Suara Dominic perlahan menghilang diiringi suara deru halus mesin mobil yang berlomba dengan suara musik didalam mobil tersebut. Tatapan bola mata Jeslin masih belum berpaling, dia membiarkan netranya menatap sisi samping rahang sang kakak iparnya tersebut untuk beberapa waktu."Mengambil berkas pernikahan?," Jeslin berusaha mengulang pertanyaan, mencoba mencari jawaban atas ucapan laki-laki disamping nya tersebut.Ada dua kemungkinan yang dimaksud oleh kakak iparnya. Pertama mengajaknya menikah atau kedua jangan-jangan pernikahan awal Nayla dan Dominic memang tidak terjadi dan pada hari itu yang menikah benar-benar dirinya dan Dominic."Apa yang aku pikirkan?," Jeslin bertanya didalam hatinya sambil mengerutkan kening, dia pikir terlalu berlebihan pemikirannya."Aku tidak mengerti dengan ucapan kakak, tapi rasanya sedikit bercanda saat kakak mengajakku mengambil berkas penikahan sedangkan urusan kakak dan kak Nayla sama sekali belum usai." ucapan Jeslin menyiratkan sebuah jalan, itu
Restoran xxxxxxxx,pusat kota.Bola mata Jeslin menatap laki-laki yang ada dihadapannya tersebut untuk beberapa waktu, dia menelisik Jerry dari ujung kaki hingga ke ujung kepalanya."Kau cukup banyak berubah," Jeslin pada akhirnya bicara saat dia menatap laki-laki di hadapannya itu."Aku sedikit kehilangan berat badan." Jerry sang mantan kekasih nya menjawab dengan cepat."Apa kamu kembali bersenang-senang dan menikmati kokain lagi?" jelas saja Jeslin mempertanyakan hal itu karena dia tau betul Jerry memiliki sifat buruk soal kehidupan nya.Jerry memiliki kebiasaan buruk yang sejak dulu hingga sekarang tidak di sukai perempuan itu, menghisap kokain dan selalu berbaur dengan dunia malam. Laki-laki itu benar-benar kehilangan jati dirinya dan seringkali melakukan hal buruk yang membuat Jeslin cukup tidak menyukainya. Dia terpaksa mau berhubungan dengan Jerry karena keadaan di masa kuliahnya, sokongan Jerry membuat dia mau untuk menjalin hubungan dengan laki-laki itu."Ah lupakan saja, ka
Dominic seketika panik mendengar suara Jeslin di ujung sana."Jes, apa kamu mendengar ku?," Dia langsung bergerak dari posisinya, terlihat gelagapan. Alih-alih mendapatkan jawaban di ujung sana, panggilan nya langsung terputus begitu sana. Dominic benar-benar panik di buatnya."Sial." Dia mengumpat, menatap kearah jam dinding yang jelas menunjukkan waktu terlalu larut. Ketakutan menghantam dirinya.Tanpa menunggu waktu lama, laki-laki tersebut melesat meninggalkan tempat dimana dia berada, memilih untuk mencari keberadaan Jeslin dan mencoba untuk menghubungi seseorang diseberang sana."Berikan aku titik keberadaan Jeslin." Entah dengan siapa Dominic bicara, yang jelas orang yang dia percaya."Aku kehilangan jejak dia dari sini, sekarang juga, aku menunggu." Lanjut laki-laki tersebut lagi kemudian.Setelah berkata begitu dia langsung menutup panggilannya, tanpa pikir panjang Dominic dengan cepat menuju ke arah mobilnya dan bergerak untuk mengejar langkah di mana terakhir dia mengantar
Dominic terus melajukan mobilnya ke arah depan, tidak mempedulikan kendaraan yang ada di sisi kiri dan kanannya, yang dia pedulikan hanyalah Jeslin saat ini."Apa kau menemukan nya?" laki-laki itu bertanya pada seseorang di seberang sana setelah beberapa waktu berlalu."Bagus," Dominic kembali bicara kemudian langsung mematikan panggilannya dan secepat kilat tanpa berpikir panjang dia membelokkan mobilnya ke arah sisi kanan dengan gerakan tiba-tiba hingga membuat beberapa mobil di belakangnya dan juga di hadapannya terkejut dan langsung menghentikan mobil mereka secara mendadak.Terdengar umpatan demi umpatan yang keluar dari banyak mulut pengendara lainnya dan Dominic sama sekali tidak peduli dengan hal tersebut.*****Disisi Jeslin.Dalam ruangan gelap yang tidak Jeslin ketahui dimana, dia tergeletak tidak berdaya di atas sebuah kasur mendominasi berwarna putih. Perempuan itu mungkin tahu nyawanya tidak baik-baik saja, tapi efek obat yang diberikan Jerry membuat dia sama sekali tida
Jeslin samar-samar mendengar suara saling sahut menyahut di dekatnya, hal itu membuat perempuan itu mencoba memaksakan diri untuk bangun dari keadaannya. Sayangnya berkali-kali Jeslin mencoba untuk menggerakkan jemari-jemari nya nyatanya dia tidak berhasil apalagi memaksa untuk bangun jelas mustahil. Seolah-olah ada yang sengaja menekan kesadaran nya saat ini."Ada apa?," Jeslin mengernyitkan keningnya.Tubuhnya terasa sangat berat, dia ingin membuka bola matanya tapi tidak mampu. Dia samar-samar mendengar suara seseorang, terdengar seperti suara Jerry. "Ah iya, Jerry." Dia ingat terakhir kali dia bersama Jerry.Lalu apa yang terjadi? Laki-laki itu terlihat marah saat dia berkata Jika dia sudah memiliki seorang kekasih, Jerry membawanya pergi dari sana dengan alasan jika dia akan mengantar Jeslin pulang, nyatanya alih-alih mengantar dirinya pulang Jerry tiba-tiba membawa mobilnya ke arah yang tidak pernah dia duga. Jerry memutar mobil tersebut entah ke arah mana dia tidak tahu dan it
Dominic terus memacu kecepatan mobilnya ke arah depan tempat peduli pada bagian sisi kiri kanan dan juga depannya. Targetnya saat ini adalah dia harus sampai pada tujuan tepat waktu bersamaan dengan sebuah pesan masuk melalui handphonenya. Laki-laki itu buru-buru mengambil handphonenya dengan tangan kiri dan mencoba membuka pesan di sana ingin tahu apa isi pesan tersebut.Sejenak laki-laki itu mengeratkan rahangnya saat dia melihat sebuah gambar di dalam sana. Foto seorang laki-laki dengan tatapan tajamnya terlihat berdiri bersama Jeslin di samping sang adik ipar nya tersebut."Berani-beraninya kau bermain-main denganku, breng'sek." Laki-laki itu bicara sembari mengeram.Api kemarahan terlihat jelas dari balik wajah laki-laki itu, di mana Dominic akan memastikan lagu-lagu yang ada bersama Jeslin akan merasakan betapa mengerikannya saya laki-laki itu berani mencari masalah dengan nya.*******Dominic menatap sebuah bangunan yang ada di hadapannya untuk beberapa waktu dia masih menghisa
Dominic masuk kedalam tanpa banyak bicara, membuat Jerry terkejut setengah mati. Jerry berusaha mengangkat senjata nya tapi sayang.Klatakkkkk.Klatakkkkk.Dua laki-laki masuk menyusul Dominic tepat dibelakang nya, mereka mengangkat senjata membuat Jerry terkejut setengah mati."Apa-apaan ini?" Jerry bertanya, menaikkan ujung alisnya. Terkejut karena keadaan dan menatap Dominic untuk beberapa waktu."Kau bisa menebak apa ini bukan?" Dominic bicara, dia begitu tenang, berdiri sambil menatap kearah Jeslin, laki-laki tersebut merentangkan tangannya dan menunggu Jeslin masuk ke dalam pelukannya.Jeslin jelas saja ikut terkejut, tidak menyangka Dominic benar-benar datang kesana untuk menyelamatkan dirinya."Kak?," Dalam balutan ketakutan, perempuan itu langsung berhamburan mendekati Dominic."Jes." Jerry berteriak kesal dan panik, marah melihat Jeslin mengabaikan dirinya.Alih-alih peduli teriakan Jerry, Jeslin lebih memilih untuk mendekati Dominic dan merasa dilindungi oleh laki-laki ters
Di sisi lain.Jeslin terlihat sedikit gelisah saat dirinya di bawa keluar dan Dominic berkata agar dia menunggu laki-laki tersebut di dalam mobil saja. Perempuan itu pikir apakah akan ada pertarungan yang terjadi pada Dominic dan Jerry. Di khawatir hal buruk terjadi pada dua orang tersebut. Meskipun tidak menyukai Jerry tapi setidaknya dia tidak ingin Dominic menyakiti Jerry secara terlalu mengingat Dia tahu betul bagaimana sifat kakak iparnya tersebut. Laki-laki itu bisa melakukan apapun sesuai dengan keinginannya dan terkadang tidak pernah diduga."Apakah hal yang buruk akan terjadi di dalam? Maksudku tidak akan ada baku hantam atau tembak menembak bukan?" Jeslin bertanya pada laki-laki yang membawanya tadi dan membiarkannya masuk ke dalam mobil."Aku takut ada yang terluka di dalam sana seandainya Dominic melakukan hal yang nekad." Bocah perempuan itu lagi sembari dia menatap para laki-laki yang kini secara perlahan hendak menutup pintu mobil di mana dia berada.Laki-laki itu adala