Share

SERIBU ALASAN

Penulis: Rosemala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

14

"Al, mau jalan sendiri ke kamar atau Om gendong?" tanyanya tegas, sepertinya dia tahu aku sedang mencari alasan.

Aku langsung berjalan cepat menuju kamarnya sebelum dia benar-benar menggendongku. Enak saja mau gendong-gendong, nanti nyuri-nyuri kesempatan. Eh tapi, kemarin-kemarin aku sudah pernah digendongnya juga, enggak diapa-apain.

Aku langsung duduk di sofa begitu sampai kamar, tidak tahu juga mau apa. Jantung sudah melompat-lompat seolah ingin keluar dari rongganya.

"Salat, yuk!” ajaknya. “Kamu juga belum salat Isya, kan?"

Benar, aku belum salat. Kenapa bisa lupa? Gara-gara mikirin cara menghindari Om Pandu, aku jadi melupakan kewajiban lima waktu itu. Akhirnya kami salat Isya berjamaah. Ini pertama kali dia menjadi imam salat setelah jadi imamku dalam rumah tangga. Kenapa aku belum bisa menerimanya, ya?

Bacaan surat-surat Al Quran Om Pandu sangat fasih. Dan dia melantunkan dengan suara merdunya. Sekejap aku terlena. Duh ... sudah ganteng, mapan, rajin salat. Suami siapa, sih
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   PENANGGUHAN

    15Akhirnya, setelah beberapa kali menarik napas panjang, kubuka juga pintu kamar mandi. Wajah merengut Om Pandu langsung menyambut. Dia memindaiku dari ujung rambut hingga ujung kaki. Keningnya berkerut. "Kamu mau ke mana, Al?" tanyanya heran. "Mau jalan-jalan, Om," jawabku asal. "Jalan-jalan ke mana?""Ke alam mimpi." Aku berlalu meninggalkannya yang masih terbengong-bengong. Namun, langkahku terhenti di dekat tempat tidur. Aku bingung sendiri, apa yang harus aku lakukan. Haruskah langsung merebahkan diri di atas kasur yang sudah seperti kuburan ini? Taburan bunga di mana-mana. "Al, haruskah tidur dengan pakaian seperti itu?" tanya Om Pandu menyusulku."Kenapa, Om? Ada masalah? Badan-badan aku yang pake. Kenapa Om yang repot?" Aku pura-pura berani. Padahal hati sudah tidak tahu bentuknya seperti apa. Saking gugup dan takut.Om Pandu terlihat garuk-garuk kepala yang aku yakin tidak gatal. Aku mulai mengumpulkan kelopak-kelopak mawar yang terserak di atas ranjang untuk disingkirk

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   NGIGAU

    16Jadi, itu berarti ... aku yang menjajah? Aku yang nyamperin Om Pandu? Aku yang meluk-meluk dia?Tidak. Itu tidak mungkin. Ini pasti akal-akalan Om Pandu saja. Akan tetapi, kalau mengingat kebiasaanku yang tidur jabrah, tidak bisa diam, mungkin juga aku yang menjajah Om Pandu. Lagi pula Om Pandu masih tidur di tempatnya semula, bukan? Kenapa, sih, aku pakai ngigau segala? Pakai acara nyamper-nyamperin Om Pandu? Terus tidur di atas tubuhnya. Peluk-peluk lagi. Dasar tangan tidak ada akhlak. Kalau sudah begini aku malu bukan kepalang. Mana sudah marah-marah menyalahkannya. Ish, malu, malu, malu!Kulirik Om Pandu, dia sudah terpejam lagi seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal jantungku hampir loncat karena kaget mendapati kami tidur saling bertumpuk.Aku memejam. Kalau sudah begini mau bagaimana? Om Pandu memang tidak mempermalukanku, tetapi akum aku sendiri. Ah, ya, mendingan aku tidur di sofa saja. Daripada kejadian sama terulang. Bagaimaan kalau aku kembali menjajah Om Pandu? Kan, ma

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   JOGGING

    17Kukira setelah salat Subuh, aku bisa tidur lagi. Atau paling tidak bisa bersantai duduk-duduk menikmati camilan sambil nonton TV. Ternyata aku salah, Om Pandu memaksaku ikut jogging. "Aku tidak biasa jogging, Om. Apalagi pagi-pagi buta begini," tolakku dengan bibir mengerucut. "Mulai dibiasakan dari sekarang. Biar sehat, bugar, awet muda, dan bisa bertahan lama," katanya setengah berbisik di ujung kalimatnya. Kemudian terbahak. Aku mendelik. Apa maksudnya coba?"Aku memang masih muda. Belum setua Om," tukasku tak terima."Iya, Om percaya kamu masih muda. Walaupun belum icip-icip. Tapi lebih bagus dari usia muda dibiasakan berolah raga. Agar setelah setua Om nanti, kamu tetap bugar dan cantik. Ayolah jangan malas. Kita keliling kompleks aja. Nanti pulangnya boleh jajan." Nada bicara Om Pandu terdengar seperti seorang ayah yang sedang membujuk anaknya. Akhirnya, dengan berat hati aku mengikutinya jogging pagi ini. Bahkan Prisa pun belum keluar dari kamarnya. Aku mengerti sekaran

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   CEMBURU?

    18Prisa membawa cangkir tehnya yang masih panas. Lalu, duduk di sebelahku. "Gimana semalam?" tanyanya sambil menyeringai. "Apanya yang gimana?" tanyaku balik dengan kening mengerut. "Udah jalan-jalan ke surga? Udah ketemu belum surga dunianya? Udah sampai langit berapa?"Aku mengernyit tak mengerti. Dia ngomong apa, sih?"Papaku pasti hebat, ya, secara dia gila banget olahraga. Pasti kuat banget," lanjutnya lagi berbisik di depan telingaku, membuatku merinding. Aku menjauhkan kepala dari wajahnya. "Pris, jangan digodain terus mama kecilnya. Nanti kalau dia cerita, malah jiwa jomlo kamu yang teraniaya," sela Om Pandu tiba-tiba sambil duduk merapat padaku. Tangannya menyodorkan segelas susu yang baru dia buat. Sekarang posisi dudukku diapit Prisa dan Om Pandu. Dua-duanya merapat padaku. Membuatku tidak bisa bergerak bebas. Bahkan sulit untuk sekadar bernapas. "Ada banyak kursi di ruangan ini. Harus banget, ya, mepetin aku begini? Baru satu hari di rumah ini, tapi sudah teraniaya

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   BIKIN MALES

    19Om Pandu? Dia begitu terampil. Dan dalam keadaan seperti itu, dia jadi terlihat sangat ... seksi. Ya, suamiku seksi sekali kalau sedang masak begitu. Lihat punggungnya, bergerak-gerak seiring gerakan kedua tangannya. Duh .... Kok, tiba-tiba jadi pengen meluk dia dari belakang, ya? Terus bersandar di punggung kokohnya. Menghidu aroma tubuhnya dalam-dalam dan ... husss! Mikir apa kamu, Alvina! Sepertinya otakmu sudah terkontaminasi keomesannya."Silakan, My Queen, makan siang sudah siap ...." Tanpa sadar Om Pandu sudah selesai masak dan menyajikan langsung masakan yang masih mengepulkan asap di depanku. Aku menatap nanar masakan yang entah apa namanya, yang pasti ada fillet dada ayam campur sayuran segar di sana. Mungkin menu spesial rumah makan ini. Rasa haru tiba-tiba menyeruak. Om Pandu memperlakukanku sedemikian rupa seperti panggilannya tadi, 'My Queen'. Aku benar-benar tersanjung. Dia bahkan tidak malu memasak di depan para karyawannya. Padahal kalau dia mau, bisa menyuruh

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   BOLEH MALAM INI?

    20Aku dan Prisa duduk sebelahan sambil selonjoran di atas karpet bulu dengan menikmati camilan. Layar televisi di depan kami sedang menayangkan drakor kesayangan. Sebenarnya Prisa sudah beberapa kali menguap. Sepertinya kantuk sudah menyerangnya, karena hari sudah malam. Namun, dia seperti tak enak hati meninggalkanku sendiri di sini. "Kamu lapar apa doyan, sih? Itu keripik udah mau abis setoples?" Prisa menunjuk toples keripik pisang yang dari tadi kupeluk. "Dua-duanya," jawabku cuek. Sebenarnya bukan masalah lapar, tetapi aku masih marah dengan Om Pandu. Si bocah tua nakal itu. Sudah tua, tetapi kelakuannya seperti bocah. Cemburu buta digedein. Orang bilang cemburu itu tanda cinta. Harusnya bangga dicemburuin sama pasangan, berarti dia benar-benar cinta. Akan tetapi, kalau cemburunya macam Om Pandu begitu, aku jamin dibayar berapa pun tidak akan ada yang mau. Kecuali dibayarnya pakai dollar yang banyak. Hais.Seram. Matanya sampai berkilat-kilat. Wajah merah padam dengan rahang

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   KE MANA KAMU?

    21Om Pandu berdiri, setelah sebelumnya mengembus napas kasar berulang kali. Dia tidak berkata apa-apa. Dari gestur tubuhnya aku tahu dia sangat kecewa. Rasa bersalah menyeruak dalam hati. Sungguh, aku belum siap malam ini. Aku masih takut. Maaf, Om Pandu. Maaf, Ya Allah. Maafkan hambamu ini. Om Pandu pergi keluar kamar kami, entah ke mana. Dia pergi membawa kekecewaan. Apa aku harus menyusulnya? Mau bicara apa? Minta maaf karena aku masih belum siap juga? Ah, sepertinya basi.Akhirnya, aku hanya berdiam merutuki diri. Apakah malaikat melaknatku malam ini? Ya Allah, aku harus bagaimana? Apakah harus memaksakan diri siap malam ini? Maafkan aku, Ya Allah. Maafkan aku, suamiku. Aku hanya bisa menangis menyesali diri, sampai akhirnya tertidur karena lelah menangis. ***Entah jam berapa ini, kerongkongan terasa kering. Mungkin karena sebelum tidur, aku terus menangis. Kupaksa membuka mata, lalu bangkit dari tempat tidur. Aku terkejut, tempat yang biasa Om Pandu tiduri, kosong. Ke man

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   AKHIRNYA....

    22Om Pandu berusaha melepaskan pelukanku, tetapi aku bertahan dan semakin mempereratnya. Aku tidak mau diabaikan. Titik. "Iya, sudah Om maafkan. Om ngerti kamu belum siap. Sekarang lepaskan, ya, Om mau mandi dulu," jawabnya pelan, setelah menarik napas panjang untuk ke sekian kalinya.Aku menggeleng lagi dan lebih menempelkan kepala di punggungnya yang basah. Aku bahkan tidak peduli sebagian rambut dan wajahku ikut basah. "Om, bohong. Pasti masih marah," rajukku manja. "Benar, Al, Om sudah maafin kamu sejak semalam. Sekarang lepasin dulu, badan Om lengket mau mandi dulu," ucapnya lagi, tangannya berusaha melepaskan lagi pelukanku. "Kalau sudah maafin, kenapa nggak bangunin aku salat? Emang Om nggak salat Subuh?" rajukku lagi, tetap bertahan memeluknya. "Om salat di musala," ucapnya lagi semakin pelan. "Tuh, kan. Om belum maafin aku. Pokoknya aku nggak bakal lepasin sebelum dimaafin!" Om Pandu menarik napas lagi sebelum berkata, " Kamu mau apa, Al?" tanyanya tegas.Apa dia mara

Bab terbaru

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   SALING MELENGKAPI

    190Hening. Ruangan luas itu menjadi sangat senyap. Wajah-wajah tegang menghiasi, sebelum akhirnya tawa Nakula membahana memenuhi seluruh ruangan.Pemuda itu tertawa terpingkal-pingkal hingga membuat tiga orang di ruangan itu saling melempar pandang. Tatapan heran tak bisa mereka sembunyikan.Ketiganya menunggu hingga sang pemuda mengabiskan sisa tawanya seorang diri. Entah apa yang lucu.“Aku serius, Mas. Aku ini sudah tua.” Dinda tidak sabar. Mungkin Nakula tidak percaya ucapannya hingga tertawa seperti itu. Gadis itu membuka tas, lalu mencari sesuatu di sana. Tangannya terulur memegangi sebuah kartu. Namun, saat ingin menyodorkan kartu itu, tangan Nakula menahannya.“Kamu simpan saja, bukankah kita harus segera menyiapkan berkas untuk ke KUA?” ujarnya saat melihat Dinda menyodorkan kartu identitasnya.“Maksudnya?” Kening Dinda berkerut dalam.Kembali Nakula menghabiskan sisa tawa yang tidak habis-habis.“Aku mengaku sudah tua, tapi belum setua Bundaku, kan?” tanya pemuda itu lagi d

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   KERAGUAN & KESERIUSAN

    189Dinda menatap nanar pemuda yang menggeret koper bajunya dengan bersemangat. Sebelah tangan sang pemuda menggeret koper, sedangkan tangan yang lain menggandeng tangannya.Sang pemuda memelankan langkah saat merasa gadis yang ia gandeng langkahnya pelan hingga agak tertinggal.“Mau aku antar ke mana?” tanya sang pemuda seraya menyunggingkan senyum. Senyum yang ia harap bisa meyakinkan gadis itu jika keputusannya untuk tinggal tidak akan disesalinya.Sang gadis tidak menjawab. Jujur hatinya masih ragu. Apa keputusannya membatalkan kepergian sudah benar atau tidak?Apa benar pemuda yang sekarang menggandengnya tidak akan mengecewakannya lagi? Bagaimana jika di kemudian hari lagi-lagi ia kecewa?Selama ini terlalu banyak ia dikecewakan orang-orang sekitar higga sulit untuknya percaya lagi terhadap mereka yang berjanji.Pemuda yang tidak lain Nakula menarik napas panjang dan mengembusnya kuat. Ia sangat mengerti kondisi Dinda saat ini. Ia pun termasuk laki-laki yang berkali-kali mengece

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   SEMUA SAMA

    188“Apa yang kau lakukan? Lepasss…!” Dinda mendesis seraya mencoba melepaskan tangan yang mencekalnya. Ia ingin berteriak, tetapi tak ingin mengundang perhatian karena sadar tengah berada di mana.“Lita, kamu mau ke mana? Kau pikir bisa jauh-jauh dariku?” Lelaki itu menarik kupluk hoodie Dinda hingga terbuka dan menyisakan rambut sang gadis yang berantakan.“Kita dekat bertahun-tahun, kamu tidak akan akan bisa mengelabuiku hanya dengan pakaian seperti ini.”“Ya, kita dekat bertahun-tahun. Dan kau menghancurkan hidupku hanya dalam sekedip mata.”“Bukankah Abang sudah meminta maaf? Sungguh Abang tidak tahu jika ibu tirimu sudah menghasut Abang. Lita, Abang menyesali semuanya. Andai Abang tahu itu hanya hasutan, tentu Abang tidak akan melakukan ini.”“Seharusnya Abang mencari tahu dulu kebenaran sebuah berita sebelum mengambil keputusan besar. Jangan menerima mentah-mentah berita begitu saja.”“Abang menyesal Lita. Demi Tuhan Abang sangat menyesal. Kamu tahu seberapa besar cinta Abang s

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   ANDAI MASIH ADA KESEMPATAN

    187Nakula maju. Ia sudah memutuskan tak ingin mengalah lagi. Sudah cukup selama ini selalu membiarkan saudara kembarnya mendapatkan apa yang diinginkannya dengan mengorbankan perasaannya. Kini tak akan ia membiarkan sang saudara menyalahkan dirinya, apalagi untuk sesuatu yang tidak dilakukannya.Karena terburu-buru dan tidak fokus, ia menabrak Inggit yang sepertinya ingin naik tangga. Bodohnya dirinya yang lupa jika di rumah itu ada penghuni baru, langsung mengulurkan tangan untuk membantu orang yang ia tabrak bangun. Semua ia lakukan karena rasa bersalahnya yang kurang hati-hati.Siapa sangka di saat ingin membantu Inggit berdiri itu Sadewa yang tengah bucin-bucinnya terhadapa istrinya itu datang. Salah faham pun tak bisa dihindarkan. Sadewa mengira jika saudara kembarnya ingin menggoda istrinya. Terlebih melihat kondisi pakaian sang istri yang tersibak.“Apa yang kamu lakukan pada istriku, N

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   PANTASKAH MENYESAL?

    186 Nakula setengah berlari menuju tangga penghubung lantai dua dan lantai bawah. Sebenarnya kamar orang tuanya ada di lantai bawah, hanya saja ia ingat harus mengambil sesuatu di kamarnya dulu sebelum pergi. “Dinda meminta disampaikan maaf yang sebesar-besarnya. Maaf katanya tidak jujur sejak awal jika ia wanita bersuami.” Kalimat sang ayah selepas pemutaran video itu terus berputar-putar di kepala Nakula. “Sama sekali tidak ada maksud menipumu, Naku. Ia memang pernah menikah, tapi hari itu juga menjadi janda. Dan kemarin, pengadilan agama mensahkan statusnya itu setelah sebelumnya proses perceraiannya dipersulit. Mantan suaminya ingin rujuk, melakukan berbagai cara agar gugatan cerai Dinda tidak dikabulkan. Syukurlah nasib baik masih berpihak padanya.” Sang ayah menjeda penjelasannya. “Kemarin Dinda akhirnya menerima akta cerai, karenanya hari ini langsung terbang.” “Terbang?” Nakula terperanjat. “Ke-mana?” Pandu menarik napas panjang. Tatapannya sendu. “Dinda memutuskan meng

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   SATU KENYATAAN

    185 “Lihat dulu ini sampai selesai, lalu silakan berkomentar.” Pria usia enam puluhan menyalakan laptop, lalu menyerahkan benda itu ke hadapan laki-laki muda yang duduk di tepi ranjang. Sang pemuda membuang muka. Ini alasan kenapa ia malas pulang. Bertemu ayah dan saudara kembar yang sudah mengecewakannya. Sang pemuda ingin bangkit, tetapi sebuah tangan menahan pergelangan tangannya. Ia pun memejam sebelum meloneh pemilik tangan yang masih terasa hangat itu. “Bunda sebaiknya istirahat saja, ya. Badannya juga masih anget. Biar cepat sembuh. Aku pamit dulu,” ucapnya lembut seraya menggenggam tangan sang sang ibu yang mencekal pergelangannya. Wanita berwajah pucat yang memakai baju tebal dan duduk bersandar ke kepala ranjang menggeleng. Tatapan nanarnya sudah diliputi embun tebal. Terlihat sangat berat melepas putranya pergi. “Naku Sayang, percayalah tidak ada orang tua yang ingin menjerumuskan anaknya sendiri.” Nakula menarik napas yang begitu berat, ingin rasanya menyangkal ucapa

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   AKU BUKAN KAMU

    184 Nakula berbaring di kamar minimalisnya. Tatapannya lurus menyapu langit-langit kamar yang menampilan bayangan bagaimana pertemuan awalnya dengan Dinda. Bagaimana ia kesal terhadap gadis itu hingga akhirnya tergila-gila. Sayang seribu kali sayang jika semua yang terjadi antara dirinya dan Dinda yang ia anggap tulus, hanya fatamorgana. Hubungan mereka yang begitu manis ternyata hanya settingan semata. Settingan sang ayah dengan wanita bersuami itu. Sudah beberapa hari tinggal lagi di galeri, Nakula tidak pernah lagi melihat Dinda. Entah dimutasi lagi atau memang tidak menampakkan diri lagi di depannya, yang pasti ia sudah tidak pernah melihat sosoknya. Baguslah jika dimutasi, itu artinya ia bisa segera melupakan rasa sakitnya. Nakula bangkit, lalu beranjak menuju meja kecil yang biasa ia gunakan untuk makan. Sekotak makanan yang ia beli via jasa antar online sudah tersedia di sana. Dibukanya dengan malas kotak makanan itu. Sungguh, ia sebenarnya tak berselera makan. Jika tak mem

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   MASIH MARAH?

    183 Hari ini Nakula kembali ke galeri. Kondisinya jauh lebih baik setelah tiga hari menginap di rumah sang kakak. Meski suami istri Prisa dan Nino tidak mau memberitahu di mana Nadira saat ini, setidaknya di sana Nakula punya teman bicara, si imut Nindy selalu membuat harinya terasa menyenangkan. Terlebih saat minta diantar ke taman bermain dan outbond kecil-kecilan di dalam kota. Keceriaan gadis SMA itu, juga dirinya yang ikut mencoba berbagai wahana membuatnya bisa berteriak kencang melepaskan ganjalan di dada. Seolah sedang mencari pelampiasan, Nakula terus mengajak Nindy naik wahana yang lebih menantang agar ia bisa berteriak lebih keras. Seperti orang gila Nakula saat itu. Tapi ia benar-benar bisa melepaskan beban yang sudah bersemayam di dadanya. Satu yang ia sesali. Kenapa malam itu ia harus pergi ke club dan mabuk, hingga berujung Nadira yang diungsikan entah ke mana oleh kedua orang tuanya. Kenapa ia tidak pergi ke tempat seperti taman bermain saja, agar bisa meluapkan gan

  • DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU   INI SALAHKU

    182Nakula mengerjap berkali-kali hingga matanya dapat terbuka. Rasa pusing di kepalanya masih sangat menyiksa, tetapi ia terus berusaha membuka matanya. Berbaring dalam waktu lama membuat tubuhnya pegal-pegal.Perlahan, walau samar, matanya dapat menangkap sesuatu di depannya. Hingga akhirnya wajah imut seorang gadis yang tengah tersenyum tersaji di depan matanya.“Sudah bangun, Om?” tanya gadis imut seraya menghampiri dan duduk di tepi ranjang. Sepertinya ia sudah lama menunggu Nakula bangun.Nakula menggelengkan kepalanya berkali-kali untuk membuang rasa pusing. Lalu mencoba bangkit dari berbaringnya. Gadis imut membantunya duduk.Sang pemuda mengedarkan pandangan setelah kepalanya tidak begitu pusing. Cahaya terang dari jendela yang terbuka, membuatnya yakin jika ini siang hari.“Ini di rumah kami, Om.” Seolah mengerti dengan pikiran Nakula, gadis mungil menjelaskan.“Semalam Mami sama Papi bawa Om ke sini. Katanya Om sedang kurang enak badan. Aku sih, nggak tahu karena udah bobok

DMCA.com Protection Status