Jonathan dengan sigap mengerem mobilnya setelah mendengar teriakan dari Magdalena."Tenang Lena, jangan gegabah. Jonathan segera mengunci pintu mobilnya dari dalam ketika Magdalena ingin keluar dari mobil."Tapi Nathan, orang itu sepertinya tertabrak oleh mobil kita.""Aku tahu, tapi kau jangan keluar. Biar aku yang melihatnya. Berbahaya jika malam-malam begini seseorang itu mempunyai niat buruk. Kau tidak punya keterampilan khusus untuk membela diri. Aku tidak ingin yang kedua kalinya kecolongan sehingga kau terluka.""Baiklah Nathan, aku mengerti." ucap Magdalena menuruti perintah Jonathan yang seperti biasa sangat protektif kepadanya.Jonathan tidak langsung turun, instingnya mengatakan jika kejadian ini sangat janggal. Karena ia mengendarai mobil dengan kecepatan sedang dan kemampuan mengemudinya tidak bisa diragukan lagi. Setelah melihat bayangan seseorang, Jonathan langsung mengerem mobilnya.Jonathan menyimpulkan jika kejadian ini direncanakan untuk kepentingan orang yang berpur
Jonathan tersenyum penuh arti setelah melihat orang yang dicekiknya itu mengeluarkan suara memohon maaf."Tolong Tuan, jangan bunuh saya." Laki-laki itu berusaha melepaskan tangan Jonathan dengan sekuat tenaga.Kedua penjaga yang bersama Jonathan hanya saling memandang tidak berani menginterupsi apa yang dilakukan oleh Jonathan. Takut jika mereka menjadi sasaran kemarahan dari Jonathan. Mereka sudah hafal dengan sifat Jonathan yang diam, tenang namun tidak terduga."Aku hanya berusaha membantumu agar lehermu terasa lebih nyaman, teman." ucap Jonathan yang kini semakin mengeraskan cekikan pada leher orang itu."T-tuan, tolong jangan bunuh saya.""Bunuh?" Jonathan menaikkan sebelah alisnya."Lepaskan tangan Anda, Tuan.""Hahaha, baiklah, sepertinya kau menolak maksud baikku." Jonathan melepaskan tangannya lalu mengelapnya dengan sapu tangannya."Jadi kalau sudah sadar? Siapa namamu?" Jonathan tidak ingin berbasa-basi."N-nama saya David, Tuan.""Nama keluargamu?""Saya tidak ingat, Tuan.
"Sepupu?" tanya Jonathan kepada Magdalena ia ingin memastikan jika laki-laki yang ingin disingkirkannya itu adalah sepupu dari Magdalena."Ya, dia adalah David sepupuku. Ibunya David dan ibuku kakak beradik."Jonathan menatap tajam wajah David, memang ada sedikit kemiripan antara Magdalena dan pemuda itu."David, bangunlah. Apa yang sedang kau lakukan?" Magdalena mendekati Jonathan dan David yang masih bersimpuh di kakinya Jonathan. "Hei, David," Magdalena menepuk pundak David. "Ayo bangunlah, kenapa bersimpuh di hadapan Nathan?"David masih di posisi yang sama bersimpuh di hadapan Jonathan dan memegang salah satu kaki Jonathan. Seolah ia ingin memperlihatkan kepada Magdalena jika dirinya teraniaya."Nathan, suruh dia bangun. Sebenarnya apa yang terjadi?""Jika dia melakukan kesalahan, aku meminta maaf atas namanya. Dan aku pastikan dia tidak akan mengulangi perbuatan yang telah menyinggungmu, Nathan." Magdalena menghiba, ia hanya menebak jika sepupunya itu melakukan kesalahan terhadap
"Bibi, bagaimana keadaanmu?" tanya Magdalena setelah Sally membuka matanya."David, David, di mana David? Di mana putraku berada?""Bibi, tenanglah. David ada di sini.""David, Bibi Sally memanggilmu. Bibi Sally adalah Ibu kandungmu." panggil Magdalena."David, kau lupa padaku?" tanya Sally. Aku adalah ibumu." "Bibi, tenanglah. Sepertinya David tidak mengingat sesuatu atau mungkin dia hilang ingatan.""Hilang ingatan?" Sally menatap David."Maaf Nyonya, saya tidak ingat apapun tentang keluarga ini dan Nyonya." David menoleh kepada Magdalena."Oh, tidak apa-apa, pelan-pelan kau pasti akan mengingatnya. Aku tidak akan buru-buru memaksamu untuk mengingat masa lalumu. Matteo, Matteo, di mana kau?" panggil Sally kepada Matteo."Ada apa, Sayang. Aku di sini." Matteo mendekati Sally."Suruh pelayan untuk membersihkan kamar David. Semuanya harus bersih dan pakaian-pakaian yang sudah lama singkirkan ke gudang. Panggil Alberto untuk berbelanja pakaiannya David," pinta Sally yang sangat antusias
Jonathan menyuruh Magdalena untuk menemani ibunya. Atau kadang menyuruh tunangannya itu untuk datang ke kantornya. Itu Jonathan lakukan untuk mencegah Magdalena agar tidak berkunjung ke rumah Sally. Jonathan juga menyuruh anak buahnya untuk mengawasi Magdalena dari hal-hal yang berhubungan dengan David.Seperti hari ini, Magdalena merasa kebingungan karena Jonathan menyuruhnya untuk datang ke kantor. Namun Jonathan meninggalkannya karena ada rapat direksi. Magdalena hanya duduk bosan di dalam ruang kerjanya Jonathan karena Rebecca juga mendampingi Jonathan dalam rapat tersebut. Karena bosan Magdalena menelpon Sally untuk menanyakan keadaan David. Selama dua hari ini ia tidak menghubungi Sally sama sekali ataupun mengunjungi rumahnya. "Halo, Bibi Sally."[Halo, Lena.]"Bi, bagaimana kabarnya David? Apakah dia sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya?" tanya Magdalena penuh dengan perhatian.[Dia anak yang baik, dia sudah bisa menyesuaikan diri. Tapi dua hari ini dia sering mel
Jonathan sendiri pun langsung memerintahkan anak buahnya untuk menyiapkan mobil. Ia akan menyusul Magdalena di Mendes Corp. Bagaimanapun David gadungan itu tidak dapat diremehkan. Ternyata ia sangat pintar memanfaatkan keadaan. Magdalena yang sudah dijaga secara ketat pun bisa lolos dari pengawasannya dan sekarang dalam bahaya."Cepat sedikit!" teriak Jonathan. Ia tidak bisa membayangkan jika David akan mencelakai Magdalena. Bayangan tentang Carlos yang ingin mencelakai Magdalena satu minggu yang lalu membuat Jonathan sangat khawatir."Baik, Tuan." jawab salah satu anak buah Jonathan yang mengendarai mobil Jeep yang saat ini membawa Jonathan untuk ke gedung Mendes Corporation berada.Sementara itu di dalam gedung Mendes Corp. Sally tidak menemukan keberadaan David dan Magdalena. Ia lalu bertanya kepada Marissa. "Marissa, di mana putra dan keponakanku berada? Bukankah tadi mereka ada di sini?""Maaf Nyonya, saya tidak melihat mereka pergi ke mana karena tadi saya sibuk mengerjakan tugas
Magdalena berdo'a semoga ada keajaiban yang menolong mereka bertiga. Bagaimanapun ia tidak bisa egois dengan melepaskan tangan David karena laki-laki itu sudah berusaha menyelamatkan nyawanya. 'Nathan, maafkan aku. Aku sangat ceroboh sehingga membiarkan diriku dalam bahaya dan menyebabkan orang lain juga dalam bahaya,' batin Magdalena. 'Nathan, aku akan selalu mencintaimu. Mungkin setelah ini kita tidak akan bisa bertemu selamanya.' Saat Magdalena sudah pasrah tiba-tiba saja tubuhnya yang perlahan meluncur ke bawah tertahan oleh sesuatu. Mata Magdalena yang tadinya terpejam. Perlahan terbuka dan melihat terang sinar matahari terhalang oleh sesuatu. Penghalang itu adalah Jonatan, laki-laki yang dicintainya sekaligus tunangannya. Wajah laki-laki itu merah karena menahan beban tiga orang yang berhasil di tahannya. "Nathan, akhirnya kau datang." "Magdalena!" "Aku di sini, Nathan," jawab Magdalena dengan perasaan haru. "Jangan pernah kau lepaskan tangan tunanganku," titah Jonatan kepada
Jonathan berdecih lalu turun dari dalam mobil. Ia menatap Sally dengan saksama."Kau harus mendapatkan ganjaran atas perbuatanmu." Mata Sally berkilat penuh amarah."Silakan, saya tidak takut." jawab Jonathan dingin."Kau sangat sombong, aku pastikan dirimu tidak bisa mengangkat wajah angkuhmu itu di hadapanku.""Maaf, Nyonya, Anda harus pergi dari sini. Dilarang membuat keributan." Beberapa anggota petugas keamanan datang untuk mengusir Sally.Jonathan pun tidak lagi mempedulikan Sally yang sedang meronta karena ingin mengejar Jonathan."Lepas, lepaskan, lepaskan aku!" Sally berusaha melepas kedua tangannya yang dipegangi."Aku akan melaporkan kalian dengan tuduhan pelecehan dan penganiayaan."Kedua petugas keamanan itu tidak bergeming. Mereka lebih takut terhadap Jonathan dibandingkan Sally.Salah satu petugas keamanan membuka pintu mobilnya Sally lalu mereka bertiga berusaha memaksa Sally untuk masuk ke dalam mobilnya."Berengsek, aku tidak mau. Biarkan aku keluar!""Anda dilarang m
“K-kenapa kau ada di sini?” Maria mundur beberapa langkah. Ia tidak mengira jika bukan Magdalena yang berada di dalam karung. Melainkan Jonathan Smith. Orang yang sangat dicintai dan sekaligus dibenci oleh Maria.“Karena saya ingin melihat orang yang mencoba mengganggu hidup saya, Maria.” Jonathan melepas wig yang diambil dari toko di mana Magdalena diculik.Ide menyamar menjadi Magdalena itu datang secara tiba-tiba. Saat Jonathan melihat seseorang membuntuti Magdalena lalu ikut masuk ke ruang ganti. Awalnya Jonathan ingin menghajar laki-laki yang berusaha menculik Magdalena. Tapi kemudian Jonathan mempunyai ide untuk berpura-pura menjadi Magdalena agar bisa mengetahui siapa dalang dibalik rencana penculikan Magdalena.Setelah menemukan karung yang berisikan Magdalena. Jonathan menyuruh anak buahnya untuk mengamankan Magdalena. Ia lalu mengambil sebuah wig berwarna pirang yang mirip dengan rambut Magdalena. Dengan bantuan anak buahnya, Jonathan masuk ke dalam karung lalu diikat seper
Jonathan waspada, ternyata ada seseorang yang sedang mengawasi Magdalena. Seseorang itu masuk ke ruang ganti. Jonathan sangat marah tapi ia menahan amarahnya demi senuah rencana yang sedang di susunnya.Jonathan mengambil sebuah wig lalu memanggil beberapa anak buahnya.Sementara itu di dalam ruang ganti, Magdalena terkejut di saat akan membuka kancing bajunya ada laki-laki yang masuk ke ruang di mana ia berada. “Siapa kau?”Laki-laki itu diam, tidak menjawab lalu membekap mulut Magdalena menggunakan sapu tangan.Magdalena meronta sebentar lalu pingsan. Laki-laki itu tersenyum karena sudah berhasil melumpuhkan korban. Ia kemudian mengambil sebuah karung lalu memasukkan Magdalena ke dalamnya. Selesai mengikat ujung karung, laki-laki itu keluar dari ruang ganti tanpa sepengetahuan pelayan toko.Lily yang melihat laki-laki itu berhasil membawa pergi Magdalena, langsung buru-buru meninggalkan toko. Ia berjanji akan neninggalkan negara Azdania agar Adam selamat dari intimidasi Jonathan dan
“Adam, hubungi anak buah kita untuk segera ke mansion Moris atau mencari keberadaan Magdalena.”Walaupun Adam bingung dengan maksud dari perintah Jonathan. Ia tidak banyak bertanya dan langsung melaksanakan apa yang Jonathan minta. Sudah berkali-kali Jonathan bereaksi seperti ini dan memang ada kejadian genting yang sedang terjadi.Jonathan berlari keluar ruangan diikuti oleh Adam.“Nona Rodriguez, ubah skedul jadwal pekerjaan saya hari ini. Ada kepentingan mendadak yang harus saya tangani bersama Adam.”“Baik, Pak.” Rebecca juga tidak banyak bertanya. Ia pun juga sudah hafal dengan gerak-gerik Jonathan yang sedang tertimpa masalah.Selesai memberi perintah kepada Rebecca, Jonathan masuk ke dalam lift bersama Adam. Ia menghubungi nomor ponsel Abraham. Tapi sayang ponsel Abraham tidak aktif. Jonathan menebak jika calon mertuanya itu sedang berada di kantor pemerintahan karena saat ini adalah jam kantor.“Sial,” desis Jonathan.“Halo, apakah Nona Moris tidak ada di mansionnya?” Jonathan
“Nona Moris,” Lily menyapa Magdalena.“Kau pasti kekasihnya Adam. Lily, kan, namamu?” tebak Magdalena.“Benar Nona.”“Ayo masuk.” Magdalena menarik tangan Lily. Namun ia berhenti setelah mengingat Adam.“Adam, aku bawa Lily ke dalam. Nanti jam lima sore kau bisa menjemputnya.”“Baik, Nona.”“Lily cantik, pantas kau memilihnya.” bisik Magdalena.Adam hanya tersenyum sambil menggaruk rambutnya.“Sudah, sana pergi. Nathan pasti sudah menunggumu di kantor.”“Baik, Nona.” Adam melambaikan tangan kepada Lily sebelum pergi ke kantor Smith Corp.***“Bagaimana? Kau sudah mengantarkan kekasihmu ke rumah Lena?” tanya Jonathan yang baru saja tiba di kantor.“Sesuai perintah dari Tuan.”“Bagus.”“Tuan tidak bertanya, bagaimana reaksi Nona Moris saat bertemu Lily?” Adam kesal karena Jonathan tidak mencari tahu reaksi tunangannya saat Adam membawa Lily.Jonathan tersenyum tipis, “Dia pasti sangat senang. Senyumnya sangat lebar dan dia tak henti-hentinya bersenandung.”Adam mengernyit, “Tanpa bertemu
“Tuan Adam.” Lily kaget melihat kedatangan Adam yang tiba-tiba.“Boleh, aku masuk?”Lily mempersilakan Adam masuk. “Tuan, ada apa?” Lily takut jika ibunya Adam akan marah jika Adam kembali berhubungan intens dengannya.“Lily, jangan panggil aku, Tuan. Panggil saja Adam.” Sebenarnya Adam rindu, tapi ia menahan diri untuk tidak menyentuh gadis itu karena takut jika Lily akan marah.“Tuan, saya tidak ingin melanggar apa yang sudah saya ucapkan kepada ibu Anda.”Adam menghela napas, sungguh sulit meluluhkan hati Lily semenjak ibunya dengan keras memberi peringatan kepada gadis itu agar menjauhi dirinya.“Tuan Smith ingin meminta bantuanmu.” Adam berharap dengan membawa nama Jonathan, Lily akan memperlakukannya sedikit hangat.“Tuan Smith?” Lily kaget karena Jonathan yang terkenal dingin dan tak tersentuh itu tiba-tiba ingin meminta bantuannya.“Boleh aku duduk?” tanya Adam.“Oh, silakan duduk.” Lily lupa mempersilakan Adam untuk duduk.“Terima kasih,” Adam duduk. Namun ia merasa tidak ena
Maria ingin menghubungi orang yang bisa menolongnya dari jeratan Ronald. Namun sayang ponselnya saat ini sedang mati karena baterainya kosong.“Ayolah Nona Soriano. Kau tidak bisa mengelak dari kemauanku.” Ronald tetap saja menarik Maria hingga masuk ke dalam mobilnya. Saat ini kemarahannya harus dilampiaskan. Apalagi Maria adalah partnernya untuk menghancurkan Jonathan Smith. Tentu saja keadaan hatinya yang sedang marah harus ia bagi adil dengan Maria.‘Sialan,’ Maria mengumpat dalam hatinya. Dalam keadaan setengah tidak sadar ia bersumpah akan menghancurkan Ronald. Ia juga tidak peduli jika laki-laki itu juga mempunyai misi yang sama untuk menghancurkan Jonathan.***“Ada apa? Kenapa sudah hampir seminggu ini kau di rumah dan tidak kemana-mana?” tanya Abraham kepada Magdalena.“Aku hanya ingin beristirahat, Pa. Sebelumnya aku sempat kelelahan dan badanku sedikit terasa pegal-pegal.” dusta Magdalena yang tidak ingin memberitahukan larangan Jonathan padanya.“Jangan berbohong, Lena. Pa
“Sialan, brengsek! Dia telah menghinaku,” umpat Ronald yang saat ini telah sampai di hotel yang ditempatinya. Ia mengamuk, mengobrak-abrik isi seluruh kamar hotel yang ditempatinya.“Tenanglah, Tuan.” ucap Alex, asisten pribadinya Ronald.“Tenang katamu?” Ronald langsung menarik kerah bajunya Alex. “Kau tidak melihat bagaimana wajah si keparat itu ketika menghinaku? Penolakannya sungguh sangat membuat wibawaku turun. Kau tahu, selama ini tidak ada satu pun orang yang pernah memandangku dengan sebelah mata. Namun si Jonathan Smith itu berani-beraninya merendahkanku di pertemuan pertama kami.”“Tenanglah, bukankah sebelumnya Nona Soriano sudah memperingatkan Anda akan kelebihan dari Tuan Smith?”“Sialan,” Ronald melempar tubuh Alex ke dinding. “Aargh,” Alex mengerang.“Kau memujinya?”“Saya hanya mengingatkan Anda, Tuan. Tentu saja saya ingin kebaikan di pihak Tuan. Saya bekerja untuk Tuan.” ucap Alex ketakutan.“Ke mana perginya wanita itu?” Ronald menanyakan keberadaan Maria.“Sepert
“Tuan Smith,” Ronald langsung menyambut kedatangan Jonathan yang baru saja keluar dari lift.“Silakan masuk,” ucap Jonathan dingin.“Nona Rodriguez, sediakan dua minuman dingin untuk kami.”“Baik, Tuan.” Rebecca langsung menuju ke pantry untuk membuatkan minuman yang diminta oleh Jonathan.Sedangkan itu Adam langsung mengikuti langkah dari Jonathan dan Ronald. Ia sudah merasa jika ada hal yang tidak beres dengan sikap Jonathan. Maka dari itu ia tidak mau meninggalkan Jonathan sendirian untuk berhadapan dengan Ronald. Adam takut jika emosi Jonathan tidak stabil dalam menghadapi musuh bisnisnya. Walaupun Jonathan belum mengatakan jika Ronald adalah musuhnya. Namun Adam bisa merasakan aura buruk yang dipancarkan oleh Jonathan terkait dengan kedatangan Ronald Robinson.“Tuan, silakan diminum.” Rebecca datang dengan membawa dua gelas cocktail dingin untuk Jonathan dan Ronald.“Terima kasih, Nona Rodriguez.” ucap Jonathan.“Terima kasih, Nona manis.” Ronald mengucapkannya dengan nada yang se
"Pantas saja Jonathan Smith sangat setia, putri Abraham Smith sangatlah cantik." puji Ronald saat menatap photo Magdalena di berita online."Ck," Maria berdecak kesal."Akui saja, Nona Soriano. Kalau pesonamu tidak bisa mengungguli Magdalena Morris. Kau tidak akan patah hati sehingga ditolak oleh Jonathan Smith." cibir Ronald."Cukup sudah aku mendengarkan ocehanmu. Sekarang apa rencana kita untuk menghancurkan Jonathan Smith?""Aku harus bertemu dulu dengan laki-laki itu sambil menunggu orang-orangku yang menyelinap untuk mencari informasi penting di Smith Corporation.""Heh," Maria kecewa. "Lalu kenapa kau mengajakku bertemu?" Maria berkacak pinggang."Sebagai tuan rumah, harusnya kau menjamu tamu penting sepertiku." Ronald mendekati Maria sambil mengelus pipinya."Lupakan itu, aku tidak akan menjual tubuhku." Maria ingin meninggalkan kamar hotel tempat pertemuannya dengan Ronald. Namun kedua penjaganya Ronald menghalangi kepergian Maria."Apa maksudnya ini?""Jangan berpura-pura bod