"Kenapa kamu mau mengikuti perintah bapakmu? Pergi ke alammu dan tidurlah dengan tenang!"pinta Faisal dengan suara lembut. Dia hanya ingin menunjukkan rasa empati agar si roh tidak lagi membuat ulah.“Gak! Aku gak mau pergi! Aku gak bisa mati dengan tenang sebelum semua dendam terbalas."“Kalau begitu, jangan salahkan aku, jika terpaksa melakukan kekerasan untuk memaksamu keluar dari tubuh wanita ini.”"Hi hi hi hi!Lengkingan tawa Nikita menggema bagai terbentur dinding tebing. Usai itu suasana lebih hening, bahkan suara jangkrik dan hewan malam pun tak terdengar. Desir angin seakan-akan enggan melintas. Faisal tersenyum tipis penuh penuh arti. Pria ini menoleh ke arah Eko lalu bertanya,"Punya botol beling?""Ada bekas minuman suplemen. Emang buat apaan?"tanya Eko keheranan."Buruan ambil! Entar juga tahu,"balas Faisal. Eko gegas masuk rumah dan tak berapa lama, pria ini telah kembali dengan membawa sebuah botol berwarna cokelat."Satu doang?"tanya Eko sembari ulurkan botol ke arah
"Kamu liat itu?"tanya Eko sambil berdiri tegak setelah mengangkut ranting dan dahan ke arah samping pagar. "Berarti Pak Atmo sedang mengawasi kita. Harus selalu waspada,"balas Faisal lalu mulai menyapu halaman. Tak berapa lama, halaman rumah Salim sudah tampak rapi dan bersih. Beberapa pohon terpaksa harus dipangkas karena insiden tadi. Tiba-tiba saku celana Faisal terasa bergetar hebat dan ada hawa panas yang keluar dari botol. Faisal merogohnya lalu berdoa dalam hati. Gerakan dalam botol mereda dan Faisal pun tersenyum lalu berucap kepada dua orang temannya. "Bisa jadi dalam waktu dekat Pak Atmo akan mencari salah satu dari kita atau semuanya." "Masalah apa?"tanya Eko yang belum paham dengan tindakan yang telah dilakukan oleh Faisal. "Dia bingung cari Nikita. Aku telah sekap dia dalam botol." "Serius? Memang bisa?"tanya Eko dengan ekspresi tidak percaya. "Mas Faisal gak sedang nge-prak kita?"Salim pun sulit untuk mempercayai omongan Faisal. Pria yang ditanya seketika
Sepersekian detik kemudian terdengar hantaman keras dari arah samping Faisal dan pria ini dengan membaca doa lalu buru-buru menghindar ke arah kanan. Setelah agak jauh, Faisal menghentikan motor di bahu jalan. Dia menoleh ke arah tempat hantaman barusan.Tampak sebuah bus hampir terguling. Seluruh penumpang terlempar keluar dari kursinya. Belum sempat Faisal turun dari motor karena bermaksud memberi pertolongan kepada penumpang bus, tiba-tiba data hantaman kedua. Kondisi bus kini ringsek terhimpit dua truk. Tak berapa lama, terdengar suara ledakan cukup dahsyat. Seketika keluar percikan api dari arah mesin. Dalam hitungan detik, api berkobar dengan cepat hingga membakar seluruh bagian bus. Teriakan minta tolong dan jerit kesakitan hiruk-pikuk bersama isak tangis para penumpang.Faisal yang hampir mendekat dan terpaksa berhenti karena menyaksikan kobaran api semakin membara hingga ke tempat para penumpang yang bergelimpangan. Semua serba kilat dan semua penumpang terpanggang hidup-hid
Rupanya hasil kerjaaan makhluk mengerikan yang jadi peliharaan. Makhluk berapi itu berusaha menempel ke arah tubuh Faisal. Namun pria ini tidak mau lengah. Dia buru-buru melafalkan doa. "A‘udzu biwajhillahil karim, wabikalimatillahit-tammatil-lati la yujawizuhunna barrun wa fajirun, min syarri ma yanzilu minas-sama’i, wa min syarri ma ya‘ruju fîha, wa min syarri ma dzara’a fil-ardhi, wamin syarri ma yakhruju minha, wa min syarri fitanil-laili wan-nahsri, wamin syarri thawariqil-laili, wamin syarri kulli thariqin illâ thariqan yathruqu bi khairin, ya rahman." [HR. Malik, an-Nasa’i, ath-Thabrani, dan yang lain] Setelah Faisal selesai membaca doa tersebut, makhluk menyeramkan itu langsung tersungkur dan apinya pun padam. Makhluk mengerikan tersebut langsung berubah jadi abu. Dari gumpalan abu yang berserak itu tiba-tiba muncul sosok Pak Atmo. Meski berupa bayangan, tetapi Faisal sangat yakin bahwa itu punya kekuatan layaknya wujud aslinya. Pria ini melihat ke arah tempat terjadiny
Salim menelepon Faisal setelah sampai di tempat yang dikatakan oleh Eko. Pria ini tidak mendapati temannya. Hanya tertinggal motor yang diparkir di bahu jalan. Pagi ini lalu lintas sudah mulai ramai."Tolong tetap di sana! Saya akan segera menyusul," ucap Faisal dari ujung telepon."Saya tunggu, Mas. Terima kasih." Salim langsung mengakhiri hubungan telepon.Tak berapa lama Faisal telah datang dengan langkah kaki terseok-seok. Salah satu kaki terluka cukup parah dan darah menetes deras dari kain celana yang terkoyak. Sementara lengan dan wajah ada bekas terbakar yang melepuh.Apa mungkin Eko bersedia jadi pengganti tumbal? Sengaja menyelamatkan Faisal agar bisa keluar dari jeratan hitam itu, batin Salim yang diliputi perasaan cemas.Faisal dengan sisa-sisa tenaga, akhirnya duduk terkulai di atas tanah. Salim berjongkok lalu merobek sebagian baju yang dipakai untuk membalut luka pada kaki kanan Faisal.Beruntung dirinya selalu membawa minyak kayu putih. Dengan gerakan pelan dan berhati
Salim menelepon Faisal setelah sampai di tempat yang dikatakan oleh Eko. Pria ini tidak mendapati temannya. Hanya tertinggal motor yang diparkir di bahu jalan. Pagi ini lalu lintas sudah mulai ramai."Tolong tetap di sana! Saya akan segera menyusul," ucap Faisal dari ujung telepon."Saya tunggu, Mas. Terima kasih." Salim langsung mengakhiri hubungan telepon.Tak berapa lama Faisal telah datang dengan langkah kaki terseok-seok. Salah satu kaki terluka cukup parah dan darah menetes deras dari kain celana yang terkoyak. Sementara lengan dan wajah ada bekas terbakar yang melepuh.Apa mungkin Eko bersedia jadi pengganti tumbal? Sengaja menyelamatkan Faisal agar bisa keluar dari jeratan hitam itu, batin Salim yang diliputi perasaan cemas.Faisal dengan sisa-sisa tenaga, akhirnya duduk terkulai di atas tanah. Salim berjongkok lalu merobek sebagian baju yang dipakai untuk membalut luka pada kaki kanan Faisal.Beruntung dirinya selalu membawa minyak kayu putih. Dengan gerakan pelan dan berhati
"Saya mohon izin untuk ikut salat Subuh,"ucap Faisal."Mari!"ajak pria tua. Langkah kakinya begitu kilat dan Faisal masih tertinggal beberapa langkah."Masyaallah! Semoga ini pertolongan dari Allah,"ucap Faisal penuh rasa syukur."Silakan ambil wudhu!"pinta si pria tua. Faisal langsung mengangguk dan bergegas menuju bilik mata air. Segarnya air pegunungan saat menyentuh kulit, seketika membuat perasaan tenang dan nyaman dalam hati.Usai ambil wudu, pria muda tersebut melangkah masuk masjid. Hanya ada mereka berdua yang melakukan salat berjamaah. Setelah mereka selesai salat lalu membaca zikir dan selawat. Tepat bacaan terakhir Selawat Jibril lolos dari bibir, kedua pria dikejutkan oleh suara dentuman amat keras."Astaghfirullah! Suara apa itu?"tanya Pak Tua langsung menoleh ke arah luar.Faisal yang merasa suara tersebut berkaitan dengan dirinya, dengan spontan buka suara."Biar saya yang lihat, Pak."Pria tua tersenyum lalu membalas,"Gak perlu kita keluar. Dia kemari karena cari tawan
"Masih, Pak,"jawab Faisal dengan masih diliputi rasa penasaran."Kita tunaikan sholat ghaib."Faisal pun mengikuti ajakan Pak Tua. Kedua pria berjamaah dalam melaksanakan sholat. Tepat pada saat Faisal melakukan gerakan takbiratul ihram, bersamaan dengan itu, ekor matanya melihat penampakan sosok pria di sampingnya sedang melakukan gerakan yang sama."Allahu Akbar!" Suara lantang Pak Tua mulai mengimami salat. Faisal melirik pria yang berdiri di sebelah. Eko? Tanyanya dengan hati kaget. Namun, dia kesampingkan rasa penasaran dan harus fokus melakukan salat.Usia sholat dan berzikir, Faisal langsung menoleh ke sebelah dan benar dugaannya. Eko masih diam dengan ekspresi wajar datar. Kulit wajahnya pucat pasi seperti tak berdarah. Namun, si teman yang duduk di samping hanya bayangan. Dia hanya ruh tanpa raga."Sal, tolong amankan Salimah dan temukan tubuhku!"pinta Eko dengan tatapan mata kosong."Apa maksudmu, Ko?"tanya Faisal dengan pikiran bingung."Salimah akan dijadikan korban persem
Aku tahu, ini pasti jebakan dari Pak Atmo dan Nyi Dhiwot, batin Faisal.Samar-samar terdengar suara Kiai Masruhat di telinga Faisal. "Fokus pada niat dan jangan lepas dengan zikir serta doa!""Baik, Kiai,"ucap Faisal dengan suara lirih."Mas Eko ...!" Simbah memanggil dari balik pintu kamar."Iya, Mbah," jawab Eko yang gegas bangkit dari tempat tidur.Seperti ada yang mengendalikan tubuhnya. Faisal ikut duduk dan mengamati perilaku sahabatnya. Eko menghampiri Simbah. Wanita itu berdiri di depan pintu sambil tersenyum. Dia mengelus rambut Eko lalu menyentuh pipi kanannya."Maukah kamu menjadi suamiku?"Eko pun mengangguk dengan ekspresi wajah datar. Pria ini digandeng tangannya oleh Simbah menuju kamar yang berada paling belakang. Faisal buru-buru mengikuti mereka. Ketika sampai depan pintu, bau anyir darah dan busuk bangkai menyapa indra penciuman Faisal.Pria ini mengambil sajadah dari dalam tas ransel lalu memulai salat sunah. Dia memohon kepada Allah agar diberikan kekuatan untuk m
"Itu buat kamu. Pengantin baru harus minum jamu kuat, biar gak gampang K.O,"balas Eko tidak mau kalah."Nanti Simbah bikinkan untuk kalian. Yang belum nikah, gak perlu khawatir. Simbah bikinkan ramuan agar lekas laku,"ucap Simbah dengan tawa terkekeh-kekeh."Memang ada ramuan kayak gitu, Mbah?"tanya Eko yang jadi penasaran."Ada. Nanti Simbah pijat di titik-titik tertentu agar sumbatannya ilang."Kedua pria ini telah terpengaruh oleh ilmu sihir Simbah. Namun, baik Faisal maupun Eko masih kuat iman dan tidak begitu terpengaruh."Kami selesaikan kerjaan dulu. Setelah itu akan ke rumah Simbah buat minta ramuan,"ucap Faisal kepada wanita tua."Ya, gak apa. Selesai urusan kalian! Setelah itu datang ke rumah Simbah." Tampak ada guratan kekecewaan terukir pada wajah wanita tua. Namun dia memilih untuk bersabar dan tidak mau memaksakan kehendak.Aku harus dapatkan Eko untuk jadi pasangan abadi Nikita, batin Simbah dengan senyum penuh arti."Kebetulan saya orang asli sini. Simbah tinggal di ma
"Biar saya bantu, Mas,"ucap Pak Rasyid yang segera menyulut ujung tali berbahan pelepah pisang dengan korek api. Percikan api membakar ujung tali hingga habis tidak tersisa. Ajaib! Pelepah palem pembungkus tidak tersentuh lidah api sama sekali."Masyaallah! Hanya talinya yang terbakar,"ucap Faisal yang telah mulai membuka pembungkus dibantu oleh Pak Rasyid."Kita baca Al-Fatihah lanjut Ayat Kursi,"saran Kiai Masruhat yang berdiri sambil mengelus-elus pelepah palem pembungkus. "Lahaula wala quata Illa billah!"Pembungkus tersebut bergerak-gerak. Isinya seperti gerakan sesemakhluk yang ingin membuka paksa dari dalam. Faisal memegang cetakan yang terbentang di permukaan luar."Seperti telapak tangan manusia,"ucap Faisal sambil terus melepaskan satu per satu pelepah palem."Memang benar. Isinya yang sedang kita cari,"sahut Kiai Masruhat dengan tersenyum lebar, hingga tampak jelas kerutan yang menumpuk pada sudut bibir sepuhnya."Masyaallah! Apa itu, Kiai?"tanya Faisal yang semakin penasar
Faisal cekatan mengarahkan mobil untuk mendapatkan tempat parkir yang aman. Kebetulan samping rumah Faisal adalah jalan tembus warga desa menuju Bukit Bajul. Jadi banyak Faisal mengarahkan mobil parkir ke arah depan rumah."Ini gubug saya. Mari kita istirahat sebentar sambil minum kopi,"ucap Faisal saat para penumpang mobil telah turun."Kita ngopi setelah selesai tugas, Mas. Sekarang kita langsung menyusul Mas Eko saja. Kasian sendirian,"balas Kiai Masruhat yang langsung direspon anggukan kepala oleh Pak Rasyid.Akhirnya mereka beranjak menuju Bukit Bajul. Beruntung anak tangga menuju bukit telah terpasang lampu penerangan berjarak setiap meter. Jadi mereka lebih nyaman dalam menapaki jalan menanjak. Hawa sedingin es menerpa tubuh mereka. Anging dari puncak bukit menyambut kedatangan keempat pria.Berisik dahan dan rantjng pohon cemara bergesekan ditiup angin. Suara binatang malam bersahutan memecah hening malam. Mereka tidak melihat penampakannya sosok Eko di puncak tangga. Padahal
"Di kampung saya. Menurut rencana setelah ini, Dek Salimah akan saya ajak pulang ke rumah saya. Akan saya ajari sebagai petani dan peternak, Pak, Kiai.""Masyaallah! Semoga membawa berkah, Mas,"timpal Kiai Masruhat.Tak berapa lama, Pras dan Esti datang. Mereka membawa pesanan pengantin baru. Tentu saja, mereka kaget dengan keadaan dalam ruangan yang porak-poranda. Namun dalam penglihatan ketiga pria ada perbedaan yang terjadi dalam diri pasangan suami istri ini.Keduanya tanpa ucap salam, langsung berdiri di tengah. Mata pasangan suami istri ini memerah. Kiai Masruhat langsung memberi isyarat kepada yang lain dengan memilih tasbih. "Kalian akan tahu akibatnya jika gak serahkan Nikita!"teriak Pras dengan kedua mata melotot. Sementara itu, Esti akan mendekat ke arah Salimah dan buru-buru dihadang oleh Faisal."Minggir, kau!" Teriakan Esti mirip suara pria tua. Ketiga pria langsung paham dengan yang mereka hadapi. Pasangan suami istri ini telah dirasuki Pak Atmo dan pengikut Nyi Dhiwo
Faisal buru-buru memeluk tubuh Salimah lalu berbisik,"Ada yang mencoba mengganggu kita. Dia menyamar sebagai Nikita. Ikuti doa yang Mas ucapkan!".Faisal pun melafalkan Ayat Kursi yang segera diikuti oleh Salimah. Tak berapa lama, muncul penampakan wujud Nikita meski secara samar-samar. "Dia bukan Nikita, Dek. Tetap waspada!" Faisal memegang tangan Salimah dengan erat. Pria ini berzikir dalam hati."Lepaskan aku! Entar aku bantu pulihkan Salimah,"ucap bayangan Nikita tersebut."Kenapa dengan aku?"tanya Salimah dengan ekspresi bingung. Dia merasa sudah sehat dan tidak ada yang aneh dalam dirinya.Faisal mengecup pipi Salimah lalu berbisik,"Dia sengaja menjebaknya kita. Abaikan!""Salimah, roh kamu telah diikat janji oleh Nyi Dhiwot. Janin dalam perutmu adalah untuk persembahan. Dia akan tetap berdiam di rahim, sampai saatnya tiba. Separuh nyawamu untuk dia. Kamu akan jadi budak Nyi Dhiwot karena itu. Kamu gak bisa menolaknya. Aku bisa bebaskan kamu dari ikatan itu. Mau?"Bayangan Niki
Pras yang mulai merasakan bulu kuduknya berdiri lalu berbisik ke telinga Esti. "Sepertinya ada pesan kematian."Esti pun segera menoleh dengan wajah terkejut. "Maksud Mas ...?""Bisa jadi tadi Mbak Salimah melihat malaikat maut yang sedang mengantar jenazah seseorang,"balas Pras dengan wajah yakin."Bisa jadi, itu benar, Mas,"sahut Faisal. "Dek Salimah diberi penampakan ghoib."Salimah masih terisak-isak dalam dekapan Faisal. Akhirnya oleh suaminya diajak masuk ruang perawatan. Sementara itu, Pras dan Esti masih geming menatap ke arah lorong menuju kamar mayat. Mereka syok melihat sosok berpakaian hitam dengan perut terbuka mengucurkan darah segar. Sosok itu Salimah. "Oek! Oek! Oek!"Terdengar tangisan bayi. Sosok dengan jubah berapi yang berkobar keluar dari dalam ruang mayat membawa peti. Suara tangisan bayi semakin tidak terdengar bersamaan dengan hilangnya sosok dengan jubah api. Wanita mirip Salimah masih merogoh bagian perut yang berlubang.Air matanya berubah semerah darah. P
Kiai Masruhat gegas masuk ruangan untuk menghampiri sumber suara. Sementara Pak Rasyid berbicara lirih kepada Faisal. "Tolong, botol diberi tambahan doa.""Baik, Pak." Faisal pun segera membaca doa dalam hati lalu mengambil botol dari balik baju lalu meniup permukaannya sebanyak tiga kali."Tolooong!" Terdengar teriakan lagi. Namun kali ini keluar dari mulut perawat."Tidak ada orang yang mendengar teriakanmu, Cantik! Percuma kamu buang-buang energi! Menurutlah!"ancam Eko ke telinga perawat. Pria ini tidak menyadari jika Kiai Masruhat sedang menghampiri mereka dalam keadaan tanpa wujud."Tolong lepaskan saya! Ada pasien lain yang harus saya cek,"ucap perawat dengan bibir gemetar.Kiai Masruhat langsung mendekat. Perawat tidak mengetahui keberadaannya. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Eko. Pria yang telah dirasuki oleh ruh Pak Atmo, bisa melihat kehadiran Kiai Masruhat."Gak usah ikut campur urusanku!"teriak Eko dengan tawa terkekeh-kekeh khas orang tua. Terang saja, teriakan Ek
"Alhamdulillah. Dengan ini kita bisa menangkap arwah Pak Atmo yang masih gentayangan,"ucap Pak Rasyid sambil menerima botol lalu mengamati beberapa saat. "Semoga setelah ini diamankan, Mbak Salimah tidak bersikap aneh lagi. Moga hubungan rumah tangga yang terjalin bisa harmonis." "Saya mohon maaf, sebelumnya, Pak. Saya berniat untuk mengembalikan Dek Salimah ke Eko, setelah 40 puluh hari usia pernikahan." "Kenapa begitu? Pernikahan itu peristiwa sakral. Gak boleh dibuat main-main." "Iya, saya tahu, Pak. Seharusnya Dek Salimah itu menikah dengan Eko. Mereka telah berniat untuk menikah. Saya hanya perlu menunggu, apakah ada benih tertanam dalam rahim Dek Salimah? Itu saja! Saya akan melanjutkan pernikahan, jika memang Dek Salimah hamil." "Hal ini harus dibicarakan bersama dengan yang bersangkutan dahulu. Bagaimanapun pernikahan adalah sebuah ibadah. Terlebih ini adalah tanggung jawab yang harus diemban. Cinta bisa tumbuh seiring dengan berjalannya waktu, selama kalian berniat men