Share

Bab 28. Merubah Nasib

Penulis: L.A. Zahra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-20 16:00:22

“Hana, Ibu titip Kiano dulu, ya! Kalian duduk di sini saja!” Mira menunjuk kursi yang berada di sudut ruang tunggu.

“Iya, Bu. Emang ibu mau ke mana?” Hana menatap ibunya dengan tatapan heran.

“Ibu ada perlu sebentar. Hana jangan ke mana-mana, ya!” pinta Mira seraya mengusap lembut rambut kedua anaknya.

“Iya, Bu.” Hana mengangguk pelan.

Mira segera beranjak, lalu berjalan seraya menatap Damar yang kala itu membelakanginya.

Karena ingin tahu apa yang sedang Damar lakukan, Mira lantas duduk tepat di kursi belakang pria itu.

“Mas, kapan mau menceraikannya?”

“Kamu yang sabar, Mas nggak mungkin secepat itu menceraikannya. Semua harta yang kami miliki sebagian besar itu miliknya.”

“Terus gimana nasib anak kita? Dokter bilang sebentar lagi melahirkan. Sekarang saja lagi mau nentuin tanggal operasi Cesar, Mas.”

“Ya sementara kita begini saja. Aku pasti bakal sering nengokin kamu, kok.”

Seolah keberuntungan sedang berpihak pada Mira. Obrolan rahasia itu malah bisa didengar olehnya. Tentu hal te
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 29. Selamat Tinggal

    Setelah selesai dengan urusan di klinik, Mira segera mencari tempat tinggal sementara yang tidak jauh dari klinik. Berhari-hari Mira terus bolak-balik kosan dan klinik demi bisa mengawasi buah hatinya.Tak terasa seminggu berlalu, di saat keuangan Mira semakin menipis saat itu pula kondisi Arka perlahan membaik dan sudah diperbolehkan pulang.“Ibu, nanti makan Arka tolong lebih diawasi lagi, ya!” pesan dokter yang menangani Arka.“Baik, Dok. Terima kasih atas bantuannya selama ini.” Mira menjabat tangan dokter tersebut dengan penuh rasa terima kasih.Dokter tersebut memeluk Mira, lalu berbisik, “terima kasih karena sudah menjadi ibu yang hebat. Saya juga seorang ibu, dan merasa salut dengan perjuangan Mbak Mira.”Mata Mira berkaca-kaca, ia merasa tersentuh mendengar ucapan sang dokter. Karena sering bertemu membuat mereka menjadi dekat, hanya saja kini sudah saatnya harus berpisah.Mira sudah menyiapkan barang bawaan sehingga saa

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 30. Tatapan Para Karyawan Terhadap Mira

    Rani seakan tak ada harga diri di sana. Susi memang terlihat mendominasi karena merasa dirinya mendapat kepercayaan.“Jangan halangi aku! Aku hanya ingin bertemu kakakku! Siapa kamu bisa ikut campur urusan keluargaku?” Rani mendorong Susi agar tak menghalangi jalannya. “Ayo Mbak Mira,” ajaknya seraya menarik tangan Mira.Wajah sinis Susi tampak begitu menjengkelkan, hanya seorang karyawan tapi gayanya jauh melebihi sang pemilik. Rani yang merupakan adik dari atasannya saja tampak tak ada harga diri hanya karena dirinya yang lebih sering mengurus keseluruhan catering.“Cih, hanya status adik saja gayamu sudah seperti bos,” gerutu Susi, seolah tak sadar jika dirinya jauh lebih berlagak.Rani yang sejak awal tidak menyukai Susi kini naik status menjadi benci. Ia sudah tidak peduli lagi jika karyawan kakaknya itu terus mengoceh yang terpenting dirinya dan Mira bisa masuk ke rumah.“Dasar menyebalkan dia sendiri yang berlagak seperti bos,” oce

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 31. Jangan Tebar Pesona

    Seperti apa yang Mira duga, para perempuan memang jelas memperlihatkan ketidaksukaannya.“Rani, jadi dia karyawan baru itu?” tanya seorang wanita.“Iya, nanti Mbak Mira ini yang jadi salah satu juru masak di sini.”“Loh, kok langsung jadi juru masak? Giliran kita malah harus lewat banyak proses,” protes salah seorang karyawan.“Sudah, Ran. Aku di mana aja nggak masalah,” bisik Mira yang malas menimbulkan percikan dan membuat permusuhan.Rani tampaknya mengerti akan ketidaknyamanan Mira. Sehingga, meski ia ingin Mira yang memegang bagian masak tetap saja demi lingkungan yang damai mau tak mau Mira harus melalui bagian lain terlebih dahulu.“Memang bagian apa yang kosong sekarang?”Para wanita itu saling pandang, lalu menunjukan senyum penuh akal bulus.“Ya bagian cuci piring lah! Memang bagian apa lagi yang selalu kosong?!” jawab mereka serentak, lalu setelahnya tertawa seolah itu adalah hal lucu.Mira menghela napas panjang, sejak awal sudah menduga jika semua tidak akan berjalan deng

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 32. Sikap Aneh Sang Bos

    Di klinik, Mira yang semula tak sadarkan diri itu akhirnya membuka mata. Ia tampak kebingungan saat pertama kali melihat Andi, yang ternyata terus berada di samping, menemani bersama dengan Rani.“Di mana ini?” ucap Mira, lirih.“Tadi Mbak pingsan. Makanya langsung kita bawa ke sini,” jawab Rani yang buru-buru beranjak dari tempat duduk. “Mbak kenapa nggak bilang kalau belum makan?” Mira tersenyum getir, merasa malu dengan pertanyaan Rani. Bukan ia tak mau makan, hanya saja uang yang tersisa hanya cukup untuk makan anak-anak.“Mbak lupa,” jawab Mira, lesu.“Mau nasi padang?” tanya Andi tiba-tiba.“Orang baru siuman langsung ditawari nasi padang. Ada juga beliin bubur dulu biar perutnya nggak kaget,” timpal Rani seraya mendelik ke arah Andi.Andi tersenyum, lalu berkata, “siapa tau Mira lagi nggak selera makan nggak mau makan bubur.”“Udah beli bubur saja!” Rani mendorong tubuh Andi agar pria itu segera membelik

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 33. Ucapan Hana yang Menyakitkan

    Mira benar-benar canggung berada di situasi tersebut. Ia merasa jika mungkin kotak kecil tersebut adalah sesuatu yang penting.“Buat kalian saja. Ibu kan sudah besar, nggak main mainan.” Mira berusaha menolak secara halus.“Ini bukan mainan, Bu. Ini tuh coklat kasih sayang. Tante bilang sayang sama kita, jadi Tante kasih kita masing-masing dua coklat. Yang satu sudah dimakan jadi yang satu ini buat ibu.” Arka menjelaskan dengan antusias.Mira merasa semakin tak nyaman setelah mendengar penjelasan Arka. Sepertinya Mega tak suka jika coklat kasih sayang itu malah diberikan pada Mira.Kini, Mira berada di posisi serba salah. Ia tak ingin mengecewakan ketiga anaknya tapi juga tak mau membuat kesal Mega.“Ya, sudah. Kalian pegang dulu saja, ibu nggak bisa bawa sekarang karena mau lanjut kerja lagi.” Mira membelai lembut rambut ketiga anaknya.Ia buru-buru beranjak agar bisa melanjutkan pekerjaan, mengingat wajah Mega yang terlihat sem

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 1. Daging Keong

    “Kenapa wajahmu pucat begitu, Mira?” tanya Raka sambil menenteng sekantong plastik kecil berisi beras yang baru ia beli setelah bekerja seharian.“Asam lambungku kumat, Mas,” jawab Mira, lirih. Wanita itu berbaring di kasur lusuh sambil memegangi perutnya. Di samping ada ketiga anak yang sedang terlelap karena hari sudah malam.Raka yang panik lantas bergegas ke dapur buru-buru menanak nasi di atas tungku yang baru saja dinyalakan. Tak sampai disitu, karena uang hasil kasbon pada bos hanya cukup membeli beras, ia pun berinisiatif untuk memetik bayam liar di dekat kali yang tidak jauh dari gubuknya.Lelah setelah bekerja seharian tak membuat Raka mengeluh. Dalam pikirannya hanya membayangkan bagaimana caranya agar Mira bisa segera mengisi perutnya. Ia yakin jika sang istri telah menahan lapar sejak pagi demi mementingkan perut buah hati mereka.“Mira, maafin Mas yang belum pernah bisa membahagiakan kalian. Kamu malah harus terus menahan lapar demi anak-anak,” gumam Raka sambil menggese

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 2. Karena Kemiskinan

    Raka yang saat itu sedang berada di luar kamar mandi, menunggu giliran seketika menegur sang anak yang terlihat berpura-pura.“Tapi air ini dingin ayah. Memang Ayah tega liat Arka kedinginan?”“Ya sudah. Ayah bakal menjaga rahasia Arka. Tapi kedepannya jangan bohong lagi ya! Dengarkan kata ibu. Arka anak ayah paling besar, nanti Arka yang jagain ibu dan adik-adik.”Arka menghela napas. Ia sudah begitu sering mendengar nasihat sang ayah hingga membuatnya sedikit bosanSetelah selesai di kamar mandi. Arka buru-buru kembali ke dalam rumah. Saat itu makanan sudah terhidang rapi di atas meja lusuh bekas tetangga yang tak terpakai.Saat itu sudah ada Hana dan Kiano dengan wajah masih mengantuk. Sudah menjadi tradisi keluarga kecil itu untuk sarapan bersama. Prinsip mereka, walau lauk tidak seberapa, setidaknya kebersamaan akan membuat makanan terasa jauh lebih nikmat.“Yee, makan daging,” teriak Hana sambil melompat bersemangat.Melihat anaknya begitu bahagia, Mira malah bersedih. Ia merasa

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 3. Uang Dari Mana?

    ‘Arka, Hana dan Kiano adalah anak yang baik, tapi nasib mereka yang tidak baik terlahir dari rahim seorang perempuan miskin sepertiku,’ batin Mira dengan mata berkaca-kaca.Mira sudah tak kuasa menahan pilu yang seakan tak henti menerpa hidupnya. Ia menghentikan langkahnya, lalu berjongkok memeluk ketiga anaknya itu.“Maafin Ibu yang belum bisa membahagiakan kalian.”Hana dan Arka saling pandang.“Ibu nggak salah, Arka sayang Ibu.”“Hana juga sayang Ibu.”“Eno uda tayang, mbu,” ucap Kiano tiba-tiba.Mendengar ucapan Kiano membuat Mira dan kedua anaknya itu seketika terkejut. Itu adalah kata yang pertama keluar dari mulut bocah kecil itu setelah sekian lama seolah enggan berbicara.Meski awalnya hati terasa pilu, sikap sederhana dari Kiano benar-benar membuat mereka merasa bahagia dan seakan lupa dengan apa yang terjadi sebelumnya.Beberapa jam berlalu, saat Mira masih bekerja sebagai buruh cuci tiba-tiba Raka datang sambil berteriak memanggilnya.“Mira, Mas ada kabar baik. Ayo kita pu

Bab terbaru

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 33. Ucapan Hana yang Menyakitkan

    Mira benar-benar canggung berada di situasi tersebut. Ia merasa jika mungkin kotak kecil tersebut adalah sesuatu yang penting.“Buat kalian saja. Ibu kan sudah besar, nggak main mainan.” Mira berusaha menolak secara halus.“Ini bukan mainan, Bu. Ini tuh coklat kasih sayang. Tante bilang sayang sama kita, jadi Tante kasih kita masing-masing dua coklat. Yang satu sudah dimakan jadi yang satu ini buat ibu.” Arka menjelaskan dengan antusias.Mira merasa semakin tak nyaman setelah mendengar penjelasan Arka. Sepertinya Mega tak suka jika coklat kasih sayang itu malah diberikan pada Mira.Kini, Mira berada di posisi serba salah. Ia tak ingin mengecewakan ketiga anaknya tapi juga tak mau membuat kesal Mega.“Ya, sudah. Kalian pegang dulu saja, ibu nggak bisa bawa sekarang karena mau lanjut kerja lagi.” Mira membelai lembut rambut ketiga anaknya.Ia buru-buru beranjak agar bisa melanjutkan pekerjaan, mengingat wajah Mega yang terlihat sem

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 32. Sikap Aneh Sang Bos

    Di klinik, Mira yang semula tak sadarkan diri itu akhirnya membuka mata. Ia tampak kebingungan saat pertama kali melihat Andi, yang ternyata terus berada di samping, menemani bersama dengan Rani.“Di mana ini?” ucap Mira, lirih.“Tadi Mbak pingsan. Makanya langsung kita bawa ke sini,” jawab Rani yang buru-buru beranjak dari tempat duduk. “Mbak kenapa nggak bilang kalau belum makan?” Mira tersenyum getir, merasa malu dengan pertanyaan Rani. Bukan ia tak mau makan, hanya saja uang yang tersisa hanya cukup untuk makan anak-anak.“Mbak lupa,” jawab Mira, lesu.“Mau nasi padang?” tanya Andi tiba-tiba.“Orang baru siuman langsung ditawari nasi padang. Ada juga beliin bubur dulu biar perutnya nggak kaget,” timpal Rani seraya mendelik ke arah Andi.Andi tersenyum, lalu berkata, “siapa tau Mira lagi nggak selera makan nggak mau makan bubur.”“Udah beli bubur saja!” Rani mendorong tubuh Andi agar pria itu segera membelik

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 31. Jangan Tebar Pesona

    Seperti apa yang Mira duga, para perempuan memang jelas memperlihatkan ketidaksukaannya.“Rani, jadi dia karyawan baru itu?” tanya seorang wanita.“Iya, nanti Mbak Mira ini yang jadi salah satu juru masak di sini.”“Loh, kok langsung jadi juru masak? Giliran kita malah harus lewat banyak proses,” protes salah seorang karyawan.“Sudah, Ran. Aku di mana aja nggak masalah,” bisik Mira yang malas menimbulkan percikan dan membuat permusuhan.Rani tampaknya mengerti akan ketidaknyamanan Mira. Sehingga, meski ia ingin Mira yang memegang bagian masak tetap saja demi lingkungan yang damai mau tak mau Mira harus melalui bagian lain terlebih dahulu.“Memang bagian apa yang kosong sekarang?”Para wanita itu saling pandang, lalu menunjukan senyum penuh akal bulus.“Ya bagian cuci piring lah! Memang bagian apa lagi yang selalu kosong?!” jawab mereka serentak, lalu setelahnya tertawa seolah itu adalah hal lucu.Mira menghela napas panjang, sejak awal sudah menduga jika semua tidak akan berjalan deng

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 30. Tatapan Para Karyawan Terhadap Mira

    Rani seakan tak ada harga diri di sana. Susi memang terlihat mendominasi karena merasa dirinya mendapat kepercayaan.“Jangan halangi aku! Aku hanya ingin bertemu kakakku! Siapa kamu bisa ikut campur urusan keluargaku?” Rani mendorong Susi agar tak menghalangi jalannya. “Ayo Mbak Mira,” ajaknya seraya menarik tangan Mira.Wajah sinis Susi tampak begitu menjengkelkan, hanya seorang karyawan tapi gayanya jauh melebihi sang pemilik. Rani yang merupakan adik dari atasannya saja tampak tak ada harga diri hanya karena dirinya yang lebih sering mengurus keseluruhan catering.“Cih, hanya status adik saja gayamu sudah seperti bos,” gerutu Susi, seolah tak sadar jika dirinya jauh lebih berlagak.Rani yang sejak awal tidak menyukai Susi kini naik status menjadi benci. Ia sudah tidak peduli lagi jika karyawan kakaknya itu terus mengoceh yang terpenting dirinya dan Mira bisa masuk ke rumah.“Dasar menyebalkan dia sendiri yang berlagak seperti bos,” oce

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 29. Selamat Tinggal

    Setelah selesai dengan urusan di klinik, Mira segera mencari tempat tinggal sementara yang tidak jauh dari klinik. Berhari-hari Mira terus bolak-balik kosan dan klinik demi bisa mengawasi buah hatinya.Tak terasa seminggu berlalu, di saat keuangan Mira semakin menipis saat itu pula kondisi Arka perlahan membaik dan sudah diperbolehkan pulang.“Ibu, nanti makan Arka tolong lebih diawasi lagi, ya!” pesan dokter yang menangani Arka.“Baik, Dok. Terima kasih atas bantuannya selama ini.” Mira menjabat tangan dokter tersebut dengan penuh rasa terima kasih.Dokter tersebut memeluk Mira, lalu berbisik, “terima kasih karena sudah menjadi ibu yang hebat. Saya juga seorang ibu, dan merasa salut dengan perjuangan Mbak Mira.”Mata Mira berkaca-kaca, ia merasa tersentuh mendengar ucapan sang dokter. Karena sering bertemu membuat mereka menjadi dekat, hanya saja kini sudah saatnya harus berpisah.Mira sudah menyiapkan barang bawaan sehingga saa

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 28. Merubah Nasib

    “Hana, Ibu titip Kiano dulu, ya! Kalian duduk di sini saja!” Mira menunjuk kursi yang berada di sudut ruang tunggu.“Iya, Bu. Emang ibu mau ke mana?” Hana menatap ibunya dengan tatapan heran.“Ibu ada perlu sebentar. Hana jangan ke mana-mana, ya!” pinta Mira seraya mengusap lembut rambut kedua anaknya.“Iya, Bu.” Hana mengangguk pelan.Mira segera beranjak, lalu berjalan seraya menatap Damar yang kala itu membelakanginya.Karena ingin tahu apa yang sedang Damar lakukan, Mira lantas duduk tepat di kursi belakang pria itu.“Mas, kapan mau menceraikannya?”“Kamu yang sabar, Mas nggak mungkin secepat itu menceraikannya. Semua harta yang kami miliki sebagian besar itu miliknya.”“Terus gimana nasib anak kita? Dokter bilang sebentar lagi melahirkan. Sekarang saja lagi mau nentuin tanggal operasi Cesar, Mas.”“Ya sementara kita begini saja. Aku pasti bakal sering nengokin kamu, kok.”Seolah keberuntungan sedang berpihak pada Mira. Obrolan rahasia itu malah bisa didengar olehnya. Tentu hal te

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 27. Pamit Pergi

    Tangan Mira seketika gemetaran. Ia merasa jika sudah tidak mungkin lagi tinggal di bekas kandang kambing tersebut dengan keadaan seperti itu.“Padahal aku tidak pernah mengusik siapa pun, tapi kenapa malah ada orang yang berusaha menyakiti keluarga kecilku,” gumam Mira yang kala itu perasaannya bercampur antara sedih dan emosi.Tak terasa kini mereka telah sampai di rumah Mira.“Mbak, Alhamdulillah dagangan sudah habis. Tadi sengaja saya panggil temen-temen biar cepet abis dan Mbak Mira bisa cepet urusin Arka.”Mata Mira berkaca-kaca, kali ini meski beberapa orang ada yang berusaha menyakiti, tetapi beberapa lainnya malah memberi bantuan tanpa pamrih.“Makasih, Bu. Maaf saya malah jadi ngerepotin.” Mira memeluk wanita paruh baya yang sering sekali membantunya itu.“Saya nggak ngerasa direpotin, kok.” Wanita paruh baya itu menepuk-nepuk pundak Mira.Saat itu dari arah rumah keluar Hana dan Kiano sambil berlari menghampiri

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 26. Ada Orang Lain Malam Itu

    Sosok itu mengingatkan Mira akan kenangan buruk yang menimpa. Kebencian membuat dadanya terasa sesak, bahkan hingga kesulitan bernapas.‘Ma-mas Damar? Jadi selama ini dia pelakunya.’Mira segera bergeser, menjauh dari jendela, lalu berjongkok sambil membekap mulutnya. Ia ketakutan setengah mati, khawatir jika Damar sampai berbuat macam-macam, mengingat rumahnya begitu mudah dihancurkan hanya dengan sekali dobrak.“Ya Allah, beri hambamu ini perlindungan. Jauhkan kami dari orang-orang yang berniat buruk,” gumam Mira dengan tangan gemetaran.Mira sadar betul jika sampai Damar berbuat nekat maka ia tak bisa berbuat apa-apa. Selain tak memiliki kekuatan juga keadaan rumah yang jauh dari pemukiman warga seakan menambah rasa takut.Mira terus berdoa di tengah rasa takutnya. Ia sudah tak bisa berharap pada manusia, rasanya hanya pertolongan tuhan saja yang menjadi harapan satu-satunya.Di tengah rasa takutnya, sekilas samar Mira mendeng

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 25. Pengintip Itu Kembali Lagi

    Mira tak pernah menduga, seorang wanita yang dulu sering membantunya kini malah berdiri menyudutkan dirinya dengan tatapan kebencian.“Mbak Dian?” Mata Mira nanar menatap wanita yang selama ini ia segani.“Dia pernah menggoda suamiku bahkan hampir melakukan hal yang kotor!” teriak Dian.Air mata tak terasa menetes membasahi pipi. Mira sampai dibuat kesulitan berkata-kata setelah mendengar pengakuan Dian.“Tuh kan, kalian dengar sendiri seperti apa dia?” Wanita menyebalkan itu tersenyum sinis, merasa jika dirinya telah memenangkan situasi tersebut.“Heh, kalian bukan warga sini. Jangan fitnah orang, deh! Lebih baik kalian pergi saja! Kamu nggak percaya Mbak Mira seperti itu. Sudah banyak anak muda yang mengantri mengatakan cinta, tapi nggak ada tuh yang dia terima. Masa iya suami kayak gitu saja sampai harus Mbak Mira rebut,” oceh salah seorang pelanggan yang sudah tahu seperti apa Mira karena sehari-hari sering berjumpa.“Hih, dikasih tau malah ngeyel.” Wanita menyebalkan itu memanyun

DMCA.com Protection Status