang dari kedua bola matanya terlihat berbinar bahagia."Kau suka dengan tempat ini?" timpal Annisa yang juga ikut bertanya.Davira mengangguk semangat seraya berseru. "Sukaaa!!! Thanks ya guys." kata Davira sembari memeluk tubuh kedua sahabatnya.Dari arah yang tak terlalu jauh dari tempat mereka saat ini, dua orang pria terlihat melambai-lambaikan tangannya pada Anissa dan Selena. Kedua wanita itu membalas lamb
Davira terus melangkah ke toilet yang ada di club malam itu, sepanjang perjalanannya menuju toilet Davira banyak melihat wanita dan pria yang tengah bercumbu mesra bahkan ada yang lebih dari itu. Entah mereka pasangan atau tidak, yang pasti Davira serasa mual dan ingin muntah melihatnya.Davira sedikit mempercepat langkahnya agar sampai di toilet untuk mengeluarkan semuanya disana.Benar saja, begitu sampai di toilet Davira langsung muntah. Padahal ia sama sekali belum ada minum atau makan sesuatu, tetapi karena melihat adegan tak senonoh itu membuat perutnya di landa mual.Padahal hal seperti itu yang di idam-idamkan Davira dulu bersama Haikal. Mengingat pria tua itu, Davira malah bertambah semakin mual sebab Haikal sendirilah yang membuatnya sampai terdampar seperti ini. Tidak, lebih tepatnya atas kehendak Davira sendirilah ia sampai di tempat ini, berkat momen percintaan Haikal bersama seorang wanita waktu itu, Davira jadi
Kabar mengenai kaburnya Davira dari rumah Nando sudah terdengar sampai ke telinga Dava dan Airaa. Sepasang suami-isteri itu syok luar biasa saat mendengar kabar putrinya yang kabur dari Cavia.Gadis itu sudah tidak tau harus berbuat apalagi selain melaporkan hal ini pada kedua orang tua Davira. Cavia sudah sangat lelah menunggu dan berharap Davira akan pulang ke rumahnya, nyatanya setelah seharian menunggu di rumah keluarga Atmadja, Davira pun tak kunjung pulang.Siang hari saat menunggu Cavia malah menemukan Orlando yang baru pulang dari sekolah. Adik tampan Davira itu masih duduk di bangku Xl SMA. Orlando yang manis dan ramah tentu menegur Cavia begitu melihat gadis itu tengah duduk di teras rumahnya.Keduanya mengobrol untuk waktu yang cukup lama hingga tak terasa waktu sudah hampir sore. Akhirnya Cavia memutuskan untuk pulang namun Orlando mencegahnya, pemuda itu meminta Cavia untuk lebih lama sedikit lagi.
"Bagaimana perasaan Anda setelah menikah, Nona Davira?""Tentu saja bahagia.""Anda tidak menyesal menikah di usia muda?"Davira melirik kesal pada sang pembawa acara program reality show di salah satu channel televisi swasta. Bagaimana tidak kesal? Pasalnya, sudah perjanjian bahwa pertanyaan seperti itu tidak ada masuk ke dalam pembahasan dan perbincangan mereka. Tapi, ternyata Davira terkecoh oleh program acara ini."Maaf, sepertinya petanyaan seperti ini melenceng jauh dari kesepakatan kita. Anda tau, bahwa wajah kami dan kisah kehidupan pernikahan kami menjadi sorotan penuh minat oleh semua orang yang saat ini mungkin tengah menyaksikan acara ini." ucap Davira mengingatkan.Sang pembawa acara itu tersenyum malu. "Ah, maaf, tapi sepertinya pertanyaan yang saya ajukan belum termasuk melanggar perjanjian kita sebelumnya Nona."Davira memutar bola matanya kesal sekaligus j
Dua bulan kemudian....Bagi Haikal dan Davira tidak butuh waktu lebih lama lagi untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Begitu keduanya sudah siap dengan niat dan tekad yang bulat, akhirnya sepasang kekasih dengan perbedaan umur yang jauh itu memutuskan untuk menikah.Dan ... hari bahagia itu jatuh pada hari ini. Baik Haikal maupun Davira sama-sama dilanda rasa gugup yang luar biasa untuk menyambut hari ini.Akan ada serangkaian acara yang akan mereka lewati nanti, dimulai dari ijab kabul sampai resepsi pernikahan.Meski dilanda perasaan gugup namun tak dipungkiri keduanya juga jika mereka sudah tak sabar untuk segera dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan. Davira yang sudah tak sabar menjadi istri sah Haikal, dan begitu juga dengan Haikal yang sudah tak sabar ingin segera memiliki Davira seutuhnya.Namun dibalik itu semua, mereka berdua sama-sama tau jika proses perjalanan cinta merek
Cavia merasa sangat malu dan menutupi wajah cantiknya yang terlihat pucat dengan kedua telapak tangannya. Rasanya, Cavia sudah tak memiliki wajah lagi untuk berhadapan dengan Davira dan Haikal.Padahal niatnya untuk pertemuan ini adalah meminta maaf pada kedua orang itu. Karena gosip murahan atau fitnahnya-lah yang membuat Davira dan Haikal bertengkar hebat. Belum lagi aksi Davira yang sempat melabrak Ayesha.Cavia tau betul dan sangat sadar dengan tindakannya itu sebelum pada akhirnya ia memutuskan untuk bunuh diri saja. Entahlah, saat itu Cavia memiliki alasan sendiri kenapa sampai memilih jalan pintas seperti itu."Maafkan aku, Vira, Om." kata Cavia sangat lirih."Aku benar-benar menyesal dan sangat malu atas apa yang aku lakukan." isak Cavia terdengar pilu.Terbukti, kata-kata Cavia mampu menggetarkan relung hati Davira yang terda
Seminggu kemudian Davira mendengar kabar jika Cavia sudah di perbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit. Selama itu pula ia dan Haikal tak pernah datang lagi ke rumah sakit untuk menjenguknya.Haikal melarang keras Davira untuk pergi, karena menurut Haikal tak ada untungnya juga menjenguk Cavia yang ternyata bebal dan sangat keras kepala.Gadis itu masih terus saja menyesali takdirnya yang masih hidup. Pernah sekali, beberapa hari yang lalu Davira dan Haikal mendapat kabar jika Cavia kembali mencoba melakukan upaya bunuh diri dengan cara meminum racun.Davira tidak tau pasti kejelasan dari ceritanya seperti apa. Yang hanya Davira tau bahwa aksi nekat Cavia itu kepergok dan berhasil di gagalkan oleh salah satu suster yang tengah bertugas saat itu.Meski kecewa dengan Cavia, tetapi Davira merasa senang dan bersyukur karena sepupunya itu selamat dari kematian. Setidaknya Davira ingin Cavia tetap hidup sampai ajaln
Seluruh keluarga kaget dengan reaksi Cavia tampak terkendali pasca setelah sadar dari koma. Kia dan Nando sedari tadi sudah mencoba berusaha untuk menenangkan Cavia mengingat kondisi gadis itu."Kenapa kalian menyelamatkanku?" begitulah kata-kata yang terus di ucapkan Cavia. Seakan gadis itu tak mensyukuri dirinya yang masih hidup."Jadi kamu ingin mati?" seruan Haikal yang sejak tadi tampak geram melihat Cavia.Dengan langkahnya yang pasti Haikal berjalan mendekati ranjang, menatap tajam tepat ke manik mata Cavia. "Kamu merasa menyesal karena tidak jadi mati, begitukah?"Cavia menatap sendu Haikal yang justru malah balas menatapnya tajam. Melihat itu Davira menjadi was-was dan takut jika Haikal hendak berniat melukai Cavia."Ayesha, panggilkan Suster dan Dokter." bisik Davira pada Ayesha yang berdiri di sampingnya.
Kabar baik untuk seluruh keluarga karena hari ini Cavia sudah sadar. Mendengar itu tentu saja semua anggota keluarga senang mendengarnya, tak terkecuali Ayesha dan juga pak Ridwan.Sejak pagi tadi Ayesha dan bapaknya sudah tiba di rumah sakit. Disana juga sudah ada Nando beserta Kia, sang istri tercintanya. Sedangkan untuk Hasan, entahlah, pria itu belum menampakkan batang hidungnya sedari tadi sampai sekarang.Kia dan Nando sekarang tengah di dalam kamar rawat inap Cavia sementara Ayesha dan pak Ridwan lebih memilih menunggu diluar dan duduk di kursi tunggu rumah sakit.Sembari terus menunggu, mereka di kejutkan dengan kehadiran keluarga Atmadja dan Haikal yang datang ke rumah sakit secara bersamaan. Sedangkan Orlando, putra bungsu Airaa dan Dava tidak bisa ikut ke rumah sakit karena harus mengikuti ujian sekolah.Terlihat Dava menyapa hangat Ridwan seraya bertanya. "Sudah lama disini?""Sejak
Dua minggu kemudian....Ini pekan kedua kondisi keadaan Cavia yang masih belum sadarkan diri setelah insiden aksi nekatnya yang mencoba melakukan upaya bunuh diri. Tetapi, syukurlah saat itu Cavia di bawa ke rumah sakit tepat waktu hingga nyawanya pun dapat terselamatkan.Seluruh keluarga sangat bersyukur karena Cavia masih hidup meskipun kondisinya saat ini masih kritis. Doa pun tak berhenti seluruh keluarga panjatkan untuk Cavia, dan mereka sangat berharap Cavia cepat sadar dan bisa kembali berkumpul bersama.Ada satu hal menarik yang terungkap Davira dapatkan di dalam kamar Cavia saat itu. Yaitu berupa sebuah buku diary milik Cavia yang terbuka. Saat itu Davira tak sengaja mengalihkan fokusnya ketika semua orang panik dan sibuk pada Cavia.Tangan Davira terulur untuk mengambil buku diary itu dan terhenyak kaget ketika membaca isi lembaran buku yang terbuka. Kenapa bisa Davira terhenyak kaget? Tentu saja!
Entah kesalahan apa yang di perbuat Nando dan Kia dulu sehingga kini mereka berdua merasa gagal dalam mendidik anak mereka. Rasanya Nando dan Kia tak pantas menjadi orangtua yang baik, lihatlah kelakuan kedua anak mereka yang tak pernah becus.Awalnya Hasan dan kini gantian Cavia yang berulah. Nando merasa telah di khianati sebab ia menaruh kepercayaan penuh pada anak perempuannya itu. Cavia menurutnya anak baik yang tidak mau membantah satu kata pun padanya. Tapi hari ini, Nando malah mendengar ucapan yang tak enak dari sahabatnya mengenai anak gadisnya.Ya, setelah mengetahui bahwa Davira mendapatkan berita bohong itu dari Cavia. Dava dan Haikal berserta Davira langsung bergegas pergi menuju kediaman keluarga Wicaksana. Haikal dan Dava langsung mengutarakan maksud dari kedatangan mereka.Tentu saja Nando awalnya kaget dan merasa tak percaya jika putrinya bertingkah seperti itu. Tapi melihat ke
Haikal sebenarnya berat untuk meninggalkan Davira yang dalam kondisi terikat dan mulut dilakban di dalam apartemennya. Memang terdengar gila, bagaikan seorang psikopat Haikal begitu nekat melakukan hal tersebut. Tetapi, apa boleh dibuat?Haikal tidak akan sanggup bila kehilangan Davira yang sudah pasti akan meninggalkannya bersamaan dengan rasa kepercayaan untuknya yang juga sudah hilang.Sebelum pergi Haikal sempat mengucapkan maaf untuk Davira. Ia tau jika apa yang dilakukannya ini malah akan semakin menambah kebencian Davira. Tapi, sekali lagi Haikal tegaskan jika ia tidak peduli karena ia hanya takut satu hal. Yaitu, berjauhan dan kehilangan Davira.Dan sekarang tujuan Haikal adalah ke rumah calon kedua mertuanya. Ya, Haikal ingin bicara pada Dava dan juga Airaa sebelum pergi berangkat kerja ke kantor.Setelah menempuh perjalanan yang memakan waktu hampir tiga puluh menit Haikal telah sampai di kediaman At