Share

Malam Yang uwuw

Penulis: Lyra Vega
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-27 12:32:42

Aku meraba-raba kening sendiri, kening yang semalam jadi tempat landing-nya kecupan Om Bas. Terus senyum-senyum sambil topang dagu. Stop Sisy! Simpan kebahagiaanmu dulu. Jangan sampai udah diterbangin tinggi-tinggi, eh gak tahunya diterjunin lagi. Kan, sakit. Pura-pura polos aja dulu seakan gak terjadi apa-apa. 

Cuma gak bisa dimungkiri kalau perkembangan Om Bas lumayan pesat. Sekarang, pikirin caranya dulu gimana biar dia bisa jatuh cinta. Kalau cinta itu udah tertanam di hati Om Bas, bukankah urusan yang lain jadi lebih mudah? 

Sayangnya, saat ini aku gak bisa melancarkan aksi frontal. Dari kemarin emosi naik turun gak jelas gara-gara mens. Mana nyeri banget ini perut dan pinggang. Gak bebas ngapa-ngapain, rebahan aja sampai miring sana sini nahan perut yang terasa melilit. Gimana gak kepingin marah-marah kalau kaya gini caranya. 

"Ini jamu titipan Mama, barusan diantar sama kurir." Om Bas menaruh botol plastik berisi cairan berwarna kuning-kining oranye. Belum dibuka saja, sudah terbayang gimana rasanya. 

"Pasti pahit." 

Iya, kaya hidupku yang belum pernah merasakan belaian kasih sayangnya. Ah, bucin. Memang akunya gak begitu doyan jamu, paling banter jamu beras kencur karena rasanya lebih bersahabat. Tapi ini kiriman mertua yang perhatian banget. Aku bikin story W* tentang nyeri haid aja, beliau gerak cepat order di tukang jamu langganan.

Apa aku harus bikin status tentang anu juga, biar Mama gerak cepat buat bantu aku takhlukin Om Bas. Haist! Kondisikan otakmu, Sy. 

"Enggak pahit, kan ada campuran madu sama gula merahnya." 

"Kok, Om tahu?" 

"Tahulah. Dulu mantan saya sering mengkonsumsi jamu ini kalau sedang haid." 

Jiah, asem! Malah sebut-sebut mantan. Ngeselin. Bukannya reda, tambah numpuk-numpuk aja ini emosi. Tinggal nunggu meledak aja. Kebiasaan mantan aja sampai hapal. Giliran kebiasaan istrinya, yang diingat cuma aib masa kecil melulu. 

"Coba diminum dulu. Kunyit secara alami mengandung bahan aktif yang berfungsi sebagai analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi. Siapa tahu habis minum ini nyerinya jadi berkurang." Om Bas menuangkannya ke dalam gelas kecil. Sisanya dia simpan di kulkas. 

Otak ini udah gak berfungsi kalau dengar istilah-istilah asing begitu. Orang isinya cuma tentang anu melulu. Terus, gimana jamu ini bisa tertelan di tenggorokan kalau belum apa-apa udah dibumbui cerita tentang mantan. Eneg yang ada. Tuh, kan, bikin mood tambah jelek. Jangan salahin aku kalau setelah ini Om Bas jadi sasaran kemurkaan Sisy. 

Om Bas siapin sarapan sendiri, cuma roti tawar sama selai nanas. Bikin dua tangkup, satu untuknya dan satu untukku. Baru mau belajar jadi istri idaman buat narik perhatian. Eh, di tengah jalan digagalkan dengan tamu bulanan. Padahal kemarin udah siapin resep dan bahan buat sarapan tiap hari. Tujuh hari dengan menu berbeda, biar gak bosen dan biar suami makin bangga sama aku. Alhasil, masih berupa wacana. Kalau udah melilit begini akunya jadi malas beraktivitas. 

"Saya berangkat, ya. Kalau habis minum jamu perutnya masih sakit, telepon saya. Nanti kita check ke dokter." Om Bas menyambar tas kerjanya usai menandaskan sarapan. 

Dengar kata check ke dokter, berasa kaya lagi hamil muda. Ah, andai. 

"Hmmm." 

Aku mencium punggung tangannya. Coba dibalas cium kening, kan adem. Masa iya cium aja nunggu aku tidur dulu. Takut aku  minta jatah lain gitu? Padahal memang iya. 

"Dibuat istirahat aja, gak usah ngapa-ngapain." Cuma unyeng-unyeng kepala, Pemirsa! 

Perhatian sih, perhatian. Bahkan sepanjang hari ini udah kirim pesan beberapa kali cuma buat tanyain kondisi aku dan ngingetin makan. Harusnya senang, dong, ya. Tapi gak tahu kenapa jiwa keharuanku, kelebay-anku, dan kege'eranku hilang begitu saja. Mungkin efek lelah, semua perhatian itu gak berarti apa-apa sebelum jiwa raga ini jadi miliknya. Ah sudahlah! Katanya sedang menikmati proses. 

Selama ini Om Bas udah menguji kesabaranku. Kenapa gak sekali-kali gantian yang diuji. Belum tahu dia kalau Sisy lagi mens itu bisa bertingkah sangat menyebalkan. Bapak sama Ibuk aja gak berani dekat-dekat pas anak gadisnya garang mode on, bisa ngamuk beneran kalau salah-salah colek. 

Ini alami dan aku gak ngadi-ngadi, hampir seminggu ini, jiwa labilku meronta-ronta. Orang gak ngapa-ngapain pun bisa ngeselin di mataku. Ada yang cari gara-gara dikit aja bisa bikin aku keluar tanduk. 

Kaya kemarin, lagi enak-enaknya rebahan di sofa, tiba-tiba ada sesuatu yang jatuh tepat di kening. Waktu kuraba, ada gumpalan kecil, lembek dan bau. Aku mendongak mencari pelaku, di plafon tepat atas kepalaku ada  cicak santuy goyang-goyangin ekornya. 

"Bisa gak, sih, kalau buang hajat itu gak sembarangan!" Belum sempat kulempar pakai kemoceng, cicak lucknut itu udah kabur duluan. 

"Kenapa, sih, Sy, teriak-teriak?" Om Bas yang penuh busa sampai harus keluar pakai handuk doang. Untung gak melorot, kalau iya menang banyak Sisy. 

"Gak papa. Itu cicak nyebelin banget kaya seseorang yang masih inget mulu sama mantan." Tiap minum jamu kiriman Mama, gak tahu kenapa yang kuingat malah ucapan Om Bas tentang mantannya. Sebel, tapi nyeri  pinggang dan perutku berangsur sembuh berkat kunyit asem itu. 

Makanya jadi laki-laki jangan suka pancing-pancing cari perkara. Sekali salah ngomong atau menyinggung perasaan istri, bakalan terekam dengan baik bahkan hingga 20 tahun kemudian. 

Om Bas speechless dan masuk kamar lagi, sampai lama gak balik-balik lagi. Kayaknya sih, kapok hadapin istri labilnya beberapa hari ini. Pernah juga kemarin pas ikut belanja ke supermarket, tiba-tiba aku kesenggol tukang parkir. 

"Mas, coba kalau jalan gak usah mundur-mundur!" Omelku. 

"Namanya tukang parkir kalau jalan pasti mundur, Mbak. Kalau maju yang ada saya malah ketabrak atau mobil gak gerak-gerak." 

Mas-mas berompi oranye itu membela diri, sambil bilang terus ... terus ... kasih kode pada kendaraan-kendaraan yang hendak keluar area parkir. 

"Maafkan istri ya, Mas. Maklum lagi menstruasi." 

"Gak papa, Mas. Istri saya juga sering kaya gitu kalau ada tamu bulanan." Lah, malah pada curhat ini suami-suami teraniaya. 

Om Bas sampai nahan malu. Aku yang salah, dia yang minta maaf. 

Biasanya kalau udah lewat tujuh hari dan kembali suci. Kelabilanku bakalan pulih  dengan sendirinya. Mungkin lusa baru normal. Jadi, masih ada satu hari tersisa bagi Om Bas untuk menghadapi ujiannya. 

Buka grup W* genk gesrek, bahasannya bikin nganan terus. Mentang-mentang sekarang lagi hujan deras, pada pamer kelonan semua sama suami masing-masing. Aku langsung delete semua percakapan. Ngenes.

Aku menggelar kasur tipis berbulu di depan TV. Lalu menggulung tubuh dengan bad cover. Habis Isya sampai sekarang, Om Bas gak keluar kamar, mungkin ketiduran. Malas nyusul, suka nyesek sendiri lihat dia tidur duluan dan kesekian kalinya mengabaikanku sebagai istri. 

"Bapak ... Ibuk ... anakmu kesiksa batinnya di sini. Sisy mau pulang aja." Aku sesenggukan sendiri, ditemani derasnya hujan di luar sana, juga sunyinya malam. Lengkap sudah penderitaan. 

Entah di jam berapa aku terbangun, meraba dan mencari guling yang tadi kupeluk. Namun ada yang aneh, gulingnya berubah jadi lebih gede. Gak cuma itu, tapi ada lengannya juga. Pas mata ini melek sempurna, kulihat ada deru napasnya juga. Waktu aku medongak, dia punya jenggot dan cambang tipis juga. 

Sumpah demi apa? Kepingin teriak sambil  guling-guling saat itu juga. 

Bapak ... Ibuk! Malam ini anakmu resmi dikelonin .... 

Haseeeek! 

Next 

Komen (9)
goodnovel comment avatar
Husri
pengen baca terus,tapi terhalang dgn koin
goodnovel comment avatar
Bintang ponsel
pdhl gmpg bgt mau bikin dia takluk asal kita jaim aja cuek n bwt dia cemburu jgn trlalu centil model laki gtu mlh eneg dia klo kita kecentilan hihihi, greget aku ama sisy genit bgt terlalu kekanak2an sich
goodnovel comment avatar
Rosdiana Ros
sayang gak bisa lajut bacanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DITOLAK OM-OM    Tentang Sisy(Pov Baskara)

    "Permisi, Om!" Terhitung sudah empat kali bocah perempuan kelas 5 Sekolah Dasar itu mondar mandir di depanku. "Ya." Keempat kali pula aku menjawab dengan ucapan sama. Dia tidak akan beralih memandangiku sebelum respons diterima. Setelah mendengar jawaban yang diinginkan, pasti senyuman khas bocahnya keluar. Senyuman yang sulit kuartikan untuk bocah berusia 10 tahun. Namanya Sisy, keponakan Jatmiko--rekan kerja di salah satu perusahaan di Surabaya. Entah ini pertemuan ke berapa, aku lupa. Tiap aku bertandang ke rumah Jatmiko, selang beberapa menit kemudian pasti gadis cilik dan dekil itu langsung muncul entah dari mana datangnya. Tahu-tahu sudah mondar-mandir, entah bawa karet, bola bekel, atau sekadar panjat-panjat pohon jambu dan bergelantungan di sana. Kali ini dia tidak sendirian, tapi bersama dua bocah yang sepertinya berusia sepantaran. Sekilas kulihat dari balik jendela, mereka tengah bermain masak-masakan. Pantas Sisy sibuk mengambil air, gayung, sendok dan entah apa lagi

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-27
  • DITOLAK OM-OM    Penyelidikan Sisy

    "Aduh!" Plastik tahu Sumedang di tangan sampai terjatuh saat Om Bas mengerem mendadak. "Maaf! Lampu merahnya nyala." Om Bas mengarahkan jari telunjuk ke tiang lampu pengatur lalu lintas di sudut pertigaan. "Om bikin jantungan aja." Aku menunduk mencari plastik makanan yang terjatuh di bawah kabin mobil. Untung masih bisa diselamatkan. "Maaf. Sekarang jadi tahu, kan, pentingnya pakai sabuk pengaman?" Kadang aku memang suka bandel, malas pakai sabuk pengaman. Lagi-lagi aku bersyukur kepala ini gak sampai terantuk kabin. Eh, tapi masa iya gara-gara lampu merah? Orang mobil Om Bas gak terlalu mepet juga dengan mobil di depannya. "Terus, soal burung tadi gimana, Om? Kok bisa kliniknya buka praktik untuk penyakit manusia sekaligus hewan?" Jujur, aku masih penasaran dengan penyakit aneh yang baru kudengar ini. "Mmm ... soal itu, mungkin Bapak lebih paham." Tumben gak bisa jawab, biasanya Om Bas kaya mesin pencarian google, tahu segalanya. Namun benar juga, Bapak mungkin lebih tahu kar

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-28
  • DITOLAK OM-OM    Ada yang Lembut Tapi Bukan Es Krim

    "Sy, are you okay?" Om Bas masih terheran-heran. Gak kaya dulu yang langsung mengamankan benda pusaka pas aku iseng lihat bawah perutnya. Kali ini biasa aja, justru aku yang gak baik-baik aja. Apa ini alasannya? Karena dia memiliki kelemahan yang masih dirahasiakan. Gak mau berbagi dengan orang lain, termasuk aku istrinya. Kalau iya, duh menyesalnya udah mikir yang enggak-enggak. Harusnya aku kasih support, dong. Bukan senewen sendiri. Siapa tahu Om Bas malu mau jujur. Barangkali dia menyuruh aku bersabar karena ingin mengatasi permasalahannya sendiri. Bisa jadi memang membutuhkan waktu yang gak sebentar. Coba gak Googling tentang penyakit itu. Mungkin sampai nanti-nanti aku bakalan berburuk sangka terus. "Sisy, hellow!" Om Bas sampai menggoyang-goyangkan telapak tangan di depan wajahku. Mengobrak-abrik lamunan. "Gak papa kok, Om." Biasanya aku paling suka curi-curi pandang perut kotak-kotak itu. Namun sekarang kok kaya hambar, gak ada rasa kepingin cubit saking gemasnya.Aku put

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-29
  • DITOLAK OM-OM    Ada yang Berisik Tapi Bukan Pasar

    Aku membuka mata, kedip-kedip dulu buat kumpulin kesadaran yang masih berceceran di mana-mana. Setelah kesadaran utuh menyatu, lanjut bangun dan kucek-kucek mata. Pegang kening, hidung, pipi, terakhir ... bibir. Aku gak mimpi, kan? Bahkan saat bangun tidur pun sentuhan selembut es krim itu masih berasa. "Aaaah, Sisy jadi malu. Tapi suka." Aku menutup muka, memukul-mukul guling, gemas. Gak lama kupeluk, terus kupukul-pukul lagi. Gara-gara satu ciuman singkat aja bisa bikin aku segila ini. Apalagi kalau udah anuan. Ups! "Sisy bangun! Astaghfirullah, ini anak sudah nikah masih males-malesan. Jangan-jangan, di Surabaya kamu kaya gini juga." Ibuk gedor-gedor pintu kamar. Gak bisa banget lihat anak lagi bahagia setelah semalam .... Uwuuuw, kan ... jadi malu eh mau lagi. "Gak perlu gedor-gedor kaya mau gerebek pasangan selingkuhan juga kali, Buk." "Biarin. Kamu kebiasaan kalau gak digedor-gedor gak mau bangun. Lupa, kalau sekarang sudah punya suami." "Gak lupa, kok." Ya kali bisa lup

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-29
  • DITOLAK OM-OM    Kejutan

    "Saya langsung berangkat ke kantor, ya!" Gak pakai istirahat lama setelah perjalanan dua jam lebih dari Malang, Om Bas langsung siap-siap dengan rutinitasnya. "Iya." Aku mengantar lelaki itu hingga pintu depan. Gak lupa ritual wajib cium tangan, cium yang lain hukumnya masih sunnah. Eh, ternyata Om Bas tarik kepala ini terus kasih kecupan di kening. Berasa mulai disayang. Semoga besok-besok gak lupa. Aku menunggu hingga Avanza putih itu meluncur keluar pagar dan menghilang dari pandangan. Setelahnya masuk lagi dan melancarkan rencana yang sempat terlintas di pikiran sejak di Malang kemarin. Pertama, mulai browsing-browsing tentang dunia lelaki dengan segala kelemahannya. Terutama kelemahan tentang satu penyakit yang gak sengaja kubaca di brosur kemarin. Entah kenapa aku tertarik untuk mempelajarinya lebih dalam. Siapa tahu Om Bas memang tidak ingin membahasnya karena malu. Merasa kurang percaya diri karena belum bisa menjadi suami yang sempurna. Aku sudah menikah, dan ini bukan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-01
  • DITOLAK OM-OM    Mulai Terungkap

    Dengan segenap keberanian yang kupunya, hari itu aku menemui seorang dokter. Tanya-tanya banyak hal, tentang ketidakmengertianku akan persoalan pria yang masih enggan menyentuh istrinya. Dengan bahasa sepolos yang kubisa, karena sadar diri gak cukup pandai merangkai kata formal seperti Om Bas. Untuk dugaan terkena penyakit akibat perilaku seksual menyimpang. Jelas ciri-cirinya gak ada sama sekali dalam diri Om Bas. Aku bisa menjamin bahwa gak ada indikasi ke sana. Selama ini dia selalu terlihat bugar dan gak pernah mengeluhkan apapun terkait kesehatannya. Mau disembunyikan seperti apapun, kalau memang saatnya tumbang pasti akan ketahuan juga. Fix, hanya ada satu kemungkinan sesuai dengan apa yang kupikirkan selama ini, yakni tentang disfungsi seksual. Dokter bilang, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut. Contoh gaya hidup tak sehat, gangguan hormon, atau penggunaan obat-obatan. Namun bisa juga karena gangguan psikologis seperti stress berkepanjangan dan depre

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-01
  • DITOLAK OM-OM    Sebuah Alasan (POV Baskara)

    Aku menuntun Sisy ke sisi ranjang, dia mulai menenang. Sesekali masih mengusap mata dengan punggung tangan. Satu dua isaknya masih terdengar, sisa luapan emosi yang mungkin telah lama dipendam. Lantas bom waktu itu meledak pada akhirnya. Saat aku--si pengecut ini terlalu lama mengulur waktu memberikan hak batinnya sebagai istri. "Kamu sudah siap mendengar semuanya?" Aku menggenggam tangan mungilnya yang sedikit gemetaran. Seperti masih menyimpan amarah. Namun dia berusaha menahan. Satu anggukan kuterima sebagai jawaban. Aku menarik napas dan memejamkan mata beberapa saat. Menggali dan mengumpulkan keberanian menguak satu rahasia yang seharusnya telah terkubur dalam-dalam. "Dulu, saya pernah melakukan kesalahan besar ...." === "Kak, sepertinya kita gak bisa melanjutkan hubungan ini." Sepasang mata bermanik cokelat milik Anna mengembun saat menemuiku. Pertemuan diam-diam yang selalu kita usahakan satu hari dalam sepekan. "Kenapa begitu tiba-tiba? Bukankah selama ini kita baik-

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-03
  • DITOLAK OM-OM    Menenangkan Hati

    "Mungkin saya bisa membohongi Mama juga Papa. Tapi di depan kamu saya gak bisa. Semakin saya ingin merahasiakannya, semakin besar rasa bersalah saya. Dan saya gak mau ada kebohongan dalam pernikahan kita ke depannya. Untuk itulah kali ini saya berusaha jujur sama kamu. Apapun resikonya saya sudah siap." Genggaman Om Bas kian erat, seakan memohon supaya aku tetap tinggal. Namun, aku sama sekali gak kepengin menatap wajahnya, terlebih matanya. Pikiranku benar-benar buntu sekarang. Pernikahan seumur jagung udah diuji dengan badai sebesar ini. Siapa yang gak shock? Tentang kutukan, tentang aib masa kecilku, hanya alasan Om Bas semata demi menutupi ketakutan dalam dirinya. Namun dia menyerah saat Mama dan Papa memaksa untuk segera mengakhiri kesendirian lantas menikah denganku. Ini adalah jalan jodoh yang gak pernah kusangka-sangka jika arahnya datang dari seseorang di masa lalu. Seseorang yang juga membawa kisah pilu dari masa lalu. Lantas menyakiti hati wanita yang jadi pendamping hid

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-04

Bab terbaru

  • DITOLAK OM-OM    Bab 62

    "Mama sama Papa pulang, ya! Kalau Evan macem-macem bilang sama Mama." Ibu mertua memelukku penuh sayang. "Iya, Ma." "Jaga istrimu baik-baik! Sekarang kamu sudah jadi suami, tanggung jawabmu makin besar, jangan petakilan dan main-main gak jelas lagi." Tetap Evan yang diwanti-wanti, dikasih wejangan dengan nada penuh ancaman baik dari sang Mama maupun Papa. "Siap, Komandan!" Masih saja cengengesan di saat yang lain tenggelam dalam haru. "Pak, Bu, kami pamit pulang. Jangan segan-segan menegur anak kami jika dia salah langkah dan arah. Bimbing dia supaya bisa menjadi suami dan calon ayah yang baik." Kedua mertuaku menyalami sang besan. "Insya Allah, Pak, Bu. Terima kasih telah menyempatkan diri mampir ke sini," ucap Papa mewakili keluargaku. "Cici, kamu gak tinggal di Surabaya aja?" Gadis yang sekarang resmi jadi adik ipar masih menggelendot manja di lenganku, lebih manja ke aku daripada kakak kandungnya sendiri. Kami hanya beberapa kali bertemu sebelum acara pernikahan. Namun, akt

  • DITOLAK OM-OM    Bab 61

    Pagiku kini berbeda, biasanya akan terbangun dengan bunyi alarm, atau memang otakku telah tersetting sedemikian rupa oleh kebiasaan sehingga tanpa adanya alarm pun aku pasti terbangun di jam yang sama. Gak peduli tidur larut atau enggak, tetap gak ada pengaruhnya. Aku gak langsung berolahraga atau gegas mandi, tapi hari ini aku seperti mendapatkan dispensasi atas apa yang terjadi semalam. Masih ingin bermalas-malasan dengannya, memanfaatkan cuti yang gak seberapa lama dengan bercengkerama. Evan masih terpejam, mendengkur halus dengan napas teratur. Tanganku terulur menjangkau wajah tampan itu kemudian mengusapnya perlahan. Semalam pasti melelahkan untuk kami, terutama untuknya. Gejolak muda telah terlampiaskan dengan begitu indah bermandikan peluh. Kelopak mata yang tersentuh oleh tanganku mengerjap. Lengkungan di kedua sudut bibirnya begitu hangat hingga merasuk ke dada ini. "Dicium juga boleh," ujar lelaki yang telah memiliki jiwa dan ragaku seutuhnya. Aku tersadar jika jemarik

  • DITOLAK OM-OM    Bab 60

    "Gimana? Sudah sesuai dengan ekspektasi kamu?" Evan menemaniku melihat-lihat interior ruko hasil rancangannya setelah diisi lengkap dengan furniture. Proses finishing mundur satu bulan dari target karena beberapa kendala. Di lantai dua, aku memindai tiap sudut ruangan yang sebagian kecil adalah request-ku sendiri termasuk pemilihan cat dan wallpaper dinding kamar. "Oke, aku suka, kok." Puas menjelajah tiap sudut lantai dua, lanjut ke lantai tiga yang sengaja dikhususkan untuk bersantai. Ada kolam renang kecil, tempat gym dan juga taman minimalis yang difungsikan sebagai area hijau roof top. "This is you're dream, right?" Lelaki berstatus calon suami itu merentangkan tangan seperti mempersembahkan sebuah pertunjukan. "Hmmm." Aku menepi ke tembok pembatas setinggi dada orang dewasa, berdiri menghadap langit barat Surabaya. Sekarang benar-benar terwujud bersamaan dengan view keemasan kala senja. Juga dengan dia--pria tampan yang nantinya akan jadi sandaran kepalaku ketika sama-sa

  • DITOLAK OM-OM    Bab 59

    "Sudah, Mbak. Aku gak mau denger lagi pertanyaan yang selalu kamu ulang-ulang. Kamu yakin, gak? Kamu benar-benar yakin? Aku bosen, sumpah. Ini terakhir kalinya aku menjawab kalau aku sangat-sangat yakin ingin menikahimu ... segera. Paham!" Aku gak bisa lari ketika Evan mengunciku dengan tatapan tegasnya. Celah mana yang ingin kamu jadikan alasan, Erin? Kurang keras kah usahanya mencairkan bekunya rasamu? Bukti apa lagi yang kamu inginkan agar dia bisa leluasa memasuki singgasana hatimu kemudian mengizinkannya menetap di sana? "Kenapa harus segera, Van? Kaya married by accident aja." "Akan terjadi accident beneran kalau kamu sengaja mengulur-ulur waktu." Evan mencondongkan wajah, aku mundur hingga punggungku terdesak ke pintu mobil. Teringat ciuman spontan waktu di Malang, refleks kudorong dadanya hingga kepala pemuda itu terantuk jendela kaca samping pengemudi. Aku puas dia meringis dan mengelus-elus belakang kepala. "Masih berani ngancam?" "Ngeri kamu, Mbak. Mau dikasih enak ma

  • DITOLAK OM-OM    Bab 58

    "Mbak suka yang mana?" tanya Evan. Ada puluhan model cincin tunangan yang berjajar di kaca etalase toko perhiasan bernama Sofia's Jewelry. Bocah gemblung itu memang anti basa-basi. Jika memiliki keinginan tertentu pokoknya harus terlaksana segera. "Bahkan kamu belum bilang apa-apa sama Papa, Van. Apa ini gak lucu?" Gak tahu apa yang ada di kepala bocah ini. Bagiku semuanya serba instan, pertemuan kami, ketertarikan Evan, caranya mendekatiku hingga luluh. Lalu sekarang tahu-tahu sudah mengajak berburu cincin tunangan. "Aku yakin papamu pasti setuju, Mbak. Nanti begitu sampai Surabaya, aku pasti langsung ngobrolin ini sama keluarga besar Mbak." "Van--""Udah, jangan kebanyakan mikir. Buruan pilih yang mana." "Terserah kamu aja, Van." Ada model emas polosan, berhias permata, batu safir dan masih banyak model lainnya. "Enggak bisa, pokoknya harus pilih sendiri and follow your heart. Aku gak suka kata 'terserah'. Takut ngedumel di belakang." "Serius, Van. Pilih aja sesuai feeling d

  • DITOLAK OM-OM    Bab 57

    "Coba ulangi, Mbak!" Evan memiringkan kepala, sengaja mendekatkan telinganya ke bibirku. Ngelunjak memang. "Iya, Van, iya. Puas?" Gak peduli Cici akan terbangun atau enggak. Aku berteriak dan mungkin gendang telinga Evan pecah kali ini. Dia menggosok-gosok daun telinganya dan ngedumel gak jelas. Rasakan! Siapa suruh iseng. Namun itu gak berlangsung lama, aku menyaksikan sebuah selebrasi menggelikan setelahnya. Laki-laki yang baru saja kuterima cintanya melompat-lompat sambil mengepalkan tangan. Berkali-kali mengucap yes-yes. "Tapi aku belum puas kalau belum sah, Mbak," ucapnya, di sela mengatur napas yang ngos-ngosan sehabis jejingkrakan. "Tapi awas ya, kalau sampai kamu sebarluaskan berita ini. Termasuk ke Vanya. Dan jangan sekali-kali posting status apapun di sosmed tentang ini." "Kenapa?" "Kamu udah tahu jawabannya." Pancaran tegas dan kadang meneduhkan itu sedikit meredup. Kedua tangannya mencengkeram besi pembatas balkon. Bukannya aku gak mau mengakuinya, tapi aku takut j

  • DITOLAK OM-OM    Bab 56

    "Santai aja, Mbak. Gak usah tegang." Evan menutup pintu mobilnya, lalu menarik tanganku ke sebuah bangunan modern klasik berlantai dua. "Kamu yang santai, Van. Aku enggak bakalan ilang." Kulepas genggamannya yang hangat, seketika detak jantungku kembali normal. Dia gak tahu irama menyebalkan itu cukup mengganggu. "Evan!" seru seseorang, setelah daun pintu ditarik ke dalam. Wanita berambut keriting sebahu memeluk erat pemuda itu. Erat sekali seperti seakan semua rindu tumpah di sana. Seolah dia pernah bepergian ke suatu tempat, lalu kembali setelah bertahun-tahun. "Kangen banget ya, Ma?" Evan lebih erat membalas. "Iyalah. Biasanya seminggu sekali pulang, ini enggak. Mentang-mentang sudah nemu--" "Oh, ya, Ma. Kenalin, ini wanita cantik yang pernah Evan ceritain ke Mama." Pelukan terurai dan dengan lancangnya tangan Evan merangkul leherku. Cerita apa saja dia ke ibunya? "Oh, jadi kamu yang namanya Erin? Cantik sekali. Real pict seperti di foto-foto yang sering dikirim Evan." "I

  • DITOLAK OM-OM    Bab 55

    "Semudah itu papa kasih izin Evan?" Terpaksa aku prepare juga pagi ini. Aku kalah telak dengan pendukung cowok cute itu. Papa, Mama dan Vanya bersekongkol meluluhkanku dengan sejuta cara. "Dia meminta izin dan bicara baik-baik sama papa. Papa cuma bisa kasih semangat, sekalian ingin melihat bagaimana cara dia berjuang mendapatkan cinta Erin yang kerasa kepala. Berani juga anak itu." Lelaki itu duduk di tepi ranjang, menungguku bersiap-siap karena sebentar lagi Evan menjemput. "Sekarang papa pasrah, ya?" Aku tertawa kecil menggodanya, mengingat pria-pria rekomendasi papa yang pernah kutolak sebelum ini. Dari kesemua lelaki tersebut, aku tahu papa sudah menyelidiki dulu latar belakang masing-masing. Gak mungkin asal walaupun bisa dikatakan aku begitu terlambat menemukan pasangan. "Bukan pasrah, tapi ingin mengikuti apa yang terbaik menurut kamu karena yang akan menjalani adalah kamu. Soal Evan ... menurut papa, dia memiliki daya tarik kuat. Bisa kamu lihat dari niat baiknya, keber

  • DITOLAK OM-OM    Bab 54

    Aku tertawa, tepatnya menertawakan diri sendiri. Menyedihkan, bukan! Bahkan sekarang aku sedang dihibur oleh lelaki muda dengan gombalannya. Gombalan yang sering kulihat di acara komedi talk show atau cuplikan video singkat di sosmed. Evan berhasil, melebur sakitku, kecewaku juga sedihku dengan caranya meski di balik semua itu batinku meronta-ronta. "Ada yang lucu, Mbak?" Pertanyaan yang membuatku menghentikan tawa ini. Bukankah dia pencipta mood booster itu? Lawakan khas anak muda ketika iseng merayu wanita-wanita di sekitarnya. Kenapa dia malah datar saja? "Maaf, Van. Aku terbawa suasana dan gak bisa nahan tawa." "Jadi, Mbak pikir aku sedang becanda?" "Loh, terus?" Apa ini sebuah kode tertentu, kode lelaki terhadap perempuan yang memiliki kepekaan tinggi. Masa depan Mbak sudah ada di sini katanya. Apa itu artinya dia sudah berani melangkah lebih jauh? "Mungkin terlalu cepat dan begitu konyol di mata Mbak. Tapi jujur, apa yang sedang kurasakan ini gak salah. Serius!" Pramusaj

DMCA.com Protection Status