Kabar mengenai kaburnya Davira dari rumah Nando sudah terdengar sampai ke telinga Dava dan Airaa. Sepasang suami-isteri itu syok luar biasa saat mendengar kabar putrinya yang kabur dari Cavia.
Gadis itu sudah tidak tau harus berbuat apalagi selain melaporkan hal ini pada kedua orang tua Davira. Cavia sudah sangat lelah menunggu dan berharap Davira akan pulang ke rumahnya, nyatanya setelah seharian menunggu di rumah keluarga Atmadja, Davira pun tak kunjung pulang.
Siang hari saat menunggu Cavia malah menemukan Orlando yang baru pulang dari sekolah. Adik tampan Davira itu masih duduk di bangku Xl SMA. Orlando yang manis dan ramah tentu menegur Cavia begitu melihat gadis itu tengah duduk di teras rumahnya.
Keduanya mengobrol untuk waktu yang cukup lama hingga tak terasa waktu sudah hampir sore. Akhirnya Cavia memutuskan untuk pulang namun Orlando mencegahnya, pemuda itu meminta Cavia untuk lebih lama sedikit lagi.
"Hai, ini sudah larut malam, kau tidak ingin pulang?" sapa Pete menatap cemas pada Davira yang masih setia di club, padahal raut wajah gadis itu jelas menunjukkan kebosanan.Kedua mata Davira memindai ke segala arah, seolah seperti sedang mencari sesuatu. Tapi, meskipun sudah berulang kali memperhatikan setiap sudut club malam ini Davira tak kunjung menemukan sosok kedua temannya dimana pun.Pete yang mengerti arti pandangan Davira pun merasa kasihan pada gadis itu. "Kau mencari keberadaan teman-temanmu?" tanyanya menebak dengan benar.Davira mengangguk lesu, "iya, kau ada melihat mereka? Tadi terakhir kali aku melihat keduanya disana bersama kekasih mereka masing-masing." kata Davira menunjuk ke arah dimana tadi ia melihat Selena dan Annisa bersama kekasih mereka.Pete tersenyum meremehkan. "Davira, kenapa kau begitu sangat polos, hmm?""Maksudm
"Rumah siapa ini?" tanya Davira ketika mobil Pete berhenti di depan pagar sebuah rumah yang terbilang cukup mewah dan megah.Davira memperhatikan rumah itu dengan perasaan penasaran yang luar biasa. Benaknya bertanya-tanya tentang siapakah pemilik rumah ini? Apa mungkin itu rumah milik Pete? Seketika Davira menoleh ke arah Pete saat pemikiran itu muncul."Jangan bilang jika ini rumahmu?" tanya Davira yang entah kenapa tiba-tiba merasa sedikit takut dan was-was jika benar ini rumah Pete.Untuk apa ia membawaku kemari? batin Davira kalut sembari kedua tangannya bersilang di depan dada seolah tengah memeluk tubuhnya sendiri.Pete melirik reaksi dari tindakan yang di timbulkan Davira. "Untuk apa kau melakukan itu?""Antisipasi dari niat jahatmu.""What!" pekik Pete tak habis pikir."Ya, kau jahat! Buat apa kau bawa aku kemari, huh? Aku sangat tau, kau pasti sedang be
"Selamat pagi, cantik." sapa suara itu yang terdengar di telinga Davira setiap paginya.Davira tersenyum hangat menatap Pete, dan membalas sapaan hangat pria itu. "Selamat pagi juga, ganteng," Davira mengecup sebelah pipi Pete yang sudah menjadi kebiasaannya tanpa sungkan dan malu lagi.Sesaat tubuh Pete menegang, meskipun sudah dari seminggu yang lalu Davira melakukan tindakan hal seperti ini padanya. Davira terkekeh ketika Pete menatapnya tanpa ekspresi.Dengan isengnya jari Davira bergerak menyentuh dan sedikit menarik pelan kedua sudut bibir Pete hingga membentuk sebuah sebuah senyuman."Smile!"seruan Davira seperti sebuah perintah yang langsung di patuhi Pete, pria itu tersenyum sesuai keinginan Davira."Hmm, kurang lebar senyumnya," protes Davira.Mendengar itu Pete melebarkan senyumannya selebar mungkin sesuai yang di inginkan Davira."Cukup!" suara Da
Orangtua mana yang tidak akan jadi sedih bila anaknya kabur dari rumah, apalagi Davira ini seorang gadis yang masih sangat muda. Sudah sepekan Davira kabur dan tak kunjung pula ada tanda-tanda dirinya akan pulang, ataukah memang Davira sudah tak ingin kembali pulang ke rumahnya?Seminggu ini pula Dava tampak murung dan tak bersemangat, layaknya orang gila dadakan Dava di rundungi stress berat. Kehilangan anak seperti kehilangan separuh nyawanya, itulah definisi yang dapat menggambarkan seorang Dava saat ini.Ini ujian terberat dalam hidupnya setelah dulu ia sudah pernah melewati masa sulit saat memperjuangkan seorang wanita yang di cintainya. Dan kini wanita itu sudah menjadi istrinya selama lebih kurang hampir sembilan belas tahun. Sekarang sang maha kuasa tengah mengujinya kembali, seperti saat ini Dava kehilangan gairahnya dalam bekerja membuatnya sulit berkonsentrasi.BRAAKK.
Wajahku pias begitu melihat sosok yang ada di hadapanku saat ini, bagaimana mungkin aku bisa bertemu dengannya di tempat seperti ini?Oh, ya Tuhan, aku harus bagaimana sekarang? Berlari sekencang mungkin dari tempat ini, atau menghadapinya dengan cara pura-pura tak mengenalinya. Haruskah?!"Davira, siapa pria ini?" itu suara Pete yang bertanya.Astaga! Aku bahkan sampai melupakan sosok bartender tampan ini. Shittt!"D-dia ...." mampus aku, apa yang harus ku katakan pada Pete.Aku melirik takut-takut pada om Haikal dan Pete secara bergantian. Mereka pun juga saling bertatapan dengan pandangan bingung."Siapa kamu?" tanya om Haikal pada Pete.Aku sudah menduga jika om Haikal pasti bertanya juga mengenai sosok Pete."Saya?" Pete balik bertanya seraya menujuk dirinya sendiri sembari tatapan matanya masih mengarah pada om Haikal
Davira tampak tak bergairah setelah kejadian kemarin di mall, pertemuan mendadak dengan Haikal membuatnya frustasi. Kini gadis itu pun tampak cemas dan was-was, ketakutan itu ada bila saja sewaktu-waktu Pete datang kesini membawa Haikal ikut serta. Atau lebih parahnya membawa seluruh anggota keluarganya kemari.Sungguh suatu hal yang tak terpikirkan oleh Davira sebelumnya. Dirinya yang kalut hanya langsung mengambil langkah menuju ke rumah temannya, yaitu Selena.Temannya itu tampak kaget dan khawatir begitu melihat sosok Davira yang tiba-tiba menghilang saat malam itu, Selena pikir Davira hilang entah kemana.Hal pertama yang Davira lakukan adalah memeluk Selena sembari terisak. Selena yang panik pun berusaha menenangkan Davira dengan ikut balas memeluknya seraya mengelusi punggung gadis itu pelan."Davira, katakan ada apa?" tanya Selena kalut.Davira menggelengkan kepalanya, melihat itu Selen
"Hei, yang benar saja Om, untuk apa kau membawaku ikut serta bersamamu sampai kesini?" tanya Pete tak habis pikir mengapa dirinya seakan di jadikan tawanan untuk Haikal."Karena sekarang ini kau kunci utama yang sangat penting." sahut Haikal santai."What's?!"pekik Pete merasa geli dengan ucapan Haikal. "Kunci utama yang sangat penting, apa maksudnya?""Ya, kau ada bersama Davira yang saat ini masih dalam pelarian atau kabur. Kau mengerti?!""Tapi, sekarang tidak lagi, Om sendiri 'kan tau jika Davira melarikan diri tadi saat di mall." kilah Pete merasa tak ingin ikut terseret dan terlibat dalam masalah kaburnya Davira. Karena sungguh ia hanya mengenal Davira sebatas itu saja."Aku tidak mau tau, karena sudah seperti ini maka kau juga harus ikut membantuku mencari Davira. Oke!"Pete mendengkus kesal mendengarnya, seenaknya saja pria tua itu memutuskan apa yang ia i
Davira menatap bangunan rumah mewah bertingkat dua di depannya, rumah yang sudah hampir seminggu lebih ini tidak di lihatnya dan tidak menginjakkan kakinya lagi ke dalam sana.Dan hari ini Davira kembali ke tempat dimana yang seharusnya memang menjadi tempatnya untuk pulang, dan meneriakkan kata 'aku pulang!'Rasa rindu yang teramat itu tentu ada, apalagi untuk kedua orang tuanya. Terutama sang papa, Dava. Davira sungguh sangat merindukan pria tua humoris itu. Tentulah Davira tau pastilah Dava merasakan sedih yang teramat atas aksi nekatnya yang kabur. Sementara untuk sang mama, Airaa. Davira tidak bisa menebak dengan pasti perasaan wanita tua cantik yang masih awet muda itu. Tetapi, bagaimanapun juga Airaa adalah mamanya, wanita yang melahirkannya. Walaupun Airaa tidak begitu terlalu menonjolkan rasa sayang dan cintanya seperti Dava, tapi Davira tau jika sang mama begitu sangat menyayangi dan mencintainya.Davira sangat bert
"Bagaimana perasaan Anda setelah menikah, Nona Davira?""Tentu saja bahagia.""Anda tidak menyesal menikah di usia muda?"Davira melirik kesal pada sang pembawa acara program reality show di salah satu channel televisi swasta. Bagaimana tidak kesal? Pasalnya, sudah perjanjian bahwa pertanyaan seperti itu tidak ada masuk ke dalam pembahasan dan perbincangan mereka. Tapi, ternyata Davira terkecoh oleh program acara ini."Maaf, sepertinya petanyaan seperti ini melenceng jauh dari kesepakatan kita. Anda tau, bahwa wajah kami dan kisah kehidupan pernikahan kami menjadi sorotan penuh minat oleh semua orang yang saat ini mungkin tengah menyaksikan acara ini." ucap Davira mengingatkan.Sang pembawa acara itu tersenyum malu. "Ah, maaf, tapi sepertinya pertanyaan yang saya ajukan belum termasuk melanggar perjanjian kita sebelumnya Nona."Davira memutar bola matanya kesal sekaligus j
Dua bulan kemudian....Bagi Haikal dan Davira tidak butuh waktu lebih lama lagi untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Begitu keduanya sudah siap dengan niat dan tekad yang bulat, akhirnya sepasang kekasih dengan perbedaan umur yang jauh itu memutuskan untuk menikah.Dan ... hari bahagia itu jatuh pada hari ini. Baik Haikal maupun Davira sama-sama dilanda rasa gugup yang luar biasa untuk menyambut hari ini.Akan ada serangkaian acara yang akan mereka lewati nanti, dimulai dari ijab kabul sampai resepsi pernikahan.Meski dilanda perasaan gugup namun tak dipungkiri keduanya juga jika mereka sudah tak sabar untuk segera dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan. Davira yang sudah tak sabar menjadi istri sah Haikal, dan begitu juga dengan Haikal yang sudah tak sabar ingin segera memiliki Davira seutuhnya.Namun dibalik itu semua, mereka berdua sama-sama tau jika proses perjalanan cinta merek
Cavia merasa sangat malu dan menutupi wajah cantiknya yang terlihat pucat dengan kedua telapak tangannya. Rasanya, Cavia sudah tak memiliki wajah lagi untuk berhadapan dengan Davira dan Haikal.Padahal niatnya untuk pertemuan ini adalah meminta maaf pada kedua orang itu. Karena gosip murahan atau fitnahnya-lah yang membuat Davira dan Haikal bertengkar hebat. Belum lagi aksi Davira yang sempat melabrak Ayesha.Cavia tau betul dan sangat sadar dengan tindakannya itu sebelum pada akhirnya ia memutuskan untuk bunuh diri saja. Entahlah, saat itu Cavia memiliki alasan sendiri kenapa sampai memilih jalan pintas seperti itu."Maafkan aku, Vira, Om." kata Cavia sangat lirih."Aku benar-benar menyesal dan sangat malu atas apa yang aku lakukan." isak Cavia terdengar pilu.Terbukti, kata-kata Cavia mampu menggetarkan relung hati Davira yang terda
Seminggu kemudian Davira mendengar kabar jika Cavia sudah di perbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit. Selama itu pula ia dan Haikal tak pernah datang lagi ke rumah sakit untuk menjenguknya.Haikal melarang keras Davira untuk pergi, karena menurut Haikal tak ada untungnya juga menjenguk Cavia yang ternyata bebal dan sangat keras kepala.Gadis itu masih terus saja menyesali takdirnya yang masih hidup. Pernah sekali, beberapa hari yang lalu Davira dan Haikal mendapat kabar jika Cavia kembali mencoba melakukan upaya bunuh diri dengan cara meminum racun.Davira tidak tau pasti kejelasan dari ceritanya seperti apa. Yang hanya Davira tau bahwa aksi nekat Cavia itu kepergok dan berhasil di gagalkan oleh salah satu suster yang tengah bertugas saat itu.Meski kecewa dengan Cavia, tetapi Davira merasa senang dan bersyukur karena sepupunya itu selamat dari kematian. Setidaknya Davira ingin Cavia tetap hidup sampai ajaln
Seluruh keluarga kaget dengan reaksi Cavia tampak terkendali pasca setelah sadar dari koma. Kia dan Nando sedari tadi sudah mencoba berusaha untuk menenangkan Cavia mengingat kondisi gadis itu."Kenapa kalian menyelamatkanku?" begitulah kata-kata yang terus di ucapkan Cavia. Seakan gadis itu tak mensyukuri dirinya yang masih hidup."Jadi kamu ingin mati?" seruan Haikal yang sejak tadi tampak geram melihat Cavia.Dengan langkahnya yang pasti Haikal berjalan mendekati ranjang, menatap tajam tepat ke manik mata Cavia. "Kamu merasa menyesal karena tidak jadi mati, begitukah?"Cavia menatap sendu Haikal yang justru malah balas menatapnya tajam. Melihat itu Davira menjadi was-was dan takut jika Haikal hendak berniat melukai Cavia."Ayesha, panggilkan Suster dan Dokter." bisik Davira pada Ayesha yang berdiri di sampingnya.
Kabar baik untuk seluruh keluarga karena hari ini Cavia sudah sadar. Mendengar itu tentu saja semua anggota keluarga senang mendengarnya, tak terkecuali Ayesha dan juga pak Ridwan.Sejak pagi tadi Ayesha dan bapaknya sudah tiba di rumah sakit. Disana juga sudah ada Nando beserta Kia, sang istri tercintanya. Sedangkan untuk Hasan, entahlah, pria itu belum menampakkan batang hidungnya sedari tadi sampai sekarang.Kia dan Nando sekarang tengah di dalam kamar rawat inap Cavia sementara Ayesha dan pak Ridwan lebih memilih menunggu diluar dan duduk di kursi tunggu rumah sakit.Sembari terus menunggu, mereka di kejutkan dengan kehadiran keluarga Atmadja dan Haikal yang datang ke rumah sakit secara bersamaan. Sedangkan Orlando, putra bungsu Airaa dan Dava tidak bisa ikut ke rumah sakit karena harus mengikuti ujian sekolah.Terlihat Dava menyapa hangat Ridwan seraya bertanya. "Sudah lama disini?""Sejak
Dua minggu kemudian....Ini pekan kedua kondisi keadaan Cavia yang masih belum sadarkan diri setelah insiden aksi nekatnya yang mencoba melakukan upaya bunuh diri. Tetapi, syukurlah saat itu Cavia di bawa ke rumah sakit tepat waktu hingga nyawanya pun dapat terselamatkan.Seluruh keluarga sangat bersyukur karena Cavia masih hidup meskipun kondisinya saat ini masih kritis. Doa pun tak berhenti seluruh keluarga panjatkan untuk Cavia, dan mereka sangat berharap Cavia cepat sadar dan bisa kembali berkumpul bersama.Ada satu hal menarik yang terungkap Davira dapatkan di dalam kamar Cavia saat itu. Yaitu berupa sebuah buku diary milik Cavia yang terbuka. Saat itu Davira tak sengaja mengalihkan fokusnya ketika semua orang panik dan sibuk pada Cavia.Tangan Davira terulur untuk mengambil buku diary itu dan terhenyak kaget ketika membaca isi lembaran buku yang terbuka. Kenapa bisa Davira terhenyak kaget? Tentu saja!
Entah kesalahan apa yang di perbuat Nando dan Kia dulu sehingga kini mereka berdua merasa gagal dalam mendidik anak mereka. Rasanya Nando dan Kia tak pantas menjadi orangtua yang baik, lihatlah kelakuan kedua anak mereka yang tak pernah becus.Awalnya Hasan dan kini gantian Cavia yang berulah. Nando merasa telah di khianati sebab ia menaruh kepercayaan penuh pada anak perempuannya itu. Cavia menurutnya anak baik yang tidak mau membantah satu kata pun padanya. Tapi hari ini, Nando malah mendengar ucapan yang tak enak dari sahabatnya mengenai anak gadisnya.Ya, setelah mengetahui bahwa Davira mendapatkan berita bohong itu dari Cavia. Dava dan Haikal berserta Davira langsung bergegas pergi menuju kediaman keluarga Wicaksana. Haikal dan Dava langsung mengutarakan maksud dari kedatangan mereka.Tentu saja Nando awalnya kaget dan merasa tak percaya jika putrinya bertingkah seperti itu. Tapi melihat ke
Haikal sebenarnya berat untuk meninggalkan Davira yang dalam kondisi terikat dan mulut dilakban di dalam apartemennya. Memang terdengar gila, bagaikan seorang psikopat Haikal begitu nekat melakukan hal tersebut. Tetapi, apa boleh dibuat?Haikal tidak akan sanggup bila kehilangan Davira yang sudah pasti akan meninggalkannya bersamaan dengan rasa kepercayaan untuknya yang juga sudah hilang.Sebelum pergi Haikal sempat mengucapkan maaf untuk Davira. Ia tau jika apa yang dilakukannya ini malah akan semakin menambah kebencian Davira. Tapi, sekali lagi Haikal tegaskan jika ia tidak peduli karena ia hanya takut satu hal. Yaitu, berjauhan dan kehilangan Davira.Dan sekarang tujuan Haikal adalah ke rumah calon kedua mertuanya. Ya, Haikal ingin bicara pada Dava dan juga Airaa sebelum pergi berangkat kerja ke kantor.Setelah menempuh perjalanan yang memakan waktu hampir tiga puluh menit Haikal telah sampai di kediaman At