Home / Romansa / Dandelion (TAMAT) / Butterfly Effect

Share

Butterfly Effect

Author: inay
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bukkk..bukk..

Liona semakin panik tak bisa melerai pertengkaran yang memanas ini, ia juga tak paham apa yang dibicarakan Arka. Sebisa mungkin Liona memisahkan mereka, menghadang di depan tubuh Arka untuk melindungi Bily yang sudah lebih dulu melemah karena pukulan Arka yang tidak di duganya.

“Ini alasan kenapa gue gak setuju Tasya sama lo dari dulu, dan sekarang lo jadiin Liona sebagai selingkuhan lo. Lo memang pantes dapetin ini semua.”

Bukkk.. Lagi- lagi kepalan Arka mengenai wajah Bily yang sudah tak terbentuk.

“STOP… Stop.. aku gak pacaran sama Bily.” Liona berteriak.

Arka sontak menghentikan pukulannya.

“Aku cuma pura-pura, semuanya bohong. Aku ngelakuin semua ini biar kamu gak gangguin aku. Bily gak salah”

Liona menatap Arka nyalang. Berusaha membangunkan tubuh Bily dengan memeluk dan mengangkatnya, namun di cegah oleh Arka yang langsung menarik pergelangan tangan Liona dan menggusurnya paksa menuju parkiran. Liona berontak dan berusaha melepaskan, dia tidak mungkin membiarkan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dandelion (TAMAT)   Bertindak seperti seorang pemilik

    “Bil kamu udah bangun ?” putri tidur akhirnya bangun tanpa memerlukan ciuman.“Gue laper.” Sungut Bily “Yaudah aku beli sarapan dulu ke luar yah.” Liona praktis berdiri untuk keluar pintu.“Gak perlu beli, Aldo tadi datang bawa sarapan buat kita berdua. tuh..” Bily menujuk ke arah meja.“Ko aku gak tau Aldo dateng, apa karena terlalu pulas tidur.” Liona membuka bungkusan nasi dan menyerahkannya kepada Bily. Namun bukannya ikut makan miliknya, Liona malah menatap wajah Bily, merinci ngilu dengan luka yang ada di wajahnya. Rasa bersalahnya timbul semakin kentara.“Bil, maafin aku.” Si cengeng ini sudah berkaca- kaca.“Gue pengang dengernya, lo minta maaf mulu, mendingan lo urusin gue sampe sembuh daripada hanya sekedar ucapan.” Ucap Bily cuek masih dengan sendok penuh nasi.“Kalo bukan karena ide gila aku ini gak akan terjadi, aku janji bakal jagain kamu sampe kamu sembuh.” janjinya.“Lagian ini gak parah ko, muka doang kan, gue masih bisa jalan, tangan gue juga masih kuat mukul dia l

  • Dandelion (TAMAT)   Becouse Of You

    “Kak Arka STOP. Kenapa kalian selalu begini, selalu kekanak-kanakan.”“Jangan ikut campur, minggir. Kakak dari dulu emang gak pernah suka kamu sama berengsek ini.” Tasya terjatuh ke samping. Melihat itu Bily tak terima dan memukul Arka tepat di wajah tampannya sampai Arka tersungkur dengan cairan merah di hidungnya. "Jangan so suci lo, lo juga berengsek. Lo ngejar Liona bahkan maksa dia sampe dia nekad bikin skenario ini, semuanya karna lo."Mereka terus bergelut dengan pukulan masing-masing. Liona memeluk tubuh Arka menjauhkannya dari Bily, sedangkan Tasya memapah Bily kembali ke kamarnya untuk membersihkan luka baru."Kenapa kamu mukul dia lagi Ka, luka Bily aja masih belum sembuh." Hening, pria di sampingnya itu belum bersuara lagi setelah membawa Liona ke luar dari rumahnya. Mobil menepi di pinggir jalan yang sudah lumayan sepi karena malam telah menelannya."Apa yang Bily katakan benar, aku membuat skenario itu untuk menghindar dari kamu. Aku terganggu dengan semua perlakuan k

  • Dandelion (TAMAT)   Pindah Atap

    "Kapan dia sadar dokter?" "Anda tenang saja, dia sedang tidur sekarang. Pasien sudah melewati masa kritisnya tadi. Untung saja anda segera membawanya ke rumah sakit. Tidak lama lagi dia akan segera sadar." Arka meneliti luka yang sudah terbungkus kasa itu, menyamarkan goresan di dalamnya yang membuatnya ikut nyeri."Kenapa kamu sampai nekad Na. Aku gak bisa bayangin kalau hal buruk terjadi sama kamu." sambil terus menciumi jari- jari Liona yang tertaut dengan jarinya. Dua jam sudah berlalu dan mata terpejam itu kini terbuka perlahan."Kamu sadar? aku khawatir setengah mati" Arka benar- benar bernafas lega, memeluk tubuh ringkih Liona yang baru saja membuka matanya."Kamu mau minum?" tanya Arka yang melihat Liona hanya diam saat dipeluknya."Antarkan aku pulang." "Kamu masih harus di rawat." Liona menelan ludah kecewa, kembali teringat tentang semua kejadian yang membuatnya hampir memilih jalan untuk mati."Kenapa kamu menyelamatkanku? aku lebih baik mati sebelum benih yang kamu ta

  • Dandelion (TAMAT)   Don't Get Me Wrong

    "Huaa..hhhh… "Wanita yang bergumul dengan selimut menguap lebar. Rambutnya seperti benang rajut yang kusut. Posisi tidurnya sudah malang melintang mengukur garis vertikal. Baju tidur berjenis nihgtie yang dipakainya sudah tersingkab membuka setengah pahanya, dia tak sadar dalam tidur yang teramat nyaman. Setelah sempat membuka matanya untuk menutup bagian yang terbuka Liona menutup mata cantiknya lagi dan melanjutkan tidur.Ceklek…terdengar suara pintu terbuka dari luar. “Sayang,. Apa kamu belum bangun, kamu lupa kita…” Orang yang dia cari bahkan tak ada di ranjangnya.“Apa dia tidur di kamar sebelah?” ucapnya bermonolog.Akhirnya memutar arah dan membuka pintu samping kamar pertama yang juga tidak dikunci oleh pemiliknya. “Siapa kamu?” Seseorang bertanya dengan nada tak suka ke arah ranjang tempat Liona.Liona yang setengah sadar berusaha membuka mata dan tak kalah terkejut dengan kehadiran orang di hadapannya. Dia sontak berdiri, merapikan dirinya yang kacau, menyisir kasar rambu

  • Dandelion (TAMAT)   Aku Bukan Mainan

    “Shhh.. kenapa jadi gini.” Liona meringis menahan sakit. Tak sadar dengan luka yang sedang diperhatikannya, ia justru menjadi perhatian bagi orang-orang yang berpapasan disekitar. Liona hanya menundukan kepalanya menyangkal pandangan yang tak nyaman. “Liona..” Arka berlari melihat sosok Liona yang akhirnya ia temukan. Liona yang menyadari Arka berlari kearahnya langsung berontak berdiri dan mencoba lari dengan menggusur kakinya pincang. Ia tak akan membiarkan dirinya tertangkap dan mendapat penghinaan lagi. "Na.. tunggu.. jangan lari, kita harus bicara."Langkah Liona tentu saja tak sebanding dengan seberapa cepat Arka mengejarnya. Tubuhnya terhempas kebelakang saat Arka meraih pinggangnya untuk menghentikan gerakan. Liona tak diam dan terus mencoba melepaskan. Arka merengkuh Liona dengan pelukan erat tak ingin mengalah memecah tangis Liona yang mulai bersuara. “Jangan pergi, lihat.. kamu terluka.” “Lepas.. hati aku lebih terluka.” Liona menggeleng kepala menolak tangan Arka ya

  • Dandelion (TAMAT)   Tandanya sudah memudar, mau buat lagi?

    "Shhhh.. lepas.. hnghhh" daging lembut itu mengecap cuping telinga Liona membuatnya tak sengaja mengeluarkan suara desahan. "Tanda yang aku berikan sudah memudar ternyata, mau buat lagi?" jari- jari itu berjalan perlahan menggoda lapisan kulit tipis nan bersih Liona yang sedang mencoba menjaga kewarasannya, ia tidak akan membiarkan dirinya di lecehkan lagi. "Biarkan aku per.. gi hhh." kepalanya menggeleng ke segala arah untuk menangkis ciuman di lehernya, tangannya sudah lebih dulu dipenjarakan oleh tangan kanan Arka, ia hampir putus asa."Ini akibat dari sikap keras kepalamu." "Aku.. aku minta maaf, cukup. Berhenti di sini."Tok.. tok.. tok.. ketukan di pintu mengintrupsi kegiatan mereka."Ckk mengganggu." Arka melepas tangan yang menjerat itu dan membiarkan Liona lolos untuk bangun dan merapikan penampilannya."Masuk." ucap Arka pada orang di luar pintu."Maaf pak." mata itu beralih ke tubuh Liona yang berdiri canggung di samping Arka yang sedang duduk di kursinya."Ini dokumen y

  • Dandelion (TAMAT)   Tes Pack

    "Jangan asal bicara, pernikahan apa yang kamu maksud. Aku akan pulang sendiri.""Bukankah aku harus bertanggung jawab dengan sesuatu dalam perutmu itu? Aku bersedia menikahimu." Mata Liona membulat sekestika kalimat itu di ucap Arka."Kenapa kamu mengatakannya begitu enteng, jangan membahas itu lagi denganku. Pokonya aku akan pulang sendiri." jelasnya tak kalah penuh penekanan."Kalau begitu tidak usah pulang sama sekali." pungkasnya masih tetap keras kepala."Kenapa kamu mengatur apa yang boleh dan tidak boleh aku lakukan. Kamu terlalu ikut campur terlalu banyak." Liona menyudahi makan malamnya, tidak, dia tidak mood lagi untuk makan. Liona masuk ke kamar dan menenggelamkan tubuhnya ke dalam selimut.Suara pintu terbuka lagi, Arka masuk ke kamar yang sama tempat dimana Liona tidur. "Kenapa kamu masuk?" Kepala Liona menyembul dari selimut yang semula menutupi sepenuhnya."Ini kamarku, kamu lupa?" Arka cuek naik ke kasur dan menimpati posisi kosong di sebelah Liona."Kamu tahu apa y

  • Dandelion (TAMAT)   Rekaman

    "Ini gak mungkin, alatnya pasti rusak. Gak mungkin aku beneran hamil." Liona berjongkok menangkup wajahnya yang berantakan. Hidupnya seakan menjadi benang kusut, bagaimana ia akan merajutnya kembali. Liona ke luar dari kamar mandi dan di kejutkan oleh Arka yang sedang berdiri tepat di depan pintu. Saking terkejutnya tespack yang ia pegang terjatuh."Sudah di cek?" Arka memungut tespack yang tergeletak di lantai dengan menyeringai tanpa Liona sadari."Benihku lebih cepat tumbuh dari yang aku kira, kamu milikku sepenuhnya Liona, ada sesuatu yang hadir di perutmu hasil dari buah cinta kita." ucapnya bangga, mengelus perut bawah Liona di luar baju yang Liona kenakan."Jangan sentuh aku, ini pasti salah, hasilnya pasti salah." Liona lari ke kamarnya dan mengunci pintu."Aku gak mau hamil, aku gak mau..." menangis putus asa sambil meremas perutnya yang rata.Liona mengambil ponsel dan menghubungi seseorang."Hik..hikk Met, tolong gue Met. Gue gak tau harus bilang sama siapa lagi. Gue gak s

Latest chapter

  • Dandelion (TAMAT)   Selalu kamu (End)

    "Cerai?" Kosa kata itu sangat berat ke luar dari mulut Liona."T-tapi kenapa Arka? A-aku melakukan kesalahan?" Liona seperti pengemis ulung yang memohon agar Arka menatap matanya untuk setidaknya bersuara. Tapi tidak, suaminya itu bahkan memalingkan wajahnya menghadap tembok."Apa kamu bosan denganku? A-apa--""Cukup" satu kata tidak membuat Liona berhenti mempertanyakan arti secarik kertas dalam genggamannya."Apa ada wanita lain? Apa kamu menyesal kita bersama? Kita--"Kalimat selanjutnya hanya menggantung di tenggorokan Liona setelah Arka menyumpal mulut itu dengan lidahnya. Ciuman itu membuat Liona pusing dan kewalahan, seakan isi mulutnya di jelajah dengan semua kehangatan. Ia perlu bicara lebih banyak tapi bibir Arka di bibirnya terasa begitu menggairahkan. Liona lumpuh oleh cumbuan suaminya. "Huhh hnggh" suara itu lolos dari celah bibirnya.Tapi, ada sesuatu yang salah dalam ciuman ini. Liona merasa pipinya mulai basah, tapi ia tidak menangis. Saat ia membuka matanya, ia me

  • Dandelion (TAMAT)   Apa maksud semua ini?

    "Arka, apa kamu serius?" Ini pertanyaan ke tiga kalinya dari Adit semenjak Arka menelponnya beberapa menit yang lalu."Kerjakan saja dan berikan padaku kalau sudah selesai" cengkraman di ponselnya kini semakin erat."Tapi--"Arka menutup sepihak panggilan telpon tanpa repot- repot mendengar kelanjutan dari suara asistennya.Ia mengusap wajahnya yang berkeringat, lalu berbalik menuju kamarnya dan Liona."Ar--""Vio sudah tidur?" Arka mendahului kalimat Liona yang menggantung di udara."Ya." Liona mengangguk meski Arka tak sedang melihatnya.Liona mengunyah bibir bawahnya saat merasa Arka tak akan melanjutkan kalimat apapun."Sayang, Adit bilang kamu belum sempat makan malam. Mau aku masak sesuatu sebelum tidur?" Liona bergerak selangkah lebih maju dan duduk di ujung kasur miliknya berdua."Aku lelah sekali, aku akan langsung tidur" Liona menatap jarinya yang tertaut di pangkuannya, ini lebih menakutkan melihat Arka menjadi pendiam seperti sekarang. Bahkan Arka tak bereaksi seperti bi

  • Dandelion (TAMAT)   Lucu dan Berharga

    "DI MANA KALIAN SEMUA?! CEPAT DATANG!"Arka berteriak di seluruh ruangan, tanpa sadar bahwa tak ada orang lain selain pembantu rumah tangga yang baru saja datang baru- baru ini. Dirinya lupa bahwa itu adalah rumahnya dan Liona yang terisolasi, bukan di rumah Mamanya yang penuh dengan security."I-iya tuan." Melihat wanita paruh baya itu hanya membuat kemarahannya semakin meledak."SIALAN, CEPAT PANGGIL AMBULANCE!!"Dengan nafas yang sepuluh kali lebih cepat, wanita itu mengangkat gagang telpon dengan suara bergetar. Ia melakukan apa yang di minta tuannya."Akhh.. A- Arka.. S-sakit" Mata khawatir Arka jatuh kembali ke pangkuannya dimana sang istri yang tengah meringis memegangi perutnya membuat pria berbadan tegap itu kelimpungan."Sayang, bertahan sedikit lagi. Ambulance akan segera datang. Tolong sayang, bernafas dengan baik. Jangan panik, pegang tanganku. Aku akan ada di sampingmu. H-hanya tolong bertahan.." Arka menyuarakan kalimat terakhirnya dengan sedikit bergetar melihat kon

  • Dandelion (TAMAT)   Apa dia lebih baik dariku?

    "A-apa yang terjadi Dokter, kenapa- k-kenapa dia menutup matanya?" Liona lolos masuk di antara celah tubuh yang berbaring dan Dokter di sampingnya. Gavin, sang mantan kekasih sekaligus jiwa penolongnya kemarin tengah terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan kepala di perban, mata halusnya tertutup membuat Liona benar- benar ketakutan dengan pikirannya."Tenang nyonya, dia hanya tidur setelah lukanya di jahit. Semuanya baik- baik saja" Terdengar helaan nafas lega dari mulut Liona, ia mengelus dadanya sedikit merasa tenang. Dia tidak yakin lagi apa yang akan dia lakukan jika sesuatu terjadi dengan orang lain demi menyelamatkan dirinya."Terima kasih Dokter" kepalanya menunduk sopan, berterima kasih terhadap kerja keras Dokter yang menangani Gavin.Hatinya terus merasa bersalah, karena beberapa jam yang lalu dirinya bahkan hampir melupakan Gavin karena sibuk menangis di kamar suaminya yang juga sama- sama terluka."Aku selalu membuat orang- orang di sekitarku terluka, kenapa aku

  • Dandelion (TAMAT)   Di tikam

    Cekitttt... Pedal rem bergesekan dengan aspal di parkiran basement apartment."CASIE.. TUNGGU.." Gavin melakukan hal yang sama dengan mobilnya, ia memarkir dengan sembarang dan langsung mengejar wanita setengah mabuk itu yang tengah masuk ke dalam lift apartment."Dia gila, astaga" dia terus mengutuk sepanjang kakinya berlari. Setelah memutuskan untuk kembali ke Indonesia untuk mengurusi beberapa hal mengenai pekerjaannya, Gavin di datangi Casie yang menuntut padanya tentang dirinya yang di nilai tidak kompeten terhadap kesepakatan mereka. "Bagaimana kamu bisa membiarkan Arka membawa Liona? Kamu tahu aku sedang mencoba mendapat Arka kembali. Apa kamu lupa?" Kalimat itu yang terlempar dari bibir setengah mabuk wanita itu. Setidaknya sebelum dirinya hilang kendali saat Gavin menjelaskan tentang kehamilan Liona yang baru di ketahui oleh Casie."D-dia hamil? dia hamil anak Arka? Tidak. Tidak.. aku tidak akan membiarkan mereka bersama apapun yang terjadi, aku tidak rela. Liona mengamb

  • Dandelion (TAMAT)   Kembali bersama

    Lenguhan samar tak tertahankan saat sarafnya di ambil alih. Lidah Arka menjelajah ke area yang sudah di kenali, melesak mencari celah untuk menggedor kewarasan Liona yang sedang berperang dengan egonya."Aku.. rindu.. mendengar suaramu, jangan menahannya sayang.."Liona terus menggeliat sambil membungkam bibirnya dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya berusaha memberikan dorongan yang sama sekali tak berarti pada tubuh Arka yang menempel begitu mengikat."Keluarkan.. aku ingin mendengarnya.." Arka menggusur lidahnya semakin dalam, jarinya dengan tanpa di instruksi membantunya membuka jalan untuk membuka dua kancing baju Liona untuk memudahkan aksesnya sampai lidahnya bertemu dengan kedua puting yang merekah seakan siap menjadi hidangan."Hhnggghhh.. akhh..mmff" suara lenguhan dari bibir istrinya membuat Arka tersenyum di sela- sela aktifitas sedangkan Liona justru mengutuk diri karena jebol dari pertahanannya. Tubuhnya rindu dengan sentuhan hangat Arka yang memabukan. Gelen

  • Dandelion (TAMAT)   Wanita bodoh

    Kepalanya menoleh ke jendela pesawat, ia tak peduli bahwa lehernya mungkin akan patah karena saking lamanya. Dirinya hanya tidak ingin melihat sosok yang duduk di sampingnya, kesal dan benci saling mendominasi di hatinya saat ini."Sayang.." Pria yang terduduk itu dengan leluasa menyentuh tangan yang mengepal di pangkuan istrinya, namun semua itu tak lain hanya mendapat penolakan dan menjatuhkan tangannya ke sisi lain.[Beberapa jam lalu di rumah Gavin]"Kalau kamu tidak ikut aku pulang sekarang maka aku akan membawa hal ini ke ranah hukum, kamu masti istriku secara sah" Liona mengunyah kulit pipi bagian dalam, menahan semua tekanan yang sedikit membuat nyalinya ciut. Gavin juga tidak menyalak seperti sebelumnya, kalimat Arka barusan cukup membuatnya berpikir ulang untuk menahan Liona untuk tinggal bersamanya."Tapi aku.. tapi aku tidak mau hidup denganmu lagi" cicit Liona meredam semua keinginannya untuk marah.Liona bersikeras untuk cerai, tapi jangan lupakan Arka yang akan jauh l

  • Dandelion (TAMAT)   Aku minta kita cerai

    "Kamu mantan Liona kan?" Gavin menghentikan langkahnya, membalik tubuh tegapnya penuh ke arah wanita berambut coklat terang di belakangnya."Kamu lagi, selain arogan dan pemarah kamu juga ternyata suka mengusik kehidupan orang rupanya." balas Gavin masih di tempat."Apa itu adalah jawaban YA untuk pertanyaanku? Aku gak mungkin salah, kamu mantan Liona." senyum mencurigakan dengan alisnya yang tidak lagi presisi setelah yang satunya terangkat dengan sengaja."Aku punya penawaran yang bagus dan saling menguntungkan" Gavin tak tertarik dengan kalimat wanita yang sekarang menangkap langkahnya dengan berdiri di depan dirinya itu."Apa yang kamu mau? anakku menungguku di mobil." Sekali lagi Casie menghentikan langkah Gavin."Percaya padaku bahwa dalam hitungan hari mantanmu itu akan tersakiti, dan itulah saatnya kamu mengambil posisi untuk mendapatkan kembali hatinya. Lebih tepatnya, bawa dia jauh dari Arka, selamanya" kalimat terakhirnya sengaja ditekankan ke telinga Gavin yang merasa ke

  • Dandelion (TAMAT)   Pertahanan

    "Mama bilang apa Sya?" Bily memecah keheningan di antara tarikan nafas berat di sampingnya."Kenapa dengan Arka?" Kini Liona angkat suara, tapi Tasya terlihat kesulitan menyusun kalimat yang tepat.Memangnya kenapa dengan suaminya, jelas dia pasti bahagia kembali bersama dengan mantan kekasihnya kan. Apalagi saat dirinya pergi, Arka bisa lebih leluasa kembali bersama tanpa ada penghalang, itulah yang coba Liona pikirkan untuk mengusir ke khawatirannya."Kakak di bawa ke rumah sakit lagi" terang Tasya yang bagai kilatan petir untuk Liona di sampingnya."Lagi? Apa maksudnya? A- arka sakit?" Liona tidak tahu kalimat itu ke luar begitu saja dari bibirnya, seperti semua serat di tubuhnya bekerja keras untuk melawan pikirannya sendiri, dia mulai khawatir saat ini."Itu yang mau aku bilang sama kamu Na, Kakak gak baik- baik aja selama kamu pergi. Dia sakit bahkan sampai kecelakaan-""Sya.." itu suara Bily yang menghentikan kalimat Tasya, lalu melihat Liona yang perlahan menekan jantungnya de

DMCA.com Protection Status