“Stella, mulai hari ini kau tidak hanya diantar oleh sopir. Tapi kau juga diantar oleh dua pengawal yang selalu menemanimu ke mana pun. Ini bukan permintaan, melainkan perintah.”Stella tampak begitu terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh Sean. Bahkan dia yang tengah merias wajahnya pun langsung terhenti. Kini Stella mengalihkan pandangannya, menatap sang suami yang tengah memakai arloji.“Apa maksudmu, Sean? Kenapa kau memintaku tiba-tiba harus ditemani pengawal? Sopir saja sudah cukup Sean,” ucap Stella dengan tatapan lekat pada suaminya itu. Sungguh, Stella tidak mengerti kenapa tiba-tiba sang suami meminta dirinya harus ditemani dua orang pengawal. Padahal sebelumnya Sean tidak bersikap berlebihan.“Demi keamananmu.” Sean mengecup kening Stella. “Aku melakukannya ini semua demi dirimu dan anak-anak kita,” lanjutnya lagi.Kening Stella berkerut, menatap bingung Sean. “Aku dan anak-anak kita baik-baik saja, Sean. Tidak akan ada terjadi sesuatu pada kami. Percayalah.”“Jangan mem
Stella mengusap pelan perut buncitnya. Kandungannya semakin bertambah besar. Usia kandungannya saat ini memasuki lima belas minggu. Hamil tiga bayi kembar membuat perut Stella tampak begitu besar. Bahkan Stella sekarang mudah sekali lelah kalau terlalu banyak berjalan. Itu kenapa kalau pergi ke mall atau ke toko-toko biasanya Sean selalu membawakan kursi roda. Well, terdengar berlebihan. Tapi itu sangat berguna. Sean tahu Stella sering mudah kelelahan.Kehamilan yang semakin membesar ini membuat Sean semakin overprotective. Stella tidak bisa pergi sesukanya. Bahkan sejak di mana ada pria misterius yang mencarinya saja, Stella tidak bisa dengan mudahnya. Setiap kali Stella ingin pergi maka akan ditemani oleh sopir dan dua orang pengawal. Baik itu ingin pergi bertemu dengan teman-temannya, pelanggan, atau pun berangkat kuliah. Sungguh, ini benar-benar menyiksa Stella. Namun, Stella tidak bisa memiliki pilihan lain selain menuruti keinginan sang suami.Jujur, banyak hal yang membuat Stel
Chery menatap gaun pengantin yang telah di rancang oleh Stella. Sebuah gaun pengantin yang sangat indah dengan hiasan berlian di sana. Ya, Stella merancangkan dua gaun indah untuknya. Pertama adalah gaun berwarna putih dengan hiasan batu berlian di gaun itu. Dan yang kedua adalah kebaya gaun berwarna cream yang sangat indah. Sungguh, Chery tidak menyangka kalau Stella akan mampu membuat gaun sebagus ini. Meski Chery juga adalah seorang calon fashion designer tetap saja, dia merasa tidak bisa merancang gaun pengantin sehebat Stella. Salah satu kelebihan Stella yaitu teman baiknya itu pintar penjahit. Dan tidak semua seorang fashion designer mampu menjahit.“Stella memang sangat berbakat,” gumam Chery dengan senyuman di wajahnya.“Ehm.” Suara berat seorang pria berdeham membuat Chery langsung mengalihkan pada sumber suara itu.“Ken?” Chery terkejut kala melihat Ken berdiri di ambang pintu. Namun keterkejutannya hanya sesaat. Tergantikan dengan rasa bahagia melihat kehadiran Ken. Didetik
Sean duduk di kursi kebesarannya seraya menyandarkan punggung dan jemari yang mengetuk pelan meja kerjanya. Sorot mata Sean lurus ke depan dan tampak tengah memikirkan sesuatu. Didetik selanjutnya, Sean mengambil gelas sloki yang ada di atas meja. Lalu disesapnya perlahan. Dalam benak Sean kini hanya memikirkan pria misterius yang mencari Stella. Bagai ditelan bumi, informasi pria itu tak dapat ditemukan oleh Tomy dengan mudah.Sean mengenal baik Tomy. Asistennya itu selalu cepat dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Namun, jika sampai asistennya itu tidak bisa menemukan artinya pria itu memang bukan pria yang sembarangan. Bahkan salah satu staff-nya yang bekerja di perusahaan cabangnya yang ada di Filipina saja tetap tidak bisa menemukan keberadaan pria yang bernama ‘Xian Lim’ nama asing yang Sean belum pernah dengar. Biasanya Sean cukup mengenal beberapa nama kaki tangan dari rekan bisnisnya. Geovan Group memiliki nama yang baik di pasar Eropa. Tentunya Sean pun cukup banyak
Mobil yang membawa Sean mulai memasuki lobby perusahaanya. Sean langsung turun dari mobil—lalu memberikan kunci mobilnya apda security agar memarkirkan mobilnya. Kini Sean melangkah masuk ke dalam perusahaan, menuju lift pribadinya. Sesaat Sean melirik arloji—waktu menununjukan pukul dua siang. Ya, hari ini Sean memiliki meeting di luar kantor. Itu kenapa Sean baru tiba di kantor siang hari seperti ini.Ting.Pintu lift terbuka. Sean melangkah keluar dari lift. Namun, langkah Sean terhenti kala melihat sang sekretaris melnghapirinya dan menundukan kepala kala tiba di hadpannya.“Tuan Sean,” sang sekretaris menyapa dengan sopan.“Di mana Tomy?” tanya Sean dengan nada dingin dan raut wajah tanpa ekspresi pada sekretarisnya itu.“Tuan Tomy masih mengurus beberapa pekerjaan di luar, Tuan. Beliau mengatakan akan kembali keperusahaan sekitar dua atau tiga jam lagi,” jawab sang sekretaris memberitahu.Sean mengangguk singkat. Dia tahu Tomy memang banyak pekerjaan yang harus diurus. Itu kenap
Saat pagi menyapa, Stella tampak begitu bersemangat dan riang. Bagaimana tidak? Kemarin malam Stella sudah mendapatkan kabar dari salah satu pengawal sang suami yang memberitahunya kalau pagi ini Jenniver dan Theo sudah tiba di Jakarta. Itu kenapa raut wajah Stella sangat bahagia dan bersemangat.“Sean … Jam berapa kita bertemu dengan Jenniver dan Theo?” Suara Stella bertanya pada Sean yang baru saja melangkah dari walk-in closet.Ya, beruntung hari ini adalah weekend. Jadi Stella tidak perlu untuk izin tidak kuliah. Pun Sean tidak ke kantor. Stella memang sengaja meminta pada Sean untuk mengatur kedatangan Jenniver dan Theo saat weekend tiba. Bukan tanpa alasan, tapi karena Stella ingin dirinya dan Sean memiliki banyak waktu untuk Jenniver dan Theo.“Di bawah ada Tomy, aku harus bicara sebentar dengannya. Kau tunggu sekitar lima belas menit lagi nanti kita akan ke hotel yang ditempati oleh Jenniver dan Theo.” Sean mendekat pada Stella dan memberikan kecupan di kening sang istri. “Aku
Menjelang pernikahan, Chery sudah tidak lagi kuliah. Awalnya Chery ingin tetap berkuliah paling tidak sampai tiga atau empat hari menuju hari pernikahannya. Akan tetapi, kedua orang tua Chery melarang Chery untuk kuliah menjelang hari pernikahannya ini. Pun sama halnya dengan Ken yang meminta Chery untuk tidak banyak aktivitas di luar. Well, mau tidak mau Chery pun harus menuruti keinginan kedua orang tuanya serta keinginan Ken.Bisa dibilang ini tidak adil bagi Chery. Karena yang tidak boleh melakukan banyak aktivitas di luar hanya dirinya. Sedangkan Ken masih tetap berkutat pada pekerjaannya. Bahkan Ken masih tetap sering pulang larut malam. Hanya saja perbedaanya, menjelang pernikahan; Ken tidak diperbolehkan oleh keluarga besarnya melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri mau pun ke luar kota.Kini Chery tengah duduk di sofa kamar seraya mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamarnya. Dalam benak Chery memikirkan sebentar lagi kamar ini akan kosong. Dia akan pindah menempati rum
“Nyonya Stella … Anda benar-benar sangat cantik. Kebaya yang Anda design ini sangat luar biasa indah.” Sang make-up artist tak henti-henti melihat penampilan Stella. Kebaya berwarna gold dipadukan dengan sentuhkan make up flawless membuat Stella sangat mengagumkan. Untuk rambut, sang perias memilih untuk menggerai rambut hitam dan tebal Stella. Menyempurnakan penampilan Stella hari ini.Hal yang membuat Stella semakin cantik adalah tubuhnya jauh lebih berisi dari sebelumnya. Orang bilang kehamilan kerap kali merusak bentuk tubuh wanita, tapi itu tidak berlaku untuk Stella. Nyatanya, meski memiliki tubuh berisi tapi Stella tetap terlihat mempesona. Beberapa bagian tubuhnya memiliki ukuran yang semakin indah. Stella memang tidak memiliki tubuh yang terlalu tinggi tapi Stella memiliki tubuh yang ramping. Kulit putih pucatnya sangat mulus dan terawat. Bahkan tidak ada satu pun noda di kulit Stella.Senyum di wajah Stella terlukis begitu tulus. “Terima kasih. Tapi kau sangat berlebihan.”“