Home / Romansa / Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan / Mari Akhiri Pernikahan Kontrak Ini

Share

Mari Akhiri Pernikahan Kontrak Ini

Author: Juniarth
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Aku meliriknya tajam lalu masuk ke dalam bangku penumpang dan menutup pintunya keras.

Sedang Pak Akhtara hanya tersenyum melihat kemarahanku lalu berjalan mengitari mobil dan duduk di bangku kemudi. Kemudian aku memalingkan wajah untuk menatap pemandangan di luar kaca jendela. Meski hanya lalu lalang kendaraan.

Kesal, marah, dan ah .... entahlah. Intinya aku marah dan tidak mau berbicara dengan Pak Akhtara.

Ketika setengah perjalanan dan berhenti di lampu merah, Pak Akhtara memanggil namaku.

"Han?" Panggilnya lembut.

Aku tidak akan terbujuk oleh rayuannya. Kecuali memberikan semua hadiah pakaian yang beliau beli untuk sepupunya atau untuk kekasihnya itu. Ah ... masa bodoh!

"Han?" Panggilnya lagi.

Tapi aku tidak menjawab dan tetap melihat keluar jendela.

"Dipanggil suami tuh wajib jawab, Han."

Barulah aku menoleh dan menatapnya dengan sorot kesal.

"Suami kontrak! Bapak harus ingat!"

"Sesuai kesepakatan sih ... kita emang suami istri kontrak. Tapi sesuai hukum negara dan ag
Juniarth

enjoy reading ...

| 1
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Vid
thor udh maen kucing anjingnya,kpan mereka ber2 manis manisan
goodnovel comment avatar
Rahma Wati
pepet jihan nya pak akhtara..buat jihan menyadari cinta kamu..buat dia jatuh cinta ma kamu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Maldives !

    "Halo, dengan Jihan, staf inputan gudang. Ada yang bisa dibantu?" "Masuk ke ruangan saya, Han." Aku tertegun mendengar suara Pak Akhtara melalui sambungan telfon kabel kantor yang ada di mejaku. Pasalnya aku belum menyelesaikan laporan hari ini dan ... belum waktunya juga. Ini masih pukul dua siang dan biasanya akan kuserahkan ketika jam tiga. "Maaf, Pak. Laporannya belum selesai." "Saya butuh kamu. Bukan laporanmu." Heh?! Apalagi ini? "Saya tunggu. Sekarang!" Lalu sambungan telfon terputus dan aku kembali mendapat lirikan dari Vita, rekan kerja yang semalam memergokiku berjalan bersama Pak Akhtara di mall. Kebetulan kubikelnya bersebelahan tepat denganku. "Siapa, Han?" Aku segera menoleh tapi tidak segera menjawab. Bagaimana ini? Jika aku mengatakan yang baru saja menghubungiku adalah Pak Akhtara, sudah barang pasti dia akan makin curiga. Tapi jika aku tidak mengatakan sejujurnya, dia akan tahu jika aku berbohong. Karena pintu ruangan Pak Akhtara itu bisa dilihat dari k

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Ibadah Terpanjang Itu Adalah Pernikahan

    "Mas, aku berangkat dulu ya?" Pamitku pada Mas Hadza begitu sudah selesai memoles wajah dengan make up. Sembari bercermin untuk memastikan jika penampilanku mengenakan pakaian baru nan indah pemberian Pak Akhtara secara cuma-cuma ini sudah pas sekali. "Hati-hati ya, Han. Jangan lupa berdoa dan kabari aku kalau udah sampai Maldives." "Oke, Mas Hadzaku sayang." Kemudian terdengar tawa lirihnya yang membuatku ikut tersenyum. "Selama aku nggak ada di kantor, jangan lirik-lirik cewek lain loh ya?" Aku memperingatkan. "Han, ini tuh kali kedua aku deket sama cewek. Dan syukurnya, aku nggak ada bakat jadi playboy atau sejenisnya." Ouwh .... so sweat. "Entah kalau kamu. Hayo??" Lah ... mengapa jadi senjata makan tuan? "Ye ... aku tuh juga setia loh, Mas. Buktinya, aku udah komitmen mau bantuin kamu ngembangin bisnis kuliner itu. Kok kamu jadi nganggepnya aku kayak playgirl sih, Mas?" Rencananya sepulang dari Maldives, aku akan memberikan suntikan modal untuk Mas Hadza. Semoga saja

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Saya Cemburu Tapi Bapak Nggak Nyadar

    "Han?" Aku mendongak lalu meraup udara yang ada di dalam kabin pesawat kelas VIP ini sebanyak mungkin untuk memberi keyakinan pada diri sendiri. Harus totalitas! "Saya butuh jawabanmu." Kepalaku mengangguk pelan. "Jelasin pelan-pelan. Yang penting pesannya sampai ke saya." Dan .... inilah saatnya melepaskan busur racun yang pertama dan semoga tepat sasaran di jantung Pak Akhtara. "Sebelumnya ... saya ucapin makasih banyak sama Bapak karena udah bantuin saya ngelunasi perumahan untuk kedua orang tua. Juga, saya merasa sangat diterima dengan baik sama kedua orang tua Bapak tanpa ngelihat status sosial keluarga saya yang udah ... bangkrut." Pak Akhtara tidak mengatakan apapun dan beliau hanya memperhatikanku. "Saya ini anak tunggal, Pak. Kadang capek juga kerja sendirian nggak ada yang bantuin untuk menghidupi kedua orang tua. Bahkan di ibu kota pun, saya sendirian. Nggak punya teman berkeluh kesah. Mau curhat sama sahabat, takutnya malah disebarluasin." "Tapi, saya bersyukur k

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Saya Disini, Untukmu!

    Bukan ciuman sekilas, tapi aku mencium pipi Pak Akhtara selama lima detik. Beliau tidak menolak ciuman yang kuberikan. Hanya saja ekspresi wajahnya tampak menegang karena sikapku yang bekerja diluar prediksi. Aku tidak pernah menunjukkan sisi romantis atau perhatian yang mendalam pada beliau. Tapi begitu kami berlibur ke Maldives, aku mendadak berubah seperti perempuan yang cinta mati padanya. Pantas dan wajar jika Pak Akhtara terkejut dan selalu berkata membutuhkan waktu untuk mengenalku. Tapi masalahnya, aku yang tidak mau menunggu lebih lama lagi. Karena aku juga dikejar oleh waktu. Usai mencium pipinya, aku kembali memeluk Pak Akhtara untuk menyembunyikan rasa malu karena berpikir ini terlalu agresif. Oh ayolah, ciuman! Bekerjalah dengan baik hingga ke dasar hati Pak Akhtara! Buat beliau bertekuk lutut padaku secepat mungkin! Aku kembali menyandarkan kepalaku di dada beliau dan lagi-lagi aku bisa mendengarkan detak jantungnya yang menggila. Semoga saja itu efek dari racu

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Atau Layani Saya?

    "Maaf, Han. Bukan maksud saya ambil kesempatan dalam kesempitan. Murni saya meluk kamu sambil tiduran karena tadi suhu badanmu turun. Saya cuma mau menjaga suhu tubuhmu biar nggak kedinginan. Tapi saya sendiri malah ketiduran. Sekali lagi, maaf." Perlahan Pak Akhtara bangun dari tidurnya di sebelahku dengan wajah kurang bersahabat. Apakah beliau merasa tertuduh dengan pertanyaanku? "Bapak mau kemana?" Beliau batal menurunkan kakinya ke lantai lalu menatapku. "Siap-siap mau makan malam. Saya lapar. Apa kamu nggak lapar?" Aku tidak memberi jawaban apapun namun hatiku berkata jika perbuatan baiknya tadi memiliki arti yang begitu besar terhadap kesehatanku. Beliau menjagaku dengan baik dan hanya Pak Akhtara sajalah satu-satunya penolongku di Maldives. Hanya beliau lah yang kukenal di sini. "Pak?" Panggilku dengan menahan lengan kanannya. Beliau kembali urung menurunkan kakinya ke lantai lalu menoleh ke arahku. "Apa?" Aku teringat akan tujuan besarku di Maldives dan sederet s

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Saya Minta Maaf, Istriku!

    Tuna Stuffed Chapati. Salah satu menu makanan yang dipesan Pak Akhtara dan modelnya seperti sambal ikan klotok di Indonesia. Ada nasi dan sambalnya juga. "Kenapa, Han? Mau nyoba menu saya?" Sejujurnya ikan laut gorengnya sangat harum sekali. Tapi aku malu untuk mencicipinya. Dan aku merasa salah pilih menu Banana Flower Salad. Yaitu salad yang disajikan di lembaran kelopak bunga pisang dengan rasa sedikit kecut dan pedas. Cita rasa yang tidak sesuai dengan lidahku sama sekali. "Sini. Saya suapin." Pak Akhtara menyendokkan sesuap nasi dan lauk lalu menyodorkannya ke mulutku. "Enak?" Kepalaku mengangguk dengan terus mengunyahnya. "Mau saya pesenin kayak gini?" "Emang boleh, Pak?" "Yang penting bayar, Han." Jika tadi Pak Akhtara bersikap biasa saja, maka sekarang beliau menunjukkan sisi perhatiannya dengan memesankanku menu yang sama dengannya. "Habisin, Han. Biar kamu ada tenaga barangkali mau mendebat saya." Aku memanyunkan bibir sambil terus menikmati menu tuna stuf

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Baru Sempat Atau Dengan Yang Lain?

    "Pak!" Tetiba saja Pak Akhtara menyingkirkan guling yang ada di tengah-tengah kasur lalu kini beliau berada di atasku. Mau apa memangnya? "Han, cukup! Jangan bilang cinta lagi ke saya atau lihatin wajah saya kayak tadi!" Beliau berkata pelan namun tegas dengan mata menatapku intens. Sedang kedua tangannya bertumpu di kedua sisi tubuhku yang setengah berbaring di kasur. "Ke ... kenapa, Pak?" Tanyaku lirih dengan perasaan gugup. "Karena ucapan cintamu dan perhatianmu yang betubi-tubi itu bikin saya bisa khilaf. Apa kamu siap kalau saya khilaf?" Kepalaku langsung menggeleng tegas dengan mata membola. Aku hanya mencintai hartanya, tidak lebih! "Makanya, jangan mancing-mancing saya terlalu jauh. Saya nggak mau kamu jadi nggak nyaman sama hubungan kita yang baru dimulai ini. Meski kamu itu sah mau saya apa-apakan, tapi saya mau ada keselarasan dalam pernikahan kita. Biar kamu dan saya sama-sama nyaman menjalaninya." "Kalau pun memang kamu jodoh saya tapi kita dipertemukan deng

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Tampil Terbuka Di Depan Pak Akhtara

    "Mas, kok kamu bilang gitu?"Siapa yang tidak panas hati ketika baru menelfon Mas Hadza ditengah tidak tahunya aku bagaimana cara mencari sinyal, tapi begitu terhubung dia langsung marah dan main tuduh. "Ck! Siapa yang nggak bingung kalau kamu nggak ngabarin apapun dari kemarin! Entah kamu udah sampai Maldives atau pesawatmu ada masalah! Aku nungguin pesan dari kamu, Han! Mau tanya juga mau tanya siapa! Beneran, aku persis orang bego nungguin pesan dari kamu!" Ini adalah kali pertama aku mendengar Mas Hadza meluapkan emosinya. Kasar, menyakitkan, dan aku mendadak tidak nyaman. Tapi tidak salah karena yang membuatnya begini adalah akibat salahku yang tidak memberi kabar sejak kemarin."Aku nggak ada sinyal, Mas! Aku nggak ngerti kalau ke luar negeri harus pasang kartu yang bisa untuk di luar negeri juga.""Apa kamu nggak bisa minta sinyal dari saudaramu atau orang hotel cuma lima menit aja untuk ngabarin aku? Atau emang kamu terlalu sibuk sampai lupa ngasih kabar ke aku?! Jangankan ak

Latest chapter

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Beri Saya Maaf

    POV AKHTARA“Maaf katamu?” Tanya Farhan dengan suara sinis.“Waktu Jihan merawat Akhtira sendirian, dihina orang lain perempuan nggak benar karena melahirkan tanpa suami, lalu Akhtira dihina anak haram, siapa yang jadi tameng untuk mereka heh?!”Aku tidak menjawab dan hanya menatap Farhan. Membiarkan dia menyelesaikan ucapannya. “Aku!” Dia menepuk dadanya dengan wajah benar-benar kesal.“Bukan kamu! Yang tiba-tiba datang ngambil semua yang aku usahakan!” ucapnya dengan menunjuk dadaku.“Kamu memang ayah kandung Akhtira, tapi aku yang lebih banyak berjasa ke mereka! Aku menyayangi mereka itu tulus!”“Dan Jihan nggak mungkin berpaling kalau bukan karena kamu pakai acara pura-pura mau mati! Biar apa, heh?! Dapat simpati Jihan dengan cara pintas? Iya?!”Kepalaku menggeleng dengan menatap Farhan yang begitu kecewa dan sakit hati.“Munafik!”“Saya nggak perlu menjelaskannya ke kamu karena saya tahu kamu nggak butuh itu, Far.”Tanpa berkata lagi, Farhan kemudian menaiki motornya dengan eksp

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Lebih Baik Selesai

    POV AKHTARA [Pesan dariku : Han, saya mau ke rumahmu malam ini. Apa boleh?]Aku menunggu jawaban Jihan dengan sangat tidak sabaran. Menit demi menit itu terasa sangat lama sekali. Kemana dia? Mengapa sedang tidak online?Setelah lima menit dan mondar-mandir sendiri di dalam apartemen, aku kembali melihat ponsel yang masih saja belum menunjukkan ada notifikasi dari Jihan.Baru kemarin Jihan bertamu ke apartemenku, dan hari ini aku langsung bergerak cepat. Memangnya mau menunggu apa?Ting …Aku segera meraih ponsel yang ada di meja dengan harap-harap cemas semoga saja itu dari Jihan.Dan ...[Pesan dari Jihan : Maaf, Pak. Mau apa memangnya?]Kemudian aku langsung menekan gambar telfon dan terhubung ke nomer Jihan. Aku merasa berbicara langsung itu lebih jelas dan gamblang dari pada mengatakannya melalui pesan singkat.“Halo?”“Saya mencintai kamu, Han.”Ini mungkin terlihat sangat frontal dan tidak sabaran. Karena aku langsung mengatakan isi hatiku kepada Jihan tanpa ada basa basi sama

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Sisa Cinta

    POV AKHTARAJihan kemudian menoleh dengan mata berkaca-kaca kemudian dia berdiri tanpa membawa paper bag. Lalu dia berjalan ke arahku hingga terlihat jelas ekspresi wajahnya.Kecewa, sedih, dan marah bercampur menjadi satu.“Ketika Bapak mau pergi meninggalkan saya dan Akhtira, setelah nyuruh Faris datang ke rumah dengan memberikan deretan surat berharga beserta rekening berisi uang yang nggak main-main banyaknya, kenapa Bapak nggak angkat telfon saya?”“Kenapa Bapak main pergi aja waktu itu?”Lalu air matanya kembali jatuh setetes membasahi pipi.“Bapak ngasih saya dan Akhtira harta sebanyak itu lalu pergi gitu aja, saya kayak merasa semuanya bisa Bapak hargai pakai uang!”Kemudian air mata Jihan makin deras membasahi pipinya. Bahkan bibirnya ikut bergetar menahan isak tangis.“Saya tahu Bapak itu kaya, tapi kenapa semuanya selalu Bapak putuskan sendiri tanpa dengerin saya dulu! Kenapa Bapak selalu menilainya pakai uang?! Bapak punya hati dan cinta kan?! Kenapa nggak mencoba menggunak

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Kalian Tetap Bahagia Tanpa Saya

    POV AKHTARATujuh hari aku berada di tanah suci untuk benar-benar menghambakan diri pada Tuhan. Segala urusan duniawi kukesampingkan.Aku benar-benar mengharap ampunan turun bersama dengan kesungguhanku saat bersujud, menengadahkan tangan, dan tetesan air mata penyesalan.Kugunakan waktu itu sebaik mungkin dengan memperbanyak ibadah. Aku hanya pulang ke hotel jika benar-benar mengantuk.Aku tidak tahu apakah pemeriksaan keseluruhan terhadap kesehatanku itu lolos ataukah tidak. Bila lolos dan dinyatakan cocok, setidaknya aku telah membasuh jiwaku di tanah suci sebelum kembali pada sang Khaliq.Tapi bila tidak lolos, aku harap Tuhan memberi jalan kehidupan yang lebih baik. Karena aku sudah tidak lagi muda dan waktunya lebih fokus pada ibadah serta keluarga.Faris melambaikan tangannya begitu aku keluar dari pintu kedatangan penerbangan luar negeri. Dengan menggeret koper, aku menghampirinya yang menatapku dengan pandangan berkaca-kaca.Dia sudah kuanggap seperti adik dan langsung merangk

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Kehilangan Kamu Yang Pernah Sangat Mencintaiku

    POV AKHTARA Faris yang berdiri di samping itu kemudian menatapku penuh keterkejutan. Pun dengan dokter yang kuajak berbicara dan masih memegang hasil laboratorium pasien yang menderita sakit keras itu. "Pak, apa ... maksudnya?" Tanya dokter itu. "Maksud saya seperti yang dokter pikirkan."Dokter itu kemudian menatap Faris dengan penuh keterkejutan. Pasalnya mana ada orang yang sudi mendonorkan hatinya dengan terang-terangan seperti aku?Mungkin mereka pikir aku sedang main-main dengan hal ini. Padahal aku benar-benar merasa bahwa ini adalah titik balik untuk memperbaiki diri dan mendapatkan ampunan dari Tuhan atas semua kesalahanku. "Pak Akhtara, maaf. Ini bukan perkara sederhana, Pak. Mendonorkan hati itu tidak sama dengan mendonorkan ginjal. Manusia punya dua ginjal dan masih bisa bertahan hidup dengan satu ginjal. Tapi kalau hati ... manusia hanya punya satu, Pak. Kalau itu diambil, maka --- ""Saya mati. Begitu kan alurnya?" Jawabku tenang. Dokter dan Faris saling bertatapan d

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Terima Kasih Untuk Segalanya

    POV AKHTARA“Mas, mau gendong Tira nggak?” Tanya Abid dengan suara sangat lirih.Aku yang tengah duduk di bangku belakang sambil menatap keluar jendela mobil pun beralih atensi pada adikku itu.Dia tengah memangku putraku, Akhtira, yang sudah tertidur dengan lelap. Sedang kedua anaknya masing-masing dipangku istrinya dan Papa. Hanya aku saja yang tidak memangku anak kecil.Kemudian aku melongok ke arah putraku itu. Dia benar-benar damai terlelap di atas pangkuan adikku. Dan selalu enggan untuk berdekatan denganku.“Apa dia nanti nggak kebangun, Bid?” Tanyaku dengan suara sama lirihnya.“Pelan-pelan aja, Mas.”Lalu aku mengusap pipi halusnya itu dengan ibu jari untuk memastikan apakah Akhtira benar-benar sangat terlelap. Ternyata putraku itu tetap tidur dengan sangat pulas.“Kayaknya dia kecapekan habis main air terus perutnya kenyang. Jadi deh ngorok.”Aku menahan tawa karena guyonan Abid lalu mengangguk dengan mengulurkan kedua tangan untuk menerima putraku.Galau di hati yang sedari

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Apa Kamu Tidak Ada Waktu?

    POV AKHTARAAku harus tetap professional dengan tidak mencampuradukkan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan. Meski terasa sulit dengan tidak memikirkan penolakan Jihan saat aku sedang bekerja seperti ini.Permintaan Jihan yang tidak bersedia rujuk adalah sebuah keputusan yang tidak boleh kupaksa. Dia memiliki hak yang harus kuhormati sekalipun itu melukai hatiku.Cintaku pada sesama manusia telah habis di Jihan.Meski Humaira begitu baik secara sifat dan iman, tetap saja aku selalu terbayang Jihan. Bukankah akan makin menyakiti Humaira jika dia mengerti jika hatiku masih tertambat pada Jihan?“Mungkin jika Bu Jihan sudah menikah lagi, Bapak akan benar-benar bisa melepas dan melupakannya. Karena pintu untuk mendapatkannya benar-benar telah tertutup,” ucap Faris.Aku menghela nafas panjang dengan menatap gelas minumku yang mengembun. Kami sedang makan malam bersama karena aku tidak mau makan malam sendirian. Kebetulan tempat tinggal Faris tidak jauh dari apartemen tempatku berteduh.“M

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Tetap Memilih Dia

    POV AKHTARAKarena putraku, Akhtira, sedang duduk di pangkuan seorang lelaki dengan menghadap wajah orang itu. Bahkan senyum putraku terlihat mengembang penuh tawa apalagi saat lelaki itu menyerukkan kepalanya ke arah dada putraku.Tira kembali tertawa terpingkal karena geli dan mencengkeram rambut lelaki itu. Semakin Tira terpingkal, dia semakin menyerukkan kepalanya ke dada putraku hingga tawa keduanya menguar bebas dan membuatku … iri.Lelaki yang masih memakai kemeja putih dan celana kain hitam khas pakaian ASN itu, apakah dia yang bernama Farhan?Seorang aparatur sipil negara yang berstatus duda dan sedang mendekati Jihan.Karena lelaki itu sibuk menyerukkan kepalanya di dada putraku, dia tidak menyadari kehadiranku yang menatap ke arahnya dengan penuh rasa iri dan sedih.Iri karena putraku bisa seakrab itu dengannya. Padahal aku ini ayah biologisnya.Dan sedih karena aku belum pernah sekalipun menggendong putraku sama sekali.Sudah berapa lama mereka bersama? Sudah berapa lama le

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Seperti Lupa Cara Bernafas

    POV AKHTARA“Saya panggilin Papa biar Tira dipangku Papa. Jadi Bapak bisa menyentuh Tira.”Aku sedikit mengerutkan kening mendapati jawaban Jihan.“Kenapa harus sama Papamu?”“Kita ini udah bukan suami istri secara agama, Pak. Kalau kita berdekatan, nanti jadi dosa.”Mulutku terkunci ketika Jihan berkata seperti itu. Satu kenyataan yang hampir kulupakan bahwa wanita yang sangat kucintai ini sebenarnya telah terlepas dari genggamanku secara agama.Statusnya hanya istri secara hukum negara.Tapi aku ingat perkataan Papa bahwa masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan Jihan kembali dengan rajin mengunjungi Tira.Ketika Jihan hendak berdiri, aku berkata …“Tolong kamu dudukkan aja Tira di kursi. Nggak usah panggil Papamu.”Karena aku yakin jika Papanya Jihan akan membuat pembatas antara aku dan Tira. Apalagi jika putraku itu menangis karena baru pertama kali bertemu denganku.Jihan mengangguk lalu membujuk Tira untuk duduk di kursi. Putraku itu nampak tidak kooperatif namun Jihan terus m

DMCA.com Protection Status