"Bu, mohon ijin Amanda untuk menyampaikan pendapat" Ucap Amanda sopan "Silahkan" "Kalau menurut Amanda, formasi mengajar seperti saat ini sudah bagus Bu, karena dengan adanya Miranda artinya di kelas ada dua guru. Mengajar anak TK memang berbeda dengan mengajar anak sekolah SD, mereka masih terlalu kecil sehingga kami sebagai guru harus memberikan pengawasa yang ekstra pada para murid. Nah jika satu kelas ada dua orang guru hal ini akan memudahkan kami mengawasi murid-murid. Begitu pendapat Amanda Bu Niken" "Hm, begitu, bagaimana menurut Miranda?" Tanya Bu Niken ingin mendengar pendapat Miranda juga. Walaupun baru sehari mengajar, Bu Niken berharap Miranda juga punya pendapat yang bisa disampaikan. "Karena saya masih baru dan masih butuh banyak belajar, saya sependapat dengan Amanda Bu. Sepertinya akan lebih optimal jika satu kelas diisi oleh dua guru" Ucap Miranda Bu Niken tersenyum mendengar pendapat dari dua guru TK yang bekerja pada Yayasan yang dipimpinya. Miranda dan Amanda
Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa Miranda sudah dua tahun mengajar di Yayasan Mentari Bunda. Yayasan tersebut telah berkembang pesat, terlihat dari banyaknya peminat. Murid yang mendaftar di tahun ajaran baru pun benar-benar di luar bayangan Miranda. Sampai-sampai Yayasan merekrut banyak guru dan staf baru demi meningkatkan kualitas pendidikan.Berkat kegigihannya dalam bekerja, Miranda kini telah diangkat menjadi wakil kepala sekolah yang membantu Bu Niken. Miranda memang cepat beradaptasi dan tak ragu untuk mempelajari banyak hal baru sehingga kemampuanya dalam mengajar peserta didik layak diacungi jempol. Di luar jam mengajar, Miranda juga masih tetap rutin menulis artikel untuk menambah penghasilan. Kini keuanganya telah jauh lebih baik dari sebelumnya.Miranda baru selesai mengajar ketika ia melihat sebuah mobil mewah memasuki area pelataran sekolah. Miranda berfikir mungkin orangtua murid yang akan mendaftarkan putra-putrinya di sekolah tersebut, mengingat pendaftaran muri
"Maafkan aku Mas Raja, aku tak bisa lagi bersamamu" Ucap Miranda pada suaminya Rajasa, ia memandang ke arah taman di resort tempat Rajasa menginap. Pikiran Miranda berkelana ke masa lalu di mana dirinya benar-benar diperlakukan seperti pembantu oleh orangtua Rajasa. Sementara perasaan Rajasa seakan runtuh seketika mendengar jawaban dari wanita cantik yang sebenarnya masih berstatus istrinya. Rajasa terdiam, ia juga kehilangan kata-kata untuk disampaikan pada Miranda. Setelah tadi harapanya seolah mulai tumbuh, namun saat ini justru kebalikanya. "Mir, boleh aku tanya sesuatu tentang hatimu?" Rajasa memegang tangan Miranda yang ada di meja, namun Miranda segera menarik tanganya agar lepas dari genggaman Rajasa. "Tanyakanlah Mas!" Miranda menjawab dengan datar "Bagaimana perasaanmu padaku? Masih adakah sedikit cinta untukku saat ini?" Rajasa berharap istrinya masih mencintainya, setidaknya setitik cinta untuknya sehingga rumah tangganya masih ada harapan untuk diselamatkan. Bukanya m
3 tahun yang lalu "Alexa berhentilah minum alkohol, ingat kamu sedang hamil!" Rajasa menasihati istri keduanya yang baru pulang dini hari dalam keadaan mabuk. Tentu saja Alexa yang dalam kondisi mabuk berat tak meresponya. Seperti biasa Alexa diantar oleh temanya dalam kondisi mabuk berat pada dini hari. Hal ini sebenarnya membuat Rajasa mulai jengah dengan perilaku istrinya. Rajasa menggendong tubuh Alexa yang lemas karena terlalu banyak minum-minuman keras menuju kamarnya. "Kamu tidak pernah peduli padaku Rajasa, kamu hanya peduli pada anak dalam kandunganku, sedangkan aku tak peduli sedikitpun pada anakmu!" Ucap Alexa, ia meracau dengan senyum menyeringai saat Rajasa membaringkan tubuhnya di ranjang. "Aku tak peduli, aku tak peduli dengan bayi ini Rajasa! Kamu jahat, kamu tak pernah mencintaiku" Alexa masih meracau bahkan berteriak marah dalam kondisi tak sadar, matanya terpejam dan tubuhnya pun lemah karena ia mabuk berat. Rajasa melotot mendengar kata-kata istrinya. Satu sisi
Dokter Luthfi keluar dari ruang operasi di mana Alexa melahirkan secara saecar. Rajasa spontan menghampiri dokter Luthfi diikuti dengan ibu dan kedua mertuanya."Bagaimana kondisi istri dan anak saya dok?" Tanya Rajasa tak sabar. Rasa panik dan khawatir yang sedari tadi dirasakan Rajasa membuatnya ingin segera mengetahui kondisi Alexa dan bayinya.Dokter Luthfi melepas maskernya, wajahnya terlihat lelah seperti habis mengerjakan pekerjaan yang rumit di ruang operasi tadi. Hal ini semakin menambah khawatir bagi Rajasa dan orangtuanya maupun orangtua Alexa."Pak Rajasa, istri dan anak Bapak selamat, namun anak Bapak saat ini sudah dipindahkan ke ruang NICU karena kondisi kesehatanya yang menurun" Ucap dokter Luthfi jujur. Hal ini membuat Bu Merry dan besanya cemas."Dok, memangnya ada apa dengan cucu saya? Bukankah dia terlahir sehat?" Bu Merry menuntut penjelasan yang lebih detail pada dokter Luthfi."Putra Bapak berat lahirnya sangat rendah dan kemungkinan ada kelainan pada organ dala
Alexa mengenakan rok pendek ketat di atas lutut dengan belahan di sampingnya sehingga paha mulusnya terekspos. Ia juga mengenakan atasan ketat dengan belahan dada rendah yang mengekspos belahan dadanya. Ia belum lama sembuh pasca menjalani operasi caesar, namun penampilanya kini sudah kembali seksi seperti sebelum hamil.Tak tak tak,, sepatu hak tinggi milik Alexa terdengar ketika wanita cantik itu berjalan menuju ruang karja Rajasa di kantor. Tanpa mengetuk pintu maupun meminta ijin, Alexa langsung membuka pintu ruang kerja suaminya.Rajasa yang sedang duduk di ruanganya terperanjat kaget dengan kedatangan Alexa yang tiba-tiba."Alexa, kenapa tidak mengetuk pintu dulu!" Ucap Rajasa marah dengan sikap istrinya.Alexa tak menjawab tapi malah melemparkan map biru ke hadapan Rajasa dengan kasar."Baca dan tandatangani segera, aku tak ada waktu untuk menghabiskan lebih banyak waktu lagi untuk bersamamu" Ucap Alexa sinis."Apa ini Lexa?" Rajasa bertanya sementara tanganya meraih map biru y
Dua tahun setelah perceraian Rajasa dengan Alexa "Halo Tuan Muda, cepatlah pulang bibi sangat khawatir dengan non Andini" Ucap Bi Satini dari sambungan telepon yang diterima Rajasa. Saat itu Rajasa sedang meeting dengan klien penting di perusahaanya. "Ada apa Bi? jangan membuatku panik!" Rajasa berdiri meninggalkan ruang rapat tanpa peduli dengan klien yang terlihat bingung dengan tingkah Rajasa. "Tenang Bapak dan Ibu, meeting akan tetap dilanjutkan dengan saya! Mungkin Rajasa sedang ada urusan penting yang tak bisa diganggu!" Papa Rajasa segera mengambil alih meeting yang sedang berjalan. Untung saja peserta meeting bisa memahami. Mereka segera kembali duduk tenang dan melanjutkan meeting bersama Papa Rajasa. *** "Tuan Muda, Non Andini tiba-tiba sesak nafas dan sekarang badanya mulai lemas!" Suara Bi Satini terdengar begitu panik, membuat Rajasa tak bisa banyak berfikir. "Kemana Mama Bi?" Tanya Rajasa, ia berharap Ibunya berada di rumah sehingga bisa menenangkan kepanikan Bi Sat
Ratna memasuki ruang rawat inap di mana Rajasa dirawat. Terlihat Rajasa yang sedang beristirahat sambil menonton tayangan televisi yang terletak persis di depan ranjangnya. Kondisi Rajasa kini sudah semakin membaik, ia sudah mulai bisa duduk bersender di ranjang. "Kak Rajasa, bagaimana keadaanmu?" Tanya Ratna sambil meletakan buah-buahan yang dia bawa di nakas samping ranjang Rajasa. Selanjutnya Ratna duduk di kursi yang terletak persis di samping ranjang Rajasa. Ratna adalah sahabat Miranda yang paling dekat dengan Rajasa. Perempuan manis itu tampak senang karena Rajasa akhirnya siuman setelah tiga hari koma. "Aku baik Na, terimakasih sudah menjenguk" Ucap Rajasa tersenyum. Rajasa mematikan televisi yang sedari tadi ia tonton menggunakan remot demi fokus pada Ratna "Aku senang melihat kondisimu semakin membaik kak" Ucap Ratna tulus diiringi senyuman manis. "Aku juga senang kau menjengukku, setidaknya aku bisa menanyakan kabar Miranda padamu Na!" Ucap Rajasa, ia nampak bersemang
"Aku harus melapor ke polisi!" Ucap Rajasa serius"Untuk apa, Mas?" Tanya Miranda khawatir melihat reaksi suaminya setelah mengetahui bahwa Tommy yang menculik Mahesa."Tentu saja untuk memberikan dia hukuman!" Rajasa menjawab dengan amarah yang membara di hatinya."Aku rasa tidak perlu, bukankah Mahesa bilang, Tommy memperlakukanya dengan baik? Bahkan Mahesa juga sampai merindukanya" Miranda mencoba menjelaskan dengan hati-hati, ia hanya tidak ingin memperpanjang masalah dengan melaporkan pada polisi. Namun Miranda juga khawatir jika Rajasa salah paham dengan sikapnya."Dia sudah membahayakan Mahesa, Mir? Kamu mau diamkan dia begitu saja?" Benar saja, Rajasa tak terima dengan sikap istrinya."Tidak Mas, aku kenal Tommy dengan baik" Miranda merasa yakin, ada alasan yang masuk akal mengapa Tommy sampai tega menculik Mahesa."Kamu kenal dia dengan baik? Lalu bagaimana dengan aku Mir? Apakah kamu juga mengenalku dengan baik? Aku suamimu dan dia orang lain, kamu sedang membela laki-laki l
Kondisi Mahesa semakin hari semakin membaik. Miranda dengan telaten menunggui putranya, ia sangat siaga jika Mahesa membutuhkan sesuatu. Begitu juga dengan Rajasa, ia pun rela meninggalkan pekerjaanya di perusahaan untuk sementara demi menemani Miranda dan Mahesa di rumah sakit.Hingga saat ini, belum diketahui siapa yang telah menculik Mahesa. Miranda dan Rajasa pun masih enggan menanyakan langsung pada putranya yang baru sembuh dari sakit dengan alasan khawatir akan memunculkan trauma. Mereka lebih berfokus pada kesembuhan Mahesa dari pada harus mengusut penculik tersebut untuk saat ini.HP Rajasa bergetar, ternyata Bu Merry yang menelpon. Rajasa pun segera mengangkat telpon dari mamahnya."Halo, Mah" Ucap Rajasa menjawab panggilan dari Bu Merry"Rajasa, bagaimana keadaan Mahesa? Apakah sudah bisa di bawa ke Jakarta? Mamah sudah kangen" Ucap Bu Merry"Sudah mulai membaik Mah, tapi untuk saat ini biarkan dulu kondisi Mahesa stabil baru kita bawa pulang. Begitu saran dokter" Rajasa me
"Mahesa, itu Mahesa kita Mas!" Pekik Miranda saat melihat Mahesa di ruang ICU rumah sakit.Miranda tak dapat menahan air matanya, perempuan muda itu menangis di pelukan Rajasa. Perasaan Miranda dan Rajasa campur aduk saat ini, mereka senang karena bisa kembali melihat putranya namun juga sedih karena kondisi Mahesa saat ini. Di sisi lain, mereka penasaran bagaimana Mahesa bisa sampai di rumah sakit ini. Namun juga bersyukur karena ada yang menolong putranya."Apakah Bapak dan Ibu adalah orang tua pasien?" Ucap seorang dokter yang tiba-tiba mendekati Miranda dan Rajasa. Miranda langsung menghapus air matanya demi melihat dokter tersebut."Ya, benar! Kami orang tuanya, kami juga membawa semua dokumen yang dibutuhkan sebagai bukti bahwa kami adalah orang tua kandungnya" Ucap Rajasa mantap."Baiklah, ikut saya!" Ucap dokter tersebut tanpa basa-basi. Dokter laki-laki yang terlihat seumuran dengan Rajasa tersebut berjalan menuju sebuah ruangan, diikuti oleh Miranda dan Rajasa.Miranda dan R
"Mas, ada telpon dari rumah sakit" Ucap Miranda menyampaikan pada suaminya dengan penuh harap."Apa ada kabar baik, Mir?" Rajasa pun tak kalah berharap mendapatkan kabar baik"Ya, ada pasien anak tanpa orang tua dan tanpa identitas yang baru saja dirujuk ke rumah sakit tersebut, mungkin saja itu Mahesa, Mas!" Ucap Miranda bersemangat"Ayo kita ke sana sekarang juga, Mir!" Ajak Rajasa, Miranda pun setuju.Mereka tidak mau membuang waktu lagi untuk segera menemukan putra semata wayangnya. Miranda pun segera bersiap dengan membawa berbagai macam perlengkapan, mulai dari alat mandi dan bantu ganti, mengingat daerah yang akan di tuju cukup jauh dari kediaman mereka."Perjalanan kita cukup jauh Mas, apakah tidak apa-apa jika menggunakan mobil? Aku khawatir Mas akan kecapean di jalan" Ucap Miranda pada suaminya."Tak apa sayang, kita akan lebih fleksibel jika menggunakan kendaraan pribadi" Jawab Rajasa sambil menaikan koper ke dalam bagasi.Tak menunggu lama, mereka kemudian segera berjalan
"Om, Mahesa pusing, mau bobo" Ucap Mahesa pada pria yang ada di dekatnya. Pria itu kemudian membopong Mahesa ke dalam kamar dan menidurkanya. Ia menyadari bahwa suhu tubuh anak kecil itu terasa sangat panas, tidak seperti biasanya. "Gawat, anak ini demam" Ucap pria tersebut."Mahe, om keluar sebentar membeli obat dan makanan, Mahe bobo dulu ya!" Ucap pria tersebut."Om, kapan Mahe pulang? Mahe kangen Mamah om" Ucap Mahesa menyampaikan kerinduanya pada Miranda."Hm,, sabar yah! Nanti kalau sudah waktunya Mahesa bisa bertemu Mamah!" Pria itu beralasan. Mahesa mengangguk pelan, Anak kecil itu terlihat sangat lemah dan lelah. Ia kemudian memejamkan matanya dan tertidur sambil merasakan rasa lelah di tubuhnya. Tak menunggu lama, pria penculik itu kemudian pergi meninggalkan Mahesa. Ia membeli obat penurun panas untuk anak dan sebungkus bubur ayam. Setelah keduanya didapatkan, pria itu segera kembali ke rumah di mana Mahesa berada."Mahesa, Om datang! Mahesa makan dulu terus minum obat y
Di perjalanan pulang dari kantor polisi, di dalam mobil"Dari mana kamu tahu bahwa bukan Devka yang menculik Mahesa, sayang?" Tanya Rajasa penasaran."Aku tahu dari bagaimana cara dia menyampaikanya dan mimik mukanya. Dari feelingku, Devka memang bukan pelakunya!" Ucap Miranda yakin.Rajasa mengangguk mendengar jawaban istrinya. Dia mempercayai istrinya, toh Miranda adalah calon psikolog, mungkin dia mempelajari bagaimana bahasa tubuh Devka ketika berbicara sehingga membuat Miranda mengambil kesimpulan demikian."Apa rencana Mas Raja untuk Devka dan Alexa?" Tanya Miranda penasaran."Biarkan pengacaraku yang mengurus, saat ini aku ingin fokus mencaari Mahesa dan memastikan anak kita selamat" Ucap Rajasa sambil mengelus kepala Miranda. Miranda mengangguk, ia setuju dengan suaminya. Menurutnya keselamatan Devka adalah hal yang terpenting saat ini.***Sudah lima hari Mahesa menghilang tanpa berita, Miranda tak berhenti menangisi anaknya. Miranda bahkan sampai mengambil cuti dari pekerjaa
"Halo Mas, maafkan Hp aku kehabisan baterai" Ucap Miranda melalui panggilan telepon kepada suaminya, Rajasa."Syukurlah kamu baik-baik saja sayang, Mas sangat mengkhawatirkanmu. Bagaimana dengan Mahesa? Apakah sudah ada info labih lanjut?" Tanya Rajasa pada istrinya."Belum, Mas. Aku sudah meminta bantuan pihak daycare untuk mengecek cctv untuk mengenali siapa orang yang membawa Mahesa. Tapi anehnya cctvnya mati pada saat kejadian" Miranda menjelaskan pada suaminya"Benar-benar sudah direncanakan dengan rapi rupanya!" Gumam Rajasa mendengar penjelasan istrinya."Sayang, Mas sedang dalam perjalanan ke Bandung. Mas sudah tahu siapa yang menculik Mahesa, sekarang Mas justru mengkhawatirkanmu sayang. Carilah tempat yang aman, jangan sendirian!" Ucap Rajasa."Siapa pelakunya, Mas?" Miranda sangat penasaran."Nanti Mas ceritakan semuanya, pesan Mas kamu jangan sendirian. Jaga keselamatan dirimu baik-baik sampai Mas datang sebentar lagi" Ucap Rajasa serius."Baik, Mas" Miranda menuruti apa y
"Halo Miranda? Tumben malam-malam begini telepon, ada apa sayang?" Jawab Rajasa menerima panggilan telepon dari istrinya yang saat ini berada di Bandung."Mas, Mahesa Mas! Mahesa tidak ada di daycare!" Suara Miranda terdengar panik"Maksud kamu tidak ada di daycare gimana Mir? bicara pelan-pelan!" Rajasa ikut panik mendengar kabar dari istrinya."Tadi sepulang mengajar aku kuliah dulu seperti biasa, tapi saat aku hendak menjemputnya pulang selepas kuliah, Mahesa tidak ada di daycare. Katanya sudah dijemput oleh om nya. Pengasuh daycare mengijinkan Mahesa pulang karena menurutnya Mahesa mengenali orang tersebut sebagai omnya!" Miranda mencoba menjelaskan. Saat ini hatinya sudah kalut karena kehilangan anaknya, ia sangat mengkhawatirkan keselamatan Mahesa saat ini."Bagaimana mungkin Mir? Apakah tidak ada petunjuk atau ciri-ciri orang yang membawa Mahesa?" Tanya Rajasa."Dia laki-laki, tinggi sekitar 170 cm dan terlihat sangat akrab dengan Mahesa, begitu info yang diberikan oleh pengasu
Rajasa meremas foto-foto yang barusan ia lihat pagi ini. Emosi Rajasa naik ke ubun-ubun hingga seolah darahnya mendidih melihat potongan-potongan adegan erotis antara Devka dan Alexa. Bukan karena cemburu, melainkan Rajasa merasa dikhianati oleh orang yang sangat dia percayai di kantornya, Devka.Rajasa bahkan tidak menganggap Devka sebagai karyawan, melainkan sebagai keluarganya sendiri. Rajasa tak habis pikir mengapa Devka tega melakukan hal ini, dari sekian banyak perempuan jalang, mengapa harus mantan istrinya yang ia tiduri. "Aargh brengsek kau Devka!" Teriak Rajasa meluapkan amarah pada dirinya sendiri.Entah siapa yang mengirimkan foto-foto adegan tak senonoh antara Devka dan mantan istrinya Alexa ke meja kerja Rajasa, yang jelas hal ini sukses mengaduk-aduk emosi Rajasa hingga ia tak memiliki fokus yang baik untuk bekerja pagi ini. "Apalagi ini Tuhan!" Ucap Rajasa sambil mengacak rambutnya hingga terlihat berantakan. Ia merasa tak mampu lagi menanggung beban. Setelah kematian