Share

Bab 78

Penulis: Kokoro No Tomo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-05 23:57:03

Pada pukul 13.45 Zyan dan Zahra tiba di ballroom salah satu hotel yang menjadi tempat pertemuan dengan para pengusaha yang menjadi rekanan perusahaan dalam proyek baru mereka. Semua sudah dipersiapkan dengan baik oleh Faisal dan beberapa staf kantor. Zyan dan Zahra tinggal mengecek saja bila ada yang kurang.

Pukul 14.00 para pengusaha mulai berdatangan. Zahra dan Faisal yang bertugas menyambut dan menyapa mereka sekaligus mengantar ke tempat duduk yang telah disediakan. Sambil menunggu yang lain berkumpul, mereka mengobrol dengan santai sekaligus menikmati minuman dan hidangan yang ada di sana.

“Selamat siang, Pak Yudhis,” sapa Zahra dengan ramah kala pria berkacamata itu datang bersama sekretarisnya.

“Siang, Zahra,” balas Yudhis yang tampak canggung saat bertemu dengan wanita yang saat ini masih mengisi hatinya itu.

“Mari saya antar ke tempat duduk, Pak Yudhis.” Zahra memberi tanda pada pengusaha muda dan sekretarisnya itu untuk mengikuti dia.

“Silakan duduk, dan silakan menikmati s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
wkwkwkw dasar zahra bikin gemes zuan aja ntar hukuman nikmat loh kamu hahah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 79

    "Bang Zyan, suka banget cari kesempatan. Saya 'kan malu dilihat banyak orang, Bang," protes Zahra dengan wajah yang merah.Zyan tertawa kecil. "Abang ga cari kesempatan, tapi memang kesempatan itu ada. Masa tidak dimanfaatkan. Sudah jangan malu begitu. Kita ini sudah jadi suami istri yang sah. Bebas mau melakukan apa pun karena sudah halal." Pria bercambang tipis itu kemudian merangkul bahu sang istri dan mengajaknya kembali berjalan."Biar pun sudah halal tapi tak sepantasnya kemesraan itu diperlihatkan pada orang lain, Bang. Seandainya orang melihat, terus ingin menjadi pasangan karena sikap mesra Bang Zyan, gimana?" tukas Zahra. "Sekarang ini pelakor merajalela, Bang. Bahkan pelakor lebih galak dari pasangan resmi," imbuh wanita berhijab biru muda itu."Kamu tenang saja. Abang ga akan kasih kesempatan pada pelakor untuk mendekat. Abang sudah pasang garis pembatas. Lagian cinta abang sudah mentok di kamu. Ga akan bisa berpaling lagi," timpal Zyan."Gombal aja terus, Bang," celetuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 80

    Beberapa hari ini Mila terus mual dan muntah pada pagi hari. Dia sudah minum berbagai macam minuman herbal untuk masuk angin, vitamin penambah daya tahan tubuh, dan paracetamol tapi sama sekali tidak ada perubahan. Badannya juga sudah dikerik tapi tetap tidak semakin baik keadaannya. Sang asisten pribadi akhirnya mengajak Mila pergi ke dokter karena aktivitas artis itu jadi terganggu. Dia sampai membatalkan beberapa jadwal kerja beberapa hari terakhir. Membuat mereka harus menjadwalkan ulang sampai kondisi Mila membaik. Untung saja pihak yang mempekerjakan Mila mau mengerti dan tidak membatalkan pekerjaan. “Sudah berapa lama merasakan mual dan muntah?” tanya dokter pada Mila.“Sekitar seminggu terakhir ini. Saya kira hanya masuk angin karena kelelahan dan telat makan, tapi sudah istirahat, makan teratur, dan minum banyak obat kok tidak berkurang. Apa mungkin saya kena mag atau asam lambung, Dok?” sahut Mila. “Saya periksa dulu, baru nanti bisa ketahuan apa sakitnya. Ini tensinya ag

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 81

    Zahra gegas menyusul ke kamar mandi yang tidak tertutup pintunya. Zyan tampak berjongkok dengan kepala menunduk di atas toilet duduk. Wanita berhijab itu lantas mendekati suaminya. Dia memijat tengkuk sang pria yang masih mengeluarkan isi perutnya. “Sudah, Bang?” tanya Zahra saat Zyan sudah tenang selama beberapa saat. Kepala pria itu kemudian mengangguk pelan. Zahra mengambil tisu kemudian mengelap mulut Zyan dengan lembut dan sama sekali tidak merasa jijik. Setelah itu menutup toilet dan menekan tombol siram. “Bang Zyan, mau cuci mulut di wastafel?” tawarnya. Zyan kembali mengangguk lemah. Zahra lantas membantu suaminya berdiri dan menyokong tubuh yang biasanya tampak gagah itu. Mereka berjalan pelan menuju wastafel. Zahra kembali membantu suaminya berbaring di kamar usai Zyan mencuci mulut dan membasuh wajah. Wanita berhijab itu melepas kemeja suaminya yang basah di bagian depan agar Zyan tidak masuk angin. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh bagian atas sang suami. Zahra

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 82

    Zyan yang semula tidur, tiba-tiba bangun dengan perut yang mual. Dia lekas beringsut ke kamar mandi dengan sempoyongan. Zahra yang sedang fokus bekerja tak menyadari hal tersebut. Wanita berhijab itu baru sadar kala mendengar suara Zyan yang muntah.Zahra gegas meletakkan iPad di meja lantas menyusul ke kamar mandi. Dia kembali menemani suaminya sampai Zyan sudah tak muntah lagi dan membantu bersih-bersih. Wajah pria bercambang tipis itu tampak semakin pucat dan badannya semakin lemas.“Bang, kita ke rumah sakit ya,” ucap Zahra setelah menuntun suaminya duduk di atas tempat tidur.Zyan menggeleng. “Abang gapapa, Ra.”“Gapapa gimana? Wajah Bang Zyan pucat banget. Muntah-muntah terus dari tadi,” tukas Zahra.“Tehnya masih enggak?” Zyan sengaja mengalihkan pembicaraan.“Masih, tapi sudah dingin. Tunggu sebentar, saya buatkan dulu yang baru.” Zahra hendak beranjak tapi ditahan oleh Zyan.“Abang minum itu saja gapapa. Mubazir kalau dibuang,” pinta Zyan.“Ga akan dibuang, saya yang akan hab

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-11
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 83

    Dokter yang sebagian rambutnya sudah memutih itu memeriksa Zyan yang terbaring lemah di atas tempat tidur, sementara Zahra dan Faisal berdiri di dekat pintu. Mereka menunggu hasil pemeriksaan sang dokter.“Menurut pemeriksaan saya, semuanya baik-baik saja. Kemungkinan sedang kecapekan atau banyak pikiran. Sementara saya beri vitamin dan obat untuk mengurangi mual. Kalau dalam tiga hari tidak berkurang dan malah ada diare, langsung dibawa ke rumah sakit agar bisa diperiksa lebih lanjut,” jelas dokter pada Zahra dan Faisal.“Baik, Dok,” sahut Faisal.“Apa suami saya harus beristirahat di rumah selama kondisinya masih belum membaik, Dok?” tanya Zahra pada sang dokter.“Kalau memang tidak memungkinkan bekerja di kantor, lebih baik di rumah. Apalagi kalau lemas begini. Mau kerja juga tidak bisa,” jawab dokter.“Berarti sekarang suami saya sebaiknya pulang ya, Dok?” tanya Zahra lagi sambil melirik sang suami yang sedang memandangnya dari atas tempat tidur.Dokter itu mengangguk. “Iya. Kalau

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-11
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 84

    “Kamu gila ya menyuruhku menggugurkan darah daging kita sendiri,” sergah Mila yang tak terima dengan usul pria yang menghamilinya.Pria itu tertawa di seberang telepon. “Jangan terlalu percaya diri mengatakan kalau janin itu juga darah dagingku. Siapa tahu anak dari pria lain yang pernah tidur denganmu. Atau pacarmu yang pengusaha itu.”“Tapi kamu yang tidur denganku waktu masa suburku,” sanggah Mila.“Kenapa kamu tidak meminta pertanggungjawaban pengusaha itu? Bukankah hidupmu dan anakmu akan lebih terjamin kalau menikah dengannya. Aku yakin keluarganya juga akan menerima kalau kamu sudah hamil anaknya.” Pria itu tak mengindahkan sanggahan sang artis.“Mana mungkin aku minta pertanggungjawaban orang lain. Kamu harusnya yang bertanggung jawab karena bukan dia,” sergah Mila.“Aku sudah bilang ‘kan kalau aku tidak yakin itu anakku. Aku juga tidak bisa menikahimu. Setelah dia lahir, kita lakukan tes DNA. Kalau benar dia anakku, aku akan bertanggung jawab menafkahinya, tapi aku tidak mau

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-12
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 85

    Zahra membuka amplop tersebut lalu mengeluarkan isinya. Perlahan-lahan dia membuka lembaran kertas yang dilipat tiga tersebut. “Abang juga mau baca,” tukas Zyan.Zahra kemudian menggeser lembaran kertas itu hingga berada di hadapan Zyan. Wanita berhijab itu berusaha tenang meskipun jantungnya berdebar-debar saat mulai membaca apa yang tertulis pada lembaran hasil tes tersebut.“Dok, apa ini artinya istri saya hamil?” Zyan yang lebih dulu bereaksi usai membaca hasil tes.Dokter itu mengangguk. “Iya, Pak. Selamat ya atas kehamilan Ibu.”“Alhamdulillah,” ucap Zyan dengan penuh semangat. Dia langsung meraih tangan Zahra yang masih memegang hasil lab. Digenggamnya tangan itu dengan erat. “Kamu hamil, Ra. Tidak lama lagi kita akan punya anak. Terima kasih sudah hamil anak kita,” ucapnya penuh haru.Saking bahagianya, Zahra hanya mengangguk dan tidak bisa berkata-kata. Air mata bahkan turun di sudut matanya. Tentu saja air mata haru dan bahagia. Doa-doa mereka akhirnya diijabah oleh Allah s

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-13
  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 86

    Mila sudah beberapa kali mencoba menggugurkan kandungan dengan makanan, minuman, jamu, dan obat-obatan seperti yang disarankan orang-orang, tapi janin di dalam perutnya tetap bertahan. Dia tidak tahu harus melakukan apalagi. Untuk pergi ke klinik aborsi ilegal, artis itu tidak berani. Kebanyakan alat-alat yang mereka gunakan tidak steril, takutnya akan berdampak pada kesehatannya.“Mil, sebenarnya kamu itu hamil anak siapa?” tanya asisten pribadinya. “Ya, anak oranglah. Masa anak kodok,” jawab Mila. “Kalau gitu minta pertanggungjawaban orang yang menghamilimu dong. Jangan malah berniat menggugurkan kandungan,” lontar sang asisten pribadi.“Orangnya tidak mau bertanggung jawab karena dia sudah punya pasangan. Selain itu, dia juga tidak percaya kalau ini anaknya,” jelas Mila.“Apa itu anak Zyan?” Wanita yang selalu mendampingi Mila setiap kali bekerja itu menatap lekat sang artis.Mila tak menjawab. Dia hanya mengedikkan bahu.“Mil, kalau Zyan tidak bisa diajak bicara baik-baik, tingg

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-14

Bab terbaru

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 270 (TAMAT)

    Zahra membawa nampan berisi dua cangkir lemon tea panas dah sepiring kudapan ke halaman belakang, di mana suaminya sedang duduk berselonjor di gazebo dengan iPad di tangan. Hari ini akhir pekan, tapi keduanya hanya di rumah berdua. Keempat anak mereka sudah sibuk dengan pendidikan dan kegiatannya masing-masing. “Diminum dulu tehnya mumpung masih anget, Bang,” ucap Zahra setelah meletakkan nampan di atas gazebo. Zyan meletakkan iPad di samping lantas tersenyum pada istrinya. “Baik, Cintaku.” Pria itu mengambil salah satu cangkir lalu mencium aroma teh dengan lemon yang begitu menyegarkan. Setelah itu baru menyesapnya. “Nikmat seperti biasa. Terima kasih, Ra,” ucapnya. Zahra yang juga tengah menikmati teh, hanya mengangguk sebagai tanggapan. Dia kembali meletakkan cangkir di atas nampan. “Rumah kita ini sekarang jadi sepi ya, Bang,” gumamnya seraya menyandarkan kepala di bahu suaminya. Zyan meraih tangan kanan sang istri lalu menggenggamnya dengan erat. “Dulu waktu abang ingin namb

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 269

    Lulus SMP, Zayyan memutuskan keluar dari pesantren setelah berhasil menghafal 30 juz Al-Qur’an. Dia akan lanjut memperdalam ilmunya di luar pesantren karena tak ingin melihat adik bungsunya kesepian di rumah.Zyel dan Zyra dengan kompak masuk pesantren karena ingin mengikuti jejak sang kakak yang sudah hafal Al-Qur’an. Kedua anak kembar itu katanya juga ingin memberikan mahkota pada mama dan papanya di akhirat nanti. Walaupun berat harus berpisah dengan kedua anaknya sekaligus, Zyan dan Zahra tetap mengizinkan.Zayyan kemudian bersekolah di SMA yang masih satu yayasan dengan SD-nya dahulu. Sekolah berbasis Islam tapi menggunakan kurikulum internasional.“Kak, dapat salam dari kakak kelasku.” Zeza memberi tahu Zayyan saat sang kakak menjemputnya di sekolah dengan motor sport-nya. Sejak berumur 17 tahun dan punya SIM, Zayyan memang mengendarai motor sendiri ke sekolah. Motor sport impian yang merupakan hadiah ulang tahun ke-17 dari kedua orang tuanya. Kadang dia mengantar dan menjemput

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 268

    “Pa, Ma, aku mau masuk SMP yang ada di pesantren.” Zayyan mengungkapkan keinginannya pada Zyan dan Zahra saat mereka dalam perjalanan pulang dari acara Parents Day di sekolahnya.Zyan dan Zahra tentu saja terkejut mendengar keinginan putra pertama mereka itu. Keduanya saling memandang sebelum memberi tanggapan.“Kak Zayyan, serius mau masuk pesantren?” tanya Zahra sambil menoleh ke kabin tengah di mana putra sulungnya duduk.Zayyan mengangguk. “Iya, Ma.”“Kenapa mau masuk pesantren, Kak?” Zahra kembali bertanya.“Aku ingin jadi hafiz, Ma. Pak Guru bilang kalau kita hafal Al-Qur’an, nanti kita bisa memberi mahkota pada orang tua di hari kiamat nanti karena itu aku ingin memberikannya sama Papa dan Mama,” jawab Zayyan dengan tenang.“Masya Allah, Kak, mulia sekali tujuanmu. Terima kasih ya, Kak.” Zahra tak dapat menahan rasa haru mendengar jawaban Zayyan. Dia mengusap sudut matanya dengan tisu.“Menjadi hafiz ‘kan tidak harus masuk pesantren, Kak. Besok Papa carikan ustaz yang bisa memb

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 267

    "Yeay, Mama sama Papa sudah pulang. Mana oleh-olehnya?" todong Zyra yang baru pulang dari sekolah dan melihat kedua orang tuanya duduk di ruang tengah bersama si bungsu, Zeza."Lihat Mama sama Papa itu ya mengucapkan salam terus salim dulu, jangan langsung minta oleh-oleh," tegur Zyan."Iya, Pa." Zyra kemudian menyapa dan menyalami kedua orang tuanya. Tidak bertemu selama satu minggu membuatnya sangat rindu. Meminta oleh-oleh hanya basa-basinya. Melihat kedua orangnya di rumah adalah kebahagiaan terbesarnya. Gadis kecil itu kemudian meminta pangku pada papanya.Zyel yang masuk belakangan langsung menyapa, menyalami, dan memeluk keduanya. Dia lantas duduk di samping sang mama. Wanita yang sangat dirindukannya. Bukan tak rindu pada Zyan, rindu juga tapi kadarnya berbeda. Zyel memang lebih dekat dengan sang mama daripada papanya."Kak Zyel dan Kak Zyra, ganti baju dulu ya. Setelah itu baru main lagi," pinta Zahra."Nanti saja ganti bajunya, Ma. Aku masih mau sama Papa," sahut Zyra yang b

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 266

    Pukul 3.00 dini hari, Zyan dan Zahra dijemput di hotel oleh tim dari pengelola balon udara. Mereka diantar ke kantor pengelola tersebut untuk menikmati sarapan di sana. Sesudah itu keduanya dibawa ke lokasi peluncuran balon udara.Zyan dan Zahra disambut oleh staf yang ramah dan profesional yang mendampingi mereka sambil menunggu persiapan sebelum penerbangan. Selama balon udara digelembungkan dan disiapkan, keduanya diberikan penjelasan tentang perjalanan yang akan ditempuh dan tindakan yang diperlukan untuk keselamatan. Pilot dan kru yang berpengalaman memastikan Zyan dan Zahra merasa nyaman dan siap untuk memulai perjalanan di angkasa.Zyan naik ke keranjang terlebih dahulu, setelah itu baru membantu istrinya. Mereka kemudian memasang sabuk pengaman sesuai dengan pedoman keselamatan sebelum lepas landas. Di keranjang tersebut hanya ada Zyan, Zahra, dan sang pilot. Setelah semua siap, pilot pun mulai menerbangkan balon udara.Perlahan-lahan balon itu terangkat dari tanah dan mengang

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 265

    Zyan berbaring di samping Zahra setelah mendayung samudra cinta dan meraih surga dunia bersama. Kepuasan tergambar jelas di wajah keduanya. Titik-titik basah di kening dan mengilapnya tubuh karena keringat menjadi bukti betapa panasnya permainan mereka.Zyan dan Zahra tak bisa selepas itu saat di rumah. Saat mereka sedang bermesraan sering muncul perasaan was-was bila salah satu anak mereka mengetuk pintu kamar. Bukan hanya sekali hal itu terjadi, tapi sering kali. Apalagi kalau sedang hujan deras dan suara guntur terus terdengar. Atau terbangun tengah malam karena mimpi buruk, pasti langsung ke kamar orang tuanya.Pernah saat keduanya sudah menyatukan tubuh dan sedang berusaha menggapai nirwana, pintu kamar digedor-gedor dari luar oleh Zyra yang menangis sembari memanggil-manggil mereka. Tidak dilanjut tanggung, tapi kalau dilanjut pasti akan membangunkan seisi rumah karena suara bising yang dibuat Zyra. Terpaksa keduanya mengakhiri permainan sebelum mencapai puncak dan langsung menge

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 264

    Waktu tak terasa cepat berlalu, keempat anak Zyan dan Zahra tumbuh dengan baik. Semuanya jadi anak yang aktif, cerdas, dan kritis. Zayyan sudah kelas 3 SD, Zyel dan Zyra sekolah TK besar, sedangkan Zeza di PAUD. Untuk merayakan ulang tahun pernikahan yang ke 10, Zyan mengajak Zahra liburan. Mereka hanya pergi berdua, tanpa mengajak anak-anak. Tentu saja di sela liburan tersebut tetap ada agenda bisnis yang harus Zyan lakukan. Ya, ibarat kata menyelam sambil minum air. Kalau untuk urusan bisnis, anak-anak memang tidak pernah diajak. Namun mereka tetap mengagendakan liburan dengan anak-anak minimal setahun sekali.“Abang menepati janji membawamu ke tempat ini lagi,” ucap Zyan kala mereka tiba kamar hotel yang terletak di Kota Cappadocia, Turki. Dia menarik istrinya menuju jendela kaca besar, di mana mereka bisa melihat banyak balon udara yang sedang melayang di angkasa. Pria itu berdiri di belakang sang belahan jiwa lantas memeluknya. Diletakkannya dagu di bahu sang istri.“Kamu ‘kan

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 263

    “Hore! Mama dan Papa pulang.” Zayyan berteriak sambil berlari kala melihat kedua orang tuanya keluar dari pintu kedatangan. Dia ikut sopir keluarga yang menjemput Zyan dan Zahra di bandara.Lelaki kecil itu langsung menghampiri dan memeluk perut mamanya. “Ma, aku kangen,” ungkapnya.“Mama juga kangen sama Kak Zayyan,” sahut Zahra seraya mengelus punggung putra pertamanya itu.“Kak Zayyan, tidak kangen sama papa?” lontar Zyan yang berada di samping istrinya.“Kangen Papa juga.” Zayyan melepas pelukannya pada Zahra lantas berganti memeluk papanya.Zyan tersenyum mendapat pelukan dari sang putra tercinta. Dia kemudian menggendong Zayyan.“Pa, turunin. Aku ‘kan sudah besar. Tidak boleh digendong lagi,” protes Zayyan.“Tapi papa mau gendong Kak Zayyan. Masa tidak boleh? Papa kangen. Lama tidak gendong Kakak.” Zyan beralasan.“Tapi aku udah besar, Pa,” tukas Zayyan.“Buat papa, kamu tetap masih bayi.” Zyan menciumi pipi putra sulungnya itu.“Papa, please. Jangan cium-cium lagi!” Zayyan meng

  • Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris   Bab 262

    “Mama sama Papa kapan pulang?” tanya Zayyan saat Zahra melakukan panggilan video pada pengasuh putra pertamanya itu saat mereka dalam perjalanan ke tempat pertemuan dengan para pengusahan dari Kota Malang.“Lusa, Kak,” jawab Zyan yang duduk di samping istrinya.“Katanya cuma sebentar, kok sampai lusa,” protes lelaki kecil yang wajahnya mirip dengan papanya itu.“Pekerjaan papa sama mama belum selesai, Kak, jadi tidak bisa pulang besok. Kalau Kak Zayyan sama adek-adek kangen ‘kan tinggal video call papa atau mama,” timpal Zyan.“Gimana sekolahnya tadi, Kak.” Zahra memilih mengalihkan pembicaraan daripada melihat wajah sendu putranya. Zayyan biasanya sangat antusias bila menceritakan kegiatannya di sekolah, jadi Zahra ingin membuat sulungnya itu kembali ceria. Dia sebenarnya juga sedih berjauhan dengan keempat anaknya, tapi demi menemani suami dan menjalankan pekerjaan, Zahra harus menjalaninya.Benar seperti dugaan Zahra, putra sulungnya itu langsung ceria begitu memberi tahu sang mama

DMCA.com Protection Status