"Hei, yang benar saja Om, untuk apa kau membawaku ikut serta bersamamu sampai kesini?" tanya Pete tak habis pikir mengapa dirinya seakan di jadikan tawanan untuk Haikal.
"Karena sekarang ini kau kunci utama yang sangat penting." sahut Haikal santai.
"What's?!" pekik Pete merasa geli dengan ucapan Haikal. "Kunci utama yang sangat penting, apa maksudnya?"
"Ya, kau ada bersama Davira yang saat ini masih dalam pelarian atau kabur. Kau mengerti?!"
"Tapi, sekarang tidak lagi, Om sendiri 'kan tau jika Davira melarikan diri tadi saat di mall." kilah Pete merasa tak ingin ikut terseret dan terlibat dalam masalah kaburnya Davira. Karena sungguh ia hanya mengenal Davira sebatas itu saja.
"Aku tidak mau tau, karena sudah seperti ini maka kau juga harus ikut membantuku mencari Davira. Oke!"
Pete mendengkus kesal mendengarnya, seenaknya saja pria tua itu memutuskan apa yang ia i
Davira menatap bangunan rumah mewah bertingkat dua di depannya, rumah yang sudah hampir seminggu lebih ini tidak di lihatnya dan tidak menginjakkan kakinya lagi ke dalam sana.Dan hari ini Davira kembali ke tempat dimana yang seharusnya memang menjadi tempatnya untuk pulang, dan meneriakkan kata 'aku pulang!'Rasa rindu yang teramat itu tentu ada, apalagi untuk kedua orang tuanya. Terutama sang papa, Dava. Davira sungguh sangat merindukan pria tua humoris itu. Tentulah Davira tau pastilah Dava merasakan sedih yang teramat atas aksi nekatnya yang kabur. Sementara untuk sang mama, Airaa. Davira tidak bisa menebak dengan pasti perasaan wanita tua cantik yang masih awet muda itu. Tetapi, bagaimanapun juga Airaa adalah mamanya, wanita yang melahirkannya. Walaupun Airaa tidak begitu terlalu menonjolkan rasa sayang dan cintanya seperti Dava, tapi Davira tau jika sang mama begitu sangat menyayangi dan mencintainya.Davira sangat bert
Pagi itu Pete bertandang ke rumah teman Davira, yaitu Selena. Untung saja Pete masih mengingat alamat rumah Selena ketika waktu itu ia sempat mengantarkan Davira sehabis pulang dari club seminggu lebih yang lalu.Kini Pete datang lagi ke rumah ini dengan pengharapan bahwa sosok Davira berada disana. Ia telah berjanji pada Haikal untuk bekerjasama dalam membujuk serta membawa Davira kembali pulang ke rumahnya.Butuh waktu beberapa saat bagi Pete menunggu pintu rumah Selena terbuka meski ia sudah membunyikan bel berulang kali.Sementara di dalam sana Selena tengah sibuk berkutat di dapur membuatkan sarapan untuk dirinya dan Annisa. Dan, hei! Kemana si pemalas Annisa ini? Pasti gadis itu belum bangun.Astaga!"Annisa!" teriak Selena dari arah dapur memanggil nama temannya.Sungguh, ia sangat repot saat ini dan rasanya
"Katakan, kenapa Papa tidak melaporkan saja tindakanku ini sebagai kasus orang hilang?" tanya Davira menatap penuh sayang pria tua di depannya ini.Saat ini keduanya tengah duduk bersama sembari menikmati teh hangat di halaman belakang rumah mereka.Dava menggeleng, "Papa tidak ingin melakukannya, karena Papa yakin jika sebentar lagi gadis kecil Papa akan kembali pulang."Davira tersenyum, "dan itu terbukti benar.""Ya, Daviraku kembali pulang ke rumah. Terima kasih sayang," isak Dava memeluk Davira, ia terlalu bahagia dengan kenyataan yang ada."Coba katakan padaku, apakah Papa senang aku kembali ke rumah?" tanya Davira menatap lekat-lekat papanya.Dava terdiam untuk beberapa saat, merasa heran kenapa Davira bertanya hal seperti itu padanya? "Tentu saja sayang, kenapa kamu bertanya lagi, hmm? Tentu saja Papa senang, tidak, sangat bahagia.""Sungguh?"
Davira menatap jengah dan muak pada sosok pria tua yang selama seminggu ini begitu rajin berkunjung ke rumah keluarga Atmadja. Dan sosok itu pula yang begitu perhatian dan manisnya pada Davira.Jauh berbeda sekali dengan sosok Haikal yang dulu terkenal dingin, datar dan tak bisa tersentuh. Davira sempat merasa bingung dan terheran sendiri dengan perubahan sikap Haikal yang berubah nyaris 360 derajat. Namun Davira cepat menyimpulkan hal itu sebagai taktik yang tengah dimainkan Haikal untuk mengambil perhatian dan sikap simpatik dari Davira yang kini cuek padanya.Sepertinya Haikal tau hal yang dapat membuat pertahanan diri seorang Davira runtuh ialah sikap manisnya. Tapi, tidak untuk kali ini, Davira sudah bertekad untuk tidak akan sampai lagi jatuh ke dalam cinta bertepuk sebelah tangannya pada Haikal.Dava yang kini juga tidak menyukai Haikal pun terlihat cuek, tentu saja kerena bagi Dava yang terpenting adalah perasaan putr
~Mengembalikan kepercayaan itu tak semudah seperti kau membalikkan telapak tangan~ Haikal.∆∆∆∆∆∆∆∆Setelah pengakuannya kemarin pada Dava, kini ia kembali memikirkan tentang permintaan Dava yang memintanya untuk mengembalikan kepercayaan putrinya, Davira. Jika memang Haikal sungguh-sungguh mencintainya."Haikal, dengar, cinta itu hadir tanpa diminta dan cinta itu tumbuh tanpa di sadari. Cinta tak butuh alasan, yang diperlukan hanyalah keseriusan, kesetiaan dan perjuangan. Jangan sampai kau menyesal pada akhirnya, kerena penyesalan memang selalu datang terlambat."Kata-kata Dava kembali terngiang dan terus berputar memenuhi seluruh isi kepala Haikal hingga membuatnya tak mampu membuatnya memikirkan lain. Pusing mendera dan seakan mau pecah ketika ucapan Dava kembali menari-nari seakan menantang dan mengejeknya.Menghembuskan napas gusar dan kasar Haikal mencoba
Baca ya 😁***Entah, setan apa yang tengah merasukinya hingga sampai bertindak gila seperti ini. Satu hal yang takkan pernah ku sangka dan ku duga, bahwa Om Haikal tengah menciumku saat ini. Hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya padaku, dulu selalu aku yang mulai menciumnya terlebih dahulu dan bahkan mencoba menggoda dirinya dengan cara memancing gairahnya sampai bukti keperkasaannya itu nyata.Bukti keperkasaan om Haikal memang selalu ada dan dapat aku rasakan, tapi buru-buru om Haikal pasti langsung menghentikan semua tindakan yang aku lakukan. Kadang aku heran sendiri kenapa om Haikal tetap tidak mau menyentuhku meskipun sudah sangat bergairah sekali? Apakah gairah yang dia rasakan itu adalah hal normal dan wajar bagi setiap pria dan bukannya karena perasaan cinta yang sama? Benarkah hanya sebatas itu saja?Lain halnya dengan sekarang ni, aku merasa terengah-engah me
Bak pasangan yang tengah di mabuk asmara tingkat tinggi atau (kasmaran). Baik Davira maupun Haikal semakin lengket setiap harinya, dimana pun ada Davira maka di situ juga ada Haikal. Bahkan saat Haikal berkerja di kantor pun maka Davira akan senantiasa menemaninya, meskipun yang banyak dilakukan Davira hanya duduk dan tiduran saja di kantor namun Haikal sama sekali tak mempermasalahkannya. Justru pria berumur empat puluh tahunan itu malah senang karena kehadiran Davira yang menemaninya berkerja di kantor. Katanya, lelah dan penat Haikal langsung hilang begitu melihat wajah cantik Davira.Terdengar konyol memang, tapi itulah yang di rasakan Haikal yang mungkin sekarang ini tengah terserang bucin akut. Begitulah kata gaul anak jaman sekarang.Bahkan saking bucinnya Haikal tak segan meminta izin pada orangtua Davira untuk membawa serta ke apartemennya. Airaa dan Dava mengizinkan namun dengan satu syarat. Yaitu, Haikal yang
"Senang melihatmu kembali, Vira." kata Cavia tersenyum senang."Sungguh kau senang aku kembali?" tanya Davira dengan mata menyipit pura-pura tak percaya dengan ucapan sepupunya itu."Tentu saja, begitu mendengar kabar kamu kembali aku jadi menggila saking senengnya.""Oh ya? Tapi, kenapa kau tidak pernah datang ke rumahku setelah kau tau dan mendengar kabar jika aku pulang?" tanya Davira kembali."Itu...." Cavia tampak ragu ingin mengatakannya."Itu apa?" Davira pun jadi gemas dan tak sabar untuk mendengar alasan Cavia."Itu karena aku masih sibuk dengan urusan rumah."Davira mengernyit, "urusan rumah? Bukannya selama ini pekerjaan rumah si Mbak yang ngerjain?""Bukan itu maksudnya," sahut Cavia manyun."Terus apa?"
"Bagaimana perasaan Anda setelah menikah, Nona Davira?""Tentu saja bahagia.""Anda tidak menyesal menikah di usia muda?"Davira melirik kesal pada sang pembawa acara program reality show di salah satu channel televisi swasta. Bagaimana tidak kesal? Pasalnya, sudah perjanjian bahwa pertanyaan seperti itu tidak ada masuk ke dalam pembahasan dan perbincangan mereka. Tapi, ternyata Davira terkecoh oleh program acara ini."Maaf, sepertinya petanyaan seperti ini melenceng jauh dari kesepakatan kita. Anda tau, bahwa wajah kami dan kisah kehidupan pernikahan kami menjadi sorotan penuh minat oleh semua orang yang saat ini mungkin tengah menyaksikan acara ini." ucap Davira mengingatkan.Sang pembawa acara itu tersenyum malu. "Ah, maaf, tapi sepertinya pertanyaan yang saya ajukan belum termasuk melanggar perjanjian kita sebelumnya Nona."Davira memutar bola matanya kesal sekaligus j
Dua bulan kemudian....Bagi Haikal dan Davira tidak butuh waktu lebih lama lagi untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Begitu keduanya sudah siap dengan niat dan tekad yang bulat, akhirnya sepasang kekasih dengan perbedaan umur yang jauh itu memutuskan untuk menikah.Dan ... hari bahagia itu jatuh pada hari ini. Baik Haikal maupun Davira sama-sama dilanda rasa gugup yang luar biasa untuk menyambut hari ini.Akan ada serangkaian acara yang akan mereka lewati nanti, dimulai dari ijab kabul sampai resepsi pernikahan.Meski dilanda perasaan gugup namun tak dipungkiri keduanya juga jika mereka sudah tak sabar untuk segera dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan. Davira yang sudah tak sabar menjadi istri sah Haikal, dan begitu juga dengan Haikal yang sudah tak sabar ingin segera memiliki Davira seutuhnya.Namun dibalik itu semua, mereka berdua sama-sama tau jika proses perjalanan cinta merek
Cavia merasa sangat malu dan menutupi wajah cantiknya yang terlihat pucat dengan kedua telapak tangannya. Rasanya, Cavia sudah tak memiliki wajah lagi untuk berhadapan dengan Davira dan Haikal.Padahal niatnya untuk pertemuan ini adalah meminta maaf pada kedua orang itu. Karena gosip murahan atau fitnahnya-lah yang membuat Davira dan Haikal bertengkar hebat. Belum lagi aksi Davira yang sempat melabrak Ayesha.Cavia tau betul dan sangat sadar dengan tindakannya itu sebelum pada akhirnya ia memutuskan untuk bunuh diri saja. Entahlah, saat itu Cavia memiliki alasan sendiri kenapa sampai memilih jalan pintas seperti itu."Maafkan aku, Vira, Om." kata Cavia sangat lirih."Aku benar-benar menyesal dan sangat malu atas apa yang aku lakukan." isak Cavia terdengar pilu.Terbukti, kata-kata Cavia mampu menggetarkan relung hati Davira yang terda
Seminggu kemudian Davira mendengar kabar jika Cavia sudah di perbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit. Selama itu pula ia dan Haikal tak pernah datang lagi ke rumah sakit untuk menjenguknya.Haikal melarang keras Davira untuk pergi, karena menurut Haikal tak ada untungnya juga menjenguk Cavia yang ternyata bebal dan sangat keras kepala.Gadis itu masih terus saja menyesali takdirnya yang masih hidup. Pernah sekali, beberapa hari yang lalu Davira dan Haikal mendapat kabar jika Cavia kembali mencoba melakukan upaya bunuh diri dengan cara meminum racun.Davira tidak tau pasti kejelasan dari ceritanya seperti apa. Yang hanya Davira tau bahwa aksi nekat Cavia itu kepergok dan berhasil di gagalkan oleh salah satu suster yang tengah bertugas saat itu.Meski kecewa dengan Cavia, tetapi Davira merasa senang dan bersyukur karena sepupunya itu selamat dari kematian. Setidaknya Davira ingin Cavia tetap hidup sampai ajaln
Seluruh keluarga kaget dengan reaksi Cavia tampak terkendali pasca setelah sadar dari koma. Kia dan Nando sedari tadi sudah mencoba berusaha untuk menenangkan Cavia mengingat kondisi gadis itu."Kenapa kalian menyelamatkanku?" begitulah kata-kata yang terus di ucapkan Cavia. Seakan gadis itu tak mensyukuri dirinya yang masih hidup."Jadi kamu ingin mati?" seruan Haikal yang sejak tadi tampak geram melihat Cavia.Dengan langkahnya yang pasti Haikal berjalan mendekati ranjang, menatap tajam tepat ke manik mata Cavia. "Kamu merasa menyesal karena tidak jadi mati, begitukah?"Cavia menatap sendu Haikal yang justru malah balas menatapnya tajam. Melihat itu Davira menjadi was-was dan takut jika Haikal hendak berniat melukai Cavia."Ayesha, panggilkan Suster dan Dokter." bisik Davira pada Ayesha yang berdiri di sampingnya.
Kabar baik untuk seluruh keluarga karena hari ini Cavia sudah sadar. Mendengar itu tentu saja semua anggota keluarga senang mendengarnya, tak terkecuali Ayesha dan juga pak Ridwan.Sejak pagi tadi Ayesha dan bapaknya sudah tiba di rumah sakit. Disana juga sudah ada Nando beserta Kia, sang istri tercintanya. Sedangkan untuk Hasan, entahlah, pria itu belum menampakkan batang hidungnya sedari tadi sampai sekarang.Kia dan Nando sekarang tengah di dalam kamar rawat inap Cavia sementara Ayesha dan pak Ridwan lebih memilih menunggu diluar dan duduk di kursi tunggu rumah sakit.Sembari terus menunggu, mereka di kejutkan dengan kehadiran keluarga Atmadja dan Haikal yang datang ke rumah sakit secara bersamaan. Sedangkan Orlando, putra bungsu Airaa dan Dava tidak bisa ikut ke rumah sakit karena harus mengikuti ujian sekolah.Terlihat Dava menyapa hangat Ridwan seraya bertanya. "Sudah lama disini?""Sejak
Dua minggu kemudian....Ini pekan kedua kondisi keadaan Cavia yang masih belum sadarkan diri setelah insiden aksi nekatnya yang mencoba melakukan upaya bunuh diri. Tetapi, syukurlah saat itu Cavia di bawa ke rumah sakit tepat waktu hingga nyawanya pun dapat terselamatkan.Seluruh keluarga sangat bersyukur karena Cavia masih hidup meskipun kondisinya saat ini masih kritis. Doa pun tak berhenti seluruh keluarga panjatkan untuk Cavia, dan mereka sangat berharap Cavia cepat sadar dan bisa kembali berkumpul bersama.Ada satu hal menarik yang terungkap Davira dapatkan di dalam kamar Cavia saat itu. Yaitu berupa sebuah buku diary milik Cavia yang terbuka. Saat itu Davira tak sengaja mengalihkan fokusnya ketika semua orang panik dan sibuk pada Cavia.Tangan Davira terulur untuk mengambil buku diary itu dan terhenyak kaget ketika membaca isi lembaran buku yang terbuka. Kenapa bisa Davira terhenyak kaget? Tentu saja!
Entah kesalahan apa yang di perbuat Nando dan Kia dulu sehingga kini mereka berdua merasa gagal dalam mendidik anak mereka. Rasanya Nando dan Kia tak pantas menjadi orangtua yang baik, lihatlah kelakuan kedua anak mereka yang tak pernah becus.Awalnya Hasan dan kini gantian Cavia yang berulah. Nando merasa telah di khianati sebab ia menaruh kepercayaan penuh pada anak perempuannya itu. Cavia menurutnya anak baik yang tidak mau membantah satu kata pun padanya. Tapi hari ini, Nando malah mendengar ucapan yang tak enak dari sahabatnya mengenai anak gadisnya.Ya, setelah mengetahui bahwa Davira mendapatkan berita bohong itu dari Cavia. Dava dan Haikal berserta Davira langsung bergegas pergi menuju kediaman keluarga Wicaksana. Haikal dan Dava langsung mengutarakan maksud dari kedatangan mereka.Tentu saja Nando awalnya kaget dan merasa tak percaya jika putrinya bertingkah seperti itu. Tapi melihat ke
Haikal sebenarnya berat untuk meninggalkan Davira yang dalam kondisi terikat dan mulut dilakban di dalam apartemennya. Memang terdengar gila, bagaikan seorang psikopat Haikal begitu nekat melakukan hal tersebut. Tetapi, apa boleh dibuat?Haikal tidak akan sanggup bila kehilangan Davira yang sudah pasti akan meninggalkannya bersamaan dengan rasa kepercayaan untuknya yang juga sudah hilang.Sebelum pergi Haikal sempat mengucapkan maaf untuk Davira. Ia tau jika apa yang dilakukannya ini malah akan semakin menambah kebencian Davira. Tapi, sekali lagi Haikal tegaskan jika ia tidak peduli karena ia hanya takut satu hal. Yaitu, berjauhan dan kehilangan Davira.Dan sekarang tujuan Haikal adalah ke rumah calon kedua mertuanya. Ya, Haikal ingin bicara pada Dava dan juga Airaa sebelum pergi berangkat kerja ke kantor.Setelah menempuh perjalanan yang memakan waktu hampir tiga puluh menit Haikal telah sampai di kediaman At