Playlist :
Taylor Swift - cardigan
••••••
playlist:Bleeding Out - Svrcina•&b
Playlist :Fleurie - Hurts Like Hell•••••Markus terpaku, m
Playlist : Ruelle - War Of Hearts•••Tiga buah mobil Van berhenti di salah satu kawasan perumahan Mangrove Court S, Homosassa. Tanpa menunggu lama, enam penumpang nya turun, mereka memegang senjata lengkap, lantas berjalan mengendap mendekati sebuah rumah yang terlihat sepi. Tidak ada tanda kehidupan di dalamnya. Semua tampak tertutup rapat.
Playlist : Daughtry - Waiting for Superman•••••••Matahari tampak terang, seperti biasa, karena angin tropis Timur yang lebih dominan, Florida, negara yang terletak di bagian tenggara Amerika Serikat selalu hangat. Tadi malam, Florida di hantam badai tidak merata dan sekarang orang-orang mulai beraktifitas seperti tidak terjadi apapun semalaman. Ah! 'Sunshine state' memang rentan, mereka sudah terbiasa.Markus masih diam di ranjangnya, memeluk dan menatap punggung naked Megan. Sesekali ia memberikan kecupan lembut, mengusap lapisan kulit halus gadis itu. Sudah cukup ba
Playlist : ZAYN, Taylor Swift - I Dont Wanna Live Forever••••••••Terdengar suara napas menderu berat. Seakan seseorang tengah meraih puncak, saling bersahutan satu sama lain. Suasana tampak semakin intents dan kuat pada tiap detik yang berlalu."Ahh! Megan!"bisik seseorang, terdengar bergetar di pinggir kolam besar yang ada di tengah ruangan Mansion. Ia memeluk erat tubuh yang ada di depannya kuat, melakukan pelepasan. Mencium bibir gadis itu sangat lembut, seakan tidak akan ada lagi jarak untuk mereka.Megan tersenyum kecil, menatap tanpa bekedip ke arah Markus. I
Playlist :Angels We Have Heard on High Nicole Serrano - Tommee Profitt••••••Florida shopping
Playlist : The Chainsmokers ft Bebe Rexha - Call You Mine•••••Markus mengusap lembut sisi wajah Megan, menatap lekat betapa pulasnya gadis itu tertidur. Sesekali, ia mendaratkan kecupan yang begitu lembut sambil menyelipkan rambut hitamnya di balik daun telinga. "Aku tidak akan pernah melepasmu, Megan. Tidak akan pernah!"batin Markus, lantas, membuang napasnya yang terasa ringan dan mulai merasa begitu mengantuk."Markus ingat! Janin Megan rentan. Jangan biarkan hal kecil menganggu. Kalian bisa kehilangan bayi nya."Markus mengeluh. Mengingat pesan Milla yang terdengar seperti pesan kematian, beg
Playlist: Ed Sheeran - South of the Border (feat. Camila Cabello & Cardi B)••••Markus mengusap cipratan darah yang mengenai senjata dan pakaiannya. Ia Melangkah pelan dari secret room, mencium aroma amis darah yang ada di tubuhnya. Sejak lama, ia berkubang di dalam bisnis kotor. Menjalan misi demi misi yang siap menjatuhkan nya ke dalam lubang berbahaya. Mama Marina, adalah wanita tangguh dan wanita berumur empat puluh enam itu adalah lawannya, saingan terkuat dalam Kartel Narkoba. Mereka sama-sama di lindungi secret Agen federal Narkotika, menandatangani perjanjian satu sama lain. Namun, sekarang Marina tampaknya mencoba mengusik, atau sebaliknya, wanita itu mulai melemah.
"Sudah aku katakan padamu, Alther. Anak ini penuh masalah!"tuding Jenifer lantang, menatap marah pada Leon."Jaga ucapan mu Mrs. Smith,"bela George."Apa kau mencoba mengancam ku?"tanya Jenifer, tanpa mengalihkan tatapannya. Leon menunduk, meremas tangan Alicia yang bergetar. Wanita itu menelan ludah, mengamati wajah putranya yang terluka cukup parah."Kau merasa terancam?""Jelas. Bukankah kau gembong narkoba? Berapa banyak yang sudah kau bunuh demi bisnis kotor itu? Hmm?""Hentikan Jenifer!"peringat Alther."Kau ingin membela mereka? Kau tidak lihat bagaimana keadaan Jayler karena anak sialan ini?"
Mississipi, Biloxi, Amerika serikat. 2 minggu pernikahan Taylor dan Andrea. "Allison,"Markus memanggil, mengusik permainan Allison yang tampak seru. Ia menghabiskan berjam-jam waktu hanya untuk kubus rubik. Lagi dan lagi, meski terlihat membosankan, permainan itu adalah hal terbaik yang selalu ingin ia kuasai."Hmm,"gumamnya pelan, tidak melirik ke sumber suara sedikitpun. Markus mendekat, memerhatikan jari-jari mungil putrinya. Sekolah terbaik dunia, The Rosey, memastikan Allison lulus tes. Nilai akademis nya sempurna.
"Bagaimana keadaan mu?"tanya Taylor pada Andrea sambil menyatukan kedua tangan mereka."Aku masih tidak percaya kalau kau sekarang sudah menjadi istriku,"ungkap Andrea senang."Aku tidak tanya itu,"Taylor mengalihkan wajah, mengusap pipinya yang terasa panas. Malu. Andrea diam, mengulum bibir tanpa mengalihkan pandangannya dari Taylor. Wanita itu salah tingkah."Siapa namanya?"tanya Andrea mendadak. Sengaja, agar Taylor menoleh ke arahnya. Sungguh, Andrea selalu jatuh cinta jika melihat rona merah di wajah wanita itu."Maksudmu?""Kau punya ide nama yang bagus untuk anak kita?"Andrea sialan. Pertanyaannya membuat Taylor berdebar. Ia menelan ludah nya sekuat mungkin, memompa napas seb
Andrea memutar tubuhnya, ketika pintu gereja terbuka. Ia membulatkan mata, menatap dengan jantung berdebar. Tercengang kaku. Taylor berdiri, memasang senyuman tipis lewat bibir nya yang mungil. Wanita itu menarik napas, meremas lengan Markus yang mendampinginya menuju altar."Kau siap?"tanya Markus, ketika langkah Taylor terasa berat. Ia menahan tangis, sambil menggigit bibir.Bahu Andrea yang tadinya tegap, kini tertunduk, menarik napas nya panjang ketika menyadari air mata lebih dulu membasahi pelupuk mata."Ya,"jawab Taylor, menahan napasnya dalam. Kembali melanjutkan langkah yang mulai begitu ringan. Andrea menatapnya, bersama tangisan kecil yang begitu penuh arti.Megan dan Allison menunggu di barisan depan, tersenyum dan bertepu
"Kau mau pulang hari ini?"tanya Milla sambil mengaduk adonan cake nya. Megan mengangguk, memotong apel hijau dan mengunyahnya tanpa henti."Jam berapa?""Entahlah. Markus masih rapat di Ferrero tower,"jawab Megan memaksakan diri untuk bicara sebisanya."Hmm.. Aku dengar, Markus mempercayakan bisnis itu pada mantan kekasih mu yang berengsek itu,"sindir Milla."Mom... Axel hanya masa lalu.""Bagiku tidak. Keluarganya pernah menghina kita. Aku pernah menjambak rambut mommy nya, kau ingat?"sergah Milla. Terdengar tidak ingin kalah."I know mom, tapi aku tidak ingin ikut campur dalam bisnis Markus."
"Markus..!"sentak Megan, menahan salah satu pergelangan tangan pria itu. Markus menolak, menatap Megan tanpa suara."Aku hanya ingin melindungi Allison,"ucap Megan. ."Kau pikir aku tidak ingin melindungi keluargaku?"Markus bicara serak, mengedarkan pandangan di kedua kornea mata Megan."Dia hanya anak gembong narkoba,"tuduh Megan.Kali ini Markus diam, memikirkan kalimat yang baru saja di deklarasikan egois dari mulut Megan yang pedas. Tanpa mengalihkan pandangannya, Markus menyunggingkan bibir, menertawakan wanita yang berdiri tegap dengan tatapan nanar. "Anak gembong narkoba, katamu?"tanya Markus, dibalas anggukan cepat."Lalu apa yang pantas di sematkan pada Allison? Anak mantan
Hari ini Markus terbangun dengan secercah kegelapan yang tersisa di dalam hidupnya, berdiri tegap menghadap matahari seakan melawan rasa khawatir. Allison tumbuh besar, kuat dan cerdas layaknya penguasa yang sulit dihentikan. Queen Savage."Kau bangun pagi sekali,"Megan memeluk tubuh topless Markus dari belakang. Menyangga kepalanya di bahu tegap pria itu dan mengusap bulu halus yang tersebar mulai perut hingga dada. Tubuh kekar yang membuat Megan tidak berhenti memuji, mengumpat kasar ketika mereka bercinta."Everything,"balas Markus meraih kedua tangan Megan dan meremasnya erat."Ingin jujur padaku?"tanya Megan mengecup pundak berotot pria itu. Markus mengangguk, membuang napasnya kasar."Anak lak
"Aku sangat tidak suka melihat mu seperti ini,"protes Megan, mengusap luka di wajah Markus dengan salep."Ini perbuatan daddy-mu,"celetuk Markus, membuat Billy dan Milla menoleh bersamaan ke arahnya."What?"tandas Markus, melempar senyuman picik. Billy menatapnya tajam, lalu tiba-tiba bangkit dari tempat duduk nya dan bergerak mendekat."Shit,"umpat Megan pelan. Memangku kepalanya dengan tangan dan bersandar di sofa."Kau tahu apa yang ada di dalam otakku?"tanya Billy. Markus diam, menaikkan salah satu alisnya dan melipat kedua tangannya di dada."Billy tolonglah. Kita....""Aku sangat ingin membunuh mu,"u
"Allison, kau ingat Leon?"tanya Markus, membuat sorot mata gadis nya bergerak cepat."My horse?"Bukan. Tapi anak laki-laki yang pernah datang ke mansion bersama paman George,"ujar Markus, membuat kedua bola mata Allison bergerak memutar."Oh. Anak aneh itu,"ucap Allison singkat, lalu memasukkan sisa potongan Pizza kedalam mulutnya. Markus diam, menyatukan kedua tangannya tanpa mengalihkan pandangan, pria itu menunggu reaksi Allison."Dad aku pikir kau mati,"celetuk Allison."Aku?"tanya Markus tidak yakin dengan apa yang ia dengar."Hmm. Mommy menangis, jadi aku pikir kau mati,"ujar Allison enteng. Markus