Share

Bab 16

Author: Wening
last update Last Updated: 2021-10-12 09:41:12

Rumah asri di sebuah perkampungan padat penduduk itu tampak ramai oleh celoteh anak usia TK hingga SD. Mereka duduk melingkar mengerubungi seorang wanita cantik berkerudung biru panjang menjuntai membingkai wajah oval berkulit terang. Dia adalah Laras guru mengaji di lingkungan tempat tinggalnya.

Sore itu Zubaidah berkunjung ke rumah Laras. Sambil menunggu adiknya itu selesai dalam memberikan bimbingan dirinya membaur bersama beberapa orang anak yang sedang duduk memainkan karet gelang.

“Tante mau ikut main?” tanya seorang anak perempuan lucu berwajah bulat.

“Memang boleh?” Zubaidah balik bertanya.

Wajah itu mengedarkan pandangan pada temantemannya yang lain seolah meminta persetujuan. Zubaidah menapilkan wajah memelas yang membuat mereka mengangguk berbarengan. Zubaidah tertawa karena merasa konyol. Beban di hatinya teralihkan sepenuhnya saat ini berkat kepolosan mereka. Anga

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Damai dalam Poligami   Bab 17

    Rumah asri di sebuah perkampungan padat penduduk itu tampak ramai oleh celoteh anak usia TK hingga SD. Mereka duduk melingkar mengerubungi seorang wanita cantik berkerudung biru panjang menjuntai membingkai wajah oval berkulit terang. Dia adalah Laras guru mengaji di lingkungan tempat tinggalnya.Sore itu Zubaidah berkunjung ke rumah Laras. Sambil menunggu adiknya itu selesai dalam memberikan bimbingan dirinya membaur bersama beberapa orang anak yang sedang duduk memainkan karet gelang.“Tante mau ikut main?” tanya seorang anak perempuan lucu berwajah bulat.“Memang boleh?” Zubaidah balik bertanya.Wajah itu mengedarkan pandangan pada temantemannya yang lain seolah meminta persetujuan. Zubaidah menapilkan wajah memelas yang membuat mereka mengangguk berbarengan. Zubaidah tertawa karena merasa konyol. Beban di hatinya teralihkan sepenuhnya saat ini berkat kepolosan mereka. Anga

    Last Updated : 2021-10-12
  • Damai dalam Poligami   Bab 18

    Dalam perjalanan Fadhil masih terbayang wajah kesal pura kecilnya. Ada sedikit rasa menyesal tidak mengabulkan keinginannya untuk ikut menjenguk Sang Bunda. Batin lelaki yang kali ini tampil sedikit berantakan itu saling berdebat membenarkan tindakan. Satu sisi mengatakan sebaiknya anak anak tidak mendekati rumah sakit karena banyak virus takut tertular. Namun sisi lain menyangkalnya. “Mungkin saja Sarah akan senang bertemu Habbil,” gumamnya. Sarah sangat menyayangi anak dan mereka juga sangat dekat dengan ibunya. Sarah sangat pandai mengambil hati dan menjadikan dirinya teman curhat yang asyik. Gelak tawa ceria mereka berdengung di telinga. Mengingat semuanya Fadhil tersenyum getir. Rasa bersalah kembali menguasai, sadar semua kekacauan ini karena kebodohannya sebagai suami dan ayah. Keluarga yang begitu sempurna terkoyak hanya oleh sifat kikir dan arogannya selama ini. Memalukan! Menyeti

    Last Updated : 2021-10-13
  • Damai dalam Poligami   Bab 19

    Seperti angin Fadhil melarikan mobilnya dengan kencang. Jeritan klakson kembali bersahutan memperingatkannya tapi dihiraukan. Petugas keamanan kantor di pintu masuk bahkan tersentak mendapati sebuah mobil yang nyelonong masuk tanpa memelankan laju apalagi klakson kecil sebagai ganti sapaan seperti biasa. Petugas itu berlari mendekat untuk bertanya. Barangkali ada sesuatu yang darurat hingga pemilik mobil yang dikenalnya bertindak tidak wajar. Sayangnya begitu turun Fadhil justru menghiraukannya dan bergegas masuk dengan kepala menunduk memperhatikan langkah kaki seolah takut tersandung. “Kenapa dengan Pak Fadhil?” gumam lelaki berseragam biru dengan pentungan tergantung di pinggang itu bingung. Sampai di ruang kerjanya pun Fadhil hanya perlu duduk dan menyalakan computer di meja kerja tanpa sedikit berbasa basi dengan rekan seruangan seperti biasa. Jelas keadaannya juga sikap yang janggal memancing perhatian. Anton

    Last Updated : 2021-10-14
  • Damai dalam Poligami   Bab 20

    Perjalanan Jawa-Jakarta memakan waktu kurang dari 8jam naik kereta api. Sarah sengaja memilih transportasi ini untuk menyamankan diri. Meski kandungannya sudah cukup kuat di usia 3 bulan, dirinya tidak memilih bus demi rasa lebih aman saat harus berganti tranportasi di stasiun kereta tujuan ke rumahnya. Sarah juga enggan meminta jemput suaminya karena ada sesuatu yang hendak dilakukan sebelum bertemu Fadhil. Wanita berkimar panjang berwarna gading itu sungguh ingin tahu apakah suami dan madunya juga seperti orangorang pada umumnya? Setiap pagi bercengkerama bersama di hadapan teko yang mengepulkan asap dan sepiring kue khas favorite dua jagoan yang teramat dia rindukan? Oh tdak! Batinnya menolak percaya. “Kenapa aku jadi terus terusan berburuk sangka?” Sarah menepuk dahi merasa frustasi. Ransel di punggung terasa lebih berat dari pertama disandang kemarin. Perjalanannya menguras energy meski dirinya ber

    Last Updated : 2021-10-14
  • Damai dalam Poligami   Bab 21

    ~//~ FlasfbackRuang keluarga bernuansa klasik dengan banyak kayu berukir khas Jepara di setiap sudut ruang menjadi saksi kehangatan keluarga Sarah. Pak Wiryo Adi dan Bu Sukamti hanya memiliki dua anak yang semua perempuan. Anak pertama, Salma dibawa ke luar Jawa oleh suaminya setelah menikah dan sangat jarang pulang atau berkunjung setelah menetap di sana. Wajar jika Sarah sangat disayang dan dijaga serta diusahakan kebahagiaannya.Nasihat terus diberikan oleh dua orang yang sangat menyayanginya seperti gerimis yang bertabur lembut di luar sana. Hatinya pun jadi terenyuh hingga mengeratkan pelukan dibahu Sang Bapak.“Jangan main-main sama perasaan, Nduk. Hati manusia gampang terbujuk rayu syetan oleh hal-hal duniawi.”Tiba tiba perasaan Sarah menjadi takut. Benarkah suaminya seperti yang bapaknya umpamakan? Tekadnya semakin bulat untuk segera pulang dan membuktikan sendiri bagaimana kirakira kelanjuta

    Last Updated : 2021-10-15
  • Damai dalam Poligami   Bab 22

    ‘Bang, Sarah ada di rumahku sekarang’Pesan singkat Zubaidah pagi ini adalah buncahan bahagia sekaligus ketegangan. Pertemuan dengan Sarah kali ini bisa dibilang soal hidup matinya pernikahan mereka berdua. Fadhil tak membuang waktu segera meluncur kerumah Zubaidah selepas mengantar anak-anak sekolah.Baju kantor telah melekat rapi di tubuh seperti hari-hari biasa selalu mengurus diri dan anak, mengantar mereka lalu melanjutkan perjalanan ke kantor. Kabar keberadaan Sarah di rumah madunya membuat dada tak berhenti bertalu. Kerinduan yang sangat dan entah rasa apa lagi, bercampur menjadi satu.Fadhil tidak membawa kendaraan karena mobil telah dibawa oleh Anton sahabatnya. Kemungkinan hari ini dirinya akan ijin tidak masuk saja demi bisa segera menyelesaikan urusan keluarganya. Sambil berjalan tatapannya terus ke arah pintu. Langkahnya menjadi semakin berat.“Assalamualaik

    Last Updated : 2021-10-15
  • Damai dalam Poligami   Bab 23

    Sarah melangkah mendekati suaminya setelah menumpahkan segala kecewa atas abai Fadhil selama dirinya berada di rumah orang tua. Sang suami yang duduk menunduk mengepalkan tangan. Berkali menarik napas untuk mengurai sesak. Buku jarinya nampak memutih menandakan begitu kuat kepalannya.“Kau salah kalau mengira aku menikmati kebersamaan sebagai suami untuk Zubaidah jika nyatanya keluarga utama yang kuperjuangkan hancur.Aku sadar bukan suami yang baik untukmu.Bukan ayah terbaik untuk anak-anak kita.Aku menyadarinya ketika kau begitu mudah berbagi.”Sarah, “….”Sarah tak bisa bicara lagi bahkan kemarahannya lenyap entah ke mana. Untuk beberapa saat mereka berdua terdiam dengan pikiran masing masing. Fadhil sedang menguatkan hati dan menyusun kata untuk istrinya agar tidak salah bicara.“Aku menunggu, Sayang ... jika kau merasa lebih

    Last Updated : 2021-10-16
  • Damai dalam Poligami   Bab 24

    ‘Zubaidah, Mas izin menemani Sarah lebih dulu ya ... selesai ngajar langsung pulang jangan kelayaban’.Caht Sang Suami membuatnya tersenyum lega. Apa pun bahkan jika waktu kunjungannya dikurangi untuk Sarah yang sedang mengandung, Zubaidah ikhlas.Bayangan akan perpisahan dan mengubur kenangan indah saat bersama, terlalu berat untuk ditanggung. Pipi Zubaidah memerah membayangkan masih ada kesempatan mengulang semuanya. Dalam hati dirinya berjanji akan berhati-hati menjaga hubungan dengan suami, madu juga keluarganya.‘Ya, Sayang. Baidah akan sabar menunggu giliran. Berbahagialah! Jaga dan bahagiakan Sarah. Kita harus sadar, bahagianya adalah bahagia kita. Semoga Allah ridho’.Sand.“Wah, Bu Baidah senyum senyum sendiri kenapa nih?” tanya Bu Winda teman Zubaidah mengajar di sekolah.SD Permata adalah sekolah cukup elit berbasis Isla

    Last Updated : 2021-10-17

Latest chapter

  • Damai dalam Poligami   Bab.84 Buah Dari Perbuatan Masa Lalu

    Fadhil nanar menatap sekumpulan keluarga besar yang sedang tertawa bahagia di taman sebuah rumah yang telah disulap menjadi aula pesta kebun yang semarak. Semesta seakan merestui hari bahagia itu dengan cuaca cerah langit memamerkan gemerlap bintang bermunculan ketika hari telah beranjak semakin malam. “Seharusnya aku yang ada di sana,” gumamnya sambil tak lepas memandang seorang wanita cantic yang bergelayut manja pada seorang pria tampan berkulit putih dengan anak perempuan mungil dalam gendongan. Itu adalah hari bahagia Sarah pada acara resepsi pernikahannya bersama Dokter Wan. “Sudahlah, Bang tak usah dilihat terus! Apa, Abang tak sadar itu sudah jadi masa lalu? Sekarang lihat kenyataan bahwa Sarah sudah bahagia dan kita juga harus melanjutkan hidup berusaha bahagia dengan keadaan yang ada,” kata Zubaidah sambil menggoyangkan lengan sang suami untuk menyadarkannya. SETAHUN YANG LALU Pada hari Zubaidah melahirkan seorang putra, Sarah sang madu juga tersadar dari baby blues ya

  • Damai dalam Poligami   Bab 83. Tak ingin Kehilangan

    Laras berlari cepat ke parkiran rumah sakit di mana Sarah dirawat. Ketika Dokter Wan mengabarkan bahwa Zubaidah melahirkan di rumah sakit yang sama, dirinya segera menghubungi sang suami. Anton sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit membawa bayi Putri dan neneknya juga Bibi sebagai pengasuh. Mereka harus segera dihentikan agar jangan sampai bertemu Fadhil ataupun Zubaidah yang mungkin saja keluar ruang rawat menjenguk bayinya yang konon dirawat khusus di NICU karena lahir premature.“Ayo dong, Bi … angkat,” gumam Laras sambil terus menekan-nekan keypad gawainya lalu menempelkan ke telinga.Karena panggilan terus saja gagal wanita berjilbab panjang itu berinisiatif menunggu di loby. Benar saja tak berapa lama kendaraan dengan nomor polisi yang dikenalnya memasuki loby utama. Laras mengetuk kaca bagian pengemudi ketika mobil melambat. Jelas Anton jadi mengerutkan dahi melihat istrinya tampak panic.“Buka saja kuncinya biar aku masuk dulu.”Laras segera masuk ke jok tengah kendaraan

  • Damai dalam Poligami   Bab 82. Misteri Lantai Teratas

    Zubaidah telah berbaring kembali di ranjang pasien dengan selimut yang kurapikan menutupi tubuhnya hingga ke dada. Meski matanya terpejam, aku tahu kalau dirinya sama sekali tidak tidur. Dia sepertinya masih marah karena kutinggalkan cukup lama hingga kehausan. Luka di perutnya masih basah hingga belum bisa bangun atau duduk apa lagi beranjak mengambil minum di meja samping temat tidur sendiri. Jaraknya cukup jauh dari jangkauan tangan.Alih-alih mencemaskan kemarahan istri, ingatanku justru kembali pada Laras di lorong rumah sakit tadi.“Siapa yang dia jenguk?” gumamku tanpa sadar.“Siapa, Bang?”Aku menoleh dan mendapati Zubaidah telah membuka matanya kembali. Tatapannya mengisyaratkan tanya. Mungkin dia telah menatapku dari tadi tetapi aku yang tidak menyadarinya karena asyik melamun. Aku bergerak dalam dudukku seolah mencari posisi yang baik tapi sebenarnya aku sedang memilah kata untuk kusampaikan padanya tentang hal-hal aneh yang kutemukan di rumah sakit ini. Wanita ini baru sa

  • Damai dalam Poligami   Bab 81. Suasana yang Aneh

    Kebahagian ini rasanya ada yang kurang entah apa itu. Kelahiran bayi yang dilahirkan Zubaidah adalah hal istimewa karena sejak awal pernikahan tak pernah terpikir akan mendapatkan anak darinya. Perjalan hampir tiga tahun bersamanya aku lebih banyak merasa mendapat jekpot dalam hidup ini.Biaya hidup keluarga yang tak perlu kupikirkan sampai hadiah-hadiah special juga pelayanan istimewa yang kudapatkan dari istri keduaku ini sungguh membuatku senang. Keadaan yang jauh berbeda dari kehidupan pernikahanku bersama Sarah. Begitupun cintaku tetap lebih besar pada wanita mungil yang mendampingiku lebih dulu. Sampai akhirnya hadir Arjuna di Rahim Zubaidah. Semua seperti terbalik. Rasa ingin membalas kebaikan yang kudapatkan darinya membuatku membantunya untuk mendapatkan kebahagiaan juga. Agar dia juga merasa beruntung memilikiku maka selalu kubantu dia untuk menggapai apa yang diinginkannya sampai hal dia ingin lebih lama bersama atau lebih aku perioritaskan kehidupannya dari Sarah dan ana

  • Damai dalam Poligami   Bab 80. Ingin Menjaganya

    Aku seorang dokter yang dituntut profesional menghadapi pasien bagaimanapun keadaannya. Hanya saja aku sungguh tak bisa mengendalikan diri jika menghadapi lelaki yang telah menyakiti hati seorang wanita.Yah, khusus wanita itu. Sarah.Datanya kusimpan secara khusus ketika hati ini tak bisa berhenti memikirkannya. Semula aku mengira mungkin ini karena rasa kasihan mengetahui dirinya yang telah disakiti seorang suami sedemian rupa.Namun rasa ini sungguh terlalu dalam.Wajah sayunya selalu membayang di pelupuk membuatku sulit memejamkan mata sebelum memastikan keadaannya.Apakah baik-baik saja? Apakah nyaman dalam menerima setiap tindakan medis juga perawatannya?Apakah obatnya sudah diminum?Apakah cukup menerima asupan? Juga apakah-apakah yang lain.Kekhawatiranku semakin bertambah sejak hari ini. Biang yang telah membuatnya sakit tengah berkeliaran di rumah sakit tempatnya dirawat. Istri lelaki yang sama sekali tak pantas disebut suami itu sedang melahirkan. Kandungan istimewa itu b

  • Damai dalam Poligami   Bab 79. Kelahiran Arjuna

    Kularikan mobil dengan kecepatan tinggi ke rumah sakit. Sebelumnya telah kuhubungi dokter Wan yang bertanggung jawab pada istriku sejak awal kehamilan. Aku sendiri tak berani asal masuk ke rumah sakit lain karena kondisi kehamilan Zubaidah yang cukup menghawatirkan. Dokter Wan lebih tahu kondisi pasien karena memiliki catatan medisnya sejak awal. “Bapak tunggu di luar saja biar Dokter focus bekerja! Bapak bantu doa saja,” kata perawat menahan langkahku memasuki ruang periksa. Perasaanku sangat kacau. Tak seperti kelahiran anak-anakku bersama Sarah yang bisa kuhadapi dengan tenang karena kondisi ibunya yang sehat dan normal juga bantuan keluarganya yang ikut siaga baik moril maupun materil. Sekarang aku bingung sendirian. “Pak Fadhil!” “Ya!” Entah mengapa aku seperti mendapatkan tatapan yang kurang menyenangkan dari semua orang di rumah sakit ini. Bahkan ketika aku sedang kesulitan seperti sekarang wanita berseragam putih-putih itu tetap bicara dengan nada tinggi seperti kesal. Ap

  • Damai dalam Poligami   Bab 78. Kesadaran Fadhil

    Ruangan minimalis yang tampak lebih luas karena sedikitnya perabot itu hening. Dua wanita dewasa berdarah sama masih saling diam dan masing-masing sibuk dengan ponsel di tangan. Sesekali sang kakak melirik adiknya yang masih acuh tak acuh setelah memuntahkan serentetan kata menusuk. Tak berapa lama istri Anton itu memasukkan ponsel ke dalam tas dan menoleh pada kakaknya. “Mas Anton sudah menjemput jadi aku mau pulang,” katanya sambil kembali sibuk dengan gendongan kangguru di dadanya. Ungkapan pamitnya sama sekali seperti sedang bicara pada diri sendiri. Hal itu jelas membuat perasaan Zubaidah gamang. Zubaidah bangkit dari duduk. Mulutnya membuka dan menutup seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi tak ada satupun kata terucap hingga Laras sang adik mengayunkan langkah ke arah luar rumah. Ketika hendak mencapai pintu, langkah kakinya berhenti sejenak tanpa menoleh ke belakang. “Pikirkan dulu setiap langkahmu, Kak. Jangan sampai menyesal kelak,” katanya yang kemudian melanjutkan lan

  • Damai dalam Poligami   Bab 77

    “Laras!”Zubaidah bangkit dengan susah payah sambil memegangi bagian bawah perutnya yang membuncit. Wajahnya memerah karena marah.“Kau tidak bisa mengatur soal hidupku hanya karena berperan di pernikahan kami.Jodoh itu dari Allah!Takdir yang telah terjadi bahkan jika bukan peranmu tetap saja kami bersama karena jodoh!” katanya panjang lebar dengan intonasi tinggi.Sang adik buru-buru menepuk lembut punggung bayinya yang sempat terbangun karena kaget. Wajah imut yang kembali memejamkan mata melihat senyum ibunya itu kembali tenang dalam buaian mimpi indah. Senyumnya terbit membuat sang ibu ikut menarik ujung bibir. Sementara kakaknya yang sedang dikuasai emosi masih berdiri cemberut sambil mengatur napas yang sempat tersengal.Kini Laras menatapnya dengan pandangan miring.“Sepertinya Kakaku ini benar-benar dikuasai napsu syetan yang terkutuk.”“Kau ....”Laras buru-buru mengangkat tangan menghentikan ucapan Zubaidah.“Kalau Kakak benar, itu berarti Laras juga bebas berbuat semaunya

  • Damai dalam Poligami   Bab 76

    Akhir pekan adalah hari Zubaidah bersantai. Biasanya di waktu ini dirinya sedang berdua di depan TV dengan sepiring camilan. Bersama suami bercanda dan bermanja. Status istri telah disandangnya selama dua tahun. Tak disangka waktu berjalan dengan cepat dan kandungannya kini telah memasuki bulan ke tujuh.Fadhil saat ini dalam jatah harinya Sarah. Meski dirinya tahu kakak madunya itu sedang tidak ada di rumah. Mungkin saja sekarang sang suami sedang menyusulnya ke rumah orang tua Sarah atau apapun, Zubaidah tidak ingin memikirkannya.Sesuai pesan sang suami.“ Sekarang jatah harinya Sarah jadi Abang harus adil. Diam-diamlah di rumah jangan pikirkan apapun biar dedek bayi sehat.Kalau nanti Abang lama, pekan depan Abang janji akan mengembalikan jatah harimu dari Sarah. Mengerti?” tanya Fadhil yang hanya dijawab dengan anggukan kepala.Begitulah sang suami berpesan saat mau berangkat.🍀Denting suara selot pagar mengalihkan perhatian Zubaidah dari layar di depannya. Nampak seorang wanit

DMCA.com Protection Status