Pov MirandaSuami dan ayah mertuaku sudah berangkat ke kantor, kebetulan ibu mertuaku juga sedang pergi bersama teman-temanya ke acara arisan sosialita yang biasa ia ikuti.Ini kesempatanku untuk segera mengirim dokumen asuransi ke kantor Pak Fajar. Aku segera mengambil Handphone dan memesan ojek online di salah satu aplikasi yang sudah lama menjadi andalanku. Beruntung driver ojek segera datang dan aku tak membuang waktu, segera memberikan dokumen penting itu untuk diantar ke alamat tujuan.Setelah driver pergi aku segera kembali ke kamar untuk menghubungi Pak Fajar, menyampaikan bahwa aku telah mengirim berkas asuransi yang sudah ditandatangani suamiku melalui ojek online, sekaligus aku mengirimkan bukti transfer pembayaran premi untuk satu tahun masa pertanggungan.[Siang Pak Fajar, dokumen saya kirim melalui ojek online ke alamat kantor Bapak ya, mohon infokan jika sudah sampai] Aku mengirim pesan ke Pak Fajar.[Baik Bu Miranda] Pak Fajar membalas pesanku tak lama kemudian.Aku ke
"Seandainya terjadi sesuatu dengan anakmu, itu sama sekali bukan urusanku tapi aku tak mau Rajasa menyalahkanku karena tak membantumu! ambilah uang ini dan bawa anakmu pergi berobat!" Bu Merry melemparkan beberapa lembar uang ratusan ribu ke mukaku. Tanpa ingin tahu lebih jauh bagaimana kondisi cucunya, Bu Merry segera masuk ke kamar meninggalkanku di ruang depan.Aku mengusap air mataku atas sikap dan perkataan mertuaku, sebenarnya sudah terlalu sering ia menyakitiku dengan kata-kata maupun sikapnya yang menunjukan dengan jelas ketidaksukaanya kepadaku. Tapi rasanya masih tetap saja menyakitkan apalagi dalam kondisi seperti ini, di saat perasaanku sedang cemas dan membutuhkan dukungan.Untuk kesekian kalinya ku abaikan rasa sakit hati atas perlakuan Bu Merry, yang ada dipikiranku saat ini adalah kesembuhan Mahesa. Segera ku punguti uang itu satu persatu sambil menggendong putraku dan tanpa menunggu lama aku berlari ke garasi untuk mengeluarkan mobil dan membawa Mahesa ke rumah sakit.
Pov MirandaSeorang perawat bersama dengan dokter berparas cantik datang ke ruang perawatan Mahesa, "Selamat siang Ibu Miranda, berikut hasil lab sudah keluar dan dokter Gina akan menjelaskannya, beliau adalah dokter spesialis penyakit dalam yang menangani Mahesa" Ucap perawat menjelaskan dengan ramah. Aku hanya mampu membalas tersenyum karena pikiranku tidak sabar mendengar mengenai hasil lab anaku."Berdasarkan hasil lab trombosit Mahesa sangat rendah, analisa saya Ananda Mahesa positif DBD Bu, panasnya juga tadi sangat tinggi ya sebelum diberikan obat penurun demam" Ucap wanita yang disebut dokter Gina itu"Iya Dok, tadi sempat 40 derajat celsius saat baru datang" sahut perawat yang datang bersama dokter Gina."Apakah berbahaya dok?" Tanyaku penasaran"Jadi Ibu tenang saja, kami akan pantau terus kondisi passien terutama trombositnya, setiap lima jam kami akan ambil sample darahnya untuk mengetahui level trombositnya karena kalau sampai turun drastis akan berbahaya, beruntung Ibu m
Pov Miranda,Malam semakin larut, aku tidur di kursi yang terletak disamping ranjang Mahesa. Perawat baru selesai mengganti cairan infus dengan yang baru karena habis. Mahesa memang lebih banyak tidur dari tadi, mungkin karena pengaruh obat-obatan yang dimasukan kedalam cairan infus.Ku tinggalkan sejenak anaku untuk pergi ke toilet sekedar mencuci muka dan melaksanakan sholat. Rasa lapar yang tadi sempat datang sudah pergi karena terlalu lama ditahan. Suamiku belum datang juga, pesan yang ku kirim juga tak dibalas bahkan masih belum dia baca. Aku sudah putus asa mengharapkan kedatangan suamiku, akhirnya ku putuskan untuk menghubungi Tommy temanku. "Malam Tom sudah tidurkah?" Tanyaku melalui pesan whatsapp, waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam aku khawatir Tommy sudah tidur, tapi aku butuh bantuan seseorang untuk menggantikanku sejenak menjada Mahesa.Tanpa kuduga Tommy langsung menelponku. "Halo Mir, ada apa?""Tom, kamu apakah sedang sibuk atau.." Aku bertanya ragu khawatir me
Pov Miranda Aku dan Tommy menikmati nasi bebek yang dibawakan Tommy, benar yang dia bilang ini adalah nasi bebek favoritku, aku sering membelinya dulu sebelum aku menikah dengan Mas Raja. "Tom, makasih yah enak banget nasi bebeknya!" Ucapku tulus"Yo'i Mir, aku juga udah lama nih gak makan nasi bebek" Tommy menjawab dengan mimik ceria. "Kamu udah sukses masih aja doyan makanan kaki lima Tom!" Ucapku meledek"Hahaha, aku belum sukses Mir, cuma banyak uang aja sekarang, tapi masalah selera sih masih sama gak ada yang berubah!" "Emang uang bukan ukuran suksesmu Tom?""Bukan hanya uang lebih tepatnya Mir, tapi banyak hal lain yang aku belum bisa gapai" Tommy memang masih seperti dulu, bergaya santai, easy going dan selalu ceria. Dia adalah salah satu sahabatku yang paling selow masalah karir, tapi justru yang paling beruntung karena sekarang telah sukses dengan chanel youtubnya. "Hm,, aku tahu apa yang belum bisa kamu gapai Tom!""Apa coba?""Cinta kan?" "Hahaha bener Mir, itu dia"
Mahesa terus mengigau memanggil ku dan Papa nya, sementara aku terus memegang tangan Mahesa agar dia tahu bahwa aku disampingnya. "Sayang Mama disini, Mahesa sabar dulu nanti dokter datang obati Mahesa ya!" Ucapku sambil mengusap lembut kepalanyaSebenarnya kedatangan Tommy dirumah sakit yang sangat membantu membuatku tak lagi membutuhkan Mas Raja. Tommy sangat sigap dan mengerti apa yang harus dilakukan dalam kondisi seperti ini tapi Mahesa yang terus mengigau membuatku sedih dan ingin Mas Raja datang kemari semata hanya untuk Mahesa.Tommy datang bersama seorang dokter dan perawat yang membawa dokumen ditanganya. Dokter langsung memeriksa kondisi Mahesa, aku melihatnya dengan cemas berharap tidak ada sesuatu yang membahayakan anaku.Kali ini bukan dokter Gina tapi dokter Ilham yang sedang berjaga. Tentu saja dokter Gina hanya ada di jam-jam tertentu, karena beliau adalah spesialis. Karena kondisi masih sangat pagi Mahesa ditangani oleh dokter yang sedang berjaga malam.Sang dokter l
Aku dan Tommy terus menemani Mahesa hingga ia tenang dan tak mengigau lagi, panasnya juga berangsur turun."Mama, Mahesa haus" Ucap anaku, aku segera memberinya air mineral menggunakan sedotan. Mahesa meminumnya sedikit lalu berkata "Sudah Ma" dengan sangat lemah. Aku pun menutup botol air mineral itu dan meletakanya kembali di nakas."Mir aku mau sholat subuh di masjid rumah sakit, sekalian bersih-bersih badan yah!" Ucap Tommy setelah memastikan keadaan Mahesa tenang. Ia mengambil alat sholat dan pakaian bersih dari dalam tas besar yang ia bawa.Tommy benar-benar mempersiapkan semua yang dibutuhkan dengan baik, semua kebutuhanku, kebutuhan Mahesa dan kebutuhan dia sendiri tersedia dalam tas itu. Aku tak heran karena hobinya memang naik gunung dan traveling, tentu sudah paham apa saja yang dibutuhkan saat harus bepergian meninggalkan rumah."Mama, Papa mana?" Tanya Mahesa dengan lugu, aku tahu dia pasti akan mencari ayahnya"Papa masih kerja sayang, nanti kalau sudah gak sibuk pasti P
Saat ini jam sepuluh pagi, aku hanya berdua dengan Mahesa sementara Tommy sedang pamit untuk pulang kerumah setelah selesai sarapan tadi. Ia membawa pakaian kotor untuk di laundry dan berjanji untuk datang membawakan pakaian bersih untuk kami."Miranda, bagaimana kondisi Mahesa?" Aku tersentak dengan suara Mas Raja yang tiba-tiba datang. Tentu saja Mahesa sudah dalam kondisi lebih baik dari sebelumnya. Hasil check darah kemarin trombositnya sudah mulai ada kenaikan walaupun sedikit, tapi menurut dokter masa kritisnya sudah lewat."Sudah mulai membaik" Jawabku singkat. Aku masih kecewa karena Mas Raja tidak ada di saat-saat darurat saat aku begitu membutuhkanya. Mas Raja mendekati Mahesa yang sedang tidur, kondisi Mahesa yang sakit memang membuatnya lebih banyak tertidur dan dokter juga menyarankan agar Mahesa lebih banyak istirahat"Nak, bagaimana keadaanmu sayang?" Ucap Mas Raja mencoba bicara pada Mahesa yang kulihat pulas setelah tadi ku berikan jus jambu merah lalu meminum obat."
"Aku harus melapor ke polisi!" Ucap Rajasa serius"Untuk apa, Mas?" Tanya Miranda khawatir melihat reaksi suaminya setelah mengetahui bahwa Tommy yang menculik Mahesa."Tentu saja untuk memberikan dia hukuman!" Rajasa menjawab dengan amarah yang membara di hatinya."Aku rasa tidak perlu, bukankah Mahesa bilang, Tommy memperlakukanya dengan baik? Bahkan Mahesa juga sampai merindukanya" Miranda mencoba menjelaskan dengan hati-hati, ia hanya tidak ingin memperpanjang masalah dengan melaporkan pada polisi. Namun Miranda juga khawatir jika Rajasa salah paham dengan sikapnya."Dia sudah membahayakan Mahesa, Mir? Kamu mau diamkan dia begitu saja?" Benar saja, Rajasa tak terima dengan sikap istrinya."Tidak Mas, aku kenal Tommy dengan baik" Miranda merasa yakin, ada alasan yang masuk akal mengapa Tommy sampai tega menculik Mahesa."Kamu kenal dia dengan baik? Lalu bagaimana dengan aku Mir? Apakah kamu juga mengenalku dengan baik? Aku suamimu dan dia orang lain, kamu sedang membela laki-laki l
Kondisi Mahesa semakin hari semakin membaik. Miranda dengan telaten menunggui putranya, ia sangat siaga jika Mahesa membutuhkan sesuatu. Begitu juga dengan Rajasa, ia pun rela meninggalkan pekerjaanya di perusahaan untuk sementara demi menemani Miranda dan Mahesa di rumah sakit.Hingga saat ini, belum diketahui siapa yang telah menculik Mahesa. Miranda dan Rajasa pun masih enggan menanyakan langsung pada putranya yang baru sembuh dari sakit dengan alasan khawatir akan memunculkan trauma. Mereka lebih berfokus pada kesembuhan Mahesa dari pada harus mengusut penculik tersebut untuk saat ini.HP Rajasa bergetar, ternyata Bu Merry yang menelpon. Rajasa pun segera mengangkat telpon dari mamahnya."Halo, Mah" Ucap Rajasa menjawab panggilan dari Bu Merry"Rajasa, bagaimana keadaan Mahesa? Apakah sudah bisa di bawa ke Jakarta? Mamah sudah kangen" Ucap Bu Merry"Sudah mulai membaik Mah, tapi untuk saat ini biarkan dulu kondisi Mahesa stabil baru kita bawa pulang. Begitu saran dokter" Rajasa me
"Mahesa, itu Mahesa kita Mas!" Pekik Miranda saat melihat Mahesa di ruang ICU rumah sakit.Miranda tak dapat menahan air matanya, perempuan muda itu menangis di pelukan Rajasa. Perasaan Miranda dan Rajasa campur aduk saat ini, mereka senang karena bisa kembali melihat putranya namun juga sedih karena kondisi Mahesa saat ini. Di sisi lain, mereka penasaran bagaimana Mahesa bisa sampai di rumah sakit ini. Namun juga bersyukur karena ada yang menolong putranya."Apakah Bapak dan Ibu adalah orang tua pasien?" Ucap seorang dokter yang tiba-tiba mendekati Miranda dan Rajasa. Miranda langsung menghapus air matanya demi melihat dokter tersebut."Ya, benar! Kami orang tuanya, kami juga membawa semua dokumen yang dibutuhkan sebagai bukti bahwa kami adalah orang tua kandungnya" Ucap Rajasa mantap."Baiklah, ikut saya!" Ucap dokter tersebut tanpa basa-basi. Dokter laki-laki yang terlihat seumuran dengan Rajasa tersebut berjalan menuju sebuah ruangan, diikuti oleh Miranda dan Rajasa.Miranda dan R
"Mas, ada telpon dari rumah sakit" Ucap Miranda menyampaikan pada suaminya dengan penuh harap."Apa ada kabar baik, Mir?" Rajasa pun tak kalah berharap mendapatkan kabar baik"Ya, ada pasien anak tanpa orang tua dan tanpa identitas yang baru saja dirujuk ke rumah sakit tersebut, mungkin saja itu Mahesa, Mas!" Ucap Miranda bersemangat"Ayo kita ke sana sekarang juga, Mir!" Ajak Rajasa, Miranda pun setuju.Mereka tidak mau membuang waktu lagi untuk segera menemukan putra semata wayangnya. Miranda pun segera bersiap dengan membawa berbagai macam perlengkapan, mulai dari alat mandi dan bantu ganti, mengingat daerah yang akan di tuju cukup jauh dari kediaman mereka."Perjalanan kita cukup jauh Mas, apakah tidak apa-apa jika menggunakan mobil? Aku khawatir Mas akan kecapean di jalan" Ucap Miranda pada suaminya."Tak apa sayang, kita akan lebih fleksibel jika menggunakan kendaraan pribadi" Jawab Rajasa sambil menaikan koper ke dalam bagasi.Tak menunggu lama, mereka kemudian segera berjalan
"Om, Mahesa pusing, mau bobo" Ucap Mahesa pada pria yang ada di dekatnya. Pria itu kemudian membopong Mahesa ke dalam kamar dan menidurkanya. Ia menyadari bahwa suhu tubuh anak kecil itu terasa sangat panas, tidak seperti biasanya. "Gawat, anak ini demam" Ucap pria tersebut."Mahe, om keluar sebentar membeli obat dan makanan, Mahe bobo dulu ya!" Ucap pria tersebut."Om, kapan Mahe pulang? Mahe kangen Mamah om" Ucap Mahesa menyampaikan kerinduanya pada Miranda."Hm,, sabar yah! Nanti kalau sudah waktunya Mahesa bisa bertemu Mamah!" Pria itu beralasan. Mahesa mengangguk pelan, Anak kecil itu terlihat sangat lemah dan lelah. Ia kemudian memejamkan matanya dan tertidur sambil merasakan rasa lelah di tubuhnya. Tak menunggu lama, pria penculik itu kemudian pergi meninggalkan Mahesa. Ia membeli obat penurun panas untuk anak dan sebungkus bubur ayam. Setelah keduanya didapatkan, pria itu segera kembali ke rumah di mana Mahesa berada."Mahesa, Om datang! Mahesa makan dulu terus minum obat y
Di perjalanan pulang dari kantor polisi, di dalam mobil"Dari mana kamu tahu bahwa bukan Devka yang menculik Mahesa, sayang?" Tanya Rajasa penasaran."Aku tahu dari bagaimana cara dia menyampaikanya dan mimik mukanya. Dari feelingku, Devka memang bukan pelakunya!" Ucap Miranda yakin.Rajasa mengangguk mendengar jawaban istrinya. Dia mempercayai istrinya, toh Miranda adalah calon psikolog, mungkin dia mempelajari bagaimana bahasa tubuh Devka ketika berbicara sehingga membuat Miranda mengambil kesimpulan demikian."Apa rencana Mas Raja untuk Devka dan Alexa?" Tanya Miranda penasaran."Biarkan pengacaraku yang mengurus, saat ini aku ingin fokus mencaari Mahesa dan memastikan anak kita selamat" Ucap Rajasa sambil mengelus kepala Miranda. Miranda mengangguk, ia setuju dengan suaminya. Menurutnya keselamatan Devka adalah hal yang terpenting saat ini.***Sudah lima hari Mahesa menghilang tanpa berita, Miranda tak berhenti menangisi anaknya. Miranda bahkan sampai mengambil cuti dari pekerjaa
"Halo Mas, maafkan Hp aku kehabisan baterai" Ucap Miranda melalui panggilan telepon kepada suaminya, Rajasa."Syukurlah kamu baik-baik saja sayang, Mas sangat mengkhawatirkanmu. Bagaimana dengan Mahesa? Apakah sudah ada info labih lanjut?" Tanya Rajasa pada istrinya."Belum, Mas. Aku sudah meminta bantuan pihak daycare untuk mengecek cctv untuk mengenali siapa orang yang membawa Mahesa. Tapi anehnya cctvnya mati pada saat kejadian" Miranda menjelaskan pada suaminya"Benar-benar sudah direncanakan dengan rapi rupanya!" Gumam Rajasa mendengar penjelasan istrinya."Sayang, Mas sedang dalam perjalanan ke Bandung. Mas sudah tahu siapa yang menculik Mahesa, sekarang Mas justru mengkhawatirkanmu sayang. Carilah tempat yang aman, jangan sendirian!" Ucap Rajasa."Siapa pelakunya, Mas?" Miranda sangat penasaran."Nanti Mas ceritakan semuanya, pesan Mas kamu jangan sendirian. Jaga keselamatan dirimu baik-baik sampai Mas datang sebentar lagi" Ucap Rajasa serius."Baik, Mas" Miranda menuruti apa y
"Halo Miranda? Tumben malam-malam begini telepon, ada apa sayang?" Jawab Rajasa menerima panggilan telepon dari istrinya yang saat ini berada di Bandung."Mas, Mahesa Mas! Mahesa tidak ada di daycare!" Suara Miranda terdengar panik"Maksud kamu tidak ada di daycare gimana Mir? bicara pelan-pelan!" Rajasa ikut panik mendengar kabar dari istrinya."Tadi sepulang mengajar aku kuliah dulu seperti biasa, tapi saat aku hendak menjemputnya pulang selepas kuliah, Mahesa tidak ada di daycare. Katanya sudah dijemput oleh om nya. Pengasuh daycare mengijinkan Mahesa pulang karena menurutnya Mahesa mengenali orang tersebut sebagai omnya!" Miranda mencoba menjelaskan. Saat ini hatinya sudah kalut karena kehilangan anaknya, ia sangat mengkhawatirkan keselamatan Mahesa saat ini."Bagaimana mungkin Mir? Apakah tidak ada petunjuk atau ciri-ciri orang yang membawa Mahesa?" Tanya Rajasa."Dia laki-laki, tinggi sekitar 170 cm dan terlihat sangat akrab dengan Mahesa, begitu info yang diberikan oleh pengasu
Rajasa meremas foto-foto yang barusan ia lihat pagi ini. Emosi Rajasa naik ke ubun-ubun hingga seolah darahnya mendidih melihat potongan-potongan adegan erotis antara Devka dan Alexa. Bukan karena cemburu, melainkan Rajasa merasa dikhianati oleh orang yang sangat dia percayai di kantornya, Devka.Rajasa bahkan tidak menganggap Devka sebagai karyawan, melainkan sebagai keluarganya sendiri. Rajasa tak habis pikir mengapa Devka tega melakukan hal ini, dari sekian banyak perempuan jalang, mengapa harus mantan istrinya yang ia tiduri. "Aargh brengsek kau Devka!" Teriak Rajasa meluapkan amarah pada dirinya sendiri.Entah siapa yang mengirimkan foto-foto adegan tak senonoh antara Devka dan mantan istrinya Alexa ke meja kerja Rajasa, yang jelas hal ini sukses mengaduk-aduk emosi Rajasa hingga ia tak memiliki fokus yang baik untuk bekerja pagi ini. "Apalagi ini Tuhan!" Ucap Rajasa sambil mengacak rambutnya hingga terlihat berantakan. Ia merasa tak mampu lagi menanggung beban. Setelah kematian