Malam itu begitu dingin, langit sejak sore hari sudah mendung yang akhirnya airpun melimpah turun dari langit, namun hal ini tidak menyurutkan langkah Dita untuk menemui suaminya. Menggunakan jasa transportasi online Dita yang sebenarnya moodnya sedang tidak baik – baik saja itupun berangkat ke kediaman Rianti.
Kehamilannya yang membuat moodnya sering berubah – ubah membuatnya semakin sensitive saja, Dita butuh perhatian Mario, Dita butuh ditemani oleh suaminya itu kala kontrol kehamilannya, namun nasib apes yang membuat kedok Dita terbongkar membuat keinginan Dita itu menguap begitu saja.
Orang tahunya Mario adalah suaminya, itulah mengapa Dita akan memohon kepada Mario agar tetap menjadi suaminya sampai dengan anak yang dia kandung lahir , Dita sudah tidak perduli lagi meski harga dirinya harus diinjak – injak.
Namun begitu Dita sampai di kediaman mertuanya ketika tangannya hendak mengetuk pintu ,Dita malah mendengar perdebatan an
Mengenakan sneaker hitam dan pakaian kasual pasangan Rafael dan Airin tampak santai menyusui taman Jardin du Luxembourg.Kharisma Rafael semakin tampak bersinar dengan asesoris kacamata hitam nan mahal yang bertengger di atas hidung mancungnya, sementara sang istri mengenakan topi lebar.Pasangan ini saling bergandengan tangan sembari mengikuti langkah Ernest yang terus mendampingi perjalanan mereka.Perjalanan wisata mereka hari ini cukup padat, berbagai tempat mereka kunjungi selama mereka menghabiskan waktu di kota cinta ini. Airin begitu antusias.“Sayang, besuk kita sudah harus balik kita belum belanja- belanja,sore ini kita akan belanja.” Ajak Rafael yang diangguki oleh istrinya.Airin memang bukan tipe wanita gemar berbelanja hal – hal yang tidak perlu namun jika sudah berkunjung minimal Airin hendak membeli merchandise untuk oleh – oleh teman dan keluarganya.Namun Rafael bukannya membawa Airin ke tempat penju
Nugie sudah berada dibandara menunggu kedatangan Rafael , tidak butuh waktu lama pesawat pribadi yang membawa pasangan suami istri itupun tiba.Keduanya segera masuk ke dalam mobil yang sudah menunggu.“Selamat datang kembali den Rafael dan bu Airin.”“Terima kasih Nugie, gimana kabar di rumah.”“Aman terkendali den, hanya saja..”“Hanya apa ?” tanya Rafael tak sabar memotong ucapan sopir papanya itu.“Ada pak Danu di rumah sepertinya menunggu den Rafael.”“Menungguku ? untuk apa ?” Rafael keheranan mendapati jika Danu menunggunya.“Ya mana saya tahu den, tadi saja tuan yang bicara agar saat menjemput aden tidak boleh mampir – mampir karena ada hal penting dengan pak Danu.”“Masih punya nyali dia datang ke rumah, jadi penasaran semoga saja papa tidak luluh dengan temannya itu,” ucap Rafael dengan kesal.“Sab
Danu hanya bisa menundukkan kepalanya tanpa berani membuka mulutnya, Danu sedang dalam dilema jika dia jujur maka tidak akan mendapatkan tujuannya pun demikian jika dia berbohong.‘Ah sialan kenapa malah jadi begini,’ rutuk Danu dalam hatinya.“Bagaimana om cerita saja pada kami ,ya siapa tahu kami bisa membantu mencari jalan keluarnya.” Rafael sengaja memancing Danu agar segera bercerita , nada bicara Rafael dibuat biasa saja meski sebenarnya dia kesal menghadapi pria paruh baya di depannya ini.Niat hati begitu masuk rumah akan mengurung dan memanjakan si junio ee malah harus menemui orang yang sudah bertingkah licik dibelakangnya.“Ja..jadi begini, om memang tidak paham siapa itu Baron mungkin dia melihat istri om waktu itu sedang berbelanja di butik , dia mengikutinya kemudian menculiknya. Mungkin Baron berpikir bahwa istri om bersuamikan konglomerat jadi mereka meminta tebusan , begitu nak Rafael. Jadi disini ka
Waktu berjalan begitu cepat, akhirnya perusahaan Danu Winara sudah resmi diambil alih oleh Dirgantara group. Dua hari sejak kedatangan Danu ke kediaman Bramantyo waktu itu akhirnya Danu mengambil keputusan untuk menjual semua sahamnya kepada Rafael.Untuk kantor barunya ada beberapa staf senior diperbantukan diperusahaan ex Danu Winara. Rekruitment karyawan sudah dilakukan, ada nama Mario menjadi salah satu diantaranya.Urusan perekrutan karyawan diserahkan sepenuhnya kepada Wirawan orang kepercayaan Bramantyo yang juga sudah banyak membantu Rafael saat pertama kali Rafael menggantikan papanya.Mario merasa sudah tidak nyaman lagi berkantor dengan mantan istrinya, setiap melihat perut Dita yang semakin menyembul membuat semakin geram dan terluka hati Mario, apalagi gunjingan demi gunjingan terdengar di telinga Mario tentang hubungannya dengan Dita meski mereka tidak secara terang – terangan bicara.Beruntung bagi Mario dia bisa diterima di perusahaa
“Pak Mario kenapa anda seperti gelisah.” Ulang Wirawan kepada staff nya yang menurutnya sikapnya sangat aneh.“Eh ti..tidak pak Wirawan, saya baik – baik saja.”Berbeda dengan Mario justru Rafael sangat senang, ekspresi tegang diwajahnya seketika menghilang sempurna demi mendapatkan jawaban dari dokter Wina.“Istri saya hamil ? ini beneran kan dokter ?”“Tentu saja benar pak Rafael, sekali lagi selamat usianya perkiraan saya baru menginjak 5 minggu sangat rentan sekali namun untuk memastikannya tolong bawa bu Airin ke dokter kandungan disana akan diberikan vitamin dan penjelasan yang lebih lengkap.”“Terima kasih dokter saya akan bawa istri saya ke dokter kandungan saat ini juga.” Rafael segera menjabat tangan dokter Wina yang akan segera kembali ke tempat prakteknya di rumah sakit yang menjadi milik dari Dirgantara group juga.“Pak Wawan.”“Ya pak,&rd
“Zal apa kita akan diam saja ?” Anton kembali membuka suaranya saat keduanya sudah berada di kantor.“Gak mungkinlah kita akan diam saja, bentar aku akan telepon Desi agar menghubungi Airin.”Rizalpun segera menghubungi isttrinya serta menceritakan semua yang dia dengar dari Marsha meski tidak secara detail Marsha mengatakan rencananya namun kata – kata mencelakai bahkan akan menghabisi itu sungguh membuat Desi terkejut.“Aku akan kasih tahu Airin sekarang juga mas.”Desi segera menghubungi Airin yang tanpa Desi ketahui sedang berada di rumah sakit tepatnya di toilet, sehabis mengunjungi dokter kandungan Airin tidak bisa menahan kantung kemihnya . Tas nya sengaja dia titipkan kepada suaminya yang duduk dibangku tak jauh dari toilet dimana istrinya berada.Dering tanda ada panggilan masuk berkali - kali diponsel istrinya mau tidak mau membuat Rafael harus mengambil benda itu dari dalam tas istrinya.&
Pagi ini Mario tampak tidak seperti biasanya , setidaknya itulah yang ada di pikiran Rianti.Ya semenjak kepulangannya dari kantor kemarin Mario memang tampak berbeda, dia tampak jadi pendiam dan mengunci diri di dalam kamarnya , begitupun pagi ini Mario yang baru saja keluar dari kamarnya langsung duduk dan tanpa banyak bicara segera mengambil sarapan yang sudah ibunya siapkan dimeja makan.“Kamu kenapa dari kemarin kelihatan aneh ?”“Aneh gimana bu, aku biasa saja gak ada yang aneh – aneh.”“Ibu mengenalmu lama,Mario gak usah bohong, atau kamu masih mikirin mantan istrimu itu ?”Sejenak Mario mengunyah makanan yang sudah terlanjur masuk ke dalam mulutnya sebelum menjawab pertanyaan ibunya.“Ya ibu benar , aku memang sedang memikirkan mantan istriku apalagi dengan kehamilannya.” Mario mau tak mau harus jujur kepada ibunya , karena ibunya pasti akan terus mengejar jika Mario tidak s
Hari ini Bima menggantikan tugas Airin sebagai sekretaris pribadi Rafael, untung saja hari ini agenda Rafael tidak terlalu padat.Kondisi Airin yang sejak pagi mual – mual membuat Rafael sementara melarang istrinya hari ini ke kantor , meski awalnya Airin menolak karena dia merasa baik – baik saja, namun melihat kengototan suaminya Airin pun mengiyakan saja.“Gak nyangka ternyata kecebong loe tokcer,Fa.” Ucapan Bima tentu saja hanya mendapat tatapan sebentar dari sang pemilik kecebong setelah itu Rafael kembali menatap tab yang dipegangnya.Keduanya saat ini sedang dalam perjalanan ke kantor menggunakan satu mobil , ada Satya yang mengemudikan mobil Rafael.“Sat, gimana anak buahmu sudah mulai jalan kan ?” tanya Rafael meski dengan mata yang fokus menatap tab.“Sudah pak bos, semua sudah berjalan sesuai dengan titah pak bos kemarin.”“Tunggu ! ada apa ini ?” Bima menyela obrolan ked