[Mir, aku jalan yah, kamu siap-siap] Pesan masuk dari Ratna ke handphone Miranda[Ok, Na] Jawab Miranda singkat. Miranda segera bersiap sebelum Ratna datang menjemputnya. Ia juga mengajak Mahesa untuk bertemu dengan Om nya Ratna malam ini.Tak lama kemudian, Ratna sampai di homestay tempat Miranda tinggal saat itu. Tanpa menunggu lama, Miranda segera memasuki mobil Ratna. Miranda duduk di depan bersama Ratna yang mengemudi sementara Mahesa di kursi penumpang bagian tengah mobil Ratna. Bocah kecil itu memang tak banyak menuntut, ia selalu tenang jika diajak bepergian kemana-mana oleh Miranda.Ratna segera mengemudikan mobilnya menuju sebuah restoran, ia rencananya akan bertemu dengan Om Samuel di restoran tersebut."Gimana Mir, sudah siap ketemu Om ku?" Tanya Ratna"Iya Na, semoga beliau mau mempekerjakan aku yah" Jawab Miranda antusias"Iyaa,, nanti kita ngobrol-ngobrol dulu biar saling dapet chemistrinya Mir"Miranda hanya mengangguk, rasa gugup yang menyerang dirinya secara tiba-tib
Sebuah pesan masuk ke Hp Miranda[Selamat pagi Mbak Miranda, saya Sakir sopirnya Pak Samuel yang ditugaskan mengantar Mbak ke Bandung, mohon share lokasinya ya Mbak bias saya mudah mendapatkan alamatnya]Miranda segera membalas pesan dari Pak Sakir tersebut[Baik Pak, berikut lokasi saya saat ini] Balas Miranda lalu membagikan lokasi terkininya melalui aplikasi pesan.[Oke Mbak Miranda, nanti sekitaran jam sembilan saya sampai yah][Baik Pak, terimakasih] Jawab Miranda, ia segera bergegas mempersiapkan diri untuk berangkat ke Bandung.Waktu menunjukan jam tujuh pagi, Miranda masih memiliki dua jaum untuk bersiap-siap, waktu yang cukup bagi dirinya untuk sarapan dan mengurus administrasi serta biaya homestay. Tentu saja Miranda harus sarapan agar memiliki cukup energi untuk memperjuangkan hidup dirinya dan anaknya Mahesa.Dia tak mungkin meminta bantuan nafkah dari suaminya Rajasa, sedangkan selama ini dirinya tak menerima nafkah secar
Setelah beberapa jam perjalanan Miranda, Mahesa dan Pak Sakir akhirnya sampai di lokasi tujuan. Sebelum memasuki area gedung, Miranda sempat melihat tulisan yang bertengger di gapura "Yayasan Mentari Bunda, Play Group, TK dan Day Care". Itu adalah identitas dari yayasan tersebut, Miranda pun langsung memahaminya.Pak Sakir segera memarkirkan mobil di halaman yayasan tersebut. "Habis gini, langsung saya antar bertemu dengan Bu Niken saja yah Mbak Miranda" Ucap Pak Sakir sopan. Sesuai dengan instruksi dari Om Samuel, Pak Sakir segera mengantar Miranda untuk bertemu dengan Bu Niken, kepala yayasan Mentari Bunda yang dimiliki oleh Om Samuel. Miranda mengangguk mengikuti langkah lelaki itu."Barangnya biarkan di mobil dulu, nanti kalau sudah ada kamar baru diturunkan Mbak" Begitulah instruksi Pak Sakir yang penuh dengan inisiatif. Miranda hanya mengikuti saja apa yang disarankan.Yayasan Mentari Bunda ternyata cukup luas, Pak Sakir berjalan cukup jauh menuju ruangan di mana Bu Niken berada
Bu Niken memberikan kertas berisi formulir data pegawai untuk di isi oleh Miranda. "Silahkan diisi dulu data diri kamu yah Mir, dan ini adalah kontrak kerja yang sudah saya persiapkan, di dalamnya disebutkan nominal gaji dan fasilitas yang Miranda dapatkan serta apa saja tugas-tugas Miranda selama bergabung di Yayasan Mentari Bunda" Miranda menerima sebundel dokumen dari Bu Niken dan segera membaca isinya, menurut Miranda gaji yang diberikan sudah lebih dari cukup untuk bisa menghidupi dirinya dan anaknya, sedangkan tugas kerja, Miranda merasa semuanya sudah sesuai dengan informasi awal dan tidak ada yang aneh hal yang membuat dirinya keberatan.Miranda segera mengisi formulir data pegawai dan menandatangani kontrak kerjanya, segera ia menyerahkan dokumen tersebut kembali pada Bu Niken. Bu Niken langsung menanda tangani rangkapan kontrak kerja Miranda dan menyerahkan kembali copy nya untuk Miranda. "Ini untuk Miranda yah, sebagai pegangan bersama" Ucap Bu Niken sembari menyerahkan r
Miranda segera merapikan barang-barangnya di kamar mess yang disediakan oleh yayasan Mentari Bunda untuknya dan Mahesa. Di dalam ruangan kamar itu terdapat dua buah kasur berukuran kecil, satu buah lemari pakaian, meja dan kursi kerja serta satu buah kamar mandi di dalam. Miranda tak heran mengapa ada dua kasur, tadi Ridwan sudah menjelaskan bahwa satu kamar ini seharusnya memang di huni oleh dua orang.Dengan posisi kasur yang terpisah seperti ini, Miranda akan mengajarkan Mahesa untuk mulai tidur sendiri. Artinya tak lagi satu ranjang denganya, harapanya Mahesa bisa lebih mandiri ke depanya.Sprei di kasur tersebut juga sudah diganti baru jika dilihat dari penampakanya yang bersih dan beraroma harum. Saat Miranda membuka lemari untuk memasukan baju-bajunya, ternyata telah disediakan juga stok sprei sebagai pengganti apabila yang dipakai kotor. "Semuanya diperhatikan sedetail itu" ucap Miranda pada dirinya sendiri."Mahe, ayo bersihkan diri dulu sebelum istirahat" Ucap Miranda pada a
Miranda merasa sedikit gugup hari ini. Ini adalah hari pertama dirinya mengajar TK di Yayasan Mentari Bunda milik Om Samuel. Waktu untuk mengajar Miranda di mulai pukul delapan pagi, namun Miranda sudah bersiap sejak pukul tujuh. Ia juga sudah membantu Mahesa bersiap untuk mulai masuk daycare per hari ini. Kemarin Miranda sudah menyelesaikan masalah administrasi pendaftaran daycare bagi putranya, untuk pembayaranya akan Miranda berikan setelah ia mendapatkan gaji. Sebenarnya Miranda mempunyai sedikit uang, namun uang tersebut Miranda anggarkan sebagai biaya hidup selama dirinya belum menerima gaji. Sedangkan Tommy dan Ratna sebenarnya juga tak sega membantu dirinya, namun Miranda merasa sudah terlalu banyak merepotkan sahabat-sahabatnya itu. Inilah waktunya Miranda untuk hidup mandiri, menata hidup dan mengumpulkan tabungan dengan keringat sendiri agar bisa membuktikan pada suami dan mertuanya bahwa dirinya bisa hidup tanpa mereka. Miranda sudah mengetahui bahwa nama partnernya adal
Pukul dua belas siang akhirnya Miranda dan Amanda selesai mengajar. Murid-murid TK A dan TK B sudah pulang dijemput oleh wali murid masing-masing.Hari ini Miranda dan Amanda berkolaborasi mengajar dua kelas sekaligus, yaitu kelas TK A dan TK B."Oh iya Mir, habis makan siang kita di panggil oleh Bu Niken" Kata Amanda pada Miranda, di luar kelas mereka memang sepakat untuk menyebut nama masing-masing tanpa tambahan Ibu dengan tujuan agar lebih akrab."Eh, ternyata Bu Niken juga wa aku untuk ke ruanganya sehabis jam istirahat" Kata Miranda"Nanti barengan aja yah ke Bu Nikennya" Ucap Amanda"Oke" Miranda menyetujui usulan rekan kerjanya. Mereka pun segera meninggalkan ruang kelas menuju ke arah tujuan masing-masing. Amanda hendak menuju kantin untuk makan siang, walaupun sudah membawa bekal, namun Amanda biasanya membeli minum atau sekedar membeli lauk tambahan untuk makan siang di kantin sekolah. Sementara Miranda berniat ke ruangan daycare di mana Mahesa dititipkan, ia ingin melihat
"Bu, mohon ijin Amanda untuk menyampaikan pendapat" Ucap Amanda sopan "Silahkan" "Kalau menurut Amanda, formasi mengajar seperti saat ini sudah bagus Bu, karena dengan adanya Miranda artinya di kelas ada dua guru. Mengajar anak TK memang berbeda dengan mengajar anak sekolah SD, mereka masih terlalu kecil sehingga kami sebagai guru harus memberikan pengawasa yang ekstra pada para murid. Nah jika satu kelas ada dua orang guru hal ini akan memudahkan kami mengawasi murid-murid. Begitu pendapat Amanda Bu Niken" "Hm, begitu, bagaimana menurut Miranda?" Tanya Bu Niken ingin mendengar pendapat Miranda juga. Walaupun baru sehari mengajar, Bu Niken berharap Miranda juga punya pendapat yang bisa disampaikan. "Karena saya masih baru dan masih butuh banyak belajar, saya sependapat dengan Amanda Bu. Sepertinya akan lebih optimal jika satu kelas diisi oleh dua guru" Ucap Miranda Bu Niken tersenyum mendengar pendapat dari dua guru TK yang bekerja pada Yayasan yang dipimpinya. Miranda dan Amanda
"Aku harus melapor ke polisi!" Ucap Rajasa serius"Untuk apa, Mas?" Tanya Miranda khawatir melihat reaksi suaminya setelah mengetahui bahwa Tommy yang menculik Mahesa."Tentu saja untuk memberikan dia hukuman!" Rajasa menjawab dengan amarah yang membara di hatinya."Aku rasa tidak perlu, bukankah Mahesa bilang, Tommy memperlakukanya dengan baik? Bahkan Mahesa juga sampai merindukanya" Miranda mencoba menjelaskan dengan hati-hati, ia hanya tidak ingin memperpanjang masalah dengan melaporkan pada polisi. Namun Miranda juga khawatir jika Rajasa salah paham dengan sikapnya."Dia sudah membahayakan Mahesa, Mir? Kamu mau diamkan dia begitu saja?" Benar saja, Rajasa tak terima dengan sikap istrinya."Tidak Mas, aku kenal Tommy dengan baik" Miranda merasa yakin, ada alasan yang masuk akal mengapa Tommy sampai tega menculik Mahesa."Kamu kenal dia dengan baik? Lalu bagaimana dengan aku Mir? Apakah kamu juga mengenalku dengan baik? Aku suamimu dan dia orang lain, kamu sedang membela laki-laki l
Kondisi Mahesa semakin hari semakin membaik. Miranda dengan telaten menunggui putranya, ia sangat siaga jika Mahesa membutuhkan sesuatu. Begitu juga dengan Rajasa, ia pun rela meninggalkan pekerjaanya di perusahaan untuk sementara demi menemani Miranda dan Mahesa di rumah sakit.Hingga saat ini, belum diketahui siapa yang telah menculik Mahesa. Miranda dan Rajasa pun masih enggan menanyakan langsung pada putranya yang baru sembuh dari sakit dengan alasan khawatir akan memunculkan trauma. Mereka lebih berfokus pada kesembuhan Mahesa dari pada harus mengusut penculik tersebut untuk saat ini.HP Rajasa bergetar, ternyata Bu Merry yang menelpon. Rajasa pun segera mengangkat telpon dari mamahnya."Halo, Mah" Ucap Rajasa menjawab panggilan dari Bu Merry"Rajasa, bagaimana keadaan Mahesa? Apakah sudah bisa di bawa ke Jakarta? Mamah sudah kangen" Ucap Bu Merry"Sudah mulai membaik Mah, tapi untuk saat ini biarkan dulu kondisi Mahesa stabil baru kita bawa pulang. Begitu saran dokter" Rajasa me
"Mahesa, itu Mahesa kita Mas!" Pekik Miranda saat melihat Mahesa di ruang ICU rumah sakit.Miranda tak dapat menahan air matanya, perempuan muda itu menangis di pelukan Rajasa. Perasaan Miranda dan Rajasa campur aduk saat ini, mereka senang karena bisa kembali melihat putranya namun juga sedih karena kondisi Mahesa saat ini. Di sisi lain, mereka penasaran bagaimana Mahesa bisa sampai di rumah sakit ini. Namun juga bersyukur karena ada yang menolong putranya."Apakah Bapak dan Ibu adalah orang tua pasien?" Ucap seorang dokter yang tiba-tiba mendekati Miranda dan Rajasa. Miranda langsung menghapus air matanya demi melihat dokter tersebut."Ya, benar! Kami orang tuanya, kami juga membawa semua dokumen yang dibutuhkan sebagai bukti bahwa kami adalah orang tua kandungnya" Ucap Rajasa mantap."Baiklah, ikut saya!" Ucap dokter tersebut tanpa basa-basi. Dokter laki-laki yang terlihat seumuran dengan Rajasa tersebut berjalan menuju sebuah ruangan, diikuti oleh Miranda dan Rajasa.Miranda dan R
"Mas, ada telpon dari rumah sakit" Ucap Miranda menyampaikan pada suaminya dengan penuh harap."Apa ada kabar baik, Mir?" Rajasa pun tak kalah berharap mendapatkan kabar baik"Ya, ada pasien anak tanpa orang tua dan tanpa identitas yang baru saja dirujuk ke rumah sakit tersebut, mungkin saja itu Mahesa, Mas!" Ucap Miranda bersemangat"Ayo kita ke sana sekarang juga, Mir!" Ajak Rajasa, Miranda pun setuju.Mereka tidak mau membuang waktu lagi untuk segera menemukan putra semata wayangnya. Miranda pun segera bersiap dengan membawa berbagai macam perlengkapan, mulai dari alat mandi dan bantu ganti, mengingat daerah yang akan di tuju cukup jauh dari kediaman mereka."Perjalanan kita cukup jauh Mas, apakah tidak apa-apa jika menggunakan mobil? Aku khawatir Mas akan kecapean di jalan" Ucap Miranda pada suaminya."Tak apa sayang, kita akan lebih fleksibel jika menggunakan kendaraan pribadi" Jawab Rajasa sambil menaikan koper ke dalam bagasi.Tak menunggu lama, mereka kemudian segera berjalan
"Om, Mahesa pusing, mau bobo" Ucap Mahesa pada pria yang ada di dekatnya. Pria itu kemudian membopong Mahesa ke dalam kamar dan menidurkanya. Ia menyadari bahwa suhu tubuh anak kecil itu terasa sangat panas, tidak seperti biasanya. "Gawat, anak ini demam" Ucap pria tersebut."Mahe, om keluar sebentar membeli obat dan makanan, Mahe bobo dulu ya!" Ucap pria tersebut."Om, kapan Mahe pulang? Mahe kangen Mamah om" Ucap Mahesa menyampaikan kerinduanya pada Miranda."Hm,, sabar yah! Nanti kalau sudah waktunya Mahesa bisa bertemu Mamah!" Pria itu beralasan. Mahesa mengangguk pelan, Anak kecil itu terlihat sangat lemah dan lelah. Ia kemudian memejamkan matanya dan tertidur sambil merasakan rasa lelah di tubuhnya. Tak menunggu lama, pria penculik itu kemudian pergi meninggalkan Mahesa. Ia membeli obat penurun panas untuk anak dan sebungkus bubur ayam. Setelah keduanya didapatkan, pria itu segera kembali ke rumah di mana Mahesa berada."Mahesa, Om datang! Mahesa makan dulu terus minum obat y
Di perjalanan pulang dari kantor polisi, di dalam mobil"Dari mana kamu tahu bahwa bukan Devka yang menculik Mahesa, sayang?" Tanya Rajasa penasaran."Aku tahu dari bagaimana cara dia menyampaikanya dan mimik mukanya. Dari feelingku, Devka memang bukan pelakunya!" Ucap Miranda yakin.Rajasa mengangguk mendengar jawaban istrinya. Dia mempercayai istrinya, toh Miranda adalah calon psikolog, mungkin dia mempelajari bagaimana bahasa tubuh Devka ketika berbicara sehingga membuat Miranda mengambil kesimpulan demikian."Apa rencana Mas Raja untuk Devka dan Alexa?" Tanya Miranda penasaran."Biarkan pengacaraku yang mengurus, saat ini aku ingin fokus mencaari Mahesa dan memastikan anak kita selamat" Ucap Rajasa sambil mengelus kepala Miranda. Miranda mengangguk, ia setuju dengan suaminya. Menurutnya keselamatan Devka adalah hal yang terpenting saat ini.***Sudah lima hari Mahesa menghilang tanpa berita, Miranda tak berhenti menangisi anaknya. Miranda bahkan sampai mengambil cuti dari pekerjaa
"Halo Mas, maafkan Hp aku kehabisan baterai" Ucap Miranda melalui panggilan telepon kepada suaminya, Rajasa."Syukurlah kamu baik-baik saja sayang, Mas sangat mengkhawatirkanmu. Bagaimana dengan Mahesa? Apakah sudah ada info labih lanjut?" Tanya Rajasa pada istrinya."Belum, Mas. Aku sudah meminta bantuan pihak daycare untuk mengecek cctv untuk mengenali siapa orang yang membawa Mahesa. Tapi anehnya cctvnya mati pada saat kejadian" Miranda menjelaskan pada suaminya"Benar-benar sudah direncanakan dengan rapi rupanya!" Gumam Rajasa mendengar penjelasan istrinya."Sayang, Mas sedang dalam perjalanan ke Bandung. Mas sudah tahu siapa yang menculik Mahesa, sekarang Mas justru mengkhawatirkanmu sayang. Carilah tempat yang aman, jangan sendirian!" Ucap Rajasa."Siapa pelakunya, Mas?" Miranda sangat penasaran."Nanti Mas ceritakan semuanya, pesan Mas kamu jangan sendirian. Jaga keselamatan dirimu baik-baik sampai Mas datang sebentar lagi" Ucap Rajasa serius."Baik, Mas" Miranda menuruti apa y
"Halo Miranda? Tumben malam-malam begini telepon, ada apa sayang?" Jawab Rajasa menerima panggilan telepon dari istrinya yang saat ini berada di Bandung."Mas, Mahesa Mas! Mahesa tidak ada di daycare!" Suara Miranda terdengar panik"Maksud kamu tidak ada di daycare gimana Mir? bicara pelan-pelan!" Rajasa ikut panik mendengar kabar dari istrinya."Tadi sepulang mengajar aku kuliah dulu seperti biasa, tapi saat aku hendak menjemputnya pulang selepas kuliah, Mahesa tidak ada di daycare. Katanya sudah dijemput oleh om nya. Pengasuh daycare mengijinkan Mahesa pulang karena menurutnya Mahesa mengenali orang tersebut sebagai omnya!" Miranda mencoba menjelaskan. Saat ini hatinya sudah kalut karena kehilangan anaknya, ia sangat mengkhawatirkan keselamatan Mahesa saat ini."Bagaimana mungkin Mir? Apakah tidak ada petunjuk atau ciri-ciri orang yang membawa Mahesa?" Tanya Rajasa."Dia laki-laki, tinggi sekitar 170 cm dan terlihat sangat akrab dengan Mahesa, begitu info yang diberikan oleh pengasu
Rajasa meremas foto-foto yang barusan ia lihat pagi ini. Emosi Rajasa naik ke ubun-ubun hingga seolah darahnya mendidih melihat potongan-potongan adegan erotis antara Devka dan Alexa. Bukan karena cemburu, melainkan Rajasa merasa dikhianati oleh orang yang sangat dia percayai di kantornya, Devka.Rajasa bahkan tidak menganggap Devka sebagai karyawan, melainkan sebagai keluarganya sendiri. Rajasa tak habis pikir mengapa Devka tega melakukan hal ini, dari sekian banyak perempuan jalang, mengapa harus mantan istrinya yang ia tiduri. "Aargh brengsek kau Devka!" Teriak Rajasa meluapkan amarah pada dirinya sendiri.Entah siapa yang mengirimkan foto-foto adegan tak senonoh antara Devka dan mantan istrinya Alexa ke meja kerja Rajasa, yang jelas hal ini sukses mengaduk-aduk emosi Rajasa hingga ia tak memiliki fokus yang baik untuk bekerja pagi ini. "Apalagi ini Tuhan!" Ucap Rajasa sambil mengacak rambutnya hingga terlihat berantakan. Ia merasa tak mampu lagi menanggung beban. Setelah kematian