Share

Butuh Tapi Kerap Melukai

Author: Juniarth
last update Last Updated: 2024-02-12 16:23:28
“Mama Papa sama orang tuanya Jihan setuju kalau resepsi pernikahan kalian diadain bulan depan. Gimana, Tar?” tanya Mamanya Pak Akhtara.

'Apa?!!'

'Resepsi?!!'

Jeritku dalam hati. Lalu kedua bola mataku membelalak tidak percaya menatap beliau dengan mulut terkatup erat.

“Kira-kira kalian mau undang teman kerja di kantor berapa ratus orang, Tar, Han? Biar Mama sama Papa bisa estimasi mau pesan catering berapa porsi,” ucap Mamanya Pak Akhtara kembali dengan nada teramat bahagia.

Sedang aku dan Pak Akhtara seperti kutu usai disengat listrik bertegangan tinggi saja.

Bagaimana tidak terkejut jika pernikahan diam-diam kami kini justru akan diproklamirkan oleh kedua orang tua. Padahal mati-matian kami tidak ingin siapapun orang di kantor tahu pernikahan kontrak ini agar tidak menjadi gunjingan.

“Tara, Jihan, kok malah bengong aja?”

Kemudian aku menoleh ke arah Pak Akhtara yang meraup udara sebanyak mungkin lalu dimasukkan ke dalam paru-paru hingga berulang kali. Sedang aku berulang kali
Juniarth

enjoy reading ... klik gem dan tinggalkan komentar. Makasiiiiih...

| 3
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Juniarth
iya kak covernya berubah. hehehehe
goodnovel comment avatar
Miyuk Kaslan
hmm covernya berubah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Dihargai 50 Juta

    Mati aku! Mulutku ini mengapa tidak bisa diam menyumpahi lelaki itu dari tadi. Nah kan, kalau ketahuan rekan satu kantor seperti ini, justru berbahaya dan berpotensi membuka rahasia kami yang sebenarnya. Aku segera mempercepat memoles wajah lalu tersenyum palsu pada Fita. “Gue duluan, Fit.” *** Sepanjang hari aku bekerja sebaik mungkin sembari melupakan apa yang Pak Akhtara lakukan padaku tadi pagi. Hingga secara tidak sengaja, aku berpapasan dengannya waktu akan pergi makan siang bersama teman-teman satu kubikel. Kebetulan beliau baru saja membuka pintu ruangannya. Kandangnya! “Siang, Pak Akhtara,” ucap beberapa temanku bersamaan. “Siang.” “Kami makan siang dulu, Pak.” “Silahkan.” Tanpa mengangguk hormat seperti karyawan yang lain, aku berlalu begitu saja seperti tidak melihatnya dengan ekspresi bodoh amat. “Han, lo berani banget nggak hormat sama Pak Akhtara,” celetuk Ita, teman satu kubikelku yang lain saat kami berjalan bersisian. “Heh?! Nggak kok. Gue hormat kok. Lo a

    Last Updated : 2024-02-13
  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Seperti One Night Stand Dengan Hidung Belang

    "Ehm ... kamu udah makan malam?" Aku melirik ke kiri lalu kembali menatap Pak Akhtara yang sudah duduk di bangku kemudi. Ada apa gerangan manajer sekaligus suami kontrakku ini bertanya tentang aku sudah makan atau belum? "Belum, Pak." Jawabku jujur. Kepalanya lantas mengangguk pelan dengan menatapku, "Mau makan malam dulu?" Jamur yang seharusnya berisi spora, kini berisi pertanyaan tentang sikap Pak Akhtara yang berubah sedikit baik itu, tumbuh berjejer di dalam otakku. "Boleh, Pak." "Saya udah nyuruh Bik Wati nyiapin makan malam untuk kita di rumah." Oh ... aku pikir beliau akan membawaku makan malam di luar. Ternyata, kami akan makan malam di rumahnya. Mungkin Pak Akhtara tidak mau menuai resiko jika kami keluar berduaan. Tidak lucu andai ada orang kantor yang memergoki kebersamaan kami lalu muncul kesalahpahaman yang membuat kami dikenai sanksi perusahaan. Peraturan perusahaan kami menyebutkan jika sesama karyawan tidak boleh menjalin hubungan asmara atau melakukan perse

    Last Updated : 2024-02-14
  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Hubungan Kita Udah Selesai!

    Asem! “Aku … aku di kamarnya Pa ---, eeh … Mas Akhtara kok, Ma. Tuh dia lagi mandi,” ucapku gugup. Bergegas aku memasukkan perlengkapan make up ke dalam tas dengan tergesa-gesa padahal belum memakai lipstick. “Aku mau siapain minum untuk Mas, Ma. Nanti disambung lagi!” Tanpa salam, aku langsung mematikan sambungan video call Mama. Sejurus kemudian menghela nafas lega sembari mengusap dada. “Hampir aja. Mampus gue. Bisa-bisanya nyokap teliti banget sama kamar ini padahal cuma ditidurin semalam doang. Lain kali nggak usah lah video call Mama di kamar. Bisa berabe gue.” Usai memoles make up dengan benar, aku segera keluar kamar untuk meletakkan baju kotor di keranjang yang sudah disiapkan Bik Wati. Bersebelahan dengan keranjang pakaian kotor Pak Akhtara. Bila di kos, aku harus mencuci sendiri pakaian kotorku, namun mulai hari ini aku kembali dilayani seperti saat Mama dan Papa kaya raya. Lumayan lah. Setidaknya taraf hidupku naik satu tingkat meski menjadi istri kontrak manajerku.

    Last Updated : 2024-02-15
  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Akhir Cerita Cinta

    Siapa sangka jika Sabrina itu adalah wujud perempuan solihah? Memakai gamis panjang, jilbab lebar, dengan riasan masa kini yang membuatnya sedap dipandang mata. Tapi aku tidak bisa melihat bagian perutnya apakah dia sedang hamil ataukah tidak. Sebab tertutup oleh meja dan sebagian tubuh Pak Akhtara. Pikiranku pun berkelana, jika ia adalah wujud perempuan solihah, benarkah ia sedang mengandung anak Pak Akhtara? Setahuku, perempuan dengan pakaian seperti itu sangat menjaga aurat. Tapi jika ia sampai hamil apakah itu artinya mereka sebenarnya telah menikah siri lalu Pak Akhtara menceraikannya secara sepihak? Duh duh duh ... Sekalipun aku tidak mengenal Sabrina, jika memang Pak Akhtara senakal itu, beliau benar-benar akan kusuruh menikahi Sabrina yang asli dan memintanya menghentikan pernikahan kontrak kami. Sesama perempuan bukankah harus saling mendukung?"Mbak, mau pesan apa?" Aku langsung menoleh ke arah pramusaji yang bertanya. Duh ... mengganggu saja!"Ehm ... cappucino dingin

    Last Updated : 2024-02-16
  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Bagus Untuk Meredakan Stres

    "Bukan urusanmu!" ucapku ketus dengan menajamkan tatapan. Aku berusaha menguasai diri dan bersikap waspada pada sosok wanita yang berdiri di hadapanku ini. Wanita dengan penampilan luar biasa meski usianya hampir sama dengan Pak Akhtara. Menenteng tas seperti milik para artis namun dengan jenis KW, mengenakan dres malam selutut warna hitam, dengan make up sedikit lebih menantang, dan rambut direbonding lurus berkilau. Kemudian dia menatapku dari atas hingga bawah dengan tatapan menhina dan senyum sinis yang merendahkan. "Ngacangin siapa kamu, perempuan murahan?" tanyanya lalu bersedekap hingga terpampang dengan jelas merk duplicate tas kecilnya. "Jaga mulutmu!" "Ngapain harus dijaga kalau emang kamu tuh perempuan murahan? Biar semua orang tahu lah kalau kamu itu pe-la-kor!" ucapnya dengan menunjuk wajahku. Aku makin menajamkan tatapan dengan perasaan geram dihina seperti itu. Beruntung di depan rumah makan ini hanya ada kami berdua yang sedang terlibat pertengkaran. Setidakn

    Last Updated : 2024-02-17
  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Setengah Tanpa Busana

    Sepanjang perjalanan pulang menuju rumah Pak Akhtara aku hanya sibuk mengompres bibir yang sedikit robek dan terasa bengkak dengan kaleng minuman dingin yang masih utuh itu. Sialan sekali wanita dari lelaki yang telah menjadi masa laluku itu! Apes nasibku malam ini gara-gara bertemu dengannya. Begitu tiba di rumah Pak Akhtara, aku segera masuk ke dalam kamar usai mengucapkan banyak terima kasih pada beliau. Entah bagaimana nasibku tanpa bantuan Pak Akhtara tadi. Beliau seperti spiderman saat menyelamatkan Marry Jane yang hampir terjatuh. "Terima kasih banyak, Pak, udah nolong saya," ucapku tulus. "Sama-sama." "Saya istirahat dulu, Pak." Kemudian berlalu ke kamar. Baru saja aku membuka tiga kancing kemeja kerja sembari fokus menatap pantulan bibir yang membengkak dari cermin meja rias, sebuah ketukan di pintu membuatku reflek berkata ... "Masuk!" ucapku dengan tetap memandangi bibir yang bengkak. Sedang tanganku tetap membuka kancing kemeja kerja satu demi satu. Hingga pint

    Last Updated : 2024-02-18
  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Tamu Spesial Dari Masa Lalu

    “Saya nggak mau bahas masa lalu, Pak,” ucapku dengan wajah tetap menunduk. “Oke. Maaf kalau saya tanya-tanya.” “Apa boleh saya ke kamar, Pak?” tanyaku dengan menatap Pak Akhtara. Lagi pula kami sudah selesai makan malam dan aku tidak mau berlama-lama bersama Pak Akhtara. Jangan sampai beliau beranggapan aku senang dengan moment seperti ini. Beliau bisa besar rasa dan menganggapku jatuh cinta padanya. Huek! “Silahkan.” Aku berdiri dari duduk kemudian mengambil cek pelunasan bonus pernikahan kontrak kami yang tergeletak di atas meja. “Terima kasih banyak, Pak, untuk cek-nya.” “Iya.” Kemudian aku berlalu ke kamar kemudian menyimpan cek berharga ini lalu merebahkan diri. Sungguh, aku lelah dengan apa yang terjadi hari ini dan ingin segera melelapkan mata. *** Bila cek berisi uang sebesar empat puluh lima juta ini sudah di tangan, buat apa menunggu lebih lama lagi untuk melunasi cicilan perumahan yang ditinggali Mama dan Papa? Bukankah jika cicilan itu sudah lunas setidaknya aku

    Last Updated : 2024-02-19
  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Dua Kali Dipanggil PE-LA-KOR

    "Siapa yang nyari aku, Bik?" "Ehm ... saya juga nggak tahu, Mbak. Orangnya nggak mau bilang namanya." "Laki-laki apa perempuan?" tanyaku dengan perasaan was-was. Khawatir jika yang bertamu adalah wanita dari lelaki masa laluku. Tapi tahu dari mana dia jika aku tinggal bersama Pak Akhtara? Mungkinkah dia membuntuti mobil Pak Akhtara saat kami pulang? Ah ... mana mungkin sedalam itu? Permasalahannya sekarang, jangan sampai Pak Akhtara mengetahui siapa wanita itu. Karena dia dan suaminya adalah masa lalu kelamku yang tidak perlu diangkat lagi ke permukaan. "Dia nunggu dimana, Bik?" "Di ruang tamu, Mbak." "Jangan bilang Pak Akhtara ya, Bik. Rahasiain ini." Ini masih tiga jam lagi dari jam kepulanganku dari kantor. Namun rasanya seperti se-abad!!! Tadi pagi baru saja bertengkar dengan Pak Akhtara masalah pemberian izin keluar kantor yang teramat alot hingga aku seperti berkejar-kejaran dengan waktu. Sekarang, ada lagi masalah yang menyambangi. Ada perempuan yang tetiba bertamu

    Last Updated : 2024-02-19

Latest chapter

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Bahagia Selamanya

    POV AKHTARA Satu tahun kemudian ... "Selamat, Pak. Bayinya lahir sehat. Perempuan."Aku yang sedang menemani Jihan melahirkan secara sesar itu pun tidak kuasa menahan haru dan bahagia karena kami dipercaya Tuhan untuk merawat cipataan-Nya yang sangat lucu dan menggemaskan.Adiknya Akhtira. Setelah suster membersihkan putri kami tercinta, aku segera menggendongnya. Lalu melafadzkan suara adzan di telinganya. Dengan mata berkaca-kaca, aku mencium pipinya penuh cinta. Lalu memberikannya pada Jihan yang masih terbaring di atas meja operasi. "Mau Ayah kasih nama siapa?""Aksara Badsah Ubaid."Kemudian Jihan terlihat sedikit memanyunkan bibir."Aku yang hamil susah payah, tapi nama kedua anakku mirip Ayah semua." Protesnya. "Ya udah saya ganti.""Diganti apa?""Aksara Febriana Ubaid."Jihan menganggukkan kepala setuju dengan melakukan skin ship bersama putri kami. "Namanya kelihatan ada ceweknya. Kalau yang pertama kayak laki-laki, Yah.""Apapun yang kamu mau, Sayang."Kemudian aku da

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Janji Tak Akan Berpisah Lagi

    POV AKHTARARumah megahku yang berada di Bogor terasa begitu sepi, dingin, dan mati. Tidak ada suara tawa atau celotehan Akhtira.Dulu aku mendiami rumah ini hanya untuk menaruh lelap, berganti pakaian, dan berpesta dengan rekan-rekan bisnis. Bukan sebagai tempat untuk melepas kepenatan atau mendulang kebahagiaan.“Dulu saya suka pulang ke rumah ini karena ada kamu, Han,” ucapku.Sambil bergelung dengan satu selimut yang sama dengan Jihan. Di kamar yang ia tempati dulu.“Gombal. Nyatanya Bapak juga masih keluar sama Merissa padahal ada saya di rumah.”Kemudian aku membawanya dalam pelukan hingga kulit kami saling bersentuhan.“Saya nemenin Merissa belanja doang. Dan sengaja pulang agak malam biar kamu cemburu.”Tangan Jihan kemudian memukul dadaku.“Jahat!”Aku tersenyum lalu mencium kening dan memeluknya.“Saya jahat sama kamu dan jahat sama diri saya sendiri. Saya pengen cepat pulang, ketemu kamu, lalu mendapatkan hak saya. Tapi saya sengaja ngulur-ngulur waktu biar kamu cemburu. Soa

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Ingin Kamu Padahal Masih Sore

    POV AKHTARA“Pa, aku sama Ayahnya Tira mau ke Bogor,” ucap Jihan ketika kami semua duduk di kursi meja makan.“Ngapain ke Bogor?!” Tanya Papanya Jihan ketus.Jihan yang sedang menyuapi Akhtira kemudian menatapku yang duduk di sebelah putraku itu.Kemudian Papanya Jihan langsung menatapku dengan ekspresi tidak suka.“Mau merencanakan apa lagi kamu, Akhtara?! Nggak usah bawa-bawa Jihan pergi jauh dari kami! Kami nggak percaya sama kamu!”Inilah alasan kuat mengapa Jihan dan Akhtira tidak diperbolehkan untuk tinggal seatap saja denganku. Mereka berpikir jika aku masihlah jahat seperti dulu. Dan sudah pasti aku harus sabar dan kuat menghadapi sikap mereka.“Aku khawatir kamu udah bikin rencana di Bogor lalu Jihan sama Tira nggak pulang-pulang! Kalau kamu mau ke Bogor, pergi aja sendiri sana!”“Meski Jihan udah kembali jadi hakmu, tapi aku sebagai Papanya nggak mau kejadian buruk itu kembali terulang!”Usai menelan makanan, aku menatap Papanya Jihan, mertuaku.Aku menyadari mengapa amarah b

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Saya Kangen Dia

    POV AKHTARA Dengan jarak sedekat ini sambil menatap wajah cantik Jihan, aku benar-benar terlena. Wanita yang ada di hadapanku saat ini telah resmi menjadi istriku, pendamping hidupku. Tidak ada kata terlarang untuk menyentuh wajahnya dengan kedua tanganku. Bahkan aku dihalalkan untuk menyentuhnya lebih dari ini. Andai tidak lupa akan janjiku untuk membuatnya nyaman terlebih dahulu, mungkin aku bisa memilikinya saat ini juga.Kemudian aku menurunkan kedua tangan dari wajahnya lalu berdiri dari bersimpu dan mundur dua langkah. Sungguh, berdekatan dengan Jihan membuat naluriku sebagai seorang pria tergugah sepenuhnya.Kini aku benar-benar tahu mengapa saat bersama Merissa, aku tidak pernah sukses menjadi pria sejati. Jawabannya sudah pasti karena aku tidak mencintai dia sama sekali dan hatiku benar-benar menginginkan Jihan seorang. "Kenapa, Pak?" Aku menggeleng sembari tersenyum. "Saya cuma mau kamu nyaman dulu, Han. Saya takut kalau nggak menjaga sikap, justru kamu yang terpaksa."

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Apakah Secepat Ini?

    POV AKHTARA Usiaku hampir menyentuh angka empat puluh lima tahun. Sedang Jihan masih berusia tiga puluh tahun. Perbedaan usia kami membuat ia lebih cocok menjadi keponakanku. Dan sebagai pria yang sudah berumur, siapa yang tidak senang jika memiliki istri yang masih muda, cantik, dan solehah?Inilah yang disebut dengan perhiasan dunia. Apalagi dia telah melahirkan keturunanku yang sehat dan tampan, Akhtira."Khilaf?" Tanya Jihan keheranan.Dengan bersedekap sambil menyandarkan punggung pada pintu kamar hotel yang kami tempati, aku fokus menikmati wajah cantik Jihan yang penuh dengan riasan pengantin dari kejauhan.Sungguh cantik!Lalu aku mengangguk sekilas. "Maksudnya?""Kalau kemarin saya cuma bisa mencintai kamu tanpa bisa memiliki, maka berbeda dengan sekarang. Saya boleh mencintai kamu sedalam apapun karena kamu resmi hanya akan menjadi milik saya aja, Han."Jihan nampak sedikit salah tingkah dengan ucapanku lalu dia membuang muka. Imut dan menggemaskan sekali.Andai aku tidak

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Jangan Lepaskan Jihan Lagi

    POV AKHTARA Aku sudah tidak merasa asing lagi dengan sebutan 'perjanjian pra nikah'. Karena ketika aku akan menikahi Jihan untuk kedua kalinya dan memberinya madu dengan menikahi Merissa, aku menggunakan perjanjian pra nikah dengan alasan untuk melindungi harta bendaku. Saat itu, aku mencampuradukkan hal yang disebut cinta dan sayang dengan racun bernama dendam. Hingga aku menganggap Jihan dan Merissa adalah sama-sama perempuan yang harus kuwaspadai mana kala akan mengeruk hartaku semata.Tapi ternyata, aku keliru besar. Karena saat menikahi Jihan untuk kedua kalinya, dia benar-benar sudah berubah. Hanya aku saja yang tidak menyadari. Hingga tega menduakannya dengan Merissa. "Aku restui niat baikmu kembali menikahi Jihan untuk ketiga kalinya, Akhtara."Aku langsung tersenyum lega dengan perasaan bahagia tiada terkira mendengar ucapan Papanya Jihan. Meski beliau mengatakannya dengan ekspresi yang datar dan acuh. "Agama cuma ngasih kamu batas menikahi Jihan hanya tiga kali. Dan jang

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Mari Berdamai

    POV AKHTARA Satu unit motor untuk kaum lelaki baru saja kubayar lunas. Dan kini motor itu tengah dinaikkan ke mobil pick up menuju alamat Farhan. "Apa Farhan mau menerimanya, Pak?" Tanya Faris yang duduk di sebelahku."Saya nggak peduli dia mau menerima hadiah dari saya atau nggak, Ris. Karena saya berniat memberikan hadiah itu sebagai ucapan terima kasih ia pernah berjasa dalam kehidupan Jihan dan Akhtira. Saya nggak mau jadi orang yang nggak tahu terima kasih."Kami duduk bersebelahan dengan menatap proses motor seharga lima puluh juta itu akhirnya berhasil dinaikkan ke atas bak mobil. Segala kelengkapannya kuserahkan pada pihak penjual motor. "Kamu urus sisanya ya, Ris. Saya mau ketemu Tira."Kemudian aku menyetir mobil dan sengaja singgah sebentar ke salah satu mall untuk mengunjungi salah satu gerai yang menjual mainan. Apalagi jika bukan untuk membelikan Tira mainan baru. Putraku itu ternyata tidak mudah untuk didekati. Dan sepertinya aku harus membelikan mainan yang sangat m

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Kesempatan Terakhir

    POV AKHTARA Sepasang tiket VIP dari biro perjalanan ke tanah suci sudah siap di tangan. "Apa kamu yakin ini adalah cara terbaik bikin kedua orang tua Jihan mau merestui hubungan saya sama Jihan, Ris?" Tanyaku."Kita coba saja dulu, Pak. Kalau Bapak ngasih harta atau rumah baru, belum tentu orang tua Bu Jihan luluh. Justru marah yang iya. Tapi kalau hadiah sepaket perjalanan ke tanah suci, saya rasa itu adalah hadiah terbaik sepanjang masa."Apa yang dikatakan Faris ada benarnya. "Oke. Saya akan hubungi Jihan kalau nanti malam mau bertamu ke rumahnya.""Semoga semuanya lancar, Pak."Hampir satu minggu ini aku dan Faris berpikir tentang hadiah terbaik untuk kedua orang tua Jihan agar sudi menerimaku lagi. Dan pilihan kami jatuh pada tanah suci. Dan selama satu minggu itu pula, aku selalu memikirkan Jihan dan Akhtira. Apakah Jihan mendapat omongan yang tidak mengenakkan dari kedua orang tuanya karena memilihku?Ataukah semuanya baik-baik saja tidak seperti dugaanku?Sebab, satu minggu

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Beri Saya Maaf

    POV AKHTARA“Maaf katamu?” Tanya Farhan dengan suara sinis.“Waktu Jihan merawat Akhtira sendirian, dihina orang lain perempuan nggak benar karena melahirkan tanpa suami, lalu Akhtira dihina anak haram, siapa yang jadi tameng untuk mereka heh?!”Aku tidak menjawab dan hanya menatap Farhan. Membiarkan dia menyelesaikan ucapannya. “Aku!” Dia menepuk dadanya dengan wajah benar-benar kesal.“Bukan kamu! Yang tiba-tiba datang ngambil semua yang aku usahakan!” ucapnya dengan menunjuk dadaku.“Kamu memang ayah kandung Akhtira, tapi aku yang lebih banyak berjasa ke mereka! Aku menyayangi mereka itu tulus!”“Dan Jihan nggak mungkin berpaling kalau bukan karena kamu pakai acara pura-pura mau mati! Biar apa, heh?! Dapat simpati Jihan dengan cara pintas? Iya?!”Kepalaku menggeleng dengan menatap Farhan yang begitu kecewa dan sakit hati.“Munafik!”“Saya nggak perlu menjelaskannya ke kamu karena saya tahu kamu nggak butuh itu, Far.”Tanpa berkata lagi, Farhan kemudian menaiki motornya dengan ekspr

DMCA.com Protection Status