"Tunggu, Mas, ini hanya salah paham. Saya dan Haya sudah kenal lama. Sudah sejak Haya masih ingusan diusap pake tangan. Udah saya anggap seperti adik sendiri. Kebetulan saja kami bertetangga dan bertemu di warung sayur ini. Jadi, jangan salah paham," terang Wahyu saat ketiganya sudah berdiri sedikit menjauh dari warung sayur.
"Apa benar itu, Haya? Bukan ini alasan kamu ingin berpisah dari saya?" Satria menatap Haya dengan serius. Wanita itu hanya diam seribu bahasa, lalu sebuah ide muncul di kepalanya.
"Iya, saya lagi dekat dengan Mas Wahyu. Cuma sekedar dekat saja, bukan yang lain," jawab Haya sambil melirik Wahyu dengan takut-takut. Lelaki itu terperangah dengan ucapan Haya. Apa maksudnya? Ada apa dengan Haya?
"T-tapi ...."
"Sudah cukup, Mas! Saya bisa menarik kesimpulan bahwa kalian ini tengah berselingkuh," kata Satria lagi sambil menahan geram.
"Sudah ya, saya mau pulang, keburu Samudra bangun!" Haya meninggalkan Wahyu dan Sa
"Hari ini kamu gak ke bengkel Bu Mae, Sa?" tanya Juwi pada putrinya. Salsa baru saja keluar dari kamar masih dengan piyama yang ia pakai semalam. Terlihat sangat sederhana dan apa adanya tanpa polesan make up."Kayaknya gak ke sana dulu, Bun. Bang Satria mau ke bengkel," jawab Salsa sambil mengulum senyum."Kamu gak rindu gitu," goda Juwi lagi."He he he ... dosa rindu sama suami orang. Tahan dulu sampai semuanya beres. Salsa hari ini sidang, Bun, Bunda lupa ya?""Eh, iya ya, ya ampun, agendanya apa? Mediasi bukan?""Iya, Bun, tapi Mas Fajar gak datang. Mamanya juga gak datang. Biar Salsa aja sendiri. Bunda temani Salsa yuk!""Baguslah mereka tidak usah datang, biar masalah cepat selesai. Bunda mau ke toko kue kita jam dua siang. Kamu sidang jam berapa?""Jam sebelas, Bun, temani ya!" Salsa menatap bundanya dengan tatapan memohon."Oke, sarapan dulu gih!" Juwi membuka tudung saji di atas meja. Ada banyak menu sarapa
"Isi aja semampu Abang," kata Salsa menunjuk formulir gugatan perceraian yang sudah ada di tangan Satria."Bisa juga dengan alasan sudah tidak cocok. Saya dengar dari Bunda karena masalah ranjang lagi ya? Nah, bisa jadi emang anunya udah gak cocok sama anunya, Bang, hi hi hi ...." Salsa tertawa malu sambil menutup mulutnya.Ekspresi Satria berubah muram. Ia mengira Salsa tengah meledek dan senang dengan musibah yang tengah ia hadapi, padahal gadis itu tidak bermaksud apapun. Ia hanya merasa geli dengan nasib Satria yang terus saja kawin cerai hampir dua tahun belakangan ini."Saya mencintai Haya dan ini sangat berat untuk saya. Melepas orang yang kita cintai, karena kesalahan kita sendiri itu rasanya sungguh berat. Mbak Salsa mungkin belum pernah merasakan cinta dengan seseorang sehingga menganggap kisah saya ini lelucon, tapi asal Mbak tahu, jika saja bisa memilih, maka saya memilih tidak bercerai. Saya ingin membangun rumah tangga bersama Haya dan
"Enak gak masakan saya, Bang?" tanya Salsa pada Satria yang sedang makan dengan begitu lahap di depannya."Enak, kamu pintar masak ya?" tanya Satria sekedar basa-basi."Wanita harus bisa masak, biar suami betah makan di rumah," jawab Salsa sambil tersenyum riang. Bu Mae pun ikut makan dengan lahap sambil memperhatikan sepasang muda-mudi yang sedang berbincang ringan."Kenapa kamu gak makan? Kamu yang masak, masa kamu gak makan? Ayo, makan sama-sama!" Ajak Satria saat tersadar piring di depan Salsa masih kosong."Saya udah kenyang lihat Abang makan." Satria mengulum senyum dengan wajah yang merona. Baru kali ini ia digombali wanita, karena biasanya dirinyalah yang sering merayu wanita."Sa, makan aja biar sedikit, nanti kalau kamu kena maag, bagaimana? Makan ya, Ibu ngambek nih kalau kamu gak mau makan," bujuk Bu Mae dengan wajah cemberut. Mau tidak mau Salsa ikut makan dengan sedikit nasi saja. Lebih banyak porsi sayur daripada nasinya. Salsa
"Saya pulang dulu, Abang gak usah mampir ya. Nanti bibir Abang dilihat Bunda, hi hi hi ...." Salsa melesat keluar dari mobil Satria, lalu segera masuk ke dalam rumah. Saat ini lelaki itu sedang tidak baik-baik saja karena bibirnya yang dicium oleh Salsa.Satria meraba bibirnya yang sedikit perih dengan tangan kanan karena Salsa tadi menggigitnya sedikit. Tangan kirinya ia letakkan tepat di dadanya. Rasanya ia tidak akan mampu menghitung berapa kali detak jantung itu dalam satu menit.Kedua kaki Satria juga gemetar dan belum bisa menekan gas mobil. Lekas ia mengambil air minum di jok belakang, lalu meneguknya dengan cepat.TingKenapa, Bang? Ada yang salah, mobilnya rusak?Satria membaca pesan dari Salsa dengan wajah yang menghangat.Sepertinya hati saya yang udah rusak karena ciuman kamu.SendMau lagi? Saya keluar sekarang ya.Jangan! Nanti dosanya kita tambah banyak. Nanti saja.
Haya dibawa ke klinik terdekat karena pingsan setelah terbentur dinding got. Belum lagi Samudra yang luka lecet dan harus dimandikan , kemudian diganti pakaiannya karena kerendam air got. Untunglah hanya bagian badannya saja, tidak sampai mengenai wajahnya.Satria merasa sangat bersalah sekaligus marah dengan dirinya sendiri. Karena emosi, ia terlalu keras mendorong tubuh Haya yang hendak melerai, sehingga wanita itu kembali terluka dan tubuhnya terendam air got yang bau yang berwarna sangat kotor. Untunglah perawat mau membantu membersihkan tubuh Haya, mengganti semua pakaian Haya dan memakaikan baju pasien yang bersih.Hek! Hek!Samudra baru saja selesai diobati dan kini tengah digendong oleh Wahyu. Balita itu merengek mungkin karena rasa pedih akan lukanya dan bisa juga karena matanya yang mengantuk."Berikan padaku!" Satria mengambil Samudra dengan kasar dari tangan Wahyu. Bukannya tenang, Samudra malah semakin kencang me
Sepuluh menit sebelum Satria menghancurkan ponselnya.Di ruang perawatan Haya, Wahyu duduk di samping wanita itu sambil menimang Samudra yang sudah tertidur. Pria itu membiarkan Haya yang masih ingin menangis karena kekesalan serta kekecewaannya pada Satria."Saya sudah tidak ingin bertemu dengan Bang Satria lagi. Saya tidak mau tinggal di rumah pemberian Bang Satria. Bisakah Mas Wahyu mencarikan saya kontrakan? Yang satu kamar pun tidak apa-apa. Saya tidak mau berurusan lagi dengan lelaki yang bernama Satria. Nomornya juga sudah saya blokir," kata Haya dengan isakan yang pilu."Tidak boleh begitu, kenapa tidak ingin tinggal di sana lagi? Apa karena marah dengan Satria? Haya, ini saya memberikan saran saja, dalam keadaan seperti ini seringkali kita berpikir pendek dalam mengambil keputusan. Jika kamu ngontrak sendiri, darimana uang untuk membayar kontrakan? Jika kamu bekerja, bagaimana Samudra? Kamu masih sangat bergantung dengan Satria.Di ba
"Bu Mae, ini semua sudah mencoreng nama baik kampung kita. Maka dengan ini kami ingin Satria dan Mbak Salsa dinikahkan saja.""Waduh, gak bisa, Bu RT, Salsa masih berstatus istri walau tinggal menunggu ketok palu hakim pengadilan agama, tetapi tidak bisa dinikahi begitu saja dengan Satria. Tidak, saya tidak setuju," tolak Bu Mae tegas.Salsa dan Satria duduk dengan menundukkan wajah. Sambil menunggu kedua orang tua Salsa datang menjemput putrinya, Bu RT, Pak RT, dan Bu Mae, serta beberapa pejabat lingkungan setempat masih terus saja berdebat tentang tindakan mesum yang dilakukan oleh Satria dan juga Salsa.Suara mobil berhenti di depan rumah. Semua orang menoleh ke asal suara dan menanti siapa yang turun dari mobil mahal itu. Ternyata kedua orang tua Salsa yang tersenyum dengan canggung saat semua pasang mata menatap suami istri itu dengan penasaran."Assalamualaikum, maaf, kami terlambat datang, Bu," sapa Juwi dengan menebalkan wajahnya
Kabar bahwa Satria dan Haya yang digrebek Bu RT, sampai juga kepada Haya. Ada foto dan juga video yang dibagikan Bu Fitri perihal perbuatan yang membuat malu kampung mereka, tentang sepasang lelaki dan perempuan yang masing-masing masih memiliki pasangan, tetapi telah berbuat mesum.Haya hanya menggelengkan kepala sambil berdecih sebal. Ada rasa cemburu di hatinya karena ia masih menyimpan sedikit rasa cinta pada Satria, tetapi ia tidak boleh memperlihatkannya dan ia harus ikhlas dengan semua yang terjadi.Mungkin mereka berdua memang berjodoh. Saya sudah mengira bahwa Salsa menyukai Bang Satria. Murahan! Di saat Bang Satria masih berstatus suami orang, tetapi tetap saja menggoda. Berarti Mbak Salsa pelakor. Batin Haya geram.Ia mengambil ponsel untuk mengirimkan pesan pada Salsa. Nomor wanita yang sempat ia blokir, kini ia buka kembali untuk menumpahkan segala kekesalannya.Berciuman dengan lelaki yang masih berstatus suami orang adalah
Bep! Bep!Suara dering ponsel membuat konsentrasi Satria terpecah. Ia mencoba abaikan, tetapi dering itu tak juga berhenti hingga memekakkan telinga."Angkat dulu saja, Bang," kata Salsa pada suaminya."Ya udah deh!" Satria turun dari tubuh Salsa, lalu tangannya memanjang untuk meraih ponsel."Ibu Suri," kata Satria pada Salsa."Halo, assalamualaikum, Bu, ada apa telepon?""Eh, songong lu! Emangnya gue gak boleh telepon? Lu ada di sana juga kalau bukan gue ngeden banget, gak bakalan lu keluar, Satria. Jadi yang sopan sama orang tua."Ha ha ha ha ... Salsa tertawa mendengar ocehan ibu mertua pada suaminya. Ia bisa mendengarnya dengan jelas karena Satria menyalakan loudspeaker."Iya, Bu, maksudnya ada apa? Apa Ibu sakit?""Bukan gue yang sakit, tapi Bagus lu! Gimana dia kabarnya? Udah mendingan belum?""Ini baru mau dijajal lagi, Bu.""Oh, berarti udah lu obatin?""Udah, Bu.""Begini, kata
Salsa berhasil mengeluarkan biji durian yang tersangkut di tenggorokan Satria, walau dengan penuh perjuangan. Segelas teh hangat ia buatkan dengan penuh cinta kasih untuk suami tercinta, agar rasa pedih di tenggorokannya hilang."Abang tahu gak, kalau yang Abang lakukan tadi berisiko membuat saya menjadi janda untuk kedua kalinya?" Salsa menatap suaminya dengan wajah iba. Satria membuang pandangannya, tak sanggup untuk membalas tatapan Salsa. Ia sangat malu dengan kekuatan serta perbuatannya yang konyol."Jangan diulangi ya, Bang. Cukup Abang berolah raga rutin dan jangan stres. Tiket yang waktu itu saya berikan sebagai kado ulang tahun Abang dan Mbak Haya sudah diberikan Ibu pada saya. Karen jangka waktu berlakunya untuk satu tahun, maka kita bisa menggunakannya untuk kita berbulan madu.Salsa tahu Abang pasti stres berat. Ingin memberikan yang terbaik untuk Salsa, malah keadaan sebaliknya yang terjadi. Jadi, besok sore kita berangkat ya? Sekarang S
Satria merasa sangat menderita dengan kekuatannya yang menghilang. Ia bahkan sangat malu pada istrinya karena hal memalukan ini."Bang, sudah, jangan dipikirkan, apa Abang mau ke dokter? Kita periksa ke dokter, gimana?" tanya Salsa sambil menyandarkan kepalanya di lengan suaminya. Satria hanya bisa mendesah penuh penderitaan."Ayo, kita ke dokter, konsultasi, siapatahu dokter ada solusi untuk kita," bujuk Salsa lagi dengan lemah lembut."Melamun seperti ini tidak akan memberikan solusi. Kalau Abang sayang sama Salsa, berarti Abang harus ikut saran Salsa." Kali ini suara istrinya terdengar serius."Ya sudah, ayo, kita ke dokter." Salsa tersenyum senang, lalu melayangkan satu ciuman di pipi kekasih halalnya.Keduanya berangkat ke rumah sakit dengan menaiki motor besar Salsa yang memang berada di lobi parkir hotel."Ya ampun, motor ini berat banget, Sa. Kamu kuat sekali bisa wara-wiri dengan kendaraan seperti ini,"
"Ya sudah, Bang, jangan sedih gitu! Gak papa kok cuma sebentar. Salsa maklum." Salsa mengusap rambut suaminya dengan penuh sayang."Abangnya yang gak terima, Sa. Masa sebentar banget? Belum juga keringetan, belum sesak napas, baru tiga kali tarik ulur napas, masa udahan sih? Duh, gimana ini?" Satria meremas rambutnya dengan kesal. Ia terduduk sambil bersandar di punggung ranjang. Sangat malu untuk menatap wajah Salsa yang sebenarnya tidak terlihat menderita."Nanti dia coba lagi, Bang. Kata Ibu waktu itu, Abang bisa tujuh kali dalam sehari, kalau memang Abang sudah sembuh Alhamdulillah, paling tidak bisa berkurang sedikit. Salsa juga masih sakit ininya, pedih," kata Salsa lagi dengan wajah malu-malu."Maafin Abang ya, Sa. Kita mandi lagi yuk, setelah itu sarapan. Oh, iya, siapatahu di kamar mandi nanti Bagus bisa satu kali lagi." Satria tersenyum sangat lebar. Ia teringat pernah habis-habisan melakukannya dengan Haya waktu itu karena kamar mand
"Mae, kemalin acala Satlia untung gak hujan ya? Emangnya lu jadi lempalin sempak ke genteng hotel?" komentar Mak Piah yang menghampiri Bu Mae di tukang sayur keliling.Si Abang tukang sayur dan beberapa ibu-ibu yang ada di sana tertawa mendengar pertanyaan Mak Piah."Ha ha ha ... Mak, nama saya Maesaroh, bukan Spidermae, ha ha ha ... Gimana caranya saya lemparin sempak bekas pakai ke genteng hotel? Naiknya gimana? Ha ha ha ....""Gue kilain jadi, Mae, soalnya gak hujan," timpal Mak Piah."Harusnya lempal sempak gue ya, bial panas sehalian. Semalam jam sebelas malah hujan, jadinya becek deh ini," kata Mak Piah lagi."Kalau sempak Emak yang dilempari, hujan kagak, longsor ia, ha ha ha ... Dah, ah, saya mau rebahan dulu, cape semaleman ngitungin amplop dari ibu-ibu. Soalnya isinya dua ribuan semua. Satria, walau udah nikah, tetap aja nyusahin gue.""Bener, Bu, saya ampe nukerin uang dua ribuan ke pom bensin unt
"Eh, Abang kenapa bangun? Sudah pagi ya?" Salsa menggosok kedua matanya dengan kuat sambil menoleh ke kanan untuk melihat jam dinding. Keningnya mengerut dalam saat melihat jarum pendek masih ada di angka tiga. "Masih subuh, Bang, tidur lagi aja," kata Salsa malah berbalik memunggungi Satria. Istrinya nampak sangat mengantuk, hingga suara dengkurannya kembali terdengar jelas. Satria mendekat untuk mengecup kepala Salsa, lalu ia membetulkan letak selimut istrinya."Bagus, nasib kamu sedang kurang bagus malam ini. Kita tidur lagi saja ya, besok sehabis salat subuh kit aja Puspa main petak umpet," bisik Satria pada media tempurnya.Satria kembali memeluk Salsa dari belakang dan ikut memejamkan mata. Rasanya sangat nyaman bisa tidur memeluk kekasih halalnya.Sementara itu, wanita single parent yang bernama Haya, tidak bisa tidur sepanjang malam. Hari ini adalah hari pernikahan Satria dan ia tahu itu dari Wahyu. Walau sudah tinggal ber
Seorang dokter yang dipanggil Salsa ke kamar, tengah memeriksa kedua kaki Satria. Dokter menyarankan Satria untuk beristirahat malam ini tanpa ada aktifitas yang menguras tenaga. Dokter juga memberikan vitamin yang bisa langsung diminum Satria agar esok hari kakinya bisa sembuh dan tenaganya kembali pulih."Terima kasih atas bantuannya, Dok," kata Salsa saat mengantar dokter wanita itu keluar dari kamarnya."Sama-sama, Mbak, semoga suaminya lekas sembuh ya," jawab dokter itu sambil tersenyum.Salsa kembali masuk ke dalam kamar pengantin yang sudah dihias sangat sempurna dan terkesan begitu gagah, karena ada banyak barbel di setiap sudut ruangan. Barbel warna-warni miliknya yang sengaja dicat agar tidak terlalu kelihatan seperti barbel.Taburan kelopak mawar merah dan putih di sepanjang karpet beludru hingga sampai di atas ranjangnya, menambah kesan romantis di dalam kamar."Sa, maafkan Abang ya, gara-gara kaki laknat ini gak
"Mae, lu punya nomol HP penghulu yang tadi nikahin Satlia gak?" tanya Mak Piah saat keduanya duduk bersampingan tengah menikmati puding."Kagaklah, adanya nomor HP Malaikat Izrail? Mau?" Bu Mae terkikik geli mendengar jawabannya untuk Mak Piah."Lu mah, gue nanya benelan juga. Kalau ada, gue mau, Mae. Siapatahu aja penghulunya duda, ya kali gue bisa daftar, he he he ....""Jadi apanya, Mak?""Jadi istelinya dong, masa jadi penunggu pohon, ha ha ha ...." Bu Mae terus saja tertawa saat berbincang dengan Mak Piah. Sikap suudzonnya terhadap Mak Piah sudah benar-benar pergi setelah kebenaran yang dikatakan oleh Mak Piah.Sebuah kejutan yang belum sempat ia katakan secara detail pada Satria. Ia ingin membuktikan bahwa ucapan Mak Piah itu benar, sehingga ia tidak mau memberitahukan pada Satria terlebih dahulu."Bu Mae, selamat ya," ucap para tamu undangan yang datang menghampirinya yang tengah asik berbincang dengan Mak Piah. 
"Satria ... Lu mau bangun kagak?" bisik Bu Mae gemas sambil mencubit pinggang anaknya. Namun Satria tak gentar, ia masih terus menunduk tidur."Maaf ya, Pak, tadi saat didandani, Satria minum antimo, udah gitu semalam dia jaga lilin, gak tidur, jadinya anak saya ngantuk berat," kata Bu Mae tak enak hati pada dua petugas KUA yang sedang menahan tawa memperhatikan Satria."Oh, pantes aja, Bu. Harusnya diminumin vitamin, madu, atau jamu, biar kuat saat resepsi dan malam pengantin. Jangan antimo, Bu," sahut salah satu petugas sambil tertawa. Bu Mae hanya bisa tersenyum tipis; karena merasa tidak enak hati dengan semua mata yang menatap ke arahnya.Sebuah ide muncul di kepalanya, jika dengan mantra ini anaknya tidak bangun juga, terpaksa ia akan melakukan hal yang lebih nekat."Satria, kalau lu gak mau bangun, pengantin lu gue tuker Mak Piah ya?"KrekSontak Satria terbangun dengan mata segarisnya. Ia menoleh ke kanan dan