Beranda / Urban / DUKU (DUDA KUAT) / 9. Rumah Sakit

Share

9. Rumah Sakit

last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-05 11:29:00

Part Serius.

Jan pada ketawa.

****

Napas Satria sudah lebih tenang setelah dipasang oksigen dan juga infus. Matanya terpejam walau tidak lelap dan Bu Mae masih setia menemani anaknya yang terbaring lemah di brangkar rumah sakit.

Kamar perawatan kelas tiga dipilih Bu Mae karena sesuai dengan kelas BPJS yang dibayarkan setiap bulannya. Untungnya tidak terlalu banyak pasien. Hanya ada dua brangkar yang terisi dan salah satunya Satria.

Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Seorang perawat masuk dan membereskan brangkar tepat di samping Satria. Bu Mae terbangun dari tidurnya dan saat ingin berjalan ke kamar mandi, ia melihat seorang petugas tengah menyiapkan brangkar. Memasang seprei dan juga sarung bantal. 

"Mau ada pasien baru ya, Sus?" tanya Bu Mae penasaran.

"Iya, Bu. Pasiennya masih di bawah. Ditangani dokter IGD," terang perawat sambil memasang selimut di ranjang.

"Kalau umurnya panjang berarti di bawa ke sini ya, tapi kalau umurnya pendek dibawanya ke kamar mayat ya?" tanya Bu Mae dengan polosnya. Petugas itu tertawa kecil sambil tersenyum. 

"Nenek-nenek pasiennya, Bu. Semoga aja umurnya panjang. Mari, Bu, saya permisi," ucap petugas itu sambil mengangguk pamit. 

Bu Mae ikut tersenyum, lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Suasana kamar tenang dan senyap karena hanya ada dua pasien dan dua penunggu saja, sehingga Satria bisa beristirahat dengan tenang. 

Setelah dari kamar mandi, Bu Mae meneruskan tidurnya. Ia menaruh kepala di atas kedua tangan yang melipat di atas tempat tidur. Namun baru sebentar ia terlelap, suara gaduh ditangkap oleh telinganya. 

Rasa penasaran membuat Bu Mae mengintip sedikit. Pasien yang di IGD sepertinya sudah naik, batinnya.

"Pak Asep, Bu Salma, Pak Jaya, siapa yang sakit?" tanya Bu Mae terheran, karena tiga orang yang tadi mengantar Satria dan dirinya, kembali lagi ke rumah sakit. 

"Mak Piah, Bu. Tuh, lihat! Napasnya sesek banget, padahal udah dikasih oksigen," kata Bu Salma dengan wajah iba. Bu Mae tersentak, lalu menggeser tirai penutup dan matanya terbelalak lebar.

Mak Piah tengah terengah-engah dengan posisi setengah duduk yang hidungnya terpasang oksigen. 

"Ya Allah, kok bisa, Bu? Kan yang sesek Satria, kenapa Mak Piah ikutan sesek napas?" tanya Bu Mae bingung. 

Pak Asep, Pak Jaya, dan Bu Salma menutup mulutnya menahan tawa. Ketiganya saling pandang dan akhirnya tawa ketiganya lepas juga.

"Kami menemukan Mak Piah dengan bungkus kon*om yang berceceran di dekatnya. Malah di dekat bibirnya nempel satu. Kalau kata Mak Piah, dia mau niup, tapi gak bisa," jawab Bu Salma kemudian tergelak. 

"Hah? Ya ampun, emang Mak Piah mau main sama siapa? Nggak ingat umur sih! Harusnya kalau gak bisa niup pakai mulut, tinggal ambil kompa sepeda di samping rumah saya," ujar Bu Mae sambil menggelengkan kepala. Pak Asep dan yang lainnya saling pandang, lalu ketiganya berlari keluar ruangan untuk tertawa. 

Puas menertawakan Bu Mae, ketiganya pun pamit pulang dengan menitipkan Mak Piah pada Bu Mae. Anak Mak Piah di Jakarta akan datang  besok, sehingga untuk malam ini mereka minta tolong pada Bu Mae.

Melihat Mak Piah tidur pulas, Bu Mae kembali ke bilik kamar anaknya dan ternyata Satria sudah bangun dan mendengar perbincangan ibunya dan juga para tetangganya. 

"Ya ampun, Sat, lu kenapa nangis?" tanya Bu Mae panik. Wanita itu menyalakan lampu untuk melihat keadaan anaknya. 

"Bu, saya mau pindah kamar aja boleh gak? Saya gak mau sekamar sama Mak Piah," bisik Satria dengan napas masih sedikit terengah-engah.

"Ya gak bisa, Sat. Kelas BPJS kita kelas tiga. Ribet kalau pindah kelas," jawab Bu Mae sambil menggeleng.

"Ya udah, Mak Piah aja pindahin ke kamar mayat, Bu, buat persiapan, bisa gak?" 

Puk!

"Aw!" Satria meringis kesakitan saat tangannya dipukul keras oleh ibunya. 

"Kalau Mak Piah mati, lu yang paling pertama dia ajak main balon. Lu mau?" Satria bungkam, lalu menggeleng keras.

"Udah, tidur lagi! Ini sudah setengah dua pagi." Bu Mae kembali mematikan lampu biliknya.

"Bu, kita banyak duit'kan, kenapa gak masuk ruang perawatan kelas satu atau VIP sekalian? Uangnya disimpan aja emangnya buat apa?" 

"Buat ngawinin lu, trus gak lama buat ngurusin cere lu! Bolak-balik aja terus begitu. Gue Ampe cape. Setelah gue hitung pakai kalkulator, selama setahun ini lu nikah berkali-kali dan cerai juga berkali-kali, warisan bapak lu udah berkurang seratus enam puluh juta. Dah, jangan banyak permintaan. Sekarang lu tidur, biar luar cepat sehat." Bu Mae memejamkan mata dan kembali meletakkan kepalanya di atas tempat tidur.

"Bang Sat, saya mau pipis, bisa tolongin saya gak?" lirih Mak Piah membuat Bu Mae dan Satria saling pandang dengan mata melotot.

"Bu, boleh gak saya doain Mak Piah mati aja?" bisik Satria hanya dengan gerakan bibir, tanpa suara. Bu Mae mengangguk dengan kepala kaku. 

Malam itu juga Bu Mae mengurus kepindahan kamar anaknya ke kelas VVIP, sedangkan Mak Piah dititipkan oleh Bu Mae pada perawat kelas tiga. 

****

Salsa memandang ponselnya yang sepi dari pesan atau pun telepon seseorang. Hanya ada tiga pesan dari tiga lelaki beristri yang terus saja menerornya dan tentu saja itu membuatnya kesal bukan kepalang. 

Sudah dua hari berlalu sejak ia janjian bertemu dengan Satria waktu itu dan sejak saat itu pula tidak ada pesan dari lelaki itu. 

Salsa memang memblokir nomor ponsel Satria karena kesal, tetapi siang ini ia membuka kembali blokir atas nama Satria dan mengirimkan pesan pada nomor lelaki itu. 

"BangKu apa kabar? Lagi ngapain?"

Salsa tak sabar menunggu balasan dari Satria. 

Ting

"Saya lagi sakit, Mbak Salsa. Doakan saya ya."

"Ya Allah, sakit apa, Bang? Udah dekat waktunya emang? Abang'kan masih muda? Maafin kesalahan saya ya, Bang."

"Mbak, saya cuma sakit, bukan lagi sakaratul maut."

****

Kata saya Jan pada ketawa! Masih aja ketawa! 

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Maleo
Hahahaha asli sakit perut ngakak
goodnovel comment avatar
Mayadewi Syapriani
ampun dah..yg disini lebih seru daripada yg di aplikasi ungu..
goodnovel comment avatar
Sorheanie Ajeka
ya allah...3 watak yg paling lucy. xberhnti sya ketawa mbak.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DUKU (DUDA KUAT)   10. Kunjungan Salsa

    Mendengar kabar bahwa Satria tengah dirawat di rumah sakit membuat Salsa menjadi iba dan ia pun berencana akan mengunjungi Satria sebelum pergi ia butiknya.Sejak pagi Salsa sudah repot di dapur membuat makanan yang akan dibawa ke rumah sakit. Melihat sang putri tengah asik di depan kompor, membuat Juwi yang baru saja keluar dari kamar, turut tersenyum senang."Masak apa sih anak, Bunda?" tanya Juwi menghampiri Salsa."Masak aer," jawab Salsa pendek."Buat apa? Buat mandi?" Juwi melihat panci kecil yang tengah berada di atas kompor dalam keadaan mendidih."Bukan, Bun, bikin mi rebus. Teman Salsa sakit, jadi Salsa mau bawain makanan." Juwi mengangguk paham."Orang sakit gak boleh makan mi instan, Sa, nanti tambah sakit loh. Kenapa gak bawain roti aja?""Mi rebusnya untuk Salsa sarapan. Habis sarapan baru Salsa siap-siap jenguk dan beliin roti atau buah di jalan," jawab Salsa sambil menyeringai. Juwi merasa anak sulungnya te

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-05
  • DUKU (DUDA KUAT)   11. Rencana Satria

    Aku tuh kangen loh sama BangSat, kalian pada kangen gak sih? Selamat membaca. "Salsa mau jadi istri saya?" "Gak ah, BangSat tidak kuat. Kalau kuat mana mungkin masuk rumah sakit. Lihat tuh, ada selang oksigen di hidung." Salsa menunjuk hidung Satria dengan dagunya, kemudian ia menggelengkan kepala. "Sekarang kamu bisa mengatakan aku tidak kuat, tetapi saat malam pertama nanti, kamu akan lihat betapa tangguhnya Tyrex-nya aku," gumam Satria dalam hati. "Yah, kita perkenalan dulu aja, Sa. Teman dekat gitu, kalau cocok lanjut, kalau nggak ya kita bisa jadi saudara. Betul'kan?" "Nah, ini tumben omongan lu bener, Sat, biasanya ngaco!" Sela Bu Mae yang baru saja tiba di dekat keduanya. Salsa tersenyum malu-malu, lalu sedikit menggeser tubuhnya menjauh dari Satria agar Bu Mae bisa duduk di dekat anaknya. "Iya, Bu, makanya saya bilangin sama Salsa, jadi teman aja dulu, siapatahu cocok. Jodoh tidak ada yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-05
  • DUKU (DUDA KUAT)   12. Rencana Berkunjung

    Aku tuh kangen loh sama BangSat, kalian pada kangen gak sih??🤭🤭🥺🥺Selamat membaca."Salsa mau jadi istri saya?""Gak ah, BangSat tidak kuat. Kalau kuat mana mungkin masuk rumah sakit. Lihat tuh, ada selang oksigen di hidung." Salsa menunjuk hidung Satria dengan dagunya, kemudian ia menggelengkan kepala."Sekarang kamu bisa mengatakan aku tidak kuat, tetapi saat malam pertama nanti, kamu akan lihat betapa tangguhnya Tyrex-nya aku," gumam Satria dalam hati."Yah, kita perkenalan dulu aja, Sa. Teman dekat gitu, kalau cocok lanjut, kalau nggak ya kita bisa jadi saudara. Betul'kan?""Nah, ini tumben omongan lu bener, Sat, biasanya ngaco!" Sela Bu Mae yang baru saja tiba di dekat keduanya. Salsa tersenyum malu-malu, lalu sedikit menggeser tubuhnya menjauh dari Satria agar Bu Mae bisa duduk di dekat anaknya."Iya, Bu, makanya saya bilangin sama Salsa, jadi teman aja dulu, siapatahu cocok. Jodoh tidak ada ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-06
  • DUKU (DUDA KUAT)   13. Persiapan Hari H

    Bu Mae terheran-heran melihat Satria menyeret kasur untuk dijemur di teras depan. Memang matahari pagi ini sangat bagus dan cerah. Untuk menjemur badan, menjemur cucian, bahkan menjemur bayi pun sangat bagus. Padahal masih pukul tujuh pagi, tetapi sinar terangnya tepat berada di teras rumah Satria."Kenapa dijemur? Tumben! Emang lu udah kuat?" tanya Bu Mae pada anaknya."Buat persiapan, Bu," jawab Satria sambil tersenyum. Bu Mae mengerutkan keningnya. Persiapan?"Persiapan apaan?" tanyanya penasaran."Sebentar lagi'kan Satria mau jadi manten, Bu, jadi ini kasur harus sering dijemur.""Kata siapa?" tanya Bu Mae dengan polosnya. Satria terbahak, lalu ia bergegas masuk ke dalam rumah. Meninggalkan ibunya dalam keterpakuan menanti jawaban yang sebenarnya."Sat, emang siapa yang mau nikah sama lu? Salsa?" Bu Mae menyusul Satria yang kini sudah duduk melantai di depan pintu lemari pakaian yang terbuka. Mata tua Bu Mae melihat isi

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-09
  • DUKU (DUDA KUAT)   14. Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin

    Satria dan Bu Mae sudah berada di rumah sakit yang cukup terkenal di Kota Bekasi. Hari ini wanita paruh baya itu sudah membuat janji online pada pihak rumah sakit untuk mendaftarkan Satria ke dokter spesialis kulit dan alat kelamin."Silakan timbang dan tensi dulu ya, Bu. Dari sini, lurus saja yang ada meja perawat di depan sana," tunjuk petugas pendaftaran rumah sakit pada Bu Mae."Terima kasih, Mbak," ucap Bu Mae sambil tersenyum. Satria berjalan santai mengekori ibunya menuju meja perawat yang dimaksud. Bu Mae meletakkan lembar pendaftaran di atas meja sambil menunggu panggilan."Satria Kuat," seru perawat memanggil nama Satria. Lelaki itu bangun dari duduknya, lalu berjalan menuju perawat yang memanggilnya tadi. Bu Mae dengan setia berada di belakang Satria."Silakan duduk, Mas," ucap perawat mempersilakan. Satria pun duduk dengan santainya."Keluhannya apa?" tanya perawat sambil memasang alat untuk memeriksa tekanan darah Satria pa

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-30
  • DUKU (DUDA KUAT)   15. Niatan Melamar

    "Bunda, lihat HP Salsa?""Ini, ada telepon dari Satria." Juwi menyerahkan ponsel milik Salsa. Masih ada suara berisik di seberang sana dan Salsa segera menaruh ponsel di telinganya."Halo, BangSat."Tut! Tut!Juwi bergidik ngeri sekaligus menatap Salsa dengan tatapan bingung. Kasar sekali ucapan Salsa. Batinnya."Ya ampun, Sa, orang nelepon baik-baik, kenapa dibilang Bangsat?"Salsa menyimpan ponselnya ke dalam tas selempang kecil miliknya."Bang Satria, Salsa panggil BangSat, Bun, gak keberatan dia." Salsa berjalan cepat keluar dari kamar, lalu menuju garasi rumah. Helem motor besarnya pun belum sempat ia buka karena terburu-buru saat tahu ponselnya tertinggal di rumah."Sa, itu cowok yang mau kamu ajak ke rumah hari Sabtu nanti?" tanya Juwi pada putrinya."Iya, Bun. Lillahi ta'ala aja, Salsa mah. Papa dan Bunda yang menilai nanti cocok yang mana yang kira-kira lolos jadi calon menantu. Salsa udah malas mikir, mau

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-30
  • DUKU (DUDA KUAT)   16. Lamaran

    Tibalah hari yang dinantikan oleh Bu Mae. Seharian ini, wanita setengah baya itu sibuk membuat aneka kue untuk dibawa ke rumah Salsa nanti sore. Ada kue cucur, bolu tape, donat kentang, risol isi sayuran, dan juga kue lapis. Belum lagi parcel buah sebanyak tiga keranjang sudah ia pesan dari toko buah.Para tetangga termasuk Pak RT, Bu RT, dan beberapa orang lainnya yang akan mengantar Satria lamaran malam ini sudah dibelikan baju seragam batik sebanyak dua belas biji. Bu Mae sengaja berbelanja ke pasar Tanah Abang untuk persiapan lamaran Satria malam ini.Satria tak bisa banyak bicara. Ia hanya bisa memandang semua kehebohan di rumahnya tanpa berani berkomentar."Ngapain bengong? Masuk sana! Calon pengantin dilarang lihat persiapan lamaran, pamali kalau kata Mak Piah," seru Bu Mae pada Satria yang kini sudah berdiri di depan pintu kamarnya. Begitu ia mendengar nama Mak Piah, Satria langsung membanting pintu kamar, lalu menguncinya sebanyak dua kali. Satria

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-30
  • DUKU (DUDA KUAT)   17. Jawaban Salsa

    Semua orang duduk di lantai ruang tamu yang sudah beralaskan karpet tebal. Sofa tamu terpaksa digeser ke ruang tengah rumah Salsa agar dapat menampung tamu yang datang bersama Satria dan ibunya.Kini semua terdiam tidak berani bersuara. Di depan mereka sudah ada gelas teh yang disuguhkan keluarga Salsa. Tamu pun ada juga sebagian yang duduk di luar, karena di ruang tamu sudah tidak muat.Seorang lelaki yang bernama Fajar menatap begitu banyak tamu berseragam dengan perasaan aneh sekaligus penasaran. Ia duduk di samping Devit;papa dari Salsa, sedangkan Satria duduk di samping ibunya yang juga tengah menunduk sangat malu."Jadi begini, Pak, Bu ...." Bu Mae berusaha membuka percakapan dalam keheningan malam."Kedatangan kami ke sini adalah untuk melamar anak Bapak dan Ibu yang bernama Salsa, sebagai istri dari anak saya yang bernama Satria Kuat. Memang kami datang secara tiba-tiba, karena memang niatnya memberi kejutan.""Iya, Bu, malah me

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-30

Bab terbaru

  • DUKU (DUDA KUAT)   99. Gara-gara Barbel (Ending)

    Bep! Bep!Suara dering ponsel membuat konsentrasi Satria terpecah. Ia mencoba abaikan, tetapi dering itu tak juga berhenti hingga memekakkan telinga."Angkat dulu saja, Bang," kata Salsa pada suaminya."Ya udah deh!" Satria turun dari tubuh Salsa, lalu tangannya memanjang untuk meraih ponsel."Ibu Suri," kata Satria pada Salsa."Halo, assalamualaikum, Bu, ada apa telepon?""Eh, songong lu! Emangnya gue gak boleh telepon? Lu ada di sana juga kalau bukan gue ngeden banget, gak bakalan lu keluar, Satria. Jadi yang sopan sama orang tua."Ha ha ha ha ... Salsa tertawa mendengar ocehan ibu mertua pada suaminya. Ia bisa mendengarnya dengan jelas karena Satria menyalakan loudspeaker."Iya, Bu, maksudnya ada apa? Apa Ibu sakit?""Bukan gue yang sakit, tapi Bagus lu! Gimana dia kabarnya? Udah mendingan belum?""Ini baru mau dijajal lagi, Bu.""Oh, berarti udah lu obatin?""Udah, Bu.""Begini, kata

  • DUKU (DUDA KUAT)   98. Nonton Bioskop

    Salsa berhasil mengeluarkan biji durian yang tersangkut di tenggorokan Satria, walau dengan penuh perjuangan. Segelas teh hangat ia buatkan dengan penuh cinta kasih untuk suami tercinta, agar rasa pedih di tenggorokannya hilang."Abang tahu gak, kalau yang Abang lakukan tadi berisiko membuat saya menjadi janda untuk kedua kalinya?" Salsa menatap suaminya dengan wajah iba. Satria membuang pandangannya, tak sanggup untuk membalas tatapan Salsa. Ia sangat malu dengan kekuatan serta perbuatannya yang konyol."Jangan diulangi ya, Bang. Cukup Abang berolah raga rutin dan jangan stres. Tiket yang waktu itu saya berikan sebagai kado ulang tahun Abang dan Mbak Haya sudah diberikan Ibu pada saya. Karen jangka waktu berlakunya untuk satu tahun, maka kita bisa menggunakannya untuk kita berbulan madu.Salsa tahu Abang pasti stres berat. Ingin memberikan yang terbaik untuk Salsa, malah keadaan sebaliknya yang terjadi. Jadi, besok sore kita berangkat ya? Sekarang S

  • DUKU (DUDA KUAT)   97. Satria Pergi ke Rumah Sakit

    Satria merasa sangat menderita dengan kekuatannya yang menghilang. Ia bahkan sangat malu pada istrinya karena hal memalukan ini."Bang, sudah, jangan dipikirkan, apa Abang mau ke dokter? Kita periksa ke dokter, gimana?" tanya Salsa sambil menyandarkan kepalanya di lengan suaminya. Satria hanya bisa mendesah penuh penderitaan."Ayo, kita ke dokter, konsultasi, siapatahu dokter ada solusi untuk kita," bujuk Salsa lagi dengan lemah lembut."Melamun seperti ini tidak akan memberikan solusi. Kalau Abang sayang sama Salsa, berarti Abang harus ikut saran Salsa." Kali ini suara istrinya terdengar serius."Ya sudah, ayo, kita ke dokter." Salsa tersenyum senang, lalu melayangkan satu ciuman di pipi kekasih halalnya.Keduanya berangkat ke rumah sakit dengan menaiki motor besar Salsa yang memang berada di lobi parkir hotel."Ya ampun, motor ini berat banget, Sa. Kamu kuat sekali bisa wara-wiri dengan kendaraan seperti ini,"

  • DUKU (DUDA KUAT)   96. Kesedihan Pengantin Baru

    "Ya sudah, Bang, jangan sedih gitu! Gak papa kok cuma sebentar. Salsa maklum." Salsa mengusap rambut suaminya dengan penuh sayang."Abangnya yang gak terima, Sa. Masa sebentar banget? Belum juga keringetan, belum sesak napas, baru tiga kali tarik ulur napas, masa udahan sih? Duh, gimana ini?" Satria meremas rambutnya dengan kesal. Ia terduduk sambil bersandar di punggung ranjang. Sangat malu untuk menatap wajah Salsa yang sebenarnya tidak terlihat menderita."Nanti dia coba lagi, Bang. Kata Ibu waktu itu, Abang bisa tujuh kali dalam sehari, kalau memang Abang sudah sembuh Alhamdulillah, paling tidak bisa berkurang sedikit. Salsa juga masih sakit ininya, pedih," kata Salsa lagi dengan wajah malu-malu."Maafin Abang ya, Sa. Kita mandi lagi yuk, setelah itu sarapan. Oh, iya, siapatahu di kamar mandi nanti Bagus bisa satu kali lagi." Satria tersenyum sangat lebar. Ia teringat pernah habis-habisan melakukannya dengan Haya waktu itu karena kamar mand

  • DUKU (DUDA KUAT)   95. Malam Pengantin Season 4

    "Mae, kemalin acala Satlia untung gak hujan ya? Emangnya lu jadi lempalin sempak ke genteng hotel?" komentar Mak Piah yang menghampiri Bu Mae di tukang sayur keliling.Si Abang tukang sayur dan beberapa ibu-ibu yang ada di sana tertawa mendengar pertanyaan Mak Piah."Ha ha ha ... Mak, nama saya Maesaroh, bukan Spidermae, ha ha ha ... Gimana caranya saya lemparin sempak bekas pakai ke genteng hotel? Naiknya gimana? Ha ha ha ....""Gue kilain jadi, Mae, soalnya gak hujan," timpal Mak Piah."Harusnya lempal sempak gue ya, bial panas sehalian. Semalam jam sebelas malah hujan, jadinya becek deh ini," kata Mak Piah lagi."Kalau sempak Emak yang dilempari, hujan kagak, longsor ia, ha ha ha ... Dah, ah, saya mau rebahan dulu, cape semaleman ngitungin amplop dari ibu-ibu. Soalnya isinya dua ribuan semua. Satria, walau udah nikah, tetap aja nyusahin gue.""Bener, Bu, saya ampe nukerin uang dua ribuan ke pom bensin unt

  • DUKU (DUDA KUAT)   94. Malam Pengantin Season 3

    "Eh, Abang kenapa bangun? Sudah pagi ya?" Salsa menggosok kedua matanya dengan kuat sambil menoleh ke kanan untuk melihat jam dinding. Keningnya mengerut dalam saat melihat jarum pendek masih ada di angka tiga. "Masih subuh, Bang, tidur lagi aja," kata Salsa malah berbalik memunggungi Satria. Istrinya nampak sangat mengantuk, hingga suara dengkurannya kembali terdengar jelas. Satria mendekat untuk mengecup kepala Salsa, lalu ia membetulkan letak selimut istrinya."Bagus, nasib kamu sedang kurang bagus malam ini. Kita tidur lagi saja ya, besok sehabis salat subuh kit aja Puspa main petak umpet," bisik Satria pada media tempurnya.Satria kembali memeluk Salsa dari belakang dan ikut memejamkan mata. Rasanya sangat nyaman bisa tidur memeluk kekasih halalnya.Sementara itu, wanita single parent yang bernama Haya, tidak bisa tidur sepanjang malam. Hari ini adalah hari pernikahan Satria dan ia tahu itu dari Wahyu. Walau sudah tinggal ber

  • DUKU (DUDA KUAT)   93. Malam Pengantin Season 2

    Seorang dokter yang dipanggil Salsa ke kamar, tengah memeriksa kedua kaki Satria. Dokter menyarankan Satria untuk beristirahat malam ini tanpa ada aktifitas yang menguras tenaga. Dokter juga memberikan vitamin yang bisa langsung diminum Satria agar esok hari kakinya bisa sembuh dan tenaganya kembali pulih."Terima kasih atas bantuannya, Dok," kata Salsa saat mengantar dokter wanita itu keluar dari kamarnya."Sama-sama, Mbak, semoga suaminya lekas sembuh ya," jawab dokter itu sambil tersenyum.Salsa kembali masuk ke dalam kamar pengantin yang sudah dihias sangat sempurna dan terkesan begitu gagah, karena ada banyak barbel di setiap sudut ruangan. Barbel warna-warni miliknya yang sengaja dicat agar tidak terlalu kelihatan seperti barbel.Taburan kelopak mawar merah dan putih di sepanjang karpet beludru hingga sampai di atas ranjangnya, menambah kesan romantis di dalam kamar."Sa, maafkan Abang ya, gara-gara kaki laknat ini gak

  • DUKU (DUDA KUAT)   92. Ahay ... Pengantin Baru

    "Mae, lu punya nomol HP penghulu yang tadi nikahin Satlia gak?" tanya Mak Piah saat keduanya duduk bersampingan tengah menikmati puding."Kagaklah, adanya nomor HP Malaikat Izrail? Mau?" Bu Mae terkikik geli mendengar jawabannya untuk Mak Piah."Lu mah, gue nanya benelan juga. Kalau ada, gue mau, Mae. Siapatahu aja penghulunya duda, ya kali gue bisa daftar, he he he ....""Jadi apanya, Mak?""Jadi istelinya dong, masa jadi penunggu pohon, ha ha ha ...." Bu Mae terus saja tertawa saat berbincang dengan Mak Piah. Sikap suudzonnya terhadap Mak Piah sudah benar-benar pergi setelah kebenaran yang dikatakan oleh Mak Piah.Sebuah kejutan yang belum sempat ia katakan secara detail pada Satria. Ia ingin membuktikan bahwa ucapan Mak Piah itu benar, sehingga ia tidak mau memberitahukan pada Satria terlebih dahulu."Bu Mae, selamat ya," ucap para tamu undangan yang datang menghampirinya yang tengah asik berbincang dengan Mak Piah. 

  • DUKU (DUDA KUAT)   91. Tidur di Hari Pernikahan

    "Satria ... Lu mau bangun kagak?" bisik Bu Mae gemas sambil mencubit pinggang anaknya. Namun Satria tak gentar, ia masih terus menunduk tidur."Maaf ya, Pak, tadi saat didandani, Satria minum antimo, udah gitu semalam dia jaga lilin, gak tidur, jadinya anak saya ngantuk berat," kata Bu Mae tak enak hati pada dua petugas KUA yang sedang menahan tawa memperhatikan Satria."Oh, pantes aja, Bu. Harusnya diminumin vitamin, madu, atau jamu, biar kuat saat resepsi dan malam pengantin. Jangan antimo, Bu," sahut salah satu petugas sambil tertawa. Bu Mae hanya bisa tersenyum tipis; karena merasa tidak enak hati dengan semua mata yang menatap ke arahnya.Sebuah ide muncul di kepalanya, jika dengan mantra ini anaknya tidak bangun juga, terpaksa ia akan melakukan hal yang lebih nekat."Satria, kalau lu gak mau bangun, pengantin lu gue tuker Mak Piah ya?"KrekSontak Satria terbangun dengan mata segarisnya. Ia menoleh ke kanan dan

DMCA.com Protection Status