Hanya dalam beberapa jam saja, seluruh penghuni padepokan Tirta Kencana habis terbunuh oleh pasukan aliran hitam. Bahkan Sekar Wangi harus menerima kematian paling mengenaskan.
Sekar Wangi harus puas di gauli oleh Ki Sangeti beberapa kali dan beberapa orang anak buah nya juga ikut menggauli Sekar Wangi, sebelum menerima kematian saat sebilah pedang manancap di dadanya.
Danuranda yang menyaksikan hal itu. Membuat dirinya kesulitan bernapas untuk beberapa saat. Lantas ia langsung berlari sekuat tenaga meninggalkan padepokan Tirta Kencana. Na'as bagi Danuranda, karena pelariannya diketahui oleh anak buah Ki Sangeti.
Danuranda terus berlari sekuat tenaganya, ia berlari dengan sangat cepat memasuki hutan. Meskipun Danuranda masih beusia belia fisik milik Danuranda sudah sangat bagus, karena sudah sering di latih oleh orang tuanya sejak berusia sangat dini.
Anak buah Ki Sangeti jelas cukup terkejut melihat kecepatan lari Danuranda. Tidak pernah terlintas sedikitpun dalam pikiran mereka, jika seorang bocah belia dapat berlari secepat ini.
"Kenapa mereka tidak pernah berhenti mengejar ku, apa yang mereka inginkan dariku," umpat Danuranda sambil terus berlari secepat yang ia bisa.
Beberapa kali ia menoleh ke belakang. Melihat apakan orang-orang itu masih mengejar dirinya. Danuranda mendengus kesal karena orang-orang itu masih mengejarnya, tidak perduli sudah sejauh mana dirinya berlari.
"Sepertinya mereka benar-benar tidak ingin membiarkan diriku lolos." umpat Danuranda," Bedebah itu benar-benar ingin membunuhku," Danuranda terus mempercepat langkah kakinya agar cepat melarikan diri atau sekedar bersembunyi dari kejaran anak buah Ki Sangeti.
Entah sudah berapa lama Danuranda berlari, namun orang-orang di belakangnya (anak buah Ki Sangeti) terus mengejar dirinya. Danuranda mulai merasakan kelelahan, karena sudah terlalu lama dirinya berlari dari kejaran anak buah Ki Sangeti.
Sekarang Danuranda sudah beranda di tengah hutan belantara. Tidak pernah berpikir oleh Danuranda sebelumnya, jika dirinya akan berlari setengah mati untuk menyelamatkan dirinya dari kematian. Nasib benar-benar berubah 180 derajat untuk Danuranda. Kemarin dirinya begitu di manja kedua orang tuanya dan para tertinggi padepokan, namun kali ini harus berlari antara hidup dan mati.
"Sang Hyang Widi kenapa kau begitu kejam kepadaku," ucap Danuranda sambil terus berlari secepat yang dirinya bisa.
Nasib sial seakan tidak ingin meninggalkan Danuranda. Ia sekarang harus di hadang oleh anak buah dari Ki Sangeti.
"Apa yang kalian inginkan dariku? Apa kalian tidak puas sudah membunuh kedua orang tuaku?" sergap Danuranda kepada anak buah Ki Sangeti.
"Kau ternyata anak Demang dan wanita jalang itu," Kata salah satu dari anak buah Ki Sangeti sambil di iringi tawa yang mengejek Danuranda.
Danuranda yang mendengar hal itu benar-benar marasa emosi, namun ia menyadari jika nekad menyerang maka dirinya akan mati konyol. Ia sekarang sedang memikirkan bagaimana dirinya dapat melarikan diri dari kejaran anak buah Ki Sangeti.
Danuranda mengambil langkah mundur sambil terus berpikir bagaimana caranya supaya dirinya dapat menyelamatkan diri.
Blush
Danuranda melemparkan pasir ke depan wajah anak buah Ki Sangeti dan langsung bergerak mundur dan berlari secepat mungkin. Ia tidak ingin tertangkap dan mati, sebelum berhasil membalaskan dendam kedua orang tuanya.
Ketika Danuranda sudah berpikir jika dirinya akan selamat. Tanpa ia sadari ia terpeleset dan terjerumus ke dalam sebuah sumur tua yang berada di tengah hutan itu. Danuranda langsung tidak sadarkan diri saat jatuh ke dasar sumur itu.
Danuranda baru sadar ketika hari sudah gelap. Ia merasakan rasa sakit yang luar biasa. Seluruh badannya lebam dan beberapa masih Menyisahkan luka.
Danuranda juga tidak dapat menggerakan kakinya, karena kedua kakinya terseloa dan lebam yang sangat parah.
"Apakah ini akhir hidupku? Bopo biung maafkan aku yang tidak bisa membalaskan kematian kalian. Aku benar-benar tidak berguna," guman Danuranda sambil meneteskan air matanya.
Danuranda kembali kehilangan kesadarannya untuk kedua kalinya. Danuranda mulai sadarkan diri ketika sinar mentari mulai menyinsing.
"Aku belum mati? setidaknya jangan kau siksa hidupku dewa, jika kau ingin aku mati. Maka cabutlah nyawaku," gerutu Danuranda.
Ketika harapan dirinya selamat sudah sangat tipis dan kemungkinan dirinya akan mati di dalam sumur ini sangat besar. Secara tidak terduga ada seseorang yang melemparkan seutas tali ke dalam sumur.
"Peganglah tali itu dengan erat nak, aku akan menarikmu ke atas," perintah seorang perempuan paruh baya itu.
Danuranda langsung memegang tali itu dengan sangat erat. Dia merasa memiliki harapan untuk selamat dan menuntaskan dendam kepada Ki Sangeti.
Beberapa menit kemudian Danuranda sudah berada di atas dengan kondisi yang cukup mengenaskan dengan beberapa luka sayatan dan lebam di sekujur tubuhnya.
***
Perempuan paruh baya itu merasa iba melihat Danuranda. Dia lantas menggendong Danuranda menuju kediamannya untuk di rawat hingga sembuh dan dapat beraktifitas seperti biasanya.
Ketika hari mulai gelap. Barulah perempuan paruh baya itu tiba di kediamannya yang berada di ujung sebuah desa.
Perempuan itu bernama bu Tais, seorang janda yang di tinggal mati oleh suaminya. Bu Tais tidak memiliki anak dari suaminya.
Saat mencari kayu bakar di tengah hutan tanpa sengaja Bu Tais mendengar suara seseorang dari dalam sebuah sumur tua yang ada di tengah hutan.
Bu Tais benar-benar terkejut saat melihat seorang anak yang sedang terluka parah berada di dasar sumur itu. Tanpa berpikir panjang lagi Bu Tais langsung melemparkan tali kedalam sumur itu dan menarik anak yang berada di dalam sumur itu.
***
Bu Tais merawat Danuranda sudah seperti merawat anaknya sendiri. Dia bahkan tidak pergi mencari kayu bakar selama satu minggu, karena harus terus merawat dan menjaga Danuranda hingga benar-benar sembuh.
Sudah satu minggu Danuranda terbaring di tempat tidur tanda bisa berpindah tempat. Danuranda sudah mulai merasa cukup pulih dan menggerkan kakinya 10 hari kemudian.
Barulah setelah Danuranda sudah mulai sembuh, bu Tais baru pergi mencari kayu bakar kembali untuk memenuhi kebutuhan dirinya untuk terus menyambung hidup.
Satu bulan kemudian barulah Danuranda benar-benar sembuh dan dapat beraktifitas lagi tanpa merasa sakit lagi.
"Randa, setelah ini kemana lagi tujuanmu nak," tanya Bu Tais kepada Randa.
Danuranda hanya menggeleng pelan. Ia tidak tau harus pergi kemana lagi. Untuk membalas dendam, rasanya tidak mungkin. Karena Danuranda belum memiliki kekuatan untuk melakukan hal itu.
Saat ini Danuranda hanya ingin hidup tenang dan pelan-pelan mempelajari ilmu kanuragan.
"Jika kau tidak memiliki tujuan, tinggalah bersama ibu sementara waktu. Aku akan merawat dan membesarkanmu seperti anakku sendiri," kata bu Tais.
Danuranda yang tidak memiliki tujuan lain hanya mengangguk pelan. Mulai hari ini Danuranda akan menjadi anak angkat dari bu Tais seorang janda yang menyelamatkan hidupnya.
Beberapa bulan kemudian Danuranda terus membantu bu Tais mencari kayu bakar di tengah hutan. Danuranda pun sudah mulai bergaul dengan anak seusia dirinya.Bu Tais benar-benar merasa bahagia dengan kehadiran Danuranda. Ia benar-benar merasakan memiliki seorang anak yang ia dambakan selama ini.Danuranda menjadi seorang anak yang begitu berbakti. Setiap pagi hari, ia membantu bu Tais mencari kayu bakar di hutan. Bahkan setiap sore, tidak jarang Danuranda membantu membelah kayu di belakang rumah.Namun bukan berarti Danuranda melupakan tekadnya untuk membalaskan kematian kedua orang tuanya. Tekadnya tetap bulat akan menghabisi Ki Sangeti dan keroco-keroconya sampai tidak tersisah sedikitpun.Semakin hari dendam itu semakin membara dan semakin besar pula. Hasrat Danuranda sudah sangat besar untuk membunuh Ki Sangeti. Bahkan setiap mencari kayu bakar di hutan, Danuranda tidak pernah lupa untuk melatih fis
Hari ini Danuranda memilih menggantikan bu Tais berjualan kayu bakar di pasar, karena hari ini bu Tais sedang sakit. Danuranda tidak menolak menggantikan pekerjaan bu Tais, bahkan Danuranda merasa gembira saat di pasar.Saat sedang melayani seorang pelanggan, Danuranda tidak sengaja mendengar tentang sosok petapa sakti yang bernama Ki Amar Sakti.Dari berita para pelanggan, petapa sakti tinggal di suatu tempat yang sangat jarang di tinggali oleh orang banyak, setelah mundur dari urusan jagad dunia persilatan.Tidak ada yang mengetahui pasti dimana keberadaan petapa itu. Namun ada yang menyebutkan di hutan larangan, ada juga yang menyebutkan di gunung larangan, bahkan di gua larangan.Danuranda yang mendengar hali itu merasa sangat senang. Jalan apapun akan ia tempuh untuk membalaskan dendam kedua orang tua.Danuranda berjanji setelah menyelesaikan urusannya dengan Ki Sangeti, ia
Danuranda merasakan sedikit takut saat mendengar cerita dari pria paruh baya yang berdiri di hadapannya saat ini."Saya harus benar-benar tetap pergi ke sana pak, karena ada urusan yang sangat penting. Bisa bapak tunjukan di mana arah hutan kematian itu?" tanya Danuranda."Apa kau sudah tidak sayang lagi dengan nyawamu atau kau sudah bosan hidup sehingga begitu bernafsu memasuki hutan kematian," pria paruh baya itu kembali ingin mencegah Danuranda untuk memasuki hutan kematian."Aku benar-benar ada urusan mendesak di sana paman, bisa bapak tunjukan di mana letak hutan kematian itu?" tanya Danuranda kembali, tanpa memperdulikan peringatan dari pria paruh baya itu."Baiklah, setidaknya aku sudah memperingatkanmu tentang bahaya di hutan kematian, jadi jangan salahkan diriku, jika terjadi sesuatu padamu," balas pria paruh baya itu sambil mengambil napas cukup panjang, "Kau hanya perlu berjalan terus ke a
Harimau putih pemangsa itu semakin dekat dengan Danuranda. Saat jarak harimau putih pemangsa itu semakin dekat dengannya, Danuranda teringat jika dirinya membawa sebilah pedang di punggungnya yang di berikan pria paruh baya sebelum memasuki hutan kematian.SRETTTTDanuranda langsung menarik pedangnya dan menebaskan pedang itu ke arah perut harimau putih pemangsa itu.Sedetik kemudian, harimau putih pemangsa itu terkapar mati dengan perut yang keluar, akibat sayatan pedang Danuranda."Aku selamat," Danuranda mengelus dadanya dengan lega.Danuranda memilih bersandar di sebuah pohon yang tidak jauh dari mayat harimau putih pemangsa itu. Namun belum sempat Danuranda menarik napas terlalu lama, ia sudah harus kembali bersiap menghadapi harimau putih pemangsa lainnya. Kali ini bukan satu ekor, namun lima ekor harimau putih pemangsa."Oh Sang Hyang Widi, kenapa kau begitu membenciku, sehingga kau kembali mengirim harimau pemangsa untuk melenyapkank
Ki Amar Sakti berhasil meraih tubuh Danuranda. Ia lantas dengan cepat membawa Danuranda ke dalam gua yang menjadi tempat tinggalnya setelah mundur dari dunia persilatan.Ketika tiba di dalam gua, Ki Amar Sakti langsung membaringkan Danuranda ke atas sebuah batu besar. Ki Amar Sakti lalu mulai memeriksa keadaan Danuranda.Ki Amar Sakti nampak mengerenyitkan dahinya. Ia benar-benar di buat terkejut karena tubuh pemuda (Danuranda) yang di tolong olehnya sudah mencapai di ambang batasnya. Sedikit saja terlambat, maka nyawanya akan melayang."Aku rasa kita berjodoh nak, tanpa tenaga dalam saja kau dapat mengalahkan 5 ekor harimau putih pemangsa, bagaimana jika dirinya memiliki tenaga dalam?" pikir Ki Amar Sakti sambil mulai mengalirkan tenaga dalamnya ke dalam tubuh Danuranda untuk membuat dirinya melewati masa kritisnya.Setelah melewati masih Kritisnya. Ki Amar Sakti langsung pergi meninggalkan Danurand
Danuranda tidak pernah berhenti membujuk Ki Amar Sakti untuk mengajari dirinya ilmu kanuragan.Namun tidak perduli seberapa keras Danuranda membujuk. Ki Amar Sakti tetap dengan pendiriannya, yaitu tidak akan mengajarkan apapun kepada Danuranda yang berkaitan dengan ilmu kanuragan."Kek, angkatlah aku menjadi muridmu," bujuk Danuranda hampir setiap hari kepada Ki Amar Sakti."Aku tidak akan mengajarkan apapun kepadamu tentang sesuatu yang berkaitan dengan kanuragan." jawab Ki Amar Sakti dengan singkat.Danuranda yang sudah mendengar jawaban seperti itu setiap harinya. Jadi tidak ada rasa sakit lagi mendengar jawaban dari Ki Amar Sakti."Aku akan tetap disini, apapun yang terjadi kek. Aku harap kakek bersedia mengangkatku menjadi muridmu," ucap Danuranda sambil berjalan keluar dari gua.Setelah gagal membujuk Ki Amar Sakti. Danuranda selalu menghabiskan harinya dengan melatih kemampuan fisiknya di sekitar gua. Mulai dari memukul batang p
Danuranda mulai mengatur napas dan mulai memikul pohon di punggungnya.Danuranda mulai berjalan dengan berlahan. Baginya pohon itu tidaklah terlalu berat, hal yang membuatnya berat adalah lamanya perjalanan dirinya berlari mengelilingi hutan kabut kematian.Danuranda mulai berlari mengikuti rute yang telah di buat oleh Ki Amar Sakti. Ia berlari dengan kecepatan sedang. Ia tidak ingin terlalu cepat, karena menyadari jika bukan jumlah berapa keliling yang di hitung, tapi lama waktunya.Satu hal yang membuat Danuranda kebingungan. Rute yang di buat oleh Ki Amar Sakti selalu berada di area yang terkena sinar matahari. Sehingga membuat Danuranda terus menahan dahaganya.Danuranda benar-benar merasa begitu haus saat melihat sebuah sungai yang ia lewati."Aku tidak tahu sebenarnya selebar apa hutan ini, sudah hampir 10 jam lebih, tapi aku masih belum juga kembali ke posisi awalku," guma
Beberapa saat kemudian, Ki Amar Sakti kembali dengan beberapa batang tebu hitam.“Berhubung tadi kau bilang masih kuat, bahkan sangat kuat, maka aku akan sedikit menambah porsi latihanmu.”Danuranda jelas sangat terkejut melihat puluhan batang tebu itu, dia menyadari jika puluhan batang tebu itu sebentar lagi akan membuat tubuhnya menjadi lebam. Sekali lagi, Danuranda mengutuk dirinya sendiri yang membuat dirinya menjadi begitu sial.Benar saja, Ki Amar Sakti langsung mengayunkan batang tebu itu ke bagian punggung Danuranda. Danuranda jelas langsung meringis kesakitan, akan tetapi masih tidak bergerak di posisi semula. Tidak hanya sekali, akan tetapi Ki Amar Sakti terus melakukan hal itu berkali-kali.Ki Amar Sakti tidak hanya memukul bagian punggung, tetapi juga bagian perut dan betis tidak luput dari pukulan batang tebu.Danuranda jelas merasakan jika seluruh tubuhnya sudah
Danuranda kembali berdiri dengan kuda-kuda tarungnya. Meskipun sudah terluka parah, tapi ia masih mencoba terus berdiri dengan kuda-kuda tarung sempurna.Danuranda menancapkan pedangnya ke tanah, lalu berkata, "Aku akan menghadapi mu dengan tangan kosong,"Sedetik kemudian Danuranda sudah kembali menyerang pria bertopeng itu. Kombinasi pukulan dan tendangan berhasil membuat pertarungan keduanya semakin sengit.Tidak hanya kombinasi tinju dan tendangan. Danuranda secara tidak sadar juga menggunakan metode pertarungan tangkap lepas, metode pertarungan ini membutuhkan kecepatan dan kesigapan.Beberapa kali juga Danuranda melepaskan jurus tendangan cambuk buaya. Terkadang Danuranda memotong tendangannya yang berhasil mendarat tepat di punggung atas pria bertopeng itu.SlashhhhDanuranda melesat cepat memberikan sapuan terhadap pria bertopeng. Pria bertopeng yang
Danuranda yang berhasil menghabisi serigala perak terkapar tidak sadarkan diri. Ki Amar Sakti yang melihat hal itu langsung melesat mendekati Danuranda."Dia hanya sedikit kelelahan saja, mungkin besok dia akan sadarkan diri, sebaiknya aku mengawasi situasi di sekitar di sini," Ki Amar Sakti melepaskan tenaga dalamnya untuk membuat semua hewan buas yang berjarak tidak jauh dari tempat Danuranda terkapar langsung menjauhkan diri dari lokasi itu.Ki Amar Sakti meloncat ke dahan pohon yang tidak jauh dari Danuranda yang terkapar tidak sadarkan diri.Ki Amar Sakti mengambil posisi duduk bersila dan mulai bersemedi. Meskipun begitu tidak ada seekor hewan buas yang berani mendekatinya dalam jarak 1 kilo meter.Tekanan tenaga dalam yang di lepaskan Ki Amar Sakti benar-benar berhasil membuat semua hewan buas menjadi ketakutan.***Malam berlalu dengan cepat. Sinar ma
Danuranda jelas terkejut dengan serangan tiba-tiba yang di buat oleh serigal perak itu, karena dia benar-benar baru sudah menyantap makanan dalam jumlah besar."Serigala perak, ini jelas lebih merepotkan dari pada harimau putih pemangsa," gerutu Danuranda.Serigala perak memiliki kekuatan yang lebih besar dari pada serigala lain pada umumnya. Serigala perak memiliki kecerdasaan yang tidak jauh berbeda dari manusia pada umumnya."Baiklah, mari kita lihat hasil latihanku dalam beberapa hari yang lalu, apa sudah ada perkembangan atau mentok di tempat yang sama,"Danuranda langsung menarik pedangnya dengan cepat. Ia langsung menyerang serigala perak itu. Serigala perak itu dengan cepat mampu menghindari serangan dari Danuranda.Serigala perak bukan tanpa perlawanan. Serigala perak itu tanpa ampun juga menyerang Danuranda, tanpa merasa takut sedikitpun.Keduanya t
Danuranda bergerak dengan cepat menyusuri hutan kematian. Sudah hampir 2 jam dirinya mencari, namun belum juga menemukan ayam hutan seekor saja."Kenapa hari ini mereka begitu sulit untuk di temukan, aku tidak menduga jika mencari ayak hutan akan sesulit ini," gerutu Danuranda.Danuranda merasa sedikit janggal. Bagaimana mungkin seekor ayam hutan tidak tersisa di dalam hutan kematian ini. Padahal beberapa hari yang lalu masih terasa begitu banyak ayam hutan yang berkeliaran."Aku yakin ini pasti ulah guru, dia benar-benar sudah mempersiapkan semuanya dengan sangat matang," pikir Danuranda.Danuranda terus menyusuri hutan tanpa berhenti untuk beristirahat.Ia benar-benar merasa putus asa, karena sudah beberapa jam berlalu, namun ia belum juga menemukan seekor ayam hutan sekalipun.Danuranda sudah bertekad tidak ingin pulang dengan tangan kosong. Minimal ia harus membawa satu ekor a
Beberapa saat kemudian, Ki Amar Sakti kembali dengan beberapa batang tebu hitam.“Berhubung tadi kau bilang masih kuat, bahkan sangat kuat, maka aku akan sedikit menambah porsi latihanmu.”Danuranda jelas sangat terkejut melihat puluhan batang tebu itu, dia menyadari jika puluhan batang tebu itu sebentar lagi akan membuat tubuhnya menjadi lebam. Sekali lagi, Danuranda mengutuk dirinya sendiri yang membuat dirinya menjadi begitu sial.Benar saja, Ki Amar Sakti langsung mengayunkan batang tebu itu ke bagian punggung Danuranda. Danuranda jelas langsung meringis kesakitan, akan tetapi masih tidak bergerak di posisi semula. Tidak hanya sekali, akan tetapi Ki Amar Sakti terus melakukan hal itu berkali-kali.Ki Amar Sakti tidak hanya memukul bagian punggung, tetapi juga bagian perut dan betis tidak luput dari pukulan batang tebu.Danuranda jelas merasakan jika seluruh tubuhnya sudah
Danuranda mulai mengatur napas dan mulai memikul pohon di punggungnya.Danuranda mulai berjalan dengan berlahan. Baginya pohon itu tidaklah terlalu berat, hal yang membuatnya berat adalah lamanya perjalanan dirinya berlari mengelilingi hutan kabut kematian.Danuranda mulai berlari mengikuti rute yang telah di buat oleh Ki Amar Sakti. Ia berlari dengan kecepatan sedang. Ia tidak ingin terlalu cepat, karena menyadari jika bukan jumlah berapa keliling yang di hitung, tapi lama waktunya.Satu hal yang membuat Danuranda kebingungan. Rute yang di buat oleh Ki Amar Sakti selalu berada di area yang terkena sinar matahari. Sehingga membuat Danuranda terus menahan dahaganya.Danuranda benar-benar merasa begitu haus saat melihat sebuah sungai yang ia lewati."Aku tidak tahu sebenarnya selebar apa hutan ini, sudah hampir 10 jam lebih, tapi aku masih belum juga kembali ke posisi awalku," guma
Danuranda tidak pernah berhenti membujuk Ki Amar Sakti untuk mengajari dirinya ilmu kanuragan.Namun tidak perduli seberapa keras Danuranda membujuk. Ki Amar Sakti tetap dengan pendiriannya, yaitu tidak akan mengajarkan apapun kepada Danuranda yang berkaitan dengan ilmu kanuragan."Kek, angkatlah aku menjadi muridmu," bujuk Danuranda hampir setiap hari kepada Ki Amar Sakti."Aku tidak akan mengajarkan apapun kepadamu tentang sesuatu yang berkaitan dengan kanuragan." jawab Ki Amar Sakti dengan singkat.Danuranda yang sudah mendengar jawaban seperti itu setiap harinya. Jadi tidak ada rasa sakit lagi mendengar jawaban dari Ki Amar Sakti."Aku akan tetap disini, apapun yang terjadi kek. Aku harap kakek bersedia mengangkatku menjadi muridmu," ucap Danuranda sambil berjalan keluar dari gua.Setelah gagal membujuk Ki Amar Sakti. Danuranda selalu menghabiskan harinya dengan melatih kemampuan fisiknya di sekitar gua. Mulai dari memukul batang p
Ki Amar Sakti berhasil meraih tubuh Danuranda. Ia lantas dengan cepat membawa Danuranda ke dalam gua yang menjadi tempat tinggalnya setelah mundur dari dunia persilatan.Ketika tiba di dalam gua, Ki Amar Sakti langsung membaringkan Danuranda ke atas sebuah batu besar. Ki Amar Sakti lalu mulai memeriksa keadaan Danuranda.Ki Amar Sakti nampak mengerenyitkan dahinya. Ia benar-benar di buat terkejut karena tubuh pemuda (Danuranda) yang di tolong olehnya sudah mencapai di ambang batasnya. Sedikit saja terlambat, maka nyawanya akan melayang."Aku rasa kita berjodoh nak, tanpa tenaga dalam saja kau dapat mengalahkan 5 ekor harimau putih pemangsa, bagaimana jika dirinya memiliki tenaga dalam?" pikir Ki Amar Sakti sambil mulai mengalirkan tenaga dalamnya ke dalam tubuh Danuranda untuk membuat dirinya melewati masa kritisnya.Setelah melewati masih Kritisnya. Ki Amar Sakti langsung pergi meninggalkan Danurand
Harimau putih pemangsa itu semakin dekat dengan Danuranda. Saat jarak harimau putih pemangsa itu semakin dekat dengannya, Danuranda teringat jika dirinya membawa sebilah pedang di punggungnya yang di berikan pria paruh baya sebelum memasuki hutan kematian.SRETTTTDanuranda langsung menarik pedangnya dan menebaskan pedang itu ke arah perut harimau putih pemangsa itu.Sedetik kemudian, harimau putih pemangsa itu terkapar mati dengan perut yang keluar, akibat sayatan pedang Danuranda."Aku selamat," Danuranda mengelus dadanya dengan lega.Danuranda memilih bersandar di sebuah pohon yang tidak jauh dari mayat harimau putih pemangsa itu. Namun belum sempat Danuranda menarik napas terlalu lama, ia sudah harus kembali bersiap menghadapi harimau putih pemangsa lainnya. Kali ini bukan satu ekor, namun lima ekor harimau putih pemangsa."Oh Sang Hyang Widi, kenapa kau begitu membenciku, sehingga kau kembali mengirim harimau pemangsa untuk melenyapkank