Beranda / CEO / Dalam Genggaman CEO Alpha / 67| Pengakuan Cinta Sepihak

Share

67| Pengakuan Cinta Sepihak

Penulis: Roe_Roe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Axel berada di kantornya. Dia duduk dengan gelisah tampak sedang menunggu seseorang.

Pintu terbuka.

Axel segera menegakkan badan dan memasang wajah dingin. Terlihat dari kedua tangan yang terkepal kuat tengah menahan emosi yang hampir meledak di dalam kepalanya.

Marco dan Carlos datang sambil menyeret seorang pemuda berjaket dan bertopi hitam. Pemuda itu terus memberontak, melawan, dan memaki. Dia meminta agar Carlos dan Marco melepaskannya.

Kedua pengawal tersebut tidak berniat melepaskannya. Mereka mencengkram semakin kuat kedua lengan pemuda itu lalu menyeretnya sampai ke hadapan Axel. Pemuda itu dipaksa berlutut di depan Axel.

Axel bangkit dari kursinya. Dia berdiri dengan kedua tangan terkepal dan menatap pemuda itu dengan begitu tajam.

Pemuda itu acuh tidak acuh. Dia dengan santai memijat-mijat rahangnya yang kaku. Wajahnya lebam dan darah segar terlihat masih keluar dari bibirnya yang pecah.

“Brengsek!” umpat pemuda itu. “Apa mau kalian sebenarnya? Aku akan menuntut kali
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   68| Axel Selingkuh?

    Axel baru kembali dari jogging. Setiap pagi sebelum berangkat kerja, dia selalu menyempatkan diri untuk berolahraga atau sekedar lari di sekitar pantai. Begitu kembali ke rumah, Axel berpapasan Niken yang sudah berpakaian rapi dan akan meninggalkan rumah. Axel masih kesal. Dia pun mengabaikan Niken meski begitu penasaran ke mana gadis itu akan pergi. Axel langsung menuju ke dapur dan mengambil segelas air. “Axel, aku pergi dulu!” ujar Niken. Axel hampir tersedak air minum karena kaget. Dia pun melambaikan tangan pada Niken tanpa melirik pada gadis itu. “Pergilah!” Niken urung meninggalkan rumah dan berbalik ke dapur untuk mencari Axel. “Apalagi sekarang?” tanya Axel sedikit ketus. “Apa kau melupakan sesuatu?” Niken tiba-tiba tersenyum ke arah Axel sambil merentangkan tangan dan membentuknya menjadi sebuah hati yang besar. “Axel, aku sangat mencintaimu! Aku mencintaimu seluas langit dan sedalam samudra!” teriak Niken. Dia mengatakan hal itu sambil tertawa kecil untuk menggoda

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   69| Terjebak

    Axel dan Niken duduk berpelukan di sofa ruang tamu mereka. Di depan mereka ada seorang wartawan dan seorang juru kamera yang sedang mengabadikan momen kemesraan tersebut. “Pertanyaan terakhir,” kata sang wartawan. “Nona Raswani, apakah Anda mengenal Clarissa Jordan?” Wajah Axel mengeras. Dia sudah meminta para wartawan untuk tidak membicarakan masalah pertunangannya dengan Clarissa yang gagal. Axel terlihat tidak nyaman di tempatnya. Tapi, Niken terlihat begitu tenang dan menjawab pertanyaan wartawan itu. “Ya, tentu saja saya mengenalnya. Clarissa adalah rekan bisnis suami saya. Saat ini mereka sedang menjalankan sebuah proyek pengembangan dan revitalisasi kawasan baru.” “Tapi, dia dan suami Anda tampak dekat,” ujar sang wartawan. “Mereka memang dekat karena sudah lama berteman. Bahkan, mertua saya dan orang tua Clarissa juga sudah bersahabat lama. Axel dan Clarissa berteman sejak mereka masih bersekolah. Aku merasa bersyukur karena Axel memiliki teman yang baik. Bahkan, ketika k

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   70| Banyak Rahasia yang Tersimpan

    Niken melepas kacamatanya. Dia masih duduk di depan laptop di meja kerjanya. Beberapa kali Niken menoleh ke arah pintu dan sesekali memeriksa jam di dinding. “Sudah lewat tengah malam. Dia belum pulang juga. Meski sudah kukatakan berulang kali pada diriku sendiri untuk tidak menunggunya, tapi tetap saja aku terus menunggu.” Niken mendesah sambil menyandarkan punggung lelahnya. Dia mengusap-usap perutnya yang membesar dan terasa semakin berat. “Oh, kau menendang? Kau belum tidur, sayang?” Dia merasakan bayinya menendang sesekali. Ada perasaan takjub sekaligus geli yang menjalar dari perut ke sekujur tubuh Niken setiap kali sensasi tendangan itu datang. “Apa kau juga menunggunya pulang?” Niken berbicara pada bayi di perutnya. “Di saat seperti ini, aku rasa aku menyukainya. Tapi, saat melihat cara dia berbicara, aku sama sekali tidak menyukainya.” Niken menggeleng-geleng dan sekali lagi menghela nafas berat. *** Axel terjaga di pagi hari. Dia duduk tegak sambil memegang kepalan

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   71| Axel Cemburu

    Niken dan Louis sudah masuk ke bioskop dan mencari tempat duduknya. Niken benar-benar terlihat gugup dan panik. “Kenapa mereka ada di sini? Apa mereka benar-benar akan mulai menggangguku saat ini?” “Ada apa?” tanya Louis ketika mereka sudah duduk dengan nyaman. “Oh, tidak ada apa-apa.” “Apa kau merasa tidak nyaman karena temanmu melihat kita nonton berdua?” Niken cepat-cepat menggeleng. “Tentu saja tidak. Bukan karena itu. Hanya saja, aku merasa tidak nyaman karena dia terus mengatakan padaku bahwa kamu mungkin tertarik padaku.” Louis diam-diam tersenyum. “Tapi, kenyataannya aku memang tertarik padamu.” Senyum hilang sama sekali dari wajah Niken. Dia menoleh pada Louis dan menatapnya dengan serius. “Apa?” Dengan santai Louis menjawab, “Kau mungkin tidak tahu bahwa sebenarnya aku adalah orang yang sangat sibuk. Tapi, aku rela meluangkan waktu dan mengajakmu nonton. Itu bukan hal yang mudah untukku.” Niken kebingungan dan gelagapan. Dia tidak tahu harus merespon seperti apa kat

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   72| Melepaskan Diri dari Obsesi Ingin Memiliki

    “Ibuku?” Louis mengerutkan kening. “Niken, apa kau yakin ibuku ingin bertemu untuk membicarakan sesuatu? Aku merasa ini tidak akan menjadi hal yang baik. Tapi kalau kau yakin untuk pergi ke sana, aku akan mengantarmu.” “Tidak perlu,” sergah Niken. “Turunkan saja aku di sini. Axel sedang dalam perjalanan menjemputku. Kami akan ke rumah ibumu bersama-sama.” Louis mengabaikan permintaan Niken. Dia menolak menurunkan Niken dalam perjalanan. Louis bersikeras mengantarkan Niken langsung ke rumah besar keluarga Marais. Mobil Louis berhenti di pelataran rumah besar keluarga Marais. Dari arah yang berlawanan, mobil Axel juga berhenti di saat yang sama. Mobil mereka pun saling berhadapan. Axel dan Louis saling tatap melalui balik kemudi masing-masing. Niken melihat ketegangan di antara mereka. Dia pun segera turun dari mobil Louis dan menghampiri Axel dengan tergesa. “Ayo, kita pergi!” ujar Axel sambil menarik tangan Niken. “Pergi? Apa maksudmu pergi?” Niken kebingungan. “Ya, apa maksud

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   73| Pamer Kemesraan

    “Niken, bersiaplah! Louis akan datang untuk makan malam di rumah kita.” Niken yang sedang bekerja dan sibuk dengan sinopsisnya tiba-tiba terhenyak. “Apa-apaan ini? Kenapa tiba-tiba sekali? Dan sejak kapan kau menjadi baik serta akrab dengan adik tirimu, Axel?” “Jangan protes dan jangan banyak tanya! Sebaiknya kau segera bersiap. Beberapa jam lagi Louis akan datang untuk makan malam.” Niken gelagapan. “Tapi, aku belum menyiapkan apapun untuk makan malam. Dan aku tidak tahu harus menjamunya dengan apa?” “Kau tidak perlu memikirkan itu. Aku sudah menyiapkan segalanya. Kau hanya perlu merias diri secantik mungkin. Ingat, di depan Louis kau harus bersikap selayaknya istriku!” Niken menggerutu kesal. Axel meninggalkannya begitu saja. Niken tidak tahu apa yang sedang Axel. “Pria itu selalu memberiku banyak kejutan. Dia juga sama sekali tidak terduga.” Axel kembali ke dapur dan sibuk menyiapkan hidangan makan malam. Dia sudah merencanakan semua ini setelah berhasil menggagalkan rencan

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   74| Kembali Menunggu dan Kecewa

    Terjaga di pagi hari, Axel terlihat begitu gembira dan bersemangat. Niken sampai heran melihatnya. Biasanya saat bangun pagi, muka Axel sudah terlihat judes dan galak. “Ada apa?” Niken penasaran. “Kau aneh sekali hari ini. Kau terlihat begitu gembira.” “Tidak juga,” kelak Axel sambil menyembunyikan senyum gembiranya. “Kegiatanmu apa hari ini?” “Aku akan bertemu dengan Louis sore ini untuk membawa sinopsisku.” Axel sudah siap mengumpat dan marah tapi dia menahan diri. “Sungguh? Kapan akan selesai?” Axel berkata dengan ketus. “Entahlah,” jawab Niken dengan acuh tidak acuh. “Kegiatanku hanya menandatangani beberapa dokumen dan surat-surat. Kalau aku sudah selesai, mari kita makan bersama!” Axel berkata dengan tegas dan pedas di hadapan Niken. Niken tiba-tiba merasa merinding. Dia menggosok-gosokkan kedua lengannya dan menatap Axel dengan heran. “Ada apa denganmu? Tadi kau senyum-senyum sendiri dan sekarang tiba-tiba marah. Kau benar-benar aneh.” Merasa bersalah, Axel pun kembal

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   75| Hujan yang Menggigilkan

    Niken tidak sadar betapa lelahnya dia semalaman. Sepanjang malam dia terus menangis dan marah sampai tertidur di sofa. Begitu membuka mata, cahaya matahari sudah menerangi seluruh isi rumah. Niken cepat-cepat bangun. Dia pikir Axel mungkin sudah pulang dan tidur di kamarnya. Berhati-hati, perempuan itu menaiki tangga menuju ke lantai dua. Niken berdiri di depan kamar Axel yang tertutup dan perlahan membukanya. Kamar itu kosong. Posisi kasur juga masih dalam keadaan rapi–tidak terjamah sama sekali. Itu artinya Axel memang tidak pulang selama semalaman. Kemarahan semakin berkobar di dalam dada Niken. Dia kembali turun ke lantai dasar dan duduk termenung di sofa. Axel pun pulang. Dia membuka pintu dan melihat Niken duduk sendirian di sofa ruang tamu. “Niken? Kau bangun pagi hari ini?” sapa Axel. Niken hanya duduk diam sambil melirik Axel dengan tajam. Dia tidak berkomentar apa pun. Melihat Niken yang diam saja dan sama sekali tidak merespon, Axel pun berjalan mendekatinya. “Kau…

Bab terbaru

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   EPILOG

    Di antara desahan napas mereka yang saling memburu, Axel membisikkan sesuatu ke telinga Niken. “Menikahlah denganku, Niken. Jadilah istriku. Jadilah ibu dari putri dan calon anak-anak kita nanti. Menikahlah denganku, cintaku…” *** Beberapa bulan setelah malam tersebut. Seorang perempuan paruh baya tengah membersihkan meja restoran usai pelanggan terakhir pergi. Wajahnya tampak lelah. Tapi dia masih begitu semangat bekerja. Pintu terbuka. “Maaf kami sudah tutup!” ujar pekerja restoran tersebut tanpa menoleh dan tetap mengelap meja. Seorang gadis kecil berusia tiga tahun yang sangat cantik dan menggemaskan berjalan mendekatinya. Perempuan itu menghentikan aktivitasnya mengelap meja. Dia kaget sekaligus terpukau dengan kecantikan gadis itu. “Hai, Nak! Kau datang dengan orang tuamu?” Perempuan itu menoleh ke pintu dan tidak melihat siapa pun. Dia pun berlutut di depan balita itu untuk menyejajarkan posisinya. “Kau datang sendirian? Siapa namamu? Restoran kami sudah tutup. Apa k

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   90| Berikan Hidupmu Padaku _ TAMAT

    Niken berhasil meloloskan diri dari pelukan Axel tanpa menjatuhkan harga dirinya. Dia mengembuskan napas lega usai mengusir pria itu. Tidak lagi terdengar suara Axel yang berteriak maupun mengetuk pintu. Niken kembali menyibukkan diri dengan pekerjaan dan aktivitas merawat Angelie. Beberapa jam kemudian, Niken pun menuju ke pintu depan dan membukanya. Dia mengintip ke halaman dan tidak melihat Axel di mana pun. Ada rasa penyesalan sekaligus kehilangan di dalam hati kecilnya. Tapi Niken berusaha menepis semua kekhawatiran itu dan kembali fokus pada kehidupannya saat ini. Saat Niken akan menutup kembali pintu, sudut matanya menangkap sekelebat gerakan yang mengganggunya. Nikah pun keluar dan berjalan menuju ke halaman samping. Dia terkejut ketika melihat Axel tengah berbaring meringkuk di ayunan. “Astaga, apa yang sedang dia lakukan di sana? Benar-benar keras kepala. Kenapa dia tidak juga pergi dari sini?” Niken pun kembali kesal dan membanting pintu hingga menutup rapat. Niken p

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   89| Mantan Istriku Mengusirku

    Axel kembali ke rumah pantai dan berlari dengan tergopoh-gopoh. Dia membuka pintu rumah yang tidak terkunci dan berteriak memanggil nama Niken. “Niken! Niken Di mana kau?” Axel tidak menemukan Niken di manapun. “Angelie? Ini papa!” Axel pun berlari menuju ke lantai dua. “Angelie? Kalian di mana? Niken?” Rumah itu benar-benar kosong. Axel tidak menemukan Niken dan putrinya di mana pun. Axel nekat pergi ke kamar Niken. Tempat itu juga kosong. Dia mencari ke ruangan yang lain dan melihat sebuah kamar bayi. Langkah Axel melambat begitu melihat banyak sekali perlengkapan bayi di sana. Axel berlutut di depan ranjang bayi. Dia mengambil salah satu sepatu rajut kecil milik putrinya dan menciumnya dengan air mata berderai. “Di mana kalian berada? Apa sesuatu yang buruk menimpa Angelie? Ke mana aku harus mencari kalian?” Axel tidak tahu lagi harus ke mana. Dia pun kembali keluar dan berdiri di halaman rumah dengan gelisah. Dia letakkan tas ranselnya ke tanah dan berdiri di sana sepert

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   88| Khawatir tapi Malu untuk Mengaku

    Niken berjalan-jalan di sepanjang pantai bersama dengan putri kecilnya. Dia meletakkan Angelie di dalam stroller. Niken terus bercerita sambil menunjukkan banyak hal kepada Angelie. “Maafkan mama, Angelie. Saat seperti ini, aku benar-benar menyesal pada diriku sendiri karena tidak bisa memberikanmu seorang ayah yang bisa kau banggakan di hadapan teman-temanmu kelak.” Niken berlutut di depan stroller sambil menatap sepasang mata bening bayi itu. Angelie tersenyum ceria sambil sesekali memasukkan tangannya ke mulut. Niken mengulurkan telunjuknya untuk membelai pipi Angelie. Bayi kecil itu pun meraih jari Niken dan menggenggamnya erat. “Aku benar-benar merindukan Mama di saat seperti ini. Apa yang dia lakukan sekarang? Apa dia sehat di sana? Betapa berat rasanya harus membesarkan seorang anak sendirian tanpa didukung oleh suami dan keluarga. Kini, aku tahu betapa marahnya Mama malam itu, ketika tahu aku sedang hamil. Aku bisa mengerti jika dia mengusirku dari rumah. Aku benar-benar la

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   87| Axel di Dalam Persembunyiannya

    Niken pulang ke rumahnya yang sepi dan gelap. Tempat pertama yang dia tujuh adalah bekas kamar Axel. Dia buka pintu kamar itu dengan pelan. Di dalam hati kecilnya, Niken berharap ada keajaiban. “Apa yang sedang aku lakukan di sini? Mustahil dia tiba-tiba muncul di sini, kan? Aku bahkan tidak tahu di mana dia saat ini. Setelah kutolak lamarannya, dia pergi begitu saja meninggalkan segalanya.” Niken akan menutup kembali pintu kamar Axel yang kosong. Lalu tatapannya terhenti pada potret Axel berukuran besar dan masih terpasang di dinding. Axel bertelanjang dada dan berpose dengan begitu memikat dalam foto itu. “Hanya foto itu satu-satunya yang masih tertinggal.” Niken mengingat betapa Axel sangat membanggakan foto itu. Saat itulah Niken benar-benar mulai merasakan kesepian. Dia menepis kenangan manis tentang Axel dan lekas menutup kembali pintu kamarnya. Niken pun bergegas menuju ke kamar Angelie. Gadis kecil itu satu-satunya pelipur kesepian Niken saat ini. *** Louis pergi ke pa

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   86| Niken, Aku Melamarmu!

    Enam bulan kemudian… “Kau tidak perlu membawakanku bunga dan mainan untuk Angelie setiap kali berkunjung ke sini, Louis.” Niken mempersilakan Louis masuk ke rumah pantai yang kini menjadi miliknya. Louis duduk di ruang tamu. Dia menatap ke arah stroller bayi tempat di mana Niken meletakkan Angelie yang sedang tidur lelap di sana. “Kau sepertinya suka bunga. Dan aku juga sama sekali tidak keberatan jika harus membelikan lebih banyak mainan untuk Angelie. Lihatlah dia tidur dengan sangat lelap. Gadis kecil ini tumbuh begitu cepat.” Niken membawakan minuman untuk Louis. “Maaf jika rumah ini berantakan. Karena aku benar-benar harus mengerjakan semuanya sendiri termasuk mengurus Angelie.” “Kau selalu menolak tawaranku untuk memberikan Angelie pengasuh.” “Tidak apa Louis. Aku tidak ingin kehilangan momen berharga menemani masa-masa pertumbuhan emas putriku.” “Oh, aku datang ke sini untuk mengabarkan padamu bahwa kami sudah memilih sutradara untuk film yang akan kita produksi.” “Ben

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   85| Gadis yang Ditakdirkan Untukku

    Sang pengacara membacakan isi surat wasiat yang kedua. “Tuan Marais mengatakan bahwa Tuan Axel bisa memilih antara surat wasiat pertama atau kedua. Tuan Axel juga bisa menolak perjodohan dengan Nona Clarissa Jordan. Tapi, dia harus bisa menemukan jodoh lain yang telah ditentukan untuknya pada surat wasiat yang kedua.” “Apa?” Celine dan Louis benar-benar terkejut. “Apa maksudmu dengan jodoh lain yang sudah ditentukan? Berapa jodoh yang ditakdirkan untuk Axel?” “Tuan Axel ditakdirkan menjadi pasangan dari dua orang gadis. Gadis pertama memang Nona Clarissa Jordan. Gadis yang kedua adalah putri dari perempuan yang pernah dicintai oleh Tuan Marais.” “Omong kosong!” teriak Celine. Sang pengacara pun menceritakan semuanya pada Celine dan juga Louis dengan disaksikan oleh Carlos. “Tuan Marais memiliki cinta pertama dari kalangan manusia. Tepat sebelum dia menikah dengan ibunya Axel. Karena perempuan ini dari ras manusia, maka Tuan Marais tidak bisa melanjutkan hubungannya. Dia pun memi

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   84| Kelahiran Sang Bayi Alpha

    Celine dan Louis sudah menunggu di kantor notaris yang ditunjuk oleh Tuan Marais. Mereka berkumpul di sana untuk mendengarkan pembacaan surat wasiat oleh pengacara. “Kenapa tidak kita mulai saja?” ujar Celine. “Kami sudah menunggu cukup lama di sini.” Sang notaris berdeham. Beberapa kali dia melirik ke arah pintu dan juga jam tangan. “Tuan Axel belum datang. Saya tidak bisa membacakan surat wasiat ini jika seluruh anggota yang berkepentingan belum hadir.” “Dia tidak akan datang,” seru Louis. “Dia sudah menyerah dan sadar posisinya tidak akan mampu mendapatkan kepemimpinan di perusahaan. Axel sudah gagal memenuhi surat wasiatnya.” Seseorang membuka pintu. Semua yang ada di dalam ruangan sang notaris terkejut. Mereka pikir yang datang adalah Axel. Begitu melihat Carlos yang masuk ke ruangan tersebut, mereka pun mengembuskan napas lega kecuali sang notaris. “Di mana Tuan Axel?” tanya sang notaris. “Tuan Axel sedang dalam perjalanan ke sini. Bukankah batas waktu pemenuhan surat wa

  • Dalam Genggaman CEO Alpha   83| Terbongkarnya Pernikahan Kontrak

    Sebulan pun berlalu usai terbongkarnya status pernikahan kontrak Niken dan Axel. Selama itu pula pemberitaan di media semakin kuat menerpa. Beragam gosip dan fitnah terus bermunculan. Kondisi perusahaan di bawah kepemimpinan Axel semakin menghadapi guncangan. Kerugian terus-menerus terjadi. Proyek-proyek lain yang dipegang oleh Axel pun semakin berguguran dan ditinggalkan oleh para investornya. Perusahaan manajemen artisnya pun mulai ditinggalkan. Pagi itu, Niken terbangun dengan perasaan yang begitu kesepian dan tidak nyaman. Semalaman, dia sibuk mempersiapkan seluruh perlengkapan untuk persalinan. “Seharusnya aku akan melahirkan tepat di hari ulang tahunku yang ke-18. Tapi, belum ada tanda-tanda kontraksai sampai saat ini.” Dan di hari itu pula, masa depan Axel akan ditentukan. Surat wasiat sang ayah jatuh tempo pada hari itu. Axel akan mewarisi seluruh perusahaan Marais atau sebaliknya, dia akan dikeluarkan dari perusahaan dan posisinya digantikan oleh Louis. Niken keluar dari

DMCA.com Protection Status