Share

Bab 20

Author: skybby
last update Last Updated: 2024-01-11 07:17:38

Siska sudah memakai pakaian rapi siap untuk berangkat ke kantor, tapi langkah kakinya tertahan karena melihat banyak sekali pesan di grup kantor. Siska penasaran, apa yang sebenarnya terjadi hingga grup yang semulanya sepi menjadi sangat ramai.

Mata Siska terbelalak, ada seseorang yang mengirim foto-foto nya digrup. Foto saat ia tengah berada diclub bersama seorang pria paruh baya. Tak hanya satu foto, melainkan 4 foto sekaligus. Siska membaca pesan-pesan dibawahnya, kebanyakan dari mereka menghujat Siska dan mengatai gadis itu dengan kata-kata yang tidak pantas. Siska malu, sangat malu hingga rasanya ia ingin menangis sekarang.

Siska tidak mengelak ataupun membuat klarifikasi, itulah yang membuat orang-orang yakin bahwa perempuan di foto itu memang benar dirinya. Daripada menjelaskan, Siska memilih untuk langsung keluar dari grup obrolan kantor.

"BAJINGAN!"

Siska membanting ponselnya hingga terjatuh dilantai lalu pecah. Gadis itu mengacak kamar apartementnya sendiri menjadi sangat
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 21

    Sungguh, Kara sangat bosan sekali sekarang. Tak ada kegiatan selain membaca buku dan memainkan ponselnya. Semua buku yang ada di kamarnya sudah berkali-kali ia baca hingga tamat, lagipula sekarang ia juga sedang malas membaca. Kara ingin melakukan kegiatan lain, yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Tapi dengan segala larangan Anton ditambah kakinya yang masih cedera membuat Kara sulit melakukan sesuatu.Kara sedang berada di balkon kamarnya, ia melihat kegiatan orang-orang dari atas. Tak ada hal yang menarik, hanya terlihat Kaisar dan Pak Adi tengah mengobrol layaknya seorang bapak dan anak, sedangkan para pembantu ada di dalam dan belakang rumah. Dari balkon kamarnya Kara bisa melihat pemandangan sekitar, rumah-rumah tetangga yang tidak ia kenal, serta jajaran pohon-pohon besar di tepi jalan. Mata Kara tak sengaja menangkap sebuah tempat, tempat yang sering ia kunjungi dulu bersama Erlan. Sebuah danau."Danau senja," lirih Kara.Kara menamai danau itu dengan nama danau senja, al

    Last Updated : 2024-01-14
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 22

    Kondisi rumah sedang kacau saat ini, Anton yang tadinya masih terbaring lemah di kasur sekarang sudah bisa bangkit. Ia sedang memarahi para pekerja di rumahnya. Mulai dari para pembantu, Kaisar, Pak Adi dan tukang kebun juga tak luput dari amukannya. Penyebabnya hanya satu, Kara tak ada di rumah.Semua orang baru menyadari jika Kara tak ada didalam rumah setelah 1 jam semenjak kepergian Kara. Pada awalnya Anton meminta salah satu pembantu untuk memanggilkan Kara, tak disangka pembantu itu memberikan jawaban yang tak terduga, Kara tidak ada di kamarnya.Saat itu Anton masih berpikir positif, ia beranggapan mungkin Kara berada di teras,halaman belakang atau mungkin juga ia sedang bersama Kaisar. Pembantu itu lantas mencari Kara dan juga bertanya kepada pekerja yang lain. 20 menit mencari tapi tak membuahkan hasil, bahkan semua orang ikut andil mencari Kara. Tapi hasilnya tetap sama, Kara tidak ditemukan."Bagaimana? Sudah ketemu?"tanya Bi Ina.Kaisar menggeleng. Walaupun sudah berkali-k

    Last Updated : 2024-01-19
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 23

    "Maaf semuanya."Anton menatap dengan tatapan dingin, ia berjalan mendekat. Suasana hatinya sedang tidak bersahabat, amarah masih menyelimuti dirinya. Kara tahu apa yang dihadapinya sekarang, ia siap dengan segala resiko yang akan ia terima. Ia sudah berani pergi keluar dan melanggar aturan, itu berati ia juga harus berani menghadapi segala resiko."Tau apa kesalahanmu?" tanya Anton dingin. Kara mengangguk pelan sambil menundukkan kepalanya, ia tak berani menatap Anton. Lelaki itu sedang marah besar dengannya.Dalam hati Anton sebenarnya ia merasa lega karena Kara sudah pulang, tapi ia masih tetap khawatir karena gadis ini pergi tanpa izin dan Kara pulang sendirian. Itu artinya Kara tidak bertemu dengan Kaisar ataupun Pak Adi. "Maaf, Papah."Hening, tak ada jawaban dari Anton. Tiba-tiba tangan Kara ditarik oleh Anton, gadis itu terkejut dengan pergerakannya yang mendadak. Anton membawa Kara masuk kedalam rumah tanpa berkata apapun. Para pembantu yang melihat kejadian itu tidak bis

    Last Updated : 2024-01-21
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 24

    "Kaisar!"Semua sontak menoleh ke sumber suara. Mengetahui bahwa Anton lah yang memanggil Kaisar, membuat Bi Ina dan Pak Adi terkejut. Mereka sudah tahu apa yang akan Kaisar hadapi sekarang. Pak Adi memegang sebelah pundak Kaisar, "Kau harus siap dengan semuanya, Nak."Kaisar mengangguk, lalu mendekati Anton tanpa rasa takut. Pak Adi dan Bi Ina hanya bisa melihat dari kejauhan, mereka khawatir dengan Kaisar. Pastilah lelaki itu akan dimarahi oleh Anton atau kemungkinan terburuk ia akan dipecat. "Saya sudah memberimu amanah untuk menjaga Kara, tapi kenapa tidak dilakukan?" ucap Anton tegas. Amarahnya sudah sedikit mereda, ia mulai tenang. "Saya sudah melakukan tugas saya, tapi maaf untuk hari ini saya memang sedikit lalai," ucap Kaisar. Ia tahu ini kesalahannya jadi sudah sepatutnya ia meminta maaf. Anton menatap Kaisar dengan tatapan datar, ia memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana yang ia pakai. "Untung saja anak saya tidak terluka, kalau Kara lecet sedikit saja kau yang

    Last Updated : 2024-01-22
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 25

    Anton sudah mulai bekerja hari ini, ia berangkat lebih pagi dari biasanya. Sebelum berangkat ia menyempatkan diri untuk mengecek keadaan Kara. Gadis itu masih tertidur pulas, Anton hanya melihatnya dari pintu lalu menguncinya kembali. Ia juga berpesan kepada Bi Ina untuk mengantarkan Kara makanan menggunakan kunci cadangan. Dan juga memerintahkan agar tidak membiarkan Kara bisa keluar dari kamar. Gadis itu sedang dihukum atas perbuatannya sendiri. Dengan diantar oleh supir pribadi Anton menuju kantor. Sesampainya di kantor sudah banyak karyawan yang datang. Beberapa dari mereka ada yang menyapa dan tersenyum kepada Anton, sedangkan beberapa lainnya hanya menunduk dan bersikap seolah tidak melihat. Anton memang banyak ditakuti oleh sebagian besar karyawannya. Di kantor ia memang dikenal sebagai pribadi yang tegas, bijaksana dan tak banyak omong. Tapi ia bisa berubah 180 derajat saat berada dirumah, namun itu juga tergantung dengan mood dan emosinya. Saat Anton tengah berjalan menuju

    Last Updated : 2024-01-31
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 26

    Tidak pernah terlintas dipikiran Grita bahwa ia akan melanggar motto hidupnya sendiri. Ia sudah dari lama memegang prinsip bahwa kodrat seorang perempuan itu dikejar, bukan mengejar. Dan ia juga sangat mementingkan harga dirinya dibandingkan perasaan. Tapi saat ini ia harus melanggar itu semua, dengan mendekati Anton, bos nya sendiri. Demi uang apapun akan Grita lakukan, persetan dengan harga diri ataupun motto hidupnya yang selama ini ia pegang. Semua Grita lakukan untuk biaya berobat ibunya dan tentu untuk biaya hidup Grita sendiri. Grita masih sibuk berkutat dengan komputernya, menyelesaikan pekerjaan yang entah sampai kapan akan selesai. Berkali-kali perempuan itu menguap, segelas kopi yang hampir habis itu tidak memberikan efek bagi tubuhnya. Grita melihat arloji yang terpasang di pergelangan tangan kirinya, masih 2 jam menuju jam makan siang, masih terlalu lama. Grita tidak bisa menunggu selama itu, bisa-bisa ia tertidur di depan layar komputer yang masih menyala. Ia malas memb

    Last Updated : 2024-02-02
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 27

    Dodi baru saja mengirimkan pesan kepada Grita, menghubungi untuk menanyakan perkembangan tentang apakah gadis itu sudah melakukan tugasnya sebagaimana mestinya. Setelah 20 menit pesan itu terkirim, belum ada satupun balasan dari Grita. "Apa telefon saja? Ah tidak, gadis itu pasti sedang sibuk bekerja," ujar Dodi.Dodi tidak berharap gadis itu akan membalas pesannya dengan cepat karena ia juga tahu bahwa Grita sedang bekerja dan tentu tidak sempat melihat ponselnya. Dodi akan menunggu hingga jam makan siang nanti, dan jika tak dibalas juga ia akan menemui gadis itu nanti malam. Ada banyak hal yang akan Dodi katakan kepada Grita, tentu saja tentang bisnis yang sedang mereka jalani saat ini. Juga mengarahkan gadis itu agar melakukan tugasnya dengan benar. Dodi tahu ini kali pertama Grita melakukan pekerjaan semacam ini. Dilihat dari wajahnya juga Dodi tahu bahwa Grita adalah perempuan baik-baik, jadi ia masih dibilang lugu dalam pekerjaan semacam ini, banyak hal yang harus Grita pelaja

    Last Updated : 2024-02-09
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 28

    Anton pulang pukul 9 malam lebih. Keadaan rumah sudah sepi, hanya terlihat Kaisar dan Pak Adi tengah menonton siaran pertandingan sepakbola didalam pos satpam. Anton tak menghiraukannya dan memilih masuk kedalam rumah. Bukannya menuju kamarnya, Anton malah menaiki tangga menuju kamar Kara. Anton ingin memastikan keadaan Kara saat ini. Pintu kamar Kara masih dalam kondisi tertutup dan terkunci, tentu saja karena ia yang memiliki kuncinya dan juga kunci cadangan yang dibawa Bi Ina. Anton membuka pintu secara perlahan, ia hanya membuka setengah dari pintu itu. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah seorang gadis cantik yang tengah tertidur, selimut menutupi seluruh tubuhnya hingga ke leher. Setelah memastikan bahwa Kara baik-baik saja, Anton lalu menutup pintu dan berjalan pergi. Tanpa mengucapkan selamat malam dan mencium kening Kara seperti dulu. Setelah Anton benar-benar sudah pergi, Kara langsung menyibakkan selimutnya, lalu bangun dari tidur bohongannya, ia sebenarnya hanya ber

    Last Updated : 2024-02-09

Latest chapter

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 90

    Suasana pagi masih sepi ketika Grita dan Sean melaju dengan mobil hitam tanpa plat menuju rumah Anton. Jalanan yang mereka lalui masih basah akibat hujan semalam, menciptakan pantulan samar dari lampu jalan yang belum sepenuhnya padam. Embun masih menyelimuti dedaunan di pinggir trotoar, dan hanya sesekali ada kendaraan lain yang melintas.Di dalam mobil, Sean duduk di kursi kemudi dengan santai, tapi matanya penuh waspada. Tangannya yang bersarung kulit menggenggam setir dengan ringan, namun sorot matanya memperhatikan setiap detail di sekitar mereka. Grita duduk di sebelahnya, mengenakan pakaian sederhana yang membuatnya tampak seperti warga biasa yang hendak berkunjung ke suatu tempat. Namun, di balik penampilannya yang biasa itu, ada ketegangan yang hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang tahu tujuan sebenarnya.Grita menyandarkan punggungnya ke kursi, menutup matanya sejenak. "Lo yakin ini bakal berhasil?""Gue ga pernah ragu. Gue tau ini pertama kali lo lakuin hal begini, waj

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 89

    Dari jendela gedung tua yang hampir seluruh kacanya buram oleh debu, Grita bisa melihat lampu-lampu kota menyala redup, menandakan hari sudah semakin larut. Dia duduk di kursi kayu yang sudah usang, salah satu kakinya terangkat ke atas sandaran kursi, sementara sebelah tangannya bermain-main dengan korek api. Api kecil menyala dan padam berulang kali di antara jarinya, menciptakan cahaya yang sesekali menyorot wajahnya.Di depannya, pria yang menjadi partnernya duduk bersandar di kursinya, tangannya menyilang di dada. Dodi keluar dari ruangan dan membiarkan mereka berdua menyusun rencana. Tatapan partner Grita tak lepas dari beberapa lembar kertas yang tersebar di meja, rumah Anton, foto beberapa sudut penting, dan catatan kecil yang ditulis dengan tergesa-gesa.“Jadi, lo mau masuk lewat mana?” tanyanya akhirnya, tanpa mengalihkan pandangan dari peta.Grita menghentikan permainan koreknya, menutupnya dengan bunyi kecil yang nyaring di ruangan sunyi itu. “Gue masuk lewat gerbang depan.

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 88

    Pagi itu matahari nampaknya akan bersinar cerah, tapi kantor terasa lebih sunyi dari biasanya. Bukan karena jumlah pegawai berkurang, tapi karena satu orang yang seharusnya duduk di ruangan utama tidak kunjung muncul, Anton.Grita sudah sampai di kantor sejak pukul 07:30, berharap menemukan Anton sudah ada di ruangannya seperti biasa. Namun, meja kerjanya kosong. Ia menunggu hingga pukul 08:00. Lalu 09:00. Hingga akhirnya, waktu menunjukkan pukul 11:00.Tidak ada tanda-tanda Anton akan masuk. Tidak ada panggilan darinya. Tidak ada pesan.Ponselnya mati.Grita sebagai sekretaris pribadinya tidak tahu di mana keberadaan bos mereka.Saat jam makan siang, Grita memilih menuju cafe depan kantor sendirian menikmati segelas kopi dingin. Ia membuka ponselnya dan mengirimkan pesan kepada seseorang.Tak lama kemudian balasan muncul.'Apa yang terjadi?'Balasan pesan dari Dodi. Grita memilih menceritakan semua yang terjadi pada Anton beberapa hari ini, tentang sifatnya yang sedikit berubah hingg

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 87

    Mobil hitam itu melaju kencang, meninggalkan perumahan mewah di kejauhan. Lampu-lampu kota berkelebat melewati jendela, menciptakan bayangan samar di wajah penyusup yang masih berusaha menormalkan napasnya. Sementara itu, pengemudi tetap fokus di jalan, tak mengucapkan sepatah kata pun.Tak butuh waktu lama sebelum mereka tiba di sebuah bangunan tua di pinggiran kota. Dari luar, tempat itu tampak seperti gudang terbengkalai, tetapi di dalamnya ada aktivitas yang jauh dari kata kosong. Beberapa orang berseliweran di antara tumpukan peti kayu dan meja-meja serta senjata di atasnya.Begitu mereka masuk, suasana langsung berubah. Semua mata tertuju pada si pengirim kotak yang baru saja kembali."Bos sudah menunggu," ucap seseorang, menepuk bahunya.Tanpa bicara, pria ini berjalan melewati lorong sempit, menuju sebuah ruangan dengan lampu redup. Di dalam, duduk seorang pria paruh baya dengan jas hitam, Dodi. Tatapannya tajam, dan ada secangkir kopi yang masih mengepul di mejanya. Disini Do

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 86

    Malam telah larut. Langit gelap pekat tanpa bintang, hanya diterangi rembulan yang menggantung samar di kejauhan. Udara dingin menyelinap di antara celah-celah bangunan, membawa kesunyian yang sesekali dipecah oleh suara hembusan angin malam. Kota nyaris tertidur, hanya menyisakan beberapa lampu jalan yang berpendar redup, menciptakan bayangan panjang di trotoar yang sepi.Di salah satu sudut kota, tepatnya kompleks perumahan mewah berdiri dengan megah, dikelilingi tembok tinggi yang seolah menjadi batas antara dunia luar dan rahasia yang tersembunyi di dalamnya. Tidak ada suara selain gemerisik dedaunan yang terbawa angin, hingga langkah kaki yang berlari cepat memecah keheningan.Sosok itu berlari secepat mungkin, napasnya memburu di udara malam yang dingin. Langkahnya ringan tapi tergesa, menyeberangi jalann gelap sebelum tiba di tembok tinggi yang membatasi perumahan itu dengan dunia luar.Tanpa ragu, ia meraih tonjolan kecil di tembok dan mulai memanjat. Jari-jarinya bergerak cek

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 85

    Setelah Kara masuk ke kamarnya, Kaisar, Vano, dan Pak Adi berdiri mengitari meja, di mana kotak hitam dan mobil mainan kecil masih tergeletak.“Kita periksa CCTV sekarang,” kata Kaisar akhirnya.Pak Adi mengangguk. “Aku setuju. Semakin cepat kita tahu siapa yang melakukannya, semakin baik.”Vano meregangkan tubuhnya, lalu menghela napas. “Baiklah, ayo ke ruang monitor.”Mereka bertiga berjalan ke ruangan kecil di sudut rumah, tempat layar-layar monitor yang menampilkan berbagai sudut rumah terpasang. Pak Erik, seorang petugas keamanan yang hanya bertugas sekali dalam seminggu itu langsung berdiri ketika mereka masuk.“Pak Adi? Ada apa?”“Kami perlu melihat rekaman dari beberapa jam terakhir. Khususnya bagian gerbang depan,” jawab Pak Adi.Pak Erik mengangguk dan segera mengakses rekaman. Kaisar dan Vano berdiri di belakangnya, menatap layar dengan fokus.01:20 AMLayar menunjukkan rekaman gerbang depan. Semuanya tampak biasa—hanya gerbang besi hitam yang kokoh, jalanan sunyi, dan lamp

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 84

    Kaisar melangkah keluar, diikuti oleh Pak Adi yang berjalan dengan langkah waspada. Udara malam terasa dingin, menusuk kulit, membawa aroma tanah basah yang khas setelah embun turun. Lampu-lampu di halaman depan rumah Kara menyala redup, menciptakan bayangan panjang di atas tanah berbatu.Vano masih duduk di kursi teras, kedua lengannya terlipat di dada. Ia tampak enggan bergerak, tetapi setelah mendesah panjang, akhirnya ia ikut bangkit. Langkahnya berat, seolah ia sudah bisa menebak bahwa malam ini tidak akan membawa kabar baik.Kara tetap berdiri di ambang pintu, kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Matanya mengikuti ketiga pria itu yang berjalan menuju gerbang. Dadanya berdebar lebih cepat, tapi ia berusaha untuk tetap tenang. Angin berembus pelan, mengibarkan ujung rambutnya yang dibiarkan terurai. Dari sudut rumah pegawai, beberapa orang masih mengintip dari jendela, rasa ingin tahu mereka sulit dibendung. Bi Ina menyaksikan mereka dari kejauhan dengan raut wajah cemas.Ka

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 83

    Pak Adi menarik tangan Kara, membawanya masuk ke dalam rumah. Dengan cekatan, ia menutup dan mengunci gerbang.Di dalam, suasana rumah terasa sepi. Tidak ada suara selain langkah kaki mereka dan hembusan angin yang bergerak pelan.Kara masih berdiri disana, menatap ke luar. Kaisar dan Vano sudah menghilang dalam kegelapan. Ia menggigit bibir, berusaha menahan pikirannya agar tidak berlarian terlalu jauh.Pak Adi memperhatikannya sejenak sebelum berkata, “Non, mereka pasti baik-baik saja.”Kara menoleh sekilas dan tersenyum tipis. “Aku tahu.”Namun, hatinya berkata lain.Ia ingin percaya bahwa Kaisar dan Vano mampu menangani situasi ini, tetapi kotak hitam yang muncul entah dari mana, ditambah dengan sosok misterius yang mengawasi mereka dari balik semak-semak, membuat pikirannya terus bekerja.Pak Adi berjalan ke pos satpam sementara Kara masih berdiri di tempatnya, memperhatikan gerbang yang kini tertutup rapat.Hening.Lalu, terdengar suara langkah kaki.Kara refleks menoleh. Bebera

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 82

    Malam itu, udara dingin menusuk hingga ke tulang. Kaisar, Vano, Pak Adi, dan Kara berdiri di luar gerbang rumah, mengitari sebuah kotak hitam yang entah bagaimana bisa muncul di sana tanpa ada yang melihat siapa yang membawanya. Kaisar mendekat dan memperhatikan setiap detail kotak misterius itu. Namun, sebelum ia sempat menyentuhnya, telinganya menangkap sesuatu, suara langkah kaki di atas kerikil, samar tetapi jelas.Krek… krek… krek…Kaisar langsung menegakkan tubuhnya. “Sst! Diam.”Mereka semua terdiam, menajamkan pendengaran. Suara itu datang dari balik semak-semak. Langkahnya ringan, hampir tak terdengar, seperti seseorang yang sengaja bergerak dengan hati-hati.Kaisar menegakkan tubuhnya, matanya menyipit, fokus mencari sumber suara itu. Dalam sepersekian detik, ia bergerak. "Ada orang disana!" serunya, langsung berlari ke arah datangnya suara.Vano yang refleks ikut waspada langsung mengejar. “Oi, tunggu! Jangan sendirian!”Vano segera mengejar Kaisar. Namun, sebelum pergi, ia

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status