Share

Bab 38

“Heh kamu timbang disuruh begitu aja kagak mau! Dasar ya. Saya ini orang terpandang di sini. Mana mungkin saya nggak bayar! Udah sana, awas jangan ngalangin jalan saya!” aku menyenggolnya sampai si Sri oleng dan hampir jatuh. Tau rasa dia. Begitu kalau nolak keinginan Mae.

“Lah, sama Bu Badru aja katanya Ibu nggak bayar,” ucapnya pelan dengan logatnya yang lemah.

Sialan si Badru, rupanya dia omong-omong ke orang kalau aku belum bayar. Nggak akan kubayar sekalian. Duit hasil penjualan burung habis buat urus-urus si Agus. Bukannya aku nggak mau bayar.

Ah, jadi dapat ide. Apa aku curi aja ya burung Pak Didi barang satu ekor. Pak Didi kayaknya lagi nggak ada. Bagus juga ideku ini. Dasar Mae orang pinter. Selalu saja dapat ide yang cemerlang.

Aku lalu mengendap masuk ke pekarangan Pak Didi yang pagarnya nggak dikunci. Semoga Pak Didi lagi keluar atau lagi tidur. Celingak-celinguk. Sepi. Kayaknya Pak Didi emang nggak ada. Rejeki nomplok ini. Burung yang mana yang kira-kira paling mahal, y
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status