Share

Bab 3 Sebuah Kebetulan

last update Last Updated: 2022-06-19 10:14:49

POV Maemunah (Ibu Mertua)

“Eh, Bu Mae, si Ibu Hajat. Baru keliatan lagi,” sapa Bu Imah. Ketemu lagi di sini sama ibu-ibu ghibah. Nggak akan jauh-jauh, pasti mau ngomongin si Yasmin. Udah ketebak.

“Eeh, Bu Imah. Iya, nih. Maklum, kemarin saya capek banget, Bu.” Aku pura-pura senyum, padahal di hati rasanya dongkol. Apalagi lihat si Imah itu senyum-senyum mengejek.

“Denger-denger si Yasmin diusir sama Agus, ya, Bu? Berarti dugaan orang-orang bener, dong, ya, kalau si Yasmin udah nggak perawan?” Si Imah mengedip-ngedip matanya sambil nyenggol-nyenggol Bu Marsih.

“kok bisa, sih, Bu Mae, Agus dapetin istri yang udah nggak perawan? Bukannya dia itu sarjana? Kerjanya aja jadi manajer. Masa iya cari istri aja nggak bisa milih yang mana masih segel, yang mana nggak,” katanya dengan bibir menyat-menyot.

Nah, kan. Nggak akan jauh, ujung-ujungnya pasti menghina Agus sebagai laki-laki yang nggak becus milih calon istri. Gara-gara si Yasmin itu. Pasti Agus udah diguna-guna.

“Ya, mana bisa dibedain lah, buibu. Masa harus dicoba dulu? anak saya kan laki baik-baik. Nggak kebetulan saja dapetin si Yasmin itu.” Aku jawab dengan sinis.

Bu Marsih pura-pura membolak-balik baju dagangan yang sedang dilihatnya. Penduduk kampung sini memang sudah biasa kredit baju dari Bu Badru supaya terlihat gaya, padahal modal ngutang.

Sementara Bu Imah malah mencebikan bibirnya. “Harusnya, kan, tanya-tanya sama temen-temennya. Selidiki dulu bibit, bebet sama bobotnya. Kalau sudah begini malah bikin ricuh. Ngusir istri malem-malem, kagak dianterin. Tega amat si Agus, Bu Mae.”

Sia lan si Imah itu. Sok tahu sekali dia.

“Nih Bu Imah, bukan diusir sama saya atau Agus ya!  si Yasmin itu tau diri, dia pergi sendiri setelah diinterogasi sama anak saya.”

“Nah, nah, Bu Mae, kalau begitu berarti secara tidak langsung si Yasmin itu mengakui kalau udah nggak perawan. Iya, kan, Bu Marsih.” Si Imah itu lagi-lagi nyenggol-nyenggol  Bu Marsih yang ada di sebelahnya.

“Lagian, saya juga memang nggak setuju sama si Yasmin itu,” ucapku sambil ikut duduk di sebelah Bu Badru dan mulai memilih baju atasan.  “Si Agus udah diguna-guna sama si Yasmin. Dia dipelet makanya si Agus langsung mau ngawinin dia. Udah gitu, semua biaya pernikahan si Agus yang nanggung.”

Mata mereka langsung melotot. Bagus! biar mereka tahu kalau gaji Agus itu gede. Seorang manajer gitu loh. 

“Lho, jadi … semua biaya kawinan Agus yang nanggung? Hebat. Habis berapa, Bu?” Bu Imah mulai penasaran. Hahaha bagus. memang itu yang kumau. Biar dia tidak meremehkan Agus.

“Gede, lah. Kurang lebih seratus juta.” Aku berdusta. Biarin saja, biar mereka ngeces dengernya. Nah, kan, bener dugaanku. Bu Imah melongo dan mulutnya terbuka gitu. Hahaha. Tau rasa kamu, Imah. Jangan nyepelein Maemunah.

“Gila, Bu Mae ini. banyak amat duitnya si Agus,”  katanya dengan mata masih melotot. Baju di tangannya dia remes-remes. Pasti kesel.

“Emang banyak. Dia kan manajer. Gajinya aja sepuluh juta.” Lagi-lagi aku berbohong untuk menaikan pamor. Suamiku itu mantan kepala desa, jangan sampai orang-orang memandang rendah walau suamiku nggak kepilih lagi.

Lagi-lagi Bu Imah melotot, begitu juga dengan Bu Marsih dan Bu Badru.

“Eh, Bu Mae, dari mana Bu Mae tahu kalau Agus dipelet sama si Yasmin?” Bu Imah berbisik-bisik.

Sial. ngasih alasan apa sekarang? Aku, kan, nggak punya bukti kalau si Agus diguna-guna sama si Yasmin. Cuman rasa yakin saja, karena Agus mau-maunya sama perempuan yang orangtuanya saja nggak tau di mana. Anak dari panti asuhan, paling juga anak haram. Sama kayak kelakuannya itu.

“Emh, saya nemuin bungkusan kain kafan yang ada bonekanya di kamar Agus. Coba saja Bu Imah pikir, dari mana tiba-tiba ada boneka dibungkus pake kain kafan, padahal waktu itu si Agus lagi kerja di Jakarta. Dalem boneka itu ada rambut yang saya curiga pasti rambutnya Agus.” Aku menjawab sambil berbisik-bisik, takut ada orang lain lagi yang denger. Rumahnya Bu Marsih ini sering banget dipake kumpul-kumpul sambih gibahin orang sekampung. Pokoknya yang nggak ada, sudah pasti jadi bahan gibah. Makanya kalau mereka kumpul, aku usahakan ikut nimbrung, biar nggak jadi bahan gibahan. Seperti saat ini, niatku mau beli mi instan sama kopi ke warung, jadinya malah negrumpi di sini. Tak apa, ketimbang diomongin di belakang.

“Sst, jangan bilang-bilang sama yang lain.” Aku memberi kode dengan menyilangkan telunjuk di bibir. Mereka bertiga langsung mengangguk.

“Saya permisi dulu, mau cari kopi. Bapaknya anak-anak pasti udah nungguin.” Aku berpamitan karena terlihat Bu Kokom sama Bu Eti keluar dari rumahnya. Mereka pasti mau ikut gibah di sini. Hiih, kayak hidup mereka udah bener aja, kerjaannya ngomongin orang.

“Eeh, Bu Mae, nggak  pilih-pilih dulu bajunya? Ini saya lagi adain diskon, lho. Dua puluh persen, kalau Bu Mae mau bayar 2 kali, sekarang setengahnya, ntar bulan depan setengah lagi, ” tawar Bu Badru.

“Aah, saya lagi nggak mau ngutang, Bu Badru. Duit saya masih banyak, dikasih sama Agus kemarin. Permisi,” ucapku menolak tawaran Bu Badru. Padahal sebenarnya aku lagi nggak punya duit.

**

POV Yasmin

Pulang kerja ternyata hujan mengguyur dengan derasnya. Aku menunggu di halte bis dengan jilbab yang basah karena cipratan air hujan. Teman-teman yang lain sudha pulang sejak tadi. Aku kebetulan dimintai tolong oleh bagian GA untuk membereskan sisa meeting karena OB yang tugas hari ini tidak masuk.

Aku bekerja bukan di perusahaan yang besar. Hanya perusahaan cabang di mana pekerjanya masih tidak terlalu banyak. Office boy pun hanya satu. Aku bertugas sebagai resepsionis yang juga berada di bawah divisi General Affair, sama dengan OB yang juga dibawah divisi itu.

Karena tadi tidak ada OB, jadi aku dan staf yang ikut meeting terpaksa membereskan bekas snack. Untungnya Mas Agus hari ini belum masuk, karena kami sebetulnya masih cuti. Tapi, aku sengaja membatalkan cuti itu.

Entah bagaimana rasanya jika kami bertemu lagi nanti. Tapi, aku akan berusaha bersikap profesional.

Sudut mataku menangkap seorang ibu-ibu yang tampak kebingungan. Wajahnya sendu sambil menyeka air di ujung matanya dengan pashmina yang dia kenakan.

Aku penasaran, kenapa beliau seperti itu. Lalu, aku pun mendekatinya.

“Ibu. Ibu kenapa?” tanyaku khawatir. Ibu itu mendongak.

“Eh, Neng. Ibu tadi dijambret pas turun dari bis. Orangnya naik motor, jadi Ibu nggak bisa ngejar.” Dia terisak. Hatiku terenyuh. Bia dab sekali orang yang berani merampok wanita tua.

“Ibu, mau pulang? Nggak punya ongkos?” tanyaku memberanikan diri. Ibu itu menoleh lagi.

“Ibu mau mengunjungi anak Ibu. Tapi sekarang alamatnya saja ibu tidak tahu. Hp Ibu di dalam tas diambil sama jambret itu.”

Astagfirullah. Kasihan sekali. Aku curiga si ibu sudah lama diam di sini tanpa ada yang peduli. Orang-orang memang jarang yang keluar karena lagi PPKM.

“Ibu ikut ke kontrakan saya aja, yuk! Nanti kita pikirkan lagi bagaimana caranya mencari alamat rumah anak Ibu,” ajakku padanya. Ibu itu seketika berbinar matanya.

“Apa boleh, Neng?” tanyanya ragu.

“Nggak apa-apa, yuk!”

Akhirnya aku membawa Ibu itu ke kontrakan. Memberinya makan dan minum. Aku bisa melihat jika si ibu begitu kelaparan juga kehausan. Kasihan sekali.

“Kampung Ibu di mana?” tanyaku setelah si Ibu selesai makan.

“Ibu dari Suniaraja, mau jenguk anak ibu yang dinas di Jakarta. Dia itu dokter di Rumah Sakit Sentosa,” jawabnya.

Deg. Anaknya seorang dokter? Dari Suniaraja.

“Mmh, namanya siapa?” tanyaku memastikan.

“Namanya Raditya. Cuma Ibu suka memanggilnya Adit,” jawabnya.

Kenapa bisa kebetulan seperti ini?

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Bunda Saputri
Semangat thoorr
goodnovel comment avatar
Athaya As'ad
sprtitnya alurnya critanya bagus, cuma crita yg ada " POV " mmbuat jd sdikit trganggu aja. mmaaf thor. .... suskes ya.
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Ternyata mantan mertuanya hobinya fitnah yah untung udah cerai langsung klo ndak kehidupan rmh tangganya bakalan difitnah terus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • DITALAK SUAMI GARA-GARA MAKE UP PUCAT   Bab 4 Bertemu Dokter Raditya

    POV Yasmin“Dokter Radit?” Aku tak sadar memekik.“Iya. Apa Neng Yasmin kenal sama anak Ibu?” Wajahnya berbinar bahagia. Mungkin dia berpikir aku akan bisa mengantarkannya pada sang anak. Padahal aku juga tidak tahu alamatnya di mana. Duh, tau bakal begini, waktu itu aku mau minta nomor HP-nya. Aku kan, malu. Masa cewek tiba-tiba minta nomor HP sama cowok yang baru dikenal.“Emmh, dibilang kenal banget, sih, nggak. Cuman saya pernah satu bis sama dr.Adit waktu pulang dari rumah teman di Suniaraja.” AKu masih berbohong. Tak enak rasanya harus mengungkit kepicikan keluarga mantan suami. Biar saja itu jadi rahasiaku.“Oh, Ibu kira Neng Yasmin kenal sama anak Ibu.” Dia menghela napas. Mungkin kecewa karena tak bisa segera bertemu dengan anaknya.“Gini aja, Bu. Sekarang hujannya masih besar, jadi … Ibu menginap saja semalam di sini, ya? Besok pagi, sambil berangkat kerja saya antar Ibu ke rumah sakit Sentosa. Di sana pasti ada yang kenal sama anak Ibu,” ungkapku agar si ibu agak sedikit me

    Last Updated : 2022-06-19
  • DITALAK SUAMI GARA-GARA MAKE UP PUCAT   Bab 5 Pengakuan Mencengangkan

    POV AgusApa benar yang dibilang sama Ibu, kalau pengantin wanita make up-nya jelek menandakan jika dia sudah nggak perawan? Atau bahkan kemungkinan dia lagi hamil?Apa ada penelitiannya? Ataukah hanya pengalaman para orangtua zaman dulu saja?Ah, entahlah. Tapi … aku yakin tak semata-mata Ibu mengatakan itu jika semua itu tidak ada dasarnya. Tidak mungkin Ibu ingin memfitnah Yasmin tanpa sebab.Sebenarnya, malam itu aku ingin membuktikannya. Tapi, aku takut jika Yasmin benar-benar sudah tidak lagi perawan atau bahkan lagi hamil. Aku tidak mau itu hanya menjadi akal-akalannya untuk menjebakku.Dia itu cantik dan banyak yang suka. Bagaimana kalau seandainya di belakangku dia melakukannya dengan orang lain, lalu meminta tanggungjawab padaku. Amit-amit. Secinta-cintanya aku sama dia, tetap saja aku nggak mau kalau harus menanggung perbuatan orang lain.“Bu, besok Agus balik lagi ke Jakarta.” Aku mendekati wanita yang telah melahirkanku itu di ruang keluarga. Dia sedang menonton sinetron

    Last Updated : 2022-06-19
  • DITALAK SUAMI GARA-GARA MAKE UP PUCAT   Bab 6

    “Oh, ini ibuku.” Dr.Radit menunjuk Bu Wati dengan sopan. Lalu, dia menunjuk ke arahku dan mengatakan, “dan ini Yasmin, calon istriku.”Apa? Mataku terbelalak seketika. Jantungku seakan berhenti. Apa maksudnya ini?Aku benar-benar tercengang dengan pengakuan dr.Radit yang bilang jika aku ini calon istrinya. Aku rasa Bu Wati juga merasakan hal yang sama. Apalagi saat wanita itu mendelik. Sepertinya dia marah atau justru benci padaku. Padahal aku nggak tahu apa-apa.“Calon istri kamu?” tanyanya seolah tidak yakin. Dia menilikku dari atas sampai bawah. Sangat jauh berbeda dengan dirinya yang memakai pakaian mahal.“Ini tempat umum, Vir. Aku mohon jangan bikin keributan. Permisi,” ucap dr.Radit meninggalkan tempatnya. Aku lihat dengan ujung mata, wanita itu mendelik sinis lalu pergi tanpa permisi.Dr.Radit mengajak kami pulang karena Bu Wati terlihat kelelahan.“Saya antarkan dulu Ibu ke rumah ya, karena jarak ke rumah saya lebih dekat dibanding ke rumah kamu,” katanya.“Saya naik angkuta

    Last Updated : 2022-06-21
  • DITALAK SUAMI GARA-GARA MAKE UP PUCAT   Bab 7

    Duh, mesti jawab apa ya?“Emmh, saya nggak marah. Hanya saja saya sedikit kaget.” Akhirnya kalimat itu yang meluncur dari mulutku. “Wajar saja. Maaf jika membuatmu tidak nyaman,” timpalnya.“Saya kaget, Pak Dokter ngakuin saya sebagai calon istri. Memangnya Pak Dokter tidak malu?”Dia mengernyit sejenak. “Malu? Kenapa harus malu?” katanya. “Kamu wanita, seagama. Lalu apa yang bikin malu?”Duh, begini ternyata kalau ngomong sama orang pinter, bikin susah jawabnya.“Saya … hanya orang biasa. Jauh berbeda jika dibandingkan dengan Pak Dokter,” jawabku seolah dia sedang melamarku. Kegeeran banget ya, aku ini.Dr.Radit tertawa pelan. “Memangnya saya ini siapa? Saya sama dengan kamu. Manusia biasa,” katanya dan membuatku mati kutu.“Saya hanya ingin berterima kasih karena kamu sudah mau menolong ibu saya dan menyelamatkan saya dari Vira, tadi.”Kata ‘menyelamatkan’ membuatku agak sedikit bingung.“Menyelamatkan?” aku hanya membahas kata itu tanpa mengungkit tentang pertolonganku pada Bu Wa

    Last Updated : 2022-06-21
  • DITALAK SUAMI GARA-GARA MAKE UP PUCAT   Bab 8

    POV YasminAku meminta dr.Radit untuk masuk dulu ke rumah agar aku bisa mengobati luka di pipi juga ujung bibirnya yang pecah. Bersyukur aku bisa mengusir Mas Agus dengan mengguyurnya pakai seember air bekas ngepel tadi pagi. Kebetulan aku belum sempat membuangnya karena lupa.“Dikompres dulu, Pak Dokter.” Aku mengulurkan tangan yang memegang handuk kecil yang telah direndam air es. Dia meringis saat aku mengusap ujung bibirnya dengan handuk dingin.Tatapan dr.Radit terlihat kosong. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Apakah dia memikirkan hal buruk tentangku? Entahlah.“Mas Agus itu suami kamu?” Akhirnya dr.Radit membuka suara. Aku menghentikan mengompres pipinya yang merah bekas tinju Mas Agus.“Lebih tepatnya … mantan,” ucapku lirih. Entah kenapa aku ingin sekali menceritakan tentang apa yang telah terjadi dengan pernikahanku juga Mas Agus. Aku menceritakan secara garis besar saja.“Apa? Hanya karena make up, dia sampai menuduh kamu tidak perawan bahkan menuduh kamu hamil?” dr.

    Last Updated : 2022-06-21
  • DITALAK SUAMI GARA-GARA MAKE UP PUCAT   Bab 9

    Hingga malam itu ... aku makan malam dengan Ibu dan juga Yasmin. Dia masih secantik dulu, tapi rasa dalam hatiku sudah memudar. “Apa dia wanita yang pernah kamu ceritakan itu, Dit?” pertanyaan Ibu membuyarkanku dari lamunan. Aku menoleh. “Ah, iya,” jawabku singkat. “Sangat cantik,” gumam Ibu dan aku pun setuju dengannya. “Ibu tidak ingin menghancurkan masa depanmu, Dit. Jika kamu memang mencintainya, pergi dan kejarlah. Ibu ini sudah tua, tidak perlu kamu pikirkan. Kamu justru harus memikirkan masa depanmu yang masih panjang. Kamu pasti lebih maju jika di kota,” katanya. Tapi, bagiku itu justru membuatku semakin yakin jika aku harus merawatnya. Umur Ibu entah sampai kapan, dan aku ingin membahagiakan di sisa umurnya. Aku hanya tersenyum sebagai jawaban kalau aku tidak bisa memutuskan sesuai keinginannya. “Lalu, kenapa kamu justru mengenalkan Yasmin sebagi calon istri?” tanyanya dengan wajah yang serius. Aku tertawa tanpa suara. Mungkin memang ide itu sedikit gila. “Apa kamu m

    Last Updated : 2022-06-21
  • DITALAK SUAMI GARA-GARA MAKE UP PUCAT   Bab 10

    POV YasminMas Agus pasti masuk kerja hari ini. Aku harus siap dengan segala kemungkinan yang terjadi. Mungkin dia akan melakukan kekerasan, menghina atau entah apa.Melihat mobilnya saja sudah berasa seekor kelinci melihat elang. Aku mengendap, mudah-mudahan tiak bertemu dengannya di gedung yang tidak begitu besar itu. Apalagi posisiku selalu berada di depan karena menerima tamu dan telepon.“Sstt, Yasmin, sini,” bisik Tina office girl di sini. Aku mendekat.“Pak Agus udah masuk kerja. Tadi udah dateng,” katanya. Tina mungkin mengkhawatirkanku karena aku sudah menceritakan semua padanya juga pada beberapa teman yang heran karena aku pulang sebelum waktu cuti habis, juga pulang tanpa Mas Agus. Mereka saja merasa heran dengan mitos yang terlalu mengada-ada.“Ya sudah, nggak apa-apa. Aku mau pura-pura nggak lihat aja kalau dia lewat,” jawabku. Mau gimana lagi, kami berada di satu gedung yang sama.“Si Dini seneng banget paas tau kamu cerai sama Pak Agus. Kamu tau sendiri, kan, kalau dia

    Last Updated : 2022-06-23
  • DITALAK SUAMI GARA-GARA MAKE UP PUCAT   Bab 11

    Dia tidak menjawab, malah semakin menarikku dengan semua kekuatannya.“Mas, apa-apaan ini?” ucapku setengah berteriak. Namun, dia menarik tubuh dan membekap mulutku. Kemudian menyeretku masuk ke rumah itu.“Lepaaass,” ucapku tidak jelas karena mulut masih dibekap.“Kau bisa menyerahkan tubuh pada siapapun. Aku juga mau mencicipi tubuhmu,” katanya menjijikan. Aku semakin berontak.“Aku sudah habis uang banyak untuk menikahimu kemarin. Karena itu aku mau menikmati tubuhmu sekarang.”Astagfirulloh. Kerasukan setan apa lelaki ini?Dengan sekuat tenaga aku membuka mulut dan menggigit tangan yang membekapku. Mas Agus mengaduh dan melepaskan tangannya dari mulutku. Aku berusaha lari, namun dia mengejar dan menraik tanganku. Setelah itu mengempaskanku hingga kepalaku terantuk ujung meja. Penglihatanku berkunang-kunang.Kembali kurasakan tangan Mas Agus menarikku agar kembali berdiri. Dia menarik tengkuk dan menciumku dengan brutal. Dengan sisa kesadaran aku menendang selangkangannya dengan lu

    Last Updated : 2022-06-23

Latest chapter

  • DITALAK SUAMI GARA-GARA MAKE UP PUCAT   Bab 262 Akhir

    “Tak perlu basa basi,” jawab ibunya Hanif terlihat emosi. Dia sangat kesal karena melihat Maria yang terlihat mewah. Sementara dirinya justru terlihat kumal.“Baiklah kalau tidak boleh berbasa basi. Sepertinya kalian tetap saja sial walaupun sudah mengusir Maria.” Denis tersenyum miring.Mata Hanif langsung melotot, begitu juga dengan ibunya.“Enak aja kamu bilang kami sial. Hanif ini sekarang bekerja di perusahaan bonafid. Dia ini jadi manager,” balas ibunya Hanif dengan mata melotot.Denis tersenyum miring. “Oh ya? Benarkah? Anak Ibu bilang jadi manager?” tanyanya dengan nada mencibir.“Ya, tentu saja. Bukan begitu, Hanif?” ujar wanita paruh baya itu dengan dagu yang mendongak.“I-iya, tentu saja,” jawab Hanif tergagap.“Oh begitu. Baguslah kalau memang dia sudah jadi manager. Permisi, kami mau mencari peralatan bayi,” pamit Denis yang lalu menuntun Maria untuk memasuki toko.Istrinya Hanif pun ikut mengekor sambil menarik Hanif untuk segera masuk ke dalam toko. Namun, lelaki itu me

  • DITALAK SUAMI GARA-GARA MAKE UP PUCAT   Bab 262 Bertemu Hanif

    Maria tersipu malu saat bangun keesokan harinya. Dia merasa berbunga-bunga karena telah menjadi seorang istri yang utuh bagi Denis. Dia menutupi tubuhnya yang polos dengan handuk yang terserak di lantai.“Mbak, Mbak Maria.” Terdengar panggilang dari Bi Noneng.“I-iya, Bi?” Maria gegas membuka pintu itu sedikit. Ternyata wanita itu tengah menggendong Amanda yang habis menangis.“Astagfirullah, Sayang maafin Mama,” ujar Maria yang langsung membuka pintu dan mengambil Amanda dari tangan Bi Noneng.Wanita paruh baya itu tak sengaja melihat ke dalam kamar di mana ada Denis yang masih terlelap di atas kasur milik Maria.“Eh.” Maria tampak malu karena kepergok telah sekamar.Bi Noneng malah tersenyum dan mengelus pundak Maria. “Sudah sewajarnya, toh? Pak Denis itu suamimu, Mbak. Dia seperti orang gila sewaktu Mbak Maria pergi dari rumah. Dia sering melamun dan gelisah,” ucapnya.“Kalian berhak bahagia. Saya ikut senang, Mbak,” pungkasnya sebelum beranjak pergi.Maria masih terpaku setelah me

  • DITALAK SUAMI GARA-GARA MAKE UP PUCAT   Bab 261 Aku Cinta Kamu

    Maria gegas menyilangkan kedua tangan pada dua area sensitifnya. Dia begitu malu dengan perlakuan Denis padanya. Maria hendak jongkok untuk mengambil lagi handuknya, tetapi tangan Denis lekas menahannya.Maria mendongak melihat pada lelaki yang menggelengkan kepalanya. Denis lalu menarik Maria agar kembali tegak berdiri.“Ba-pak, saya ….” Wajah Maria sudah merah saking malunya.“Ini bukan pertama kali kamu melakukannya, bukan? Seharusnya aku yang mesti malu, karena ini adalah hal yang pertama buatku,” ucap Denis yang semakin membuat Maria tersipu malu. Wanita itu menunduk dalam.“Saya … rasanya tidak pantas untuk Bapak. Saya ini hanya perempuan miskin pembawa sial,” ucap Maria dengan suara tercekat. Namun, Denis justru menarik dagu Maria agar kembali menatapnya.“Aku akan buktikan jika kamu adalah wanita yang penuh keberuntungan,” balas Denis dengan tatapan lekat. Dia berusaha memupuk cinta itu agar semakin subur. Maria bukan wanita yang sulit untuk dicintai. Wanita itu begitu tulus

  • DITALAK SUAMI GARA-GARA MAKE UP PUCAT   Bab 260 Suapi Aku

    Maria hanya diam selama perjalanan. Dengan hati terpaksa Maria ikut pulang dengan Denis. Mau bagaimana lagi, Amanda tak bisa lepas darinya. Anak itu menangis keras saat Maria menyerahkan pada Denis.Entah apa yang akan terjadi nanti, mungkin Maria akan minta Denis untuk mencarikan baby sitter baru, lalu dirinya akan meminta cerai dan pergi.Denis sesekali melirik ke samping kirinya dan melihat Maria yang memangku Amanda yang tertidur lelap.“Kamu sudah makan?” tanya Denis yang merasa kasihan sekali melihat istrinya itu begitu kurus.Maria mengangguk pelan.“Makan apa?” telisik Denis penasaran.Maria terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, “Aku makan bubur sisa Amanda tadi.”Denis memejamkan matanyanya sejenak dan menggeleng. Pantas saja wanita itu begitu kurus, karena hanya makan makanan sisa anaknya. Lelaki itu beristigfar dalam hatinya.Benar kata Amanda, jika Maria adalah wanita terbaik yang bisa menggantikannya.“Kita makan dulu,” ujar Denis lalu membelokan mobilnya menuju sebu

  • DITALAK SUAMI GARA-GARA MAKE UP PUCAT   Bab 259 Akhir Pencarian Denis

    Fery segera membuat pengumuman orang hilang dan menyebarnya di berbagai media sosial. Dia yakin cara itu akan jauh lebih mudah dilihat orang-orang saat ini.Dia juga menjanjikan akan memberi imbalan yang besar bagi yang memberikan kabar tentang keberadaan Maria seperti dulu.Fery sangat khawatir dengan nasib Amanda juga pengasuhnya itu.Maria hanya wanita lemah yang membawa seorang bayi. Dia yakin akan susah untuk mendapatkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan.Saat ini Maria sedang menyetrika di sebuah rumah. Sementara Amanda duduk sambil memainkan boneka usang yang ditemukan Maria di tempat sampah. Boneka monyet yang dia ambil dan dicuci sampai bersih, lalu dia berikan untuk mainannya Amanda.Beruntung anak itu sangat baik dan tak banyak rewel. Asal sudah kenyang maka tak akan ada lagi rengekan.Setiap hari Maria mengutamakan perutnya Amanda sebelum dia yang makan. Asalkan Amanda sudah kenyang, maka dia akan memakan sisanya, walaupun itu hanya bubur nasi.Tubuh Maria semakin kurus

  • DITALAK SUAMI GARA-GARA MAKE UP PUCAT   Bab 258

    Mobil Denis meluncur cepat menuju kontrakan Fany. Dia merasa yakin jika Maria akan pergi dan menginap di sana.Denis memukuli handel stirnya saking tak sabar. Jalanan dipadati kendaraan, sehingga macet.“Sial! Kenapa malah macet segala!” rutuk Denis sangat kesal. Berulang kali dia melirik pada jam yang melingkar di tangannya, sudah hampir jam 9 malam.“Mudah-mudahan saja Maria benar ke rumahnya Fany. Kalau tidak ….” Denis bahkan tak mampu melanjutkan kalimatnya sendiri. Dia khawatir jika terjadi apa-apa pada Maria juga Amanda.Mobilnya perlahan melaju, hingga akhirnya menemukan persimpangan, Denis memilih jalan lain yang tidak macet walaupun lebih jauh.“Huuft!” Dia mengembus napas kasar. Kemacetan telah membuatnya hampir kehilangan akal sehat.“Jakarta semakin hari semakin macet aja. Mengerikan!” umpatnya kesal. Namun, sekarang mobil itu sudah melaju kencang menuju kontrakan Fany yang jaraknya tak jauh lagi.Denis memarkir mobil sembarangan. Dia membanting pintu dan melangkah cepat

  • DITALAK SUAMI GARA-GARA MAKE UP PUCAT   Bab 257 Kepergian Maria

    “Bagaimana kamu bisa ada di sini?” tanya Denis terperanjat turun dari tempat tidurnya.“Aahh, semalam, kan, aku anter kamu pulang ke sini. kenapa kamu lupa?” Irene malah menguap.“Sial!’ umpat Denis yang langsung pergi ke kamar mandi.“Kamu cepat pakai baju dan pulang!” usir Denis sambil membanting pintu kamar mandinya.Irene justru semakin berleha-leha di atas tempat tidur. Namun, rasa haus menyiksa tenggorokannya. Dia lalu bangkit dan turun. Sambil celingak-celinguk dia mencari dapur. Lalu, matanya menangkap sosok Maria yang sedang menyiapkan sarapan.“Hei, kamu pembantu di sini?” tanya Irene sambil memainkan rambutnya. Maria meliriknya dengan hati yang teramat sakit. Irene hanya mengenakan pakaian seadanya.“Iya, Mbak. Mau sesuatu?” tanya Maria dengan sopan.“Aku haus,” jawab Irene yang kemudian duduk di kursi makan.“Tunggu sebentar, saya ambilkan air,” kata Maria yang berbalik menuju dapur dan tak lama kembali dengan segelas air putih.“Silakan diminum, Mbak,” ucap Maria sambil m

  • DITALAK SUAMI GARA-GARA MAKE UP PUCAT   Bab 256 Mimpi

    Meski tahu jika Denis sama sekali tak menganggapnya seorang istri, tetapi bagi Maria sikap Denis yang seperti itu tetap saja keterlaluan dan melukai harga dirinya sebagai istri. Apalagi sekarang Denis sudah berani membawa wanita lain ke rumah mereka.Maria tak bisa memejamkan matanya. Hatinya gelisah memikirkan apa yang tengah dilakukan dua insan berlainan jenis itu di kamar suaminya.Amanda sudah tidur sejak tadi setelah kenyang menyusu, tetapi Maria tak bisa ikut terlelap padahal badannya sangat lelah.Maria menatap sendu pada Amanda. Jika bukan karena rasa sayangnya pada anak itu, mungkin dia sudah memilih untuk kembali melarikan diri dan menghilang saja.Maria keluar dari kamarnya dan mengendap mendekat ke kamar Denis. Ingin rasanya mendobrak pintu kamar itu dan menyuruh wanita yang datang bersama Denis itu untuk pergi. Namun, hatinya masih tak berani melakukannya.Rasa pedih dan tak berdaya membuatnya luruh dan bersimpuh di lantai dingin itu dengan air mata yang berderai.Kemudia

  • DITALAK SUAMI GARA-GARA MAKE UP PUCAT   Bab 255 Denis Berulah

    Pagi-pagi Denis seperti biasanya hendak sarapan setelah bersiap dengan setelan kerjanya. Maria sengaja menyiapkan sendiri sarapan untuk lelaki yang kini menjadi suaminya. Walaupun dia tahu jika Denis tak akan pernah menganggapnya sebagai seorang istri, tetapi bagi Maria kewajiban tetaplah kewajiban.“Ke mana Bibi? Kenapa kamu yang nyiapin sarapan?” tanya Denis sambil menarik kursi.“Mmh, ada. Bibi lagi beresin perabotan bekas masak,” jawab Maria ragu-ragu.“Lain kali biar si Bibi aja yang nyiapin sarapan. Kamu urus Amanda saja,” kata Denis.Maria mengangguk pelan tak bisa mendebat.“Ingat, pernikahan ini hanya status saja, Maria. Jangan kamu anggap serius. Tidak perlu kamu melayani aku seperti seorang istri. Mengerti?” Denis kembali mengingatkan.“Iya, pak. Saya mengerti. Tapi maaf, saya di sini hanya sebagai pelayan, karena itu saya juga berkewajiban melakukan apapun sebagai pelayan,” sahut Maria dengan suara yang parau.“Hmm, baiklah. Tapi … saya harap kamu tidak melalaikan tugas

DMCA.com Protection Status